Вы находитесь на странице: 1из 28

SENI BUDAYA KEBUDAYAAN JAWA BARAT

KELOMPOK 2 :
Liza Nanda Haryoto Nadya Kristiana Risa Amalia Setyaningrum Vira Arimurti

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi tentang Kebudayaan Jawa Barat. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan

kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan. Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta , 11 Agustus 2011

Kelompok 2

Pendahuluan
Latar Belakang Era globalisasi penuh dengan perubahan-perubahan dan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Pada era ini, semua orang dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi. Tapi jangan sampai tuntutan ini membuat kita lupa dan meninggalkan kebudayaan daerah yang ada. Maka dari itu makalah ini bertujuan untuk mengajak kita mengenal tentang budaya yang ada di Provinsi Jawa Barat Rumusan Masalah Apa sajakah budaya yang ada di Jawa Barat? Tujuan Penulisan Mengetahui macam-macam budaya yang ada di Jawa Barat. Memenuhi persyaratan ketuntasan penilaian mata pelajaran Seni Budaya. Manfaat Dapat mengetahui apa sajakah budaya yang ada di Provinsi Jawa Barat. Terpenuhinya persyaratan ketuntasan penilaian mata pelajaran Seni Budaya.

KESENIAN
Pada awal abad ke-16 orang Sunda sudah mengenal aneka jenis kesenian, Berdasarkan hasil inventarisasi Laboratorium Kesenian Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat tahun 1976 dan 1981, bahwa dalam masyarakat Sunda masih dijumpai 243 jenis seni pertunjukkan tergolong tradisional yang terdiri atas 18 rumpun kesenian , yaitu angklung, beladiri, celempungan, debus, gamelan, helaran, ibing, ketuk tilu, kacapian, macakal, mawalan, ngotrek, pantun, sandiwara, terbangan, topeng, sekar dan wayang (Enoch Atmadibrata dkk, 1981). Semua jenis kesenian tradisional tersebut dapat diklasifikasikan atas seni suara (vokal, instrumental), seni gerak, dan seni teater. Semua jenis kesenian tersebut masih dikenal hingga sekarang, hanya materinya sudah berlainan, karena banyak materi dari zaman itu sudah punah dan muncul materi produk baru. Terjadinya hal demikian, antara lain karena fungsi seni mengalami perubahan. A. SENI RUPA Seni rupa merupakan bidang seni yang paling menonjol karena sifatnya menyeluruh dan umum sekali. Termasuk ke dalam seni rupa adalah : 1. Arsitektur Arsitektur tradisional Sunda menghasilkan bangunan yang banyak dibuat dari kayu. Ada 4 jenis bangunan yang memperlihatkan arsitektur tradisional Sunda yaitu bangunan-bangunan : tempat tinggal, tempat ibadah (mesjid), tempat musyawarah (balai desa, pendopo kabupaten), dan tempat menyimpan beras ( lumbung). Dilihat dari bentuk atapnya, ada beberapa macam bentuk bangunan rumah tradisional Sunda, yaitu limasan, suhunan jolopong, dan julang ngapak. Panggung (kolong) merupakan ciri bangunan tradisional Sunda. RUMAH ADAT (Sesuai dengan yang ada di Balai Pengelolaan Anjungan Jawa Barat di TMII) Sesuai dengan bangunan aslinya bangunan Balai Pengelolan Anjungan Jawa Barat di TMII terdiri dari beberapa bangunan yang kini dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan berbagai aspek budaya Jawa Barat, antara lain :

Bangunan inti ini terdiri dari 4 ruangan, sebagai berikut : Ruang Jinem Pangrawit/Pendopo digunakan sebagai tempat berkumpul para ponggawa dan prajurit yang sedang bertugas, fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai pementasan kesenian musik ilustrasi dan berbagai kegiatan pameran peragaan kerajinan; Ruang/Bangsal Pringgodani, sebagai tempat Sultan mengadakan pertemuan dengan para stafnya, fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai tempat pameran kerajinan dari Jawa Barat dan digunakan pula untuk latihan kesenian. Ruang/Bangsal Prabayaksa sebagai tempat Sultan menerima tamu penting, fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai tempat pameran kerajinan se Jawa Barat, pakaian tradisional Jawa Barat serta tempat aat musik tradisional (Gamelan) Ruang/Bangsal Panembahan, ruangan ini tempat Sultan bekerja dan beristirahat disiang hari, ruangan ini ditata sesuai dengan asli Cirebon AJENG Bangunan yang terletak paling depan. Digunakan sebagai tempat penyajian kesenian untuk menyambut tamu-tamu penting, fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai tempat penyajian musik selamat datang

LUNJUK Bangunan ini digunakan para tamu untuk melapor kedatangannya dengan berbagai keperluan di keraton, fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai kantor dinas Kepala Balai Anjungan

SRIMENGANTI Bangunan inimerupakan ruang tunggu, digunakan untuk para tamu menunggu kesempatan menyelesaikan segala kepentingannya dan tempat Sultan menyaksikan berbagai kegiatan adapun fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai tempat kegiatan administrasi Tata Usaha LANGGAR ALIT Aslinya te,pat beribadah dan kegiatan keagamaan keluarga Sultan. Di tempat ini pengunjung dapat menunaikan kewajibanmenjalankan perintah agama (sholat) dan istirahat sambil lesehan setelah berkeliling Taman Mini "Indonesia Indah".

