Вы находитесь на странице: 1из 21

A.

Judul Program Usaha Pembuatan dan Pemasaran Instalasi Biogas dan Pupuk Organik

sebagai Sistem Pengolahan Limbah Terpadu alam Upaya Mengatasi Pencemaran Lingkungan dan Pengembangan Potensi Daerah.

B.

Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai potensi kekayaan alam yang melimpah termasuk

kekayaan ternaknya.

Potensi ternak selama ini belum dikembangkan

sepenuhnya. Sebagian peternakan di Indonesia adalah peternakan yang bersifat tradisional. Termasuk dalam pengolahan hasil dan limbahnya belum tersentuh teknologi. Dari sisi lain keterbatasan pupuk buatan dipasaran menyebabkan tingginya harga pupuk sehingga banyak petani yang tidak mampu membelinya. Kondisi ini diperparah dengan adanya krisis energi yang sudah bebrapa tahun melanda Indonesia, pada tahun 2000 cadangan minyak Indonesia sekitar 5123 metrik barel (MB) dan tahun 2004 menjadi sekitar 4301 MB. Penurunan cadangan minyak disebabkan oleh dua faktor utama yaitu eksploitasi minyak selama bertahun-tahun dan minimnya eksplorasi atau survei geologi untuk menemukan cadangan minyak terbaru. Tanpa ditemukan cadangan minyak baru, praktis persedian minyak di Indonesia hanya dapat dieksploitasi sampai sekitar 30 tahunan. Konsumsi terhadap produk minyak/Bahan Bakar Minyak terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Indonesi. Ditinjau dari kesehatan, masalah lain yang ditimbulkan oleh sumber energi fosil adalah residu dari hasil pembakarannya. Proses pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi metabolisme tubuh jika terhirup oleh manusia, hal ini harus segera dicarikan solusi agar krisis pupuk dan krisis energi yang terjadi dapat diatasi. Usaha peternakan yang selama ini dipandang sebagai usaha yang akrab dengan lingkungan mulai di tuding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan hidup. Hal ini disebabkan karena selain menghasilkan daging, telur,

susu dan kulit, usaha peternakan juga menghasilkan produk ikutan (by product) berupa limbah (waste). Peningkatan permintaan hasil ternak mendorong meningkatnya populasi ternak dan produktivitas ternak. Pengembangan usaha peternakan sering mendapat kecaman karena tidak diikuti dengan pengolahan limbah yang baik, hal ini tentunya akan mengganggu masyarakat sekitar lokasi peternakan. Pemanfaatan kotoran ternak dalam bentuk lain adalah mengolahnya menjadi sumber energi dalam bentuk gas yang sering disebut biogas. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa metan dan karbon dioksida. Pemanfatan biogas selain akan mendapatkan gas sebagai bahan bakar, juga pupuk organic padat dan pupuk organic cair dari sisa fermentasi bahan organic dalam digester biogas. Adanya produk pupuk organik tersebut memberikan andil yang cukup besar terhadap penanggulangan krisis pupuk yang terjadi belakangan ini. Kompos dapat menggantikan pupuk anorganik yang sekarang keberadaannya sangat terbatas dipasaran, selain itu kompos memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik, diantaranya mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap dan dapat memperbaiki struktur tanah. Selain itu dapat mengurangi pencemaran akibat penumpukan feses. Pada saat ini, ketika harga bahan bakar minyak naik akibat meningkatnya harga minyak dunia, maka pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku penghasil biogas bisa menjadi salah satu alternatife. Alternatife ini memberikan manfaat lain yaitu; meningkatkan nilai feses sebagai pupuk organic karena dapat meningkatkan unsur hara dan daya serap oleh tanaman, mengurangi pencemaran lingkungan, gas yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan bahan bakar sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak. Desa Tumiyang merupakan desa yang memiliki populasi ternak sapi perah terbanyak di Kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 244 ekor ternak. Dengan jumlah penduduk sekitar 4992 jiwa dan sekitar 1231 diantaranya adalah buruh tani dan peternak, sebagian besar pendidikan penduduknya adalah lulusan

