Вы находитесь на странице: 1из 23

SMF/Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Puskesmas Palaran Samarinda

Diagnosis Kedokteran Keluarga

SKABIES

Disusun Oleh: Anis Purwaningsih 06.55353.00296.09

PEMBIMBING: dr. Sri Asih dr. Endang Sriwahyuningsih dr. Ronny Isnuwardana, MIH

Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Puskesmas Palaran Samarinda 2012 1

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabie var. hominis dan produknya. Skabies memiliki sinonim kudis, the itch, gudig, budukan, gatal agogo (Handoko, 2005). Penyakit ini telah dikenal sejak lama, yaitu ketika Bonono dan Cestoni mampu mengilustrasikan sebuah tungau sebagai penyebab skabies pada tahun 1689 (Montesu dan Cottoni, 1991) . Literatur lain menyebutkan bahwa skabies diteliti pertama kali oleh Aristotle dan Cicero sekitar tiga ribu tahun yang lalu dan menyebutnya sebagai "lice in the flesh" (Alexander, 1984) . Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6-27% populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan (Tabri, 2003). Gambaran klinis skabies pada umumnya adalah ditemukan lesi papul, pustul, lesi-lesi kronik akibat garukan di tempat predileksi infestasi tungau serta lesi-lesi akibat infeksi sekunder yang dapat pula membentuk krusta. Gambaran klinis ini sering dikelirukan dengan dermatosis berkrusta seperti psoriasis, dermatitis seboroik, dermatitis kontak dan berbagai penyebab eritroderma lainnya. Diagnosis sering tertunda hingga berbulan-bulan dan tidak jarang diketahui setelah adanya orang di sekitar penderita yang terinfeksi (Sudarto, 2007). Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit skabies dalam hal penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas, karena penyakit ini mudah sekali menular terutama pada pemukiman yang padat. Transmisi atau perpindahan antar penderita dapat berlangsung melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke orang. Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-anak yang mendapat infestasi tungau dari ibunya, hidup dalam satu asrama, atau para perawat. Selain itu perpindahan

tungau juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan bersama (Tabri, 2003). Kasus adalah seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang dibawa berobat ke Puskesmas dengan keluhan gatal selama 2 bulan. Pasien sebelumnya telah berobat ke dokter praktik tetapi keluhan gatal tidak juga berkurang.

Penatalaksanaan kasus dilakukan di Poliklinik Rawat Jalan Puskesmas Palaran. Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan dengan pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya dan pendekatan keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi dan berkesinambungan sesuai konsep dokter keluarga. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. .

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku Status dalam keluarga Alamat : An. AM : 6 tahun : Laki-laki : Islam : Bugis : Cucu : Jl. Nusantara Rt.30 No.98 Simpang Pasir

Anamnesis Anamnesis dilakukan pada hari Selasa, 19 Juni 2012

Keluhan utama : Gatal pada seluruh tubuh

Riwayat penyakit sekarang : Keluhan ini dialami pasien sejak 2 bulan sebelum berobat ke Puskesmas. Awalnya muncul bintil-bintil di daerah sela-sela jari, kemudian menyebar ke bokong, lipatan paha, kaki, punggung, dan perut, yang terasa gatal terutama pada malam hari. Pasien sudah pernah dibawa berobat ke praktik dokter dan diberi salep serta obat pengurang rasa gatal namun keluhan tidak juga berkurang. Menurut pengakuan nenek pasien, gatal dirasakan pertama kali oleh suaminya yang sebelumnya kadangkala menginap di asrama tempat kerjanya. Salah satu teman kerja suaminya tersebut juga mengalami keluhan gatal yang serupa. Pasien belum pernah menderita gatal-gatal seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi maupun kontak dengan binatang peliharaan. Tidak ada tetangga di sekitar rumah yang menderita gatal-gatal.

Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Kesadaran Tanda vital Frekuensi nadi Frekuensi nafas Suhu : 88 kali/menit, reguler, kuat angkat : 22 kali/menit : 36,5 C per aksiler : tampak sakit sedang : kompos mentis

Status generalisata Kepala : Mata : anemis (-), ikterik (-), cekung (-) Hidung : dalam batas normal Telinga : dalam batas normal Mulut : mukosa mulut basah, faring hiperemi (-), pembesaran tonsil (-) Leher Dada : pembesaran KGB (-) : Inspeksi : pergerakan simetris Palpasi : dalam batas normal Perkusi : sonor D = S Auskultasi : Abdomen Paru : vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung : S1S2 tunggal, 5egion5, murmur (-)

: Inspeksi : flat Palpasi : soefl, nyeri tekan (-), Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas

: Atas : oedem (-/-), akral hangat

Bawah : oedem (-/-), akral hangat

Status dermatologis Regio antebrachii,plantar et palmar manus dekstra et sinistra, regio cruris dekstra et sinistra, regio glutea, regio inguinalis Efloresensi : tampak papula dan vesikel eritematous, sebagian mengalami erosi dan mengering

Diagnosis Kerja Sementara Skabies

Diagnosis Banding - Dermatitis kontak - Prurigo

Diagnosis Komplikasi: -

Penatalaksanaan Non farmakologi Edukasi mengenai penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi Memakai obat secara benar dan teratur serta kontrol ke Puskesmas Menjaga personal hygiene Menjaga kebersihan rumah Menganjurkan anggota keluarga yang lain untuk berobat jika mengalami keluhan serupa

Farmakologi CTM 1x1/2 tablet Gameksan krim 1%, dioleskan ke seluruh tubuh 1x pemakaian

Prognosis: Bonam

ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

IDENTITAS KELUARGA No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Umur Jenis kelamin Status perkawinan Agama Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat lengkap I. KEPALA KELUARGA Tn. MS 40 tahun Laki-laki Kawin Islam Bugis SMP Supir Trailer II. PASANGAN Ny. R 38 tahun Perempuan Kawin Islam Bugis SMP Ibu rumah tangga

Jl. Nusantara RT.30 NO.98 Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Samarinda

ANGGOTA KELUARGA No. Anggota Keluarga Tn. MS Ny. R Nn. R Usia Pekerjaan Hub. Klrg Ayah Ibu Anak Status Nikah Menikah Menikah Menikah Ya Serumah Tdk Kdg

1 2 3

40 thn 38 thn 29 thn

Supir trailer Ibu rumah tangga Penjaga toko

An. MF

18 bln

Belum bekerja

Anak

Belum menikah

GENOGRAM

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Penderita

STATUS FISIK, SOSIAL, EKONOMI KELUARGA DAN LINGKUNGAN No 1 2 3 EKONOMI KELUARGA Luas tanah Luas bangunan Pembagian ruangan Keterangan 10m x 20m 8m x 12m Rumah pasien terdiri dari: 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC 4 5 Besarnya daya listrik Tingkat Pendapatan Keluarga : a. Pengeluaran rata-rata/bulan Sewa rumah Bahan makanan : Beras, lauk/ikan, tempe-tahu, dan sayur mayur Diluar bahan makanan : Rp.1.340.000,00 Rp. 300.000,00 Rp. 500.000,00 900 watt

Pendidikan Kesehatan Listrik Air bersih Lain-lain b. Penghasilan keluarga/bulan No 1 2 PERILAKU KESEHATAN Pelayanan promotif/preventif Puskesmas

Rp. 200.000,00 Rp. 0,00 Rp. 100.000,00 Rp. 40.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 2.000.000,00

Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga Puskesmas lain

3 4 No 1

Pelayanan pengobatan Jaminan pemeliharaan kesehatan POLA MAKAN KELUARGA Kepala keluarga dan ibu

Puskesmas Jamkesda

Makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam). Nasi, tahu, tempe, telur, ikan, dan sayur. Buah jarang.

Anak

Makan 3 kali sehari. Menu makanan sama dengan anggota keluarga yang lain.