JINEM ARUM

Ruang pertemuan. Bangunan ini dipergunakan oleh keluarga untuk mengadakan pertemuan kekuarga sultan adapun fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai kantin yang menyajikan berbagai makanan khas Jawa Barat

KAPUTREN

Bangunan ini dipergunakan sebagai tempat tinggal putri sultan, fungsi di Anjungan Jawa Barat sebagai ruang audiovisual dan perpustakaan

RUMAH ADAT Selain bangunan tersebut juga dibangun sebuah rumah adat Jawa Barat yang masih banyak di temui diberbagai daerah di Propinsi Jawa Barat, contoh rumah adat tersebut berbentuk rumah panggung dengan dinding bilik/gede yang dilengkapi dengan peralatan rumah tangga. Di bagian lainnya terdapat sebuah kolam air terjun dengan panorama gunung Tangkuban Perahu dan pesawahan mini yang menggambarkan keindahan alam Jawa Barat

Untuk pementasan kesenian tradisional Jawa Barat khusus dibangun sebuah panggung kesenian.

2. Seni Ukir Seni ukir meninggalkan jejak pada bangunan, terutama keraton di Cirebon, dan peralatan rumah tangga, seperti meja, kursi, hiasan dinding. Ragam hias yang menjadi objek seni ukit umumnya berupa flora dan fauna, alam dan kaligrafi. Selain itu, wayang merupakan hasil karya ukir, baik wayang golek maupun wayang kulit. 3. Seni Lukis Seni lukis Sunda antara lain terwujuddalam lukisan batik, lukis payung, lukis keramik/gerabah dan lukisan kaca yang mempunyai ciri mandiri. Seni lukis batik yang menonjol dan hidup terus hingga kini berada di Garut, Tasikmalaya, Cirebon, dan Indramayu, lukisan batiknya memiliki kekhasan masing-masing. Adapun lukisan kaca berkembang di daerah Cirebon hingga dewasa ini., objek lukisan umumnya berupa wayang, dan kaligrafi.

B. SENI TARI Ada beberapa jenis tari yang perwujudannya dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan lokasi tempat hidupnya sehingga ada tari klasik, tari keurseus, dan tari kreasi. 1. Tari Klasik Termasuk ke dalam Tari Klasik adalah tari lenyepan, tari ponggawa tari gawil, tarian tersebut termasuk ke dalam tarian tayuban. Tari klasik pada mulanya diselenggarakan oleh para bangsawan/menak pada acara hiburan, diiringi gamelan, pesinden dan ronggeng. Tarian ini hanya dibawakan oleh pria yang menggambarkan sikap jantan, luwes, tertib serta sopan sebagaimana para menak. 2. Tari Keurseus Termasuk ke dalam Tari Keurseus adalah Tari Lenyepan, Kandagan, Topeng , Sekar Putri , Anjasmara, Ratu Graeni, Tari Merak, Kupu-kupu, Satria, Ponggawa, Sulintang. Srigati. 3. Tari Kreasi Termasuk ke dalam Tari Kreasi di ataranya Tari Jaipongan, Tari Merak, Saktya Prahita, Paswa JAIPONGAN Tari Jaipong adalah tarian yang paling terkenal di Jawa Barat. Jaipong adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan. Karya Jaipong pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari Daun Pulus Keser Bojong dan Rendeng Bojong yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta. Saat ini tari Jaipong merupakan salah satu identitas kesenian Jawa Barat. Hal ini tampak pada beberapa acara penting saat penyambutan tamu asing di daerah Jawa barat. Tari Jaipong

banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut. TARI TAYUB Tari Tayub atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek. tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. serinng terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita).persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria. TARI TOPENG CIREBON Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu dan Jatibarang. Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Minakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.

Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng. Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu maestro tari topeng adalah Mimi Rasinah, yang aktif menari dan mengajarkan kesenian Tari Topeng di sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang terletak di desa Pekandangan, Indramayu. Sejak tahun 2006 Mimi Rasinah menderita lumpuh, namun ia masih tetap bersemangat untuk berpentas, menari dan mengajarkan tari topeng hingga akhir hayatnya, Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010 pada usia 80 tahun. TARI KUDA LUMPING Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia. Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sejarah Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. C. SENI SUARA Seni suara dapat dibedakan menjadi dua yaitu: seni suara vokal dan seni suara instrumental. Seni suara vokal seperti : A. tembang yang dialunkan penembang atau pesinden dalam tembang cianjuran atau kliningan, baik secara solo atau rampak (rampak sekar). B. Senggak, yaitu suara aransemen vokal untuk mengisi kekosongan pada sela-sela vokal, untuk memberi suasana meriah. Seni suara musik instrumen/karawitan Sunda dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Bahan yang dipakai terbuat dari : 1. Bambu 2. Kayu 3. Perunggu/besi 4. Kawat 5. Kulit : angklung, angguk, calung, celempungan; : gambang, kolotok, kohkol; : Gamelan : bende, bonang, goong, boning rincik, ketuk, saron, demung, jenglong; : kacapi, tarawangsa, rendo; : dogdog, genjring, kendang, rebana.

2. Cara memainkan instrumen : 1. Dipukul : bonang, gender, saron, jengglong. 2. Dipetik : kacapi, siter, celempung. 3. Digesek : rebab, rendo, piul. 4. Ditiup : suling, tarompet, taleot, elet. 5. Digoyangkan : angklung, gengge, kilinting.

Gabungan bermacam-macam instrumen dalam satu unit tertentu yang membentuk ansambel disebut gamelan. Contoh gamelan adalah ajeng, degung, goong renteng, gamelan pelog dan gamelan salendro. Termasuk ke dalam seni musik di antaranya :Kacapi Suling, Degung, Kliningan, Calung, Reog, Rampak Kendang, Dogdog Lojor, Tarling dan sebagainya.