sekolah dasar (45,85%)dan sebagian lulusan sekolah menengah pertama (10%), sebanyak 20,77% tidak tamat sekolah dasar dan 10,27% lulusan sekolah lanjutan tingkat atas. Lebih dari 76% wilayah desa merupakan lahan pertanian produktif dan beberapa bagian wilayah desa berbatasan langsung dengan hutan menjadikan desa ini memiliki sumber hijauan pakan yang melimpah sehingga produksi ternak tetap optimal di musim kemarau. Namun demikian penanganan limbah menjadi masalah utama yang selama ini dihadapi para peternak. Pemanfaatan limbah oleh peternak sebagai pupuk untuk lahan pertanian dan lahan hijauan telah dilakukan. Namun demikian masalah ini masih berlanjut karena limbah yang dimanfaatkan tidak sebanding dengan limbah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan peternak tentang teknologi pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk organic yang lebih bermanfaat. Setiap peternak rata-rata memiliki 5 ekor ternak, dan setiap ekor ternak dapat menghasilkan 23 kg feses per hari, hal itu berarti dalam sehari peternak dapat menghasilkan limbah sebanyak 115 kg dan dalam satu bulan dapat mencapai 3,45 ton, saat ini kemampuan peternak untuk dapat mengolah kompos hanya seperempat dari limbah yang dihasilkan, sehingga sisa feses yang tidak dimanfaatkan hanya ditumpuk di dekat kandang begitu saja. Dalam waktu satu bulan desa Tumiyang menghasilkan tumpukan limbah berupa feses sebanyak 168,36 ton, padahal apabila limbah tersebut diolah menjadi pupuk organik akan diperoleh produk sebanyak 92, 6 ton dan dapat digunakan untuk memupuk lahan seluas 9,26 Ha tanpa perlu biaya lagi untuk membeli pupuk anorganik. Hasil studi kelayakan menunjukan selama ini masyarakat sekitar merasa terganggu dengan kondisi tersebut. Menumpuknya limbah ternyata menyebabkan bau yang tidak sedap dan mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya, mengundang datangnya lalat dan tikus. Keterbatasan pengetahuan para peternak akan teknologi pengolahan limbah menjadikan masalah ini berlarut-larut dan harus segera diatasi. Berdasarkan kondisi yang demikian maka perlu adanya langkah inovatif dalam menangani masalah limbah agar dapat lebih baik sehingga masalah

pencemaran lingkungan di sekitar area peternakan akan dapat diatasi. Salah satu caranya dengan membuat instalasi biogas meskipun dengan model sederhana dan sentra pengolahan pupuk organic padat dan cair. Pembuatan instalasi biogas dan pembuatan pupuk organic tersebut akan dapat memberikan banyak keuntungan yaitu, dapat teratasinya masalah pencemaran lingkungan akibat adanya limbah usaha peternakan, kecukupan energi untuk masyarakat terutama di pedesaan dapat dijuamin yaitu dengan menggunakan energi alternative yang relatif murah, ramah lingkungan, mudah diperoleh, dan dapat diperbaharui, serta dapat mendatangkan keuntungan yaitu pengolahan pupuk organic padat dan cair serta hasil fermentasi biodigester yang berupa gas methan.

C.