No 1

AKTIFITAS KELUARGA Aktivitas fisik a. Bapak Bekerja di luar rumah, setiap hari kecuali hari libur dengan waktu pulang ke rumah tidak tetap. b. Ibu Mencuci baju, memasak, menyapu, dan mengurus rumah tangga c. Anak Sekolah dan membantu pekerjaan nenek

Aktivitas mental

Seluruh anggota keluarga tidak rutin melaksanakan ibadah (sholat 5 waktu)

No 1

LINGKUNGAN Sosial Hubungan sekitar baik. dengan lingkungan

Fisik/biologik

Perumahan dan fasilitas Luas tanah Luas bangunan Jenis dinding terbanyak Jenis lantai terluas Sumber penerangan utama Sarana MCK

Sederhana 10 x 20 m2 8 x 12 m2 Kayu Kayu Lampu listrik Kamar mandi dan tempat buang air besar di luar rumah.

Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Di samping rumah, mengalir ke parit.

Sumber air sehari-hari Sumber air minum Pembuangan sampah

Air PDAM Air PDAM Dibakar dan di tempat

pembuangan sampah 3 Lingkungan kerja a. Ayah b. Ibu c. Anak Di luar rumah Di dalam rumah Di luar, dalam, dan sekitar rumah

POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELUARGA No. Indikator Pertanyaan Keterangan Jawaban Ya Tidak

A. Perilaku Sehat 1 Tidak merokok Ada yang memiliki kebiasaan Ayah tidak merokok dalam 3 merokok 2 Persalinan Dimana persalinan? 3 Imunisasi Apakah bayi ibu sudah di Imunisasi lengkap (BCG, DPT ibu melakukan Ditolong tempat bidan, rumah sakit. bulan terakhir

10

imunisasi lengkap?

1,2,3, Polio, hepatitis, campak) dilakukan semua

Balita ditimbang Apakah balita ibu sering Penimbangan di Posyandu

ditimbang? Dimana? 5 Sarapan pagi Apakah keluarga seluruh anggota Makanan yang dikonsumsi setiap mempunyai hari

kebiasaan sarapan pagi? 6 Dana sehat / ASKES Apakah anda ikut menjadi JPKM, peserta ASKES? 7 Cuci tangan Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga Jamsostek, Askeskin,

ASMARA

mempunyai

kebiasaan mempunyai kebiasaan mencuci

mencuci tangan menggunakan tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah sabun buang air besar? 8 Sikat gigi Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga

memiliki kebiasaan gosok gigi melakukan kebiasaan menggosok menggunakan odol? 9 Aktifitas fisik / Olah raga Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga gigi

melakukan aktifitas fisik atau melakukan aktifitas fisik setiap olah raga teratur? hari minimal 30 menit? Atau minimal 3x seminggu B. Lingkungan Sehat 1 Jamban Apakah di rumah tersedia Bila di rumah tidak ada tapi maka jawabannya Ya

jamban dan seluruh keluarga menggunakan MCK untuk BAB menggunakannya?

11

Air bersih dan bebas jentik Apakah di rumah tersedia air Bila rumah tidak memiliki sumber besih dengan tempat/tendon air air tetapi menggunakan MCK/ tidak ada jentik? kran umum untuk mendapatkan air bersih maka jawabannya Ya

Bebas sampah Apakah di tempat rumah tersedia Rumah Dan di sampah terlihat dan bersih/ tersedia bebas tempat

sampah?

lingkungan di sekitar rumah sampah di dalam/ di luar rumah tidak ada sampah berserakan? 4 SPAL Apakah ada/ tersedia SPAL di Lingkungan yang bersih tidak ada sekitar rumah? 5 Ventilasi Apakah ada pertukaran udara Ukuran ventilasi lebih kurang di dalam rumah? 6 Kepadatan Apakah ada kesesuaian luas Pengukuran kepadatan dimana 1 rumah dengan jumlah anggota orang keluarga? 7 Lantai Apakah tanah? A. Indikator tambahan 1 ASI Eksklusif Apakah ada bayi usia 0-6 Hanya untuk bayi keluarga yang bulan hanya mendapatkan ASI mempunyai bayi usia 0-6 bulan, saja sejak lahir sampai 6 bila rumah tangga tidak ada bulan? bayinya jawaban tetap ya tetapi dicatat dalam lembar catatan 2 Konsumsi buah & sayur Apakah dalam 1 minggu Semua anggota keluarga lantai bukan dari Seluruh lantai rumah disemen atau ubin atau kayu penghuni membutuhkan 1/10 luas lantai untuk tiap ruangan air limbah yang menggenang