D. SENI TEATER Seni teater atau seni drama menampilkan alur cerita yang dipadu dengan beberapa macam seni, seperti seni vokal, musik, tari, sastra, lukis, rias dan ukir. Beberapa jenis seni teater adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ronggeng Gunung yang hidup di daerah Ciamis; Ubrug Topeng yang hidup di daerah Sukabumi; Longser, yang hidup di daerah Bandung; Banyet, yang hidup di daerah Karawang; Sendra Tari; Gending Karesmen; Sandiwara; Seni Wayang (yang paling populer adalah wayang golek, selain wayang beber, kulit dan cepak)

WAYANG GOLEK Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata wayang dengan bayang, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.

E. SENI LUKIS Seni Lukis di Jawa Barat antara lain berwujud dalam lukisan batik, lukisan payung, lukisan keramik dan lukisan kaca yang mempunyai ciri khas mandiri. Seni lukis batik di Jawa Barat yang menonjol adalah buatan Cirebon, Indramayu, Garut dan Tasikmalaya, lukisannya mempunyai kekhasan masing-masing. Lukisan paling berkembang di Tasikmalaya, lukisan keramik berkembang di Plered, adapaun lukisan kaca berkembang di Cirebon dengan objek lukisan umumnya berupa wayang, keindahan alam atau kaligrafi

F. SENI UKIR

Seni ukir meninggalkan jejak pada bangunan, terutama pada keraton di Cirebon dan peralatan rumah tangga, seperti meja, kursi, hiasan dinding. Ragam hias yang menjadi objek seni ukir umumnya berupa flora, fauna, alam, dan kaligrafi. Selain itu wayang juga merupakan hasil karya ukir, baik wayang golek maupun wayang kulit dan topeng/kedok.

G. SENI SASTRA

Seni sastra Sunda berkembang cukup pesat dari waktu ke waktu baik jenis karyanya maupun sastrawannya. Karya sastra Sunda dapat dibagi ke dalam dua kelompok antara lain adalah :

a. Pantun : yaitu sastra lisan yang berbentuk prosa lirik, pada umumnya menceritakan tokoh kerajaan Pajajaran yang melakukan pengembaraan dalam mencapai cita-citanya. Contohnya cerita pantun Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Mundinglaya Di Kusumah. Kini cerita pantun sudah banyak yang telah dibukukan. b. Wawacan : karya sastra yang terikat, dibentuk dari pupuh, ceritanya panjang, fiksi, dan menceritakan kedigjayaan seseorang, contoh : wawacan Panji Wulung, Angling Darma, Babad Sumedang, wawacan Purnama Alam. Ada 17 pupuh yang terdapat dalam karya sastra Sunda, yaitu Asmarandana, Kinanti, Sinom, Dangdanggula, Durma, Pangkur, Jurudemung, Gurisa, Magatru, Maskumambang, Pucung, Mijil, Balakbak, Lambang, Ladrang, Gambuh, Wirangrong. Masing-masing pupuh mempunyai sifat dan fungsi masing-masing dalam menggambarkan suasana cerita. Membaca wawacan biasanya ditembangkan sesuai lagu pupuh yang digunakan. c. Guguritan : karya sastra terikat yang dibentuk dari pupuh, ceritanya pendek, menceritakan keindahan alam, perasaan hati dan nasihat. Membacakan guguritan ditembangkan sesuai lagu pupuhnya. Contoh guguritan : Dangdanggula Laut Kidul, Asmarandana Lahir Batin, Wulang Krama , Wulang Guru dan lain-lain. d. Pupujian : karangan terikat atau puisi berisikan pelajaran keagamaan, mengagungkan Allah, solawat kepada nabi dan doa. Bentuk pupujian biasanya terdiri dari beberapa bait, setiap baitnya 4 baris dan berirama, cara membacanya dilantunkan/dilagukan, melantunkan pupujian biasanya di mesjid/madrasah. Contoh pupujian yang berisikan pujian terhadap keagungan Allah:

He Dat anu Kuat He dat anu leuwih kuat anu gagah anu perkosa mugia Gusti ngajaga ti jalma nu dolim dosa He Alloh anu ngqamankeun Ka abdi tina kasieun Mugi Gusti nyalametkeun Ka abdi tina kasieun (Panyungsi sastra hal. 138) e. Kakawihan : karya sastra berbentuk syair yang berirama dan dinyanyikan. Kakawihan biasa dilantunkan ketika bermain, menidurkan anak atau sambil menunggu padi di sawah. Contoh kakawihan yang biasa dilantunkan ketika mengasuh anak yaitu kakawihan Ucang Angge, contoh syairnya adalah sebagai berikut Ucang Angge Ucang-ucang angge Mulung muncang ka papangge Digogog ku anjing gede Anjing gede nu Mang Lebe Anjing leutik nu Ki Santri Ari gog, gog cungungung. (Panyungsi Sastra hal.24) Kakawihan Ucang Angge ini dilantunkan ketika mengasuh anak, caranya si pengasuh duduk di kursi dan kaki si pengasuh diduduki si anak sambil diayun-ayunkan melantunkan kakawihan Ucang Angge. f. Paparikan : karya sastra yang terikat terdiri dari 4 baris, setiap baris terdiri dari 8 suku kata (engang, dalam bahasa Sunda), 2 baris pertama merupakan sindiran/sampiran dan 2 baris berikutnya merupakan isinya, paparikan biasanya dikawihkan. Contoh paparikan : Batur mah dibaju hideung Kuring mah dikabaya bae Batur mah dipikatineung Kuring mah sangsara bae

