Вы находитесь на странице: 1из 3

Universitas Unggulan dapat diartikan sebagai universitas bermutu dalam penerapan semua kalangan bahwa dalam kategori unggulan

tersirat harapan-harapan terhadap apa yang dapat diharapkan dimiliki oleh Mahasiswa setelah keluar dari universitas unggulan. Harapan itu tak lain adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua Mahasiswa, pemerintah, masyarakat bahkan oleh Mahasiswa itu sendiri yaitu sejauh mana keluaran (output) universitas itu memiliki kemampuan intelektual, moral dan keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat. Untuk menyikapi semua itu, kita harus mengubah system pembelajaran yang selama ini berlaku disemua tingkat pendidikan yaitu adanya keterkungkungan Mahasiswa dana Dosen dalam melaksanakannya.Sistem yang dimaksud adalah system dimana Mahasiswa dan Dosen dikejar dengan pencapaian target kurikulum dalam artian Dosen dituntut menyelesaikan semua materi yang ada dalam kurikulum tanpa memperhatikan ketuntasan belajar Mahasiswa, disamping itu adanya anggapan bahwa belajr adalah berupa transformasi pengetahuan (Transfer of knowlwdge). Pada sisi unggulan semua system itu seharusnya tidak diterapkan agar apa yang menjadi harapan Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, pemerintah, masyarakat bahkan kita selaku pengajar dan pendidik dapat tercapai. Mari kita sama-sama merubah semua itu dengan mengembangkan Learning How to Learn (Murphi,1992) atau belajar bagaimana belajar, artinya belajar itu tidak hanya berupa transformasi pengetahuan tetapi jauh lebih penting adalah mempersiapkan Mahasiswa belajar lebih jauh dari sumber-sumber yang mereka temukan dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain maupun dari lingkungan dimana dia tumbuh guna mengembangkan potensi dan perkembangan dirinya atau dengan kata lain belajar pada hakekatnya bagaimana mengartikulasikan pengetahu an-pengetahuan Mahasiswa kedalam kenyataan hidup yang sedang dan yang akan dihadapi oleh Mahasiswa. Secara pribadi dalam hal mengembangkan universitas kearah universitas unggulan (universitas bermutu) disamping perubahan-perubahan tersebut masih banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Sarana dan prasarana, Menejmen peruniversitasan,Visi dan Misi universitas, Profesionalisme Dosen dan lain-lain. Untuk Profesionalisme bukan berarti menguasai sebagian besar pengetahuan tatapi lebih penting adalah bagaimana membuat Mahasiswa dapat belajar, Dosen dan Mahasiswa disederhanakan agat tidat tercipta gep, adanya perilaku Dosen yang membuat Mahasiswa tersisih atau terpisah dari Dosennya, Dosen dan Mahasiswa harus terjalin komunikasi agar dalam proses pembelajaran ada keterbukaan Mahasiswa mengeritik dan mengeluarkan pendapat. Sebab bukan tidak mungkin dengan pengaruh perkembangan teknologi Mahasiswa lebih pintar dari Dosennya. Namun ditengah-tengah tren tersebut, UNY hadir tidak membuat pendidikan hanya sebagai tren belaka. UNY menyajikan pendidikan yang sesuai dengan harapan-harapan diatas denga mahasiswa-mahasiswa yang selektif yang menjadikan pendidikan di Indonesia semakin maju dari tahun-ketahun.
esai kew ira