2mx2mx2m

12

terakhir

anggota

keluarga mengkonsumsi buah dan sayur dan

mengkonsumsi sayur? Jumlah

buah

10

Klasifikasi SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan (merah) SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan (kuning) SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 11-15 pertanyaan (hijau) SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 16-18 pertanyaan (biru)

Kesimpulan: Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab Ya ada 9 pertanyaan yang berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam klasifikasi SEHAT II.

RESUME FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN KELUARGA Faktor Resiko Fisik Ventilasi ada, namun tidak pernah dibuka sehingga sirkulasi udara menjadi kurang baik dan lembap, pencahayaan matahari cukup karena jendela ada satu buah di tiap ruangan. Sanitasi lingkungan kurang karena limbah rumah tangga tampak menggenang. Biologi Psiko-sosioekonomi Kakek, nenek, dan saudara pasien menderita keluhan yang sama Tidak memiliki dana khusus sebagai sumber dana kesehatan. Pendapatan keluarga tergolong kurang untuk memenuhi kebutuhan. Kehidupan sosial dengan lingkungan baik. Perilaku Kesehatan Higiene pribadi kurang karena keadaan kamar tidur yang jarang dibersihkan, kasur jarang dicuci atau dijemur. Pemakaian handuk yang sama oleh suami, istri, dan anak. Gaya Hidup - Pemenuhan kebutuhan primer prioritas utama - Alokasi khusus dana kesehatan tidak ada

13

Lingkungan Kerja

Kakek pasien seringkali menginap di tempat kerja, rekan kerjanya memiliki keluhan gatal yang sama

DIAGNOSA KELUARGA (RESUME MASALAH KESEHATAN) Status Kesehatan dan Faktor Resiko (individu, keluarga, dan komunitas) 1. Kesadaran keluarga tentang kesehatan dan lingkungan yang sehat masih kurang baik. 2. Keluarga pasien yang tinggal serumah ada yang memiliki keluhan gatalgatal.

Status Upaya Kesehatan (individu, keluarga, dan komunitas) 1. Pendapatan keluarga untuk prioritas pemenuhan sandang, pangan, dan papan. 2. Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam berobat.

Status Lingkungan 1. Sanitasi lingkungan kurang, ventilasi udara dalam rumah sangat kurang. 2. Tidak ada kegiatan rutin gotong royong. 3. Sumber air yang dipergunakan untuk mandi, cuci, kakus, serta air minum, berasal dari PDAM.

RENCANA PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN Terhadap status kesehatan individu dan keluarga No Masalah Kesehatan Pengobatan / Tindakan

14

1.

Skabies

Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Skabies. Rencana terapi yang diberikan yaitu antihistamin (CTM 3x1/2 tablet) dan antiparasit topikal. Untuk pasien diberi antiparasit topikal, berupa krim Gameksan yang dipakai ke seluruh tubuh dan baru boleh dihapus 24 jam kemudian. Pemberiannya cukup sekali saja, kecuali jika masih ada gejala dapat diulangi seminggu kemudian.

2.

Keluarga

Edukasi mengenai penyakitnya, yaitu bahwa penyakit yang dialami oleh pasien dan keluarganya disebabkan oleh sejenis kutu yang dapat diakibatkan oleh kondisi ruangan yang terlalu lembab, perilaku menggunakan handuk atau pakaian bersama dan akibat alas tidur yang tidak dicuci atau dijemur. Sehingga penting bagi keluarga untuk menjaga kebersihan dalam keluarga seperti menjemur kasur dan bantal, mencuci seprei, dan menggunakan handuk secara terpisah guna mencegah penyakit berulang dan mencegah penularan kepada orang lain. Sebab bila salah satu keluarga sudah terkena penyakit ini, maka bila memakai handuk atau pakaian secara bergantian, kutu akan menular dari satu anggota keluarga ke anggota lainnya. Selain itu anggota keluarga maupun rekan kerja yang mengalami keluhan gatal yang sama harus segera memeriksakan diri dan berobat ke tempat pelayanan kesehatan untuk memutuskan rantai transmisi infeksi skabies.