g. Wawangsalan : karya sastra yang terikat terdiri dari 2 baris, baris pertama sampiran dan baris kedua isi. Uniknya dari paparikan ini adalah baris pertama dan kedua merupakan tebakan yang diulang atau wangsal. Contoh wawangsalan yang wangsalnya atau isitebakannya adalah hayam : Teu beunang dirangkong kolong Teu beunang dipikahayang h. Sajak : karya sastra yang terikat terdiri dari beberapa bait, tiap bait jumlah baris dan jumlah suku kata tiap baris tidak tetap. Isi dari sajak biasanya mengungkapkan keindahan alam, keagungan Alloh, harapan, kebahagiaan dan kesedihan perasaan seseorang. Contoh sajak yang mengungkapkan harapan dan keindahan alam BANDUNG (karya Wahyu Wibisana) Kacipta keneh sagala-galana Basa urang ngobrol ku basa Sunda Di kota anjeun Bandung lucu Ieu sajak keur kenang-kenangan Jeung hiji-hijina hal nu rek dicaritakeun Ngan ka anjeun Hayang kuring nanya heula Samemeh pamit rek paanggang Ieu Bandung nu heurin ku tangtung Itu Lembang kota herang jeung bentang Mindeng mere ilham kana kalam? Ah, kacida bagjana, kanca Mun urang bisa maca ieu kaendahan Dina geulisna tempat padumukan Di lemah cai sorangan Ku basa urang (Panyungsi Sastra hal.60) i. Mantra : Karya sastra terikat atau puisi yang dianggap mengandung kekuatan gaib, dipakainya tidak sembarangan. Jumlah baris dalam bait dan jumlah suku kata dalam baris tidak tetap. Maksud menggunakan mantra agar mendapatkan kekuatan gaib dalam mencapai suatu tujuan/keinginan. Berdasarkan kegunaannya mantra dibagi ke dalam : asihan, jangjawokan, ajian, singlar, rajah dan jampe. Contoh jampe yang dipakai untuk menyembuhkan penyakit dan kecelakaan :

JAMPE DICOCO KALA Kalaka kaliki Kala lumpat ka sisi cai Aing nyaho ngaran sia Ngaran sia kulit kai Tawa tawe Ditawa ku sang indung putih Tiis ti peuting waras ti beurang Paripurna hirup waras (Panyungsi Sastra hal.70) j.Dongeng : karya sastra yang dibangun dari bentuk prosa bebas, menceritakan kisahkisah fiksi yang lucu dan bersifat edukatif, ceritanya pendek, tokoh atau pelaku cerita, tempat kejadian dan jalan ceritanya tidak masuk akal atau fiksi. seperti dongeng Si Kabayan, Sakadang Monyet jeung Sakadang kuya, Nyi Roro Kidul, Tangkuban Parahu dan sebagainya. k. Carpon : Carita Pondok atau carpon adalah karya sastra yang tidak terikat atau bebas, ceritanya pendek dan masuk akal. Beberapa judul buku kumpulan carita pondok (carpon) di antaranya : 1. 2. 3. 4. 5. Carita Biasa (1959) karangan RAF Papacangan (1960) karangan Rusman Sutiasumarga Hujan munggaran (1960) karangan Ayatrohaedi Dongeng Enteng ti Pasantren karangan RAF Jurig (1963) karangan Tini Kartini

l. Novel : Karya sastra bebas ceritanya panjang jalan ceritanya banyak bagianbagiannya atau episodenya, baik pelaku dan ceritanya masuk akal. Contoh novel Sunda yang terkenal di antaranya : 1. 2. 3. 4. 5. Pangerang Kornel karangan R. Memed Sastra hadiprawira; Rusiah nu Goreng Patut karangan Sukria & Yuhana; Mantri Jero karangan R. Memed Sastrahadiprawira; Lain eta karangan Mohamad Ambri; Baruang ka nu Ngarora karangan D.K.Ardiwinata.

Karya sastra seperti dongeng, carpon dan novel termasuk prosa sedangkan kakawihan, paparikan, wawangsalan, sajak mantra, guguritan, wawacan dan pantun termasuk puisi.

H. PERTUNJUKAN-PERTUNJUKAN LAINNYA KUDA RENGGONG Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari Sumedang. Kata "renggong" di dalam kesenian ini merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan (bahasa Sunda untuk "ketrampilan") cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama kendang, yang biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-arakan anak sunat. Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni helaran (pawai, karnaval), Kuda Renggong telah berkembang dilihat dari pilihan bentuk kudanya yang tegap dan kuat, asesoris kuda dan perlengkapan musik pengiring, para penari, dll., dan semakin hari semakin semarak dengan pelbagai kreasi para senimannya. Hal ini tercatat dalam setiap festival Kuda Renggong yang diadakan setiap tahunnya. Akhirnya Kuda Renggong menjadi seni pertunjukan khas Kabupaten Sumedang. Kuda Renggong kini telah menjadi komoditi pariwisata yang dikenal secara nasional dan internasional. SISINGAAN Sisingaan atau Gotong Singa (sebutan lainnya Odong-odong) merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat Jawa Barat, khas Subang (di samping seni lainnya seperti Bajidoran dan Genjring Bonyok) berupa keterampilan memainkan tandu berisi boneka singa (Sunda: sisingaan, singa tiruan) berpenunggang. Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Sisingaan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug. Penyajian Pola penyajian Sisingaan meliputi: 1. Tatalu (tetabuhan, arang-arang bubuka) atau keringan 2. Kidung atau kembang gadung 3. Sajian Ibingan di antaranya solor, gondang, ewang (kangsreng), catrik, kosong-kosong dan lain-lain 4. Atraksi atau demo, biasanya disebut atraksi kamonesan dalam pertunjukan Sisingaan yang

