Вы находитесь на странице: 1из 8

Mayumi Haryoto, Fokus Sebagai Ilustrator

by Wacom Datascrip on Monday, July 9, 2012 at 12:43pm

-Mayumi Haryoto-

Pada saat banyak freelancer yang masih berpikir sebagai "jack of all trades" dan jarang yang berani menyatakan dirinya seorang ahli di satu bidang. Mayumi justru berani memutuskan untuk fokus sebagai seorang ilustrator. Mayumi Haryoto, wanita berdarah Jepang-Indonesia ini mulai diperhitungkan di kancah industri kreatif ketika karya ilustrasi untuk cover album "Centralissimo" grup band Sore, berhasil menyabet Best Album Cover pada ajang Avima - Asian Voice Independent Music Award 2009 di Malaysia. Ia juga membuat cover untuk album Ape on the Roof, Tikas Defrosted Love Songs, dan poster film Pintu Terlarang.

-Centralismo-

-Poster Film : Pintu Terlarang-

Awalnya, Mayumi memang cukup berat ketika harus memutuskan untuk menjadi ilustrator murni. Lulusan Digital Studio College (red sekarang International Design School) mulanya menjajal kemampuannya di banyak bidang, mulai dari game developer, graphic house, advertising agency, film

productions, hingga records label. Baru tahun 2005, saya memutuskan untuk menjadi seorangfreelancer yang fokus sebagai ilustrator saja, ujarnya.
Lambat laun, Ia mendapatkan banyak keuntungan dari "positioning"-nya yang kuat sebagai ilustrator. Ia banyak mendapat order karya ilustrtasi. Selama ini, Mayumi lebih banyak mengerjakan ilustrasi untuk iklan. Ia juga sedang mengembangkan interactive storybook, berkolaborasi dengan musisi dan penulis. Selain itu, ia menjadiCreative Director di Altermyth Studio, sebuah perusahaan mobile app and game developer.

Ia mendapatkan tawaran dari CEO Altermyth Studio, yang kebetulan kawan lamanya. Mayumi diminta untuk mengembangkan tim kreatif di Altermyth. Saya menerima tantangan itu karena bisa sambil belajar lagi tentang pasar industri game dan aplikasi mobile, termasuk agar bisa memiliki waktu lebih untuk mengembangkan proyek-proyek personal saya, kata Mayumi yang sedang mempersiapkan beberapa karya untuk dipamerkan.

Tahun 2012 ini, Ia berencana mengurangi sedikit proyek pesanan untuk mengejar target dan memfokuskan diri pada proyek-proyek personal. Sudah terlalu lama tidak mengerjakan proyek sendiri. Karya personal itu penting sekali untuk mengatasi kejenuhan karena sebagai freelancer tidak ada pakem jenjang karir yang linear seperti di dalam perusahaan, Ujarnya. Setiap beberapa waktu harus meluangkan kesempatan untuk berkontemplasi meredefinisikan tujuan dan perjalankan karir yang sudah dilalui dengan harapan bisa terus membuat breakthrough. Dara kelahiran Jakarta, 24 Mei 1983 ini selalu mencoba menyampaikan suatu pesan atau emosi lewat karya personalnya, berbeda dengan permintaan pekerjaan dari klien.

Untuk materi iklan, biasanya setelah di-brief, Ia cari tahu dan memahami materi yang ingin diangkat hingga menemukan sudut pandang yang tepat dalam penyampaiannya. Dari situ, Mayumi mulai mensketsa konsep layout. Untuk proyek periklanan rata-rata pengerjaannya bisa memakan waktu 2 minggu termasuk revisi. Namun, menurutnya tipe pekerjaan dan kebutuhan beda-beda. Bisa saja hanya 3 hari, bahkan ada yang sampai 2 bulan baru kelar.

Selain dengan teknik konvensional, Mayumi juga menggunakan media digital. Menurutnya, penggunaan perangkat gambar digital ini sangat membantu. Proses lebih cepat, efek yang ingin ditampilkan pun lebih mudah dicapai, dan tentunya tangan tidak mudah kram, ujar pengguna Wacom Intuos 4 ini. Walau saya bukan kidal, fakta bahwa Wacom mulai memperhatikan orang kidal sangat revolusioner. Karena sebenarnya banyak orang dan teman kidal yang bekerja di industri kreatif.