15

Perawatan masalah kesehatan keluarga Masalah kesehatan Skabies

Tindakan perawatan (promotif, preventif, protektif) Individu Terapi simtomatis Edukasi mengenai higiene pribadi Keluarga Edukasi mengenai higiene pribadi dan lingkungan. Komunitas Melakukan penyuluhan edukasi dan kepada

masyarakat melalui leaflet dan brosur mengenai pribadi lingkungan. higiene dan

16

Mandala of Health

GAYA HIDUP
PERILAKU KESEHATAN - Higiene pribadi dan lingkungan kurang - Pemakaian handuk yang berganti-ganti antar anggota keluarga - Berobat hanya saat sakit & ada keluhan - Pengetahuan tentang kesehatan cukup

Pemenuhan kebutuhan primer prioritas utama Alokasi khusus dana kesehatan tidak ada LINGK. PSIKO-SOSIOEKONOMI Pendapatan keluarga kurang Kehidupan sosial dengan lingk. baik

FAMILY

PELAYANAN KES. Jarak rumah-pusat pelayanan kesehatan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor. Pasien memanfaatkan fasilitas Jamkesda dari pemerintah

PASIEN SKABIES

LINGK. KERJA Mes dengan riwayat rekan kerja memiliki keluhan gatal serupa

FAKTOR BIOLOGI Kakek, nenek, dan saudara pasien menderita penyakit yang sama dengan pasien

Komunitas: - Pemukiman cukup baik dengan sanitasi kurang - Warga sekitar tidak didapatkan yang memiliki sakit seperti pasien

LINGK. FISIK - Ventilasi di dalam rumah kurang - Sanitasi kurang

Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga Masalah


Fungsi biologis

Skor Awal

Upaya Penyelesaian

Suami pasien yang tinggal


serumah dengan pasien juga menderita skabies. Fungsi ekonomi & pemenuhan kebutuhan

Edukasi mengenai penyakit ini, penyebab, dan


faktor predisposisi, serta cara penularannya

Pengobatan

Pendapatan keluarga
tergolong kurang dan tidak memiliki dana khusus untuk kesehatan Faktor perilaku kesehatan keluarga

Motivasi untuk menggunakan penghasilan bagi


dana khusus kesehatan

Higiene pribadi & lingkungan


kurang

Edukasi tentang higiene dan pentingnya


lingkungan yang bersih

Pemakaian handuk yang


bergantian antar anggota keluarga

Edukasi

tentang

pentingnya

menjaga

kebersihan diri

Berobat jika hanya ada


keluhan

Edukasi dan motivasi untuk berobat teratur dan


memeriksakan kesehatan agar tidak terjadi kekambuhan

Lingkungan rumah

Ventilasi dibuka Kebersihan dan kerapian di


dalam kurang

Membuka ventilasi Edukasi


untuk menjaga kebersihan dan kerapian di dalam rumah.