awalnya terinspirasi oleh atraksi Adem Ayem (genjring akrobat) dan Liong (barongsay) 5. Penutup dengan musik keringan. Sejarah & perkembangan Terdapat beberapa keterangan tentang asal usul Sisingaan ini, di antaranya bahwa Sisingaan memiliki hubungan dengan bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah lewat binatang Singa kembar (Singa kembar lambang penjajah Belanda), yang pada waktu itu hanya punya sisa waktu luang dua hari dalam seminggu. Keterangan lain dikaitkan dengan semangat menampilkan jenis kesenian di Anjungan Jawa Barat sekitar tahun 70-an, ketika Bupati Subang dipegang oleh Pak Acu. Pada waktu itu RAF (Rachmatulah Ading Affandi) yang juga tengah berdinas di Subang, karena ia dikenal sebagai seniman dan budayawan dimintakan kitanya. Dalam prosesnya itu, akhirnya ditampilkanlah Gotong Singa atau Sisingaan yang dalam bentuknya masih sederhana, termasuk musik pengiringnya dan kostum penari pengusung Sisingaan. Ternyata sambutannya sangat luar biasa, sejak itu Sisingaan menjadi dikenal masyarakat. Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya, semakin gagah dan menarik. Demikian juga para pengusung Sisingaan, kostumnya semakin dibuat glamour dengan warna-warna kontras dan menyolok.. Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain, seperti bedug, genjring dll. Begitu juga dengan lagu-lagunya, lagu-lagu dangdut popular sekarang menjadi dominan. Dalam beberapa festival Helaran Sisingaan selalu menjadi unggulan, masyarakat semakin menyukainya, karena itu perkembangannya sangat pesat. Dewasa ini, di Subang saja diperkirakan ada 200 grup Sisingaan yang tersebar di setiap desa, oleh karena itu Festival Sisingaan Kabupaten Subang yang diselenggarakan setiap tahunnya, merupakan jawaban konkrit dari antusiasme masyarakat Subang. Karena bagi pemenang, diberi peluang mengisi acara di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Penyebaran Sisingaan sangat cepat, dibeberapa daerah di luar Subang, seperti Sumedang, Kabupaten Bandung, Purwakarta, dll, Sisingaan menjadi salah satu jenis pertunjukan rakyat yang disukai, terutama dalam acara-acara khitanan dan perkawinan. Sebagai seni helaran yang unggul, Sisingaan dikemas sedemikian rupa dengan penambahan pelbagai atraksi, misalnya yang paling menonjol adalah Jajangkungan dengan tampilan manusiamanusia yang tinggi menjangkau langit, sekitar 3-4 meter, serta ditambahkan dengan bunyibunyian petasan yang dipasang dalam bentuk sebuah senapan. Dalam rangka menumbuhkembangkan seni sisingaan khas kabupaten subang, sanggar seni ninaproduction berupaya untuk melakukan regerasi melaui pembinaan tari anakanak usia 7 tahun sampai remaja, termasuk tari sisingaan. Nina production beralamat di Jalan Patinggi no 78 Desa buni hayu Jalancagak Subang, sampai saa ini Sanggar Nina

Production telah di liput oleh trans 7 dalam acara wara wiri, Daai TV dan sekarang tangggal 2 Mei 2010 akan diliput oleh ANTV dalam acara anak pemberani. Pemaknaan Ada beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan Sisingaan, diantaranya:

Makna sosial, masyarakat Subang percaya bahwa jiwa kesenian rakyat sangat berperan dalam diri mereka, seperti egalitarian, spontanitas, dan rasa memiliki dari setiap jenis seni rakyat yang muncul. Makna teatrikal, dilihat dari penampilannya Sisingaan dewasa ini tak diragukan lagi sangat teatrikal, apalagi setelah ditmabhakn berbagai variasi, seperti jajangkungan dan lain-lain. Makna komersial, karena Sisingaan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, maka antusiasme munculnya sejumlah puluhan bahkan ratusan kelompok Sisingaan dari berbagai desa untuk ikut festival, menunjukan peluang ini, karena si pemenang akan mendapatkan peluang bisnis yang menggiurkan, sama halnya seperti seni bajidoran. Makna universal, dalam setiap etnik dan bangsa seringkali dipunyai pemujaan terhadap binatang Singa (terutama Eropa dan Afrika), meskipun di Jawa Barat tidak terdapat habitat binatang Singa, namun dengan konsep kerkayatan, dapat saja Singa muncul bukan dihabitatnya, dan diterima sebagai miliknya, terbukti pada Sisingaan. Makna Spiritual, dipercaya oleh masyarakat lingkungannya untuk keselamatan/ (salametan) atau syukuran.

KUDA LUMPING Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia. Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sejarah Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

PERMAINAN RAKYAT
Permainan rakyat tersebar di daerah Jawa Barat, dan merupakan bagian dari folklore. Kecenderungan manusia untuk menikmati suatu permainan yang mendidik dan menggembirakan, sebenarnya bersifat universal, namun tiap daerah atau tempat memiliki cara yang berlainan. Masyarakat Jawa Barat sejak jaman dulu telah memiliki banyak permainan yang dilakukan terutama oleh anak-anak pada waktu senggang. Bila permainan rakyat yang ada di Jawa Barat kita kaji ternyata bersifat edukatif; mengandung unsur pendidikan jasmani, kecermatan, kelincahan, daya pikir, apresiasi artistik (unsur seni), kesegaran psikologis dan sebagainya. Keterampilan berprestasi yang bersifat hiburan dalam wujud permainan rakyat kita jumpai di mana-mana. Beberapa macam permainan rakyat daerah Jawa Barat diantaranya adalah :

Bebentengan Permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan sebanyak 1624 orang. Permainan ini memerlukan tempat yang cukup luas dengan ukuran kira-kira 10 X 5 meter2 sehingga dapat bermain leluasa, alat yang diperlukan beberapa buah bata/batu sebagai bentengnya.