OBYEK KEWIRAUSAHAAN
Jan.08, 2011 in Ilmu Pengetahuan Seperti ilmu lain, kewirausahaan memiliki obyek studi yang pada intinya adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku di dunia nyata. Penulis menyimpulkan beberapa pendapat akademisi, praktisi, seperti Soeparman Soemohamidjaya (1997), Hisrich, et. al., (2005), Zimmerer, and Scarborough (1998), Ambar Polah (2006), tentang beberapa obyek kewirausahaan sebagai berikut: Kemampuan merumuskan tujuan hidup dan mengelola usaha Seorang yang akan melakukan kegiatan usaha (wirausaha) akan melakukan pemikiran, studi dan merumuskan untuk tujuan apa melakukan kegiatan usaha, what is our bussiness. Kemampuan merumuskan tujuan akan memberikan jalan dan pedoman dalam melakukan kegiatan usaha. Kemampuan merumuskan tujuan hidup sangat ditentukan oleh kondisi obyektif seorang wirausaha yang dipengaruhi oleh kondisi internal seperti keluarga, pendidikan, pengalaman dan kondisi ekternal seperti lingkungan umum, ekonomi, industri. 1. Kemampuan memotivasi diri Kemampuan memotivasi diri dalam menumbuhkan tekad, semangat dalam melakukan kegiatan usaha. Kemampuan memotivasi diri sangat ditentukan oleh locus of control dalam diri wirausaha. Kemampuan memotivasi diri bisa berasal dari dalam diri sendiri (internal locus of control) dalam mencapai kehidupan yang lebih baik, pengembangan diri, penataan financial. Kemampuan memotivasi diri bias juga berasal dari pengaruh lingkungan luar, seperti melihat mereka yang sudah berhasil, lingkungan sekitar banyak wirausaha, dorongan orang tua, keluarga bahkan juga dari anjuran konsultan, psikolog. 2. Kemampuan berinisiatif. Kemampuan berinisiatif adalah mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga dalam jangka panjang menumbuhkan kebiasaan berinisiatif yang akan menghasilkan kreativitas dan inovasi. Inovasi merupakan sebuah desakan dalam diri wirausaha untuk selalu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dapat dijadikan piranti dalam menghasilkan barang maupun jasa yang dibutuhkan pengguna. 3. Kemampuan membentuk modal (capital) Kemapuan membentuk modal sangat menentukan kelancaran dalam memulai usaha. Semangat dan tekat untuk berusaha dan pemahaman tentang pengelolaan keungan (financial management) menjadi dasar dalam kemampuan membentuk modal. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, hutang jangka pendek, menengah, kerjasama manajemen, bantuan, dan lain-lain. 4. Kemampuan mengatur waktu (time management skill). Melakukan kegiatan usaha baik menghasilkan barang maupun jasa, berkarir dalam organisasi membutuhkan ketekunan, ketelitian dan juga keseriusan yang juga berhubungan langsung dengan kemampuan mengatur waktu, Wirausahan yang menanggung bermacam risiko, membutuhkan manajemen waktu yang tepat, kapan memulai pekerjaan dan kapan selesai, skedul waktu bekerja dan dalam menyelesaikan pekerjaan sangat menentukan keberhasilan kegiatan usaha. Ada pepatah time is money. Contoh: seorang ahli psikolog, dokter ahli dikatakan berhasil apa bila dia bisa menjalankan profesi dan juga mampu memberikan waktu untuk keluarga. 5. Kemampuan mental yang dilandasi agama

Ada kalanya kesuksesan seorang wirausaha membutuhkan waktu yang cukup lama. Perjalankan kesuksesan wirausaha adakalanya mengalami siklus naik-turun. Pada saat kehidupan wirausaha pada kondisi sulit kekuatan mental yang dilandasi keyakinan dan agama sangat diperlukan guna menghadapi tekanan kesulitan. 6. Kemampuan mengambil hikmah dari pengalaman Kehidupan bisnis dapat dibaratkan kehidupan manusia, kadang kondisinya sehat, kadang kondisinya kurang sehat, bahkan mati. Kehidupan wirausaha dalam menjalankan usaha pada umumnya mengalami pasang surut. Kegagalan, kemerosotan dalam bisnis adalah hal wajar. Pengalaman wirausaha yang baik dan pengalaman yang menyakitkan dapat merupakan pengalaman yang berharga apabila wirausaha tersebut mampu mengambil hikmah. Pengalaman merupakan bahan referensi dalam bersikap, berperilaku, mengambil kebijakan, dan menjalankan usaha dimasa kini dan masa depan.

Вам также может понравиться