16

PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien An.AM usia 6 tahun, dengan keluhan gatalgatal di sela jari, selangkangan dan bokong sejak 2 bulan yang lalu. Pasien tinggal satu rumah dengan 3 orang anggota keluarganya. Keluarga ini terdiri dari 1 orang kakek, 1 orang nenek, 1 orang anak, dan 1 orang cucu. Kakek pasien adalah orang yang pertama kali mengalami keluhan, kemudian mengenai pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya skabies pada pasien ini yaitu kondisi higiene lingkungan yang kurang. Pengetahuan yang kurang mengenai skabies juga mendukung terjadinya penularan skabies dalam anggota keluarga ini. Berdasarkan teori, cara penularan dari infeksi tungau Sarcoptes scabei dapat melalui kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung misalnya dengan berjabat tangan atau tidur bersama, sedangkan kontak tidak langsung yaitu melalui pakaian, handuk, seprei, dan bantal yang digunakan bersama (Tabri, 2003). Beberapa kebiasaan di keluarga ini yang menunjang penularan skabies adalah tidur sekamar dengan suami yang memiliki keluhan gatal serupa dan dianggap sebagai sumber penularan dan kebiasaan menggunakan handuk secara bergantian serta kasur yang jarang dicuci dan dijemur yang memudahkan transmisi penyakit ini. Diagnosis skabies dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Terdapat empat tanda kardinal dari skabies, dimana bila didapatkan dua dari empat tanda kardinal dapat didiagnosis sebagai skabies. Tanda kardinal tersebut adalah : 1) Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab. 2) Penyakit ini dapat menyerang manusia secara kelompok. Mereka yang tinggal di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah. 3) Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada pada daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan,

17

daerah sekitar kemaluan (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan perut bagian bawah. 4) Menemukan kutu pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis, merupakan diagnosis pasti penyakit ini (Depkes RI, 2007). Pada pasien ini diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa keluhan gatal-gatal di sela jari, bokong dan selangkangan yang terutama dirasakan pada malam hari. Selain itu ditemukan gejala gatal yang serupa pada 3 anggota keluarga yang tinggal serumah. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan lesi berupa multipel papul dan vesikula eritematosa yang sebagian mengalami erosi dan mengering. Tanda kardinal yang terpenuhi pada pasien ini adalah pruritus nokturna, tempat predileksi dan menyerang sekelompok manusia. Penyakit kulit skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit ini. Rencana terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan memberikan obat antihistamin (CTM 3x1/2 tablet) dan antiparasit topikal. Untuk pasien diberi antiparasit topikal berupa krim Gameksan 1% yang dipakai ke seluruh tubuh dan baru boleh dihapus 24 jam kemudian. Pemberiannya cukup sekali saja, kecuali jika masih ada gejala dapat diulangi seminggu kemudian. Menurut literatur Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat diulang satu minggu kemudian bila belum sembuh (Depkes RI, 2007). Masalah yang bisa dihadapi oleh pasien ini adalah masalah personal higiene dan keluarga. Oleh karena itu, disamping terapi farmakologis juga perlu dilakukan terapi non farmakologis berupa edukasi mengenai penyakit meliputi penyebab, sumber, dan cara penularannya. Pasien juga perlu diberikan edukasi mengenai perilaku kesehatan yang harus dilakukan dan yang harus diubah untuk memutus rantai penularan penyakit ini. Perilaku yang harus dilakukan yaitu dengan membersihkan semua

18

pakaian, handuk, seprei, dan selimut dengan menggunakan air panas (sebagian ahli menganjurkan untuk direbus), serta menjemur kasur atau alas tidur dan perlengkapan tidur lainnya seperti bantal dan guling. Perilaku yang harus diubah seperti jangan menggunakan handuk secara bergantian. Selain itu pasien juga perlu dimotivasi akan pentingnya menjaga higiene perorangan dan lingkungan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pengobatan yang tidak serentak menyebabkan penularan skabies dapat tetap terjadi dalam anggota keluarga. Masalah lain yang juga di hadapi adalah lingkungan rumah yang belum bersih dan lembab. Ventilasi masih kurang terutama di kamar tidur.

19

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J .O . 1984 . Scabies: Arthropods and Human Skin. New York : Springer - Verlag . p. 227 - 292 .

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. p. 208-210

Handoko, R.P. 2005. Skabies. Dalam: A. Djuanda, M. Hamzah, S. Aisah (Eds): Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (edisi keempat) (hlm. 122-125). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 122-125

Montesu, L.C. and F . Cottoni. 1991 . Discoverers of parasitic origin of scabies . Am. J. Dermatopath . 13 : 425-427.

Sudarto. 2007. Infeksi Menular Seksual Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 193-199

Tabri F. 2003. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p.62-79.

20

DOKUMENTASI

21

Вам также может понравиться