Ditinjau dari segi edukatif permainan ini sangat baik bagi perkembangan bakat dan membantu pertumbuhan jasmani anak-anak karena secara tidak langsung melatih kelincahan dan kecepatan lari, juga melatih penglihatan di samping mempelajari cara mengecoh lawan.

Congklak Permainan ini umumnya digemari kaum wanita tua, muda dan anak-anak, dilakukan dikala waktu senggang. Alat yang diperlukan sebuah congklak terbuat dari kayu/plastik beserta 98 butir biji-bijian atau kewuk/lokan. Permainan dilakukan oleh 2 orang dapat dilakukan di lantai atau di atas meja. Permainan congklak melatih keterampilan menghitung dan melatih tanggung jawab pada diri sendiri dan rasa setia kawan.

Dogdog Lojor Permainan ini merupakan permainan pelengkap dari suatu upacara adat Seren Taun, Ngaruat dan Pesta Panen untuk memeriahkan suasana. Pelaku permainan dogdog lojor sebanyak 12 orang dibagi 2 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 2 orang pemain dogdog dan 4 orang pemain angklung, tiap kelompok ada pemimpinnya, biasanya salah seorang pemain dogdog. Permainan diawali dengan iringan lagu-lagu vocal dari para pemain dengan pantunpantun yang sederhana, mereka terus bergerak mengikuti irama lagu membentuk lingkaran. Para pemain melanjutkan permainannya dengan acara ngadu atau bertanding. Pertandingan yang dilakukan seperti gerakan ucing-ucingan, oray-orayan, ngadu bedug/dogdog, ngadu domba, ngadu jalan. Permainan yang dilakukan orang dewasa ini di samping melatih keterampilan memainkan dogdog dan perasaan estetika juga sebagai hiburan.

Ecor Permainan Ecor ini terdapat di kampung Krajan Wadas, desa Kedawung, Kecamatan Talagasari, Kabupaten Karawang. Dilakukan oleh anak laki-laki yang dilakukan di pinggir sungai atau empang ikan bandeng. Permainan ini merupakan pertandingan antar dua kelompok yang anggotanya paling

sedikit 3 orang dan dipimpin oleh pimpinan kelompok yang mengatur siasat untuk kemenangan. Alat yang digunakan sebuah batu atau bola buatan dari tanah liat dan lubang yang dibuat di pinggir sungai. Manfaat dari permainan ini melatih keterampilan menyelam dan mendarat melewati rintangan, serta merupakan hiburan sehat dan olah raga. Sampai masa kini permainan ecor masih dilakukan penduduk setempat. Gatrik Permainan gatrik adalah permainan untuk anak-anak yang berumur sekitar 812 tahun, dilakukan oleh 2 orang atau sampai 5 orang. Peralatan yang diperlukan bilah bambu berukuran sekitar 40 cm, lebar 2 cm dan 2 buah bilah berukuran kecil, batu bata dan tempat yang agak luas. Permainan ini melatih keterampilan menghitung jarak, rasa tanggung jawab dan setia kawan.

Kobak Kobak atau logak yaitu lubang kecil yang dangkal. Perlengkapan alat yang digunakan dalam permainan ini beberapa gundu dan lobang kecil yang dangkal sebagai sasaran untuk mencapai kemenangan. Dilakukan oleh anak-anak atau remaja laki-laki antara 2 sampai 5 orang dan bermain perorangan. Tempat bermain di ruang terbuka yang cukup luas. Permainan ini suka memakai taruhan uang atau karet gelang. Permainan ini di samping sebagai hiburan juga melatih kecermatan dan ketangkasan melempar. Permainan ini terdapat Kabupaten Bandung, Garut, Cianjur, Bogor dan sekitarnya.

Meong Bongkok Permainan ini dilakukan oleh anak laki atau perempuan, dilakukan di tempat yang cukup luas, jumlah pemain antara 12 atau 20 orang yang berpasang-pasangan membentuk dua kelompok untuk bertanding. Permainan ini merupakan hiburan yang mengasyikan dan mengandung unsur olah raga serta keterampilan memelihara keseimbangan. Terdapat di daerah Cibatu Kabupaten Garut.

Ngadu Karbit Permainan ini untuk orang dewasa yang menggunakan meriam yang terbuat dari batang enau/pinang, gagang dari bilah bambu dan kaleng bekas untuk tempat karbit yang diairi. Banyaknya pemain tidak tentu tergantung dari banyaknya alat yang digunakan. Mengandung unsur pertandingan antar kelompok, dan dilakukan di tempat terbuka yang cukup luas. Biasanya permainan ini dilakukan pada menjelang akhir bulan puasa sebagai hiburan,

kini permainan ini jarang dilakukan karena membahayakan. Terdapat di daerah Bogor dan Karawang.

Ngadu Muncang Merupakan permainan anak-anak maupun dewasa laki-laki, merupakan pertandingan antara 2 orang pemilik kemiri, dapat dilakukan di tempat terbuka atau tertutup. Alat yang digunakan terdiri dari kemiri yang dipertandingkan, penggepit, bantalan yang dibuat dari kayu keras, penampang bantalan, dan gegendir/pemukul dari kayu yang keras. Terdapat unsur taruhan uang di kalangan pemain dewasa, sedangkan anakanak taruhannya berupa kemiri atau kelereng. Disamping merupakan hiburan juga merupakan latihan memilih kemiri yang besar daya tahannya . Masih dilakukan di beberapa daerah di Jawa Barat.