Rumusan Masalah Usaha peternakan memberikan manfaat besar ditinjau dari perannya

dalam penyedia protein hewani. Namun disisi lain, usaha peternakan dapat menjadi penyebab timbulnya pencemaran lingkungan. Hasil samping usaha peternakan berupa limbah terutama dari usaha yang intensif atau usaha skala besar akan dapat menimbulkan masalah yang komplek. Selain baunya yang tidak sedap, keberadaannya juga mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat, dan dapat menjadi vector penyakit. Pemanfaatan limbah berupa feses dan urine telah banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organic oleh sebagian besar peternak. Namun, kebanyakan dari mereka langsung menggunakan di kebun tanpa di proses terlebih dahulu, padahal feses tersebut masih bersifat panas dan dapat mengganggu pertumbuhan dan bahkan menyebabkan kematian tanaman. Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan pengolahan limbah yang lebih baik dengan melibatkan teknologi agar dapat mengatasi masalah yang ditimbulkan serta dapat meningkatkan nilai jualnya. Langkah inovatif ini bertujuan untuk dapat menunjukan bahwa limbah peternakan yaitu feses dan urine bukan lagi sebagai sumber masalah pencemaran lingkungan tetapi

merupakan produk peternakan yang bernilai ekonomi. Pemanfaatan limbah tersebut diprioritaskan untuk membentuk produk baru yang bernilai tinggi, yaitu pupuk organik padat dan pupuk cair serta biogas. Hal ini sejalan dengan program Pemerintah yaitu Indonesia Go Organik yang akan dilaksanakan pada tahun 2010. Namun pengolahan limbah menjadi pupuk dan biogas selama ini belum banyak dilakukan, sehingga produk ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha yang mampu mendatangkan profit baik dalam skala besar ataupun kecil bagi para peternak. D. Tujuan Program 1.Melatih dan mengembangkan ketrampilan peternak dalam mengolah limbah sapi perah menjadi pupuk organik dan biogas. 2.Mengolah limbah sapi perah menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. 3.Membuat sistem pemasaran produk pengolahan limbah sapi perah. 4.Membangun system usaha pengolahan limbah yang berkelanjutan. 5.Menciptakan lahan baru bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmunya.

E.

Luaran yang Diharapkan 1.Menghasilkan produk pengolahan limbah berupa biogas dan pupuk organik bentuk padat dan cair. 2.Terbentuknya sentra system pengolahan biogas dan pupuk organik serta sistem pemasarannya yang berkesinambungan.

F.

Kegunaan Program

1. Mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah peternakan. 2. Meningkatnya pengetahuan mengolah limbah peternakan. 3. Sebagai sarana meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis limbah peternakan sapi perah. 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak sapi perah. 5. Mengurangi angka ketergantungan masyarakat terhadap pupuk buatan pabrik dan bahan bakar minyak. dan kreatifitas masyarakat dalam

G.

Gambaran Umum Rencana Usaha Desa Tumiyang merupakan desa yang memiliki populasi ternak sapi perah

terbanyak di Kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 244 ekor ternak. Setiap hari dari satu ekor ternak dapat dihasilkan feses sebanyak 23 kg, hal itu berarti dalam satu hari dapat dihasilkan feses sebanyak 5,6 ton dan dalam satu bulan menghasilkan tumpukan feses sebanyak 168 ton. Dari jumlah feses yang cukup banyak tersebut apabila di olah menjadi biogas dan pupuk organik maka akan dihasilkan produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Lebih dari 76% wilayah desa merupakan lahan pertanian produktif dan beberapa bagian wilayah desa berbatasan langsung dengan hutan menjadikan desa ini memiliki sumber hijauan pakan yang melimpah sehingga produksi ternak tetap optimal di musim kemarau hal tersebut dapat menjamin keberlangsungan usaha peternakan yang ada dan juga memberikan jaminan kelayakan usaha pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk organik. Strategi pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk organik yang telah diterapkan di berbagai negara menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan juga memberikan beberapa keuntungan Bapedal (1998), antara lain a). Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien; b). Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar; c). Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media