-Mayumi Haryoto in action with Intuos4-

Menurutnya kendala paling besar untuk ilustrator di Indonesia yaitu pemetaan industri yang masih belum jelas. Di negara maju, industri ilustrasi sangat luas. Komik maupun game terpisah dengan ragam ilustrasi lain seperti buku anak, fashion dan editorial. Ada juga periklanan, arsitektur, film, animasi, industrial (product design), bahkan sampai medical/science Illustration, dan lain-lain. Persaingan amat sangat ketat, bahkan untuk di masing-masing kategori.

Di Indonesia semua bidang masih dianggap sama. Hal ini karena masing-masing industri yang berhubungan masih belum terlalu maju. Pokoknya yang penting bisa gambar. Jadi aspek teknik masih yang diutamakan, bukan konsep atau style artwork dan sentuhan personal. Bahkan banyak klien yang sebenarnya juga bekerja di industri kreatif, misal advertising agency, tidak paham akan keragaman jenis bidang ilustrasi. Saat membutuhkan ilustrasi pun banyak dari mereka tidak tahu kepada ilustrator mana yang paling tepat untuk diminta mengerjakan proyek mereka. Alhasil, ilustrator yang paling bisa "berubah-ubah" gaya adalah yang sering dianggap paling handal oleh banyak pihak. Untuk bertahan, banyak ilustrator pada akhirnya pun harus terpaksa belajar menjadi "chameleon artist".

Jadi "bunglon" atau bukan, sebenarnya tidak ada yang lebih baik. Masing-masing murni sebatas pilihan jalur karir. Sebagai contoh, di dunia animasi atau game kemampuan meniru itu sangat berguna, dan bahkan mungkin sekali menjadi persyaratan wajib. Namun di bidang lain seperti children book atau editorial, sentuhan personal yang kuat lebih dibutuhkan untuk memberikan karakter tersendiri pada sebuah buku, majalah atau koran. Intinya ada banyak tipe. Hanya saja masih banyak yang tidak menyadari itu, bahkan mungkin sang ilustrator sendiri, ujarnya.

Ia mengatakan beberapa tahun belakangan mulai muncul ilustrator-ilustrator baru dengan personal style yang kuat. Ditambah komunitas komik yang bertahun-tahun mengerjakan proyek-proyek dari luar negeri dan diam-diam mulai gencar mempromosikan eksistensi mereka di audiens lokal. Selain itu, agen atau 'Artist Representative' untuk para ilustrator pun kini mulai banyak. Saya pikir ini masa yang sangat menarik untuk para ilustrator. Saya sangat berharap pergerakan-pergerakan yang terjadi saat ini akan berujung pada pemetaan industri yang lebih jelas dan bukan euforia sesaat. Tentunya untuk membantu para ilustrator mengembangkan diri mereka lebih fokus lagi, kata penggemar karya-karya ilustrasi dari Grant Snider (komikus dari amerika, Red.) dan Dieter Rams (Industrial Designer dari Jerman, mantan Kepala Disain Produk Braun, Red.).

Ia menyarankan kepada para profesional industri kreatif di Indonesia untuk sama-sama melihat dari sudut pandang yang lebih luas lagi. Selama ini banyak yang mengeluh merasa kurang dihargai. Untuk suatu perubahan besar, tidak bisa digapai jika semua hanya memikirkan perut sendiri. Mencoba memahami dimana posisi diri dalam peta industri yang luas menjadi langkah awal yang penting sebelum menentukan langkah ke depan.

Ketika ditanya apa keinginan yang ingin dicapai di bidang industri kreatif, rupanya banyak sekali yang ingin diwujudkannya. Saya punya banyak sekali target dan rencana. Biar tidak berkesan muluk-muluk, lihat saja nanti. Semoga tercapai, jawabnya sembari tersenyum. (~husni)

-Mayumi's artwork 01-

-Mayumi's artwork 02-

-Mayumi's artwork 03-

Вам также может понравиться