Oray-orayan Permainan untuk anak-anak dengan jumlah anak sekitar 20 orang, dilakukan di tempat terbuka yang luas. Menggunakan dialog tanya jawab di antara pemain dan nyanyiannyanyian, tidak ada unsur pertandingan, hanya sebagai hiburan pengisi waktu. Permainan ini melatih kecekatan, kesiagaan dan keterampilan berkelompok. Masih dilakukan dibeberapa daerah di Jawa Barat.

Palpalan Permainan anak-anak ini dilakukan oleh 2 sampai 7 orang bermain sebagai perorangan, dilakukan di tempat terbuka dan cukup luas, ada unsur taruhan. Alat yang digunakan berupa kelereng serta batasan-batasan tertentu pada gelanggang. Permainan ini di samping sebagai hiburan di waktu senggang juga melatih keterampilan membidik dan kejujuran.

Pacublak-cublak Uang Permainan ini biasa dilakukan anak-anak usia 5 sampai 12 tahun, tidak memerlukan tempat yang khusus, cukup di serambi atau di halaman yang teduh. Alat Bantu permainan hanya sebutir batu kecil atau kelereng. Permainan ini diikuti oleh 5 sampai 7 orang, salah satu dari mereka menjadi jojodog dengan posisi duduk membungkuk sebagai tempat untuk menaruh tangan para pemain yang menang undian. Sambil bernyanyi mereka mengelilingkan batu pada tangan mereka yang pada akhirnya yang menjadi jojodog harus menerka di tangan siapa batu kecil itu berada. Permainan ini dapat melatih ketajaman rasa, melatih membaca pikiran orang lain, dan melatih mental suapaya kuat ketika menerima ejekan dari orang lain.

Sur-ser Permainan anak-anak yang dilakukan di dalam ruangan dan para pemain tidak berpindah tempat karena tidak mengandung unsur pertandingan. Jumlah pelaku permainan antara 4 sampai 10 orang, mereka melakukan gerakangerakan bersama sambil bernyanyi dan gelak tawa mereka menghangatkan suasana. Permainan ini melatih kelenturan badan serta ketepatan irama bersama.

Serok Dilakukan oleh anak perempuan berumur 6 sampai 12 tahun, alat yang dipakai dalam permainan ini diantaranya biji sawo, biji tanjung, biji asam atau biji jarak, sedangkan sebagai seroknya digunakan daun nangka. Banyaknya pemain paling sedikit 2 orang, paling banyak 5 orang dalam posisi berhadap-hadapan sambil duduk. Tempat untuk bermain biasanya pada emper-emper rumah yang bertegel atau serambi yang berlantai ubin atau papan. Permainan ini memupuk rasa sportivitas, mendidik keterampilan dan ketelitian. Mengandung unsure bertanding untuk menang, permainan ini terdapat di Priangan dan sekitarnya.

Susumputan Permainan ini dilakukan anak-anak berusia 5 sampai 12 tahun, diikuti oleh 4 sampai 10 orang. Salah satu di antara mereka menjadi kucing dan yang lainnya bersembunyi, yang menjadi kucing harus mencari temannya yang bersembunyi. Permainan ini dapat melatih pancaindera, melatih keterampilan dan kecepatan bergerak, melatih rasa setia kawan dan saling tolong- menolong. Permainan ini masih digemari sampai sekarang.

Turih Oncom Permainan ini digemari anak-anak usia 5 sampai 10 tahun, pelaku dari permainan ini hanya 5 orang. Tempat yang diperlukan agak luas dan rata dengan ukuran 2 x 2 m2 atau 3 x 3 m2 yang membentuk bujur sangkar. Permainan ini merupakan hiburan segar sambil berolah raga. Pelaku permainan ini tidak merupakan kelompok lawan dan kawan, tetapi merupakan permainan kecekatan perorangan. Untuk menentukan siapa penghuni sudut dan siapa yang menjadi kucing, mereka mengadakan undian terlebih dahulu melalui hompimpah atau suten, yang kalah undian menjadi kucingnya dan menempati tengah-tengah arena, yang menang menempati tiap sudut A-B-C-D. Yang menjadi kucing berusaha menempati posisi sudut-sudut itu. Permainan ini melatih anak-anak bereaksi dengan cepat, melatih sifat sportif serta jujur.

Ucing Kalangkang Pelaku permainan 5 sampai 10 anak, mereka mengadakan undian yang kalah menjadi kucing. Dilakukan pada pagi hari atau malam hari waktu terang bulan, dimana orang berdiri jelas bayangannya. Gelanggang permainan di tempat terbuka. Jalannya permainan yang menjadi kucing harus menginjak bayangan lawannya dan bila terinjak lawannya berbalik menjadi kucing. Permainan ini melatih kecekatan bergerak.

Ucing Peungpeun Permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan, dilakukan di tempat terbuka, jumlah peserta dapat sampai 10 orang anak. Merupakan permainan perorangan, dimana yang menjadi kucing matanya ditutup dan berada di tengah-tengah lingkaran mangsanya. Sambil bernyanyi mereka mengelilingi kucingnya, dan apabila selesai bernyanyi yang menjadi kucing harus menerka mangsanya, dan apabila terkaannya benar ia berbalik jadi mangsanya, begitu seterusnya. Permainan ini melatih untuk ketepatan menerka dan kejujuran, permainan ini merupakan hiburan dan tersebar di Jawa Barat.