yang lain; d).Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan; e). Mengurangi biaya penaatan hukum; f). Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up); g). Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional; h). Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela. Usaha ini merupakan gabungan dari dua sistem yang berbeda dimana masing-masing pihak mendapatkan keuntungan dari program tersebut. Sistem kerjasama yang terbentuk terdiri atas pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk organik padat serta cair. Melalui usaha ini diharapkan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini para peternak meningkat sejalan dengan berkembangnya usaha ini. Adanya alih teknologi dalam usaha ini diharapkan juga mampu meningkatkan daya guna potensi daerah yang ada. Dukungan dari Pemerintah Daerah sangat membantu pengembangan dan keberlanjutan program ke depan. Dukungan yang berupa perijinan dan sosialisasi melalui para penyuluh di lapangansemakin memperkuat usaha ini. Usaha ini selain bertujuan untuk mendapatkan profit juga bertujuan untuk mengembangkan potensi daerash yang ada, dalam hal ini yang berkaitan dengan bidang peternakan. Melalui perhitungan analisis usaha, dapat dipastikan bahwasannya usaha ini layak dijalankan dan layak untuk dikembangkan pada masa yang akan datang.

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI PERAH

DESA TUMIYANG, KECAMATAN PEKUNCEN A. Tabel 1. Modal Usaha No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Modal Qty Harga Satuan (Rp) 400.000 25.000 150.000 150.000 25.000 7.500 300.000 25.000 300.000 50.000 20.000 20.000 3.500 4.000 2.000.000 Jumlah (Rp) 400.000 50.000 150.000 150.000 50.000 30.000 300.000 250.000 300.000 50.000 20.000 20.000 7.000 8.000 2.000.000 3.785.000 Permodalan

Gerobak 1 Unit Cangkul 2 Buah Deklit 1 Buah Timbangan 1 Unit Sekop 2 Buah Ember 4 Buah Sprayer Jumbo 1 Unit Pipa Paralon 10 Batang Kompor gas 1 Unit Bak penampung pupuk cair 1 buah Ayakan kompos 1 Buah Saringan pupuk cair 1 Buah Corong caping 2 Buah Gayung 2 Buah Bangunan penyimpan pupuk 1 Unit TOTAL

Biaya Penyusutan /bln Bunga Modal /bln

= 3,5% x 3.785.000 = 132.475,00 = 1,255 x 3.785.000 = 47.325,00

B. Tabel 2. Biaya Produksi /bln No 1 2 3 4 5 6 Jenis Biaya Feses sapi Degradator Kompos Kapur Plastik Kemasan 10kg Abu Sekam Serbuk Gergaji

Biaya Produksi Harga Satuan (Rp) 50 15.000 5.000 300 5.000 5.000 Jumlah (Rp) 400.000 60.000 45.000 120.000 25.000 45.000

Qty 8.000 kg 4 kg 9 kg 400 lbr 5 karung 9 karung

7 8 9 10

Tenaga Kerja 1 Orang Sewa Lahan /bln 1 Bulan Biaya Penyusutan 3,5% /bln Bunga Modal 1,255 /bln TOTAL Penerimaan

300.000 50.000 132.475 47.325

300.000 50.000 132.475 47.325 1.224.800

C. Tabel 3. Penerimaan Usaha /bln No 1 2 3 Jenis Penerimaan

Qty

Harga Satuan (Rp) 500 600 500

Jumlah (Rp) 2.200.000 1.587.000 1.837.500 5.624.500

Penjualan pupuk organik 4.400 kg Penjualan Biogas 2.645 L Penjualan pupu cair 3.675 L TOTAL Pendapata = penerimaan biaya produksi = 5.624.500 1.224.800 = 4.399.700,- /bulan

D. Pendapatan

E. R/C ratio = =

Efisiensi Ratio Penerimaan Biaya Pr oduksi 5.624.500 1.224.800 Rentabilitas Rentabilitas = = Pendapa tan Usaha x 100% Biaya Pr oduksi 4.399.700 x 100% 1.224.800

= 4,592 F.

= 359,22 % Berdasarkan analisis usaha di atas, maka dengan biaya kegiatan sebesar lima juta rupiah akan diperoleh pendapatan yang hampir sama dengan modal awal yang

dibutuhkan. Dan berdasarakan perhitungan efisiensi rasio, diperoleh angka lebih dari 1. Dengan demikian, usaha pengolahan limbah tersebut dapat dikatakan sangat efisien dalam pemanfaatan modal, sehingga diharapkan usaha tersebut dapat membawa keberlanjutan untuk usaha di masa yang akan datang. H. 1. Metode Pelaksanaan Program Melatih teknisi pembuat biogas Perekrutan tenaga kerja berasal dari masyarakat sekitar lokasi peternakan. Mengadakan pelatihan teknik pembuatan biogas dan pupuk organik padat dan cair pada tenaga kerja baru. Meningkatkan kemampuan dan motivasi tenaga kerja 2. Proses praduksi biogas dan pupuk organik Pengadaan peralatan dan perbaikan biodigester Pengadaan bahan baku biogas dari peternak berupa feses Pengolahan feses menjadi biogas : a. Menampung kotoran sapi di bak penampung sementara dan mencampurnya dengan air dengan perbandingan 1:2, hingga homogen. b. Mengalirkan campuran ke dalam digester melalui lubang pemasukan secara bertahap. c. Menambah starter komersial sebanyak 1 liter dan isi rumen sebanyak 5 karung. d. Kran pengatur yang ada di puncak kubah ditutup dan dibiarkan hingga digerter mulai proses fermentasi. sapi. e. Membuang gas yang pertama kali dihasilkaan hingga pada hari ke8, dengan membuka kran yang ada diatas kubah. Lubang pemasukan sementara ditutup agar tidak ada penambahan Lumpur kotoran

f. Memanfaatkan biogas yang sudah jadi pada hari ke-14 g. Menguji tingkat produksi gas yang dihasilkan. h. Menyalurkan biogas ke konsumen. Pengolahan feses menjadi pupuk organic a. Feses di campur dengan bahan lain, antara lain sekam dan dedak serta molasses hingga merata. b. Molases dilarutkan dalam air dan diaduk hingga tercamour merata, setelah itu ditambahkan EM4 dan di aduk kembali sehingga merata. c. d. Larutan molasses dan EM4 disiramkan kedalam campuran bahan, di aduk hingga merata. Campuran bahan diratakan di atas lantai dengan ketinggian 15-20 cm. Tumpukan bahab diberi penutup sehingga terhindar dari panas matahari dan hujan. e. Setelah 4-5 hari bokasi sudah jadi. Beberapa cirri pupuk organik yang baik adalah memiliki bau yang sedap dan berwarna keputihan karena dilapisi jamur. f. pasarkan. a. b. c. kain tadi. d. tersisa. Cairan hasil penyaringan kemudian ditampung dalam drum plastik lalu dibiarkan selama 3-4 hari dan dipasang aerator untuk membuang gas-gas yang Pengolahan Sluri menjadi pupuk organik padat dan cair Lumpur buangan sisa dari prmbuatan biogas disaring Pupuk organik di kemas dan siap untuk di

menggunakan saringan kawat halus dan ditampung dalam drum plastik. Selanjutnya ditambahkan tepung tulang atau tepung kerabang untuk meningkatkan kualitas, lalu dibiarkan selama 1 minggu. Larutan yang telah difermentasi tersebut kemudian disaring lagi menggunakan kain bekas kemasan tepung terigu, lalu diperas dengan cara memutar

e. bening. f. untuk dijual. g. h.