Ucing Kuriling Permainan ini dilakukan anak-anak dan tidak terbatas banyaknya. Dilakukan di tempat yang agak luas dengan membuat garis lingkaran yang garis tengahnya kira-kira 4 sampai 5 m. Yang menjadi kucing berada di atas garis lingkaran sedangkan yang menjadi tikusnya/mangsanya di dalam lingkaran. Apabila mangsanya kena tepukan kucing maka ia akan berbalik menjadi kucing. Permainan ini melatih kecekatan dan sportifitas, di samping merupakan hiburan yang mengasyikkan.

BAJU ADAT
Pakaian Rakyat Biasa Pria : menggunakan celana komprang/pangsi dilengkapi sabuk, baju kampret atau salontreng (baju kurung), kepala memakai iket lohen dan memakai kain sarung poleng yang diselempangkan dari bahu kanan kearah pinggang sebelah kiri atau sebaliknya. Alas kaki memakai sandal tarumpah sebagai pelengkapnya.

Wanita : menggunakan sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, rambut digelung jucung (disanggul kecil ke atas), perhiasan memakai geulang akar bahar (gelang akar bahar), suweng pelenis (giwang bundar terbuat dari perakatau

emas), ali meneng (cincin polos terbuat dari perak atau disepuh emas) dan alas kaki memakai sendal jepit/sendal keteplek.

Pakaian Kaum Menengah Pria : menggunakan baju bedahan putih, kain kebat batik memakai sabuk dan ikat kepala, alas kaki sandal tarumpah, arloji berantai emas yang digantung disaku baju, merupakan kelengkapan berbusana. Wanita : menggunakan kain kebat batik beraneka corak sebatas mata kaki, beubeur, kebaya beraneka warna, selendang berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis. Sebagai pelengkap, rambut disanggul, memakai perhiasan giwang, kalung, gelang dan cincin yang terbuat dari emas atau perak. Pakaian Bangsawan/Menak Pria : Model 1 Baju jas tutup/bedahan dengan bahan beludru warna hitam bersulam benang emas menyusuri pinggir baju dan ujung lengan baju selebar 2,5 cm; Celana panjang bahan beludru hitam dengan sulaman dan kelim emas di seputar pinggir bawah celana selebar sulaman pada leher baju; Kain dodot motif rereng parang rusak yang dilepe (tumpukan lipatan kain pada ujung kanan selebar 6 cm. sebanyak 7 atau 9 lipatan); Sabuk atau benten emas, digunakan sebagai alat untuk pengencang kain; Bendo dengan motif yang sama dengan dodot sebagai tutup kepala; Alas kaki memakai kaos dan sepatu hitam atau selop hitam.

Model 2 Jas tutup warna hitam; Kain kebat batik motif rereng; Tutup kepala/bendo motif rereng (sama dengan motif kain); Sabuk; Jam rantai sebagai hiasan baju; Alas kaki sepatu hitam atau selop. Wanita : menggunakan kebaya beludru hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya hingga leher, mengitari bagian lingkaran pinggul dan seputar pergelangan tangan, memakai kain kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas atau manik-manik. Sebagai pelengkap, rambut disanggul rapi memakai tusuk konde emas, perhiasan giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros, semua perhiasan terbuat dari emas bertahtakan berlian.

Pakaian Mojang dan Jajaka Pakaian tradisional daerah Jawa Barat yang sudah dijadikan pakaian standar/baku dan sering dipakai pada acara resepsi oleh para mojang (gadis) dan jajaka (jejaka) adalah : Pria : menggunakan jas tutup atau jas takwa dengan warna bebas, celana panjang, kain dodot motif bebas, bendo sebagai penutup kepala, alas kaki sepatu atau selop dan rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan pada jas tutup. Wanita : menggunakan kebaya polos dihiasi sulaman atau manik-manik, kain kebat dilepe, kutang (kamisol), beubeur (ikat pinggang) untuk mengencangkan kain, alas kaki memakai selop yang sewarna dengan kebaya, karembong (selendang) sebagai pemanis. Sebagai pelengkap rambut disanggul rapi memakai hiasan bunga dan tusuk konde, perhiasan gelang kalung, cincin, dan bros.

Pakaian Pengantin Pakaian Pengantin Sukapura Pria : menggunakan kain rereng, baju jas tutup warna putih dengan ikat pingga warna putih, tutup kepala bendo motif rereng, dan selop warna putih. Sebagai hiasan kalung panjang, kalung bunga dan memakai keris. Wanita: menggunakan kain rereng eneng, kebaya brukat putih dengan memakai ikat pinggang atau benten warna emas, dan selop warna putih, sedangkan rambut disanggul memakai siger subadra, tujuh buah kembang goyang, lima untaian mangle (bunga sedap malam). Sebagai pelengkap perhiasan, lengan memakai kilat bahu, gelang, kalung panjang, bros, giwang dan cincin

.Pakaian Pengantin Cirebon Pria : menggunakan baju oblong warna krem dilengkapi terataian, celana panjang beludru hijau, kain dodot batik cirebonan, ikat pinggang, memakai keris dan kilat bahu.dan gelang kono. Kepalanya menggunakan mahkota Prabu Kresna, memakai selop warna hijau dengan perhiasan menggunakan gelang kono dan gelang kaki.

Wanita : menggunakan kemben beludru warna hijau, terataian, kain batik cirebonan, pending dan selop warna hijau. Memakai siger mahkota suri, untaian melati bawang sebungkus, kalung tiga susun, kilat bahu dan gelang kono.

Вам также может понравиться