Aerator kemudian dilepas, lalu dibiarkan selama dua hari agar partikel-partikel yang masih ada mengendap dan cairan yang dihasilkan menjadi Cairan yang bening kemudian dimasukan kedalam botol dan siap Bagian padatan yang telah diperoleh dikeringkan selama 7 hari Setelah kering, dikemas dalam kantong plastik atau karung dan siap untuk dipasarkan. 3. Sistem Pemasaran Produk yang di pasarkan sebelumnya melalui uji kualitas melalui uji sampling di laboratorium untuk menentukan kandungan unsure hara yang terkandung didalamnya. dihasilkan. 4. Manajemen internal Penyediaan bahan baku secara kontinyu. Peningkatan kontrol produk sebelum dipasarkan Pelaksanaan pelatihan untuk para pekerja. Melengkapi sarana produksi dan fasilitas penunjang Membuat struktur kepengurusan yang solid. Penyuluhan terhadap masyarakat sekitar lokasi produksi Meningkatkan motivasi kerja dan rasa memiliki usaha Promosi produk melalui kegiatan pameran , penyuluhan Pemilihan dan penataan tempat produksi sehingga proses Perluasan wilayah pemasaran produk ke daerah lain Penentuan harga berdasarkan kualitas produk yang serta personal selling kepada para konsumen. pendistridusian bahan ataupun produk lebih mudah dan efisien.

yang dijalankan.

5.

Sustainability program Meningkatkan komunikasi dengan pegawai Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dalam rangka Menjalin hubungan dengan mitra usaha Mengaktifkan partisipasi masyarakat dalam bentuk kepemilikan Memperluas jaringan pemasaran. Peningkatan quality control produk untuk menjaga kualitas produk Memperluas jaringan pasokan bahan baku produksi. Melakukan inovasi baru untuk memenuhi permintaan pasar.

mempersatukan komitmen.

saham

yang dipasarkan. 6.

Performa Indikator a. b. pertama. c. d. Pemasaran biogas mulai pada bulan ke tiga dan mencapai Pemasaran perdana pupuk organik pada bulan pertama optimal pada akhir semester pertama. dengan peningkatan penjualan 10% pada semester pertama dan 20% pada semester ke dua. e. f. Pendapatan usaha meningkat 20% per bulan. Tingkat serapan bahan baku meningkat 10% per bulan Produksi pupuk organik meningkat sebesar 10%perbula Produksi gas mencapai optimal pada tengah semester pada semester pertama dan 20% pada semester ke dua.

I. Tahap Persiapan Jenis Kegiatan Perbaaikan Instalasi Biogas Rekrutmen karyawan Pelaksanaan Pelatihan Karyawan Pengangkutan feses Pembuatan slurry Proses biogas Pemisahan Slury padat dan cair Pembuatan Pupuk organic Bulan I 1 2 X X X X X 3 X 4

Jadwal Pelaksanaan Program Bulan II 1 2 3 4 1 Bulan III 2 3 4 1 Bulan IV 2 3 4 1 Bulan V 2 3 4 1 Bulan VI 2 3 4

X X X

X X X

X X X

X X X

X X X X X X

X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X X X

X X X X X X

Laporan

padat Pembuatan pupuk organic cair Uji sampling Pemasaran Evaluasi program Laporan hasil

I. Nama dan Biodata Ketua Serta Anggota 1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama lengkap b. NIM c. Fakultas /Program studi d. Perguruan Tinggi : : : : AJI WAHYONO D1A004003 Peternakan/ Produksi ternak UNSOED 48 minggu

e. Waktu untuk kegiatan PKMK : 2. Anggota Pelaksana I a. Nama lengkap b. NIM c. Fakultas /Program studi d. Perguruan Tinggi : : :

FATMAWATI Peternakan / Sosial Ekonomi Peternakan UNSOED 48 minggu

: D1D004027

e. Waktu untuk kegiatan PKMK : 3. Anggota Pelaksana II a. Nama lengkap b. NIM c. Fakultas /Program studi d. Perguruan Tinggi : : : :

KHAMID HAFANDI D1D004032 Peternakan/ Sosial Ekonomi Peternakan UNSOED 48 minggu

e. Waktu untuk kegiatan PKMK : 4. Anggota Pelaksana III a. Nama lengkap b. NIM c. Fakultas /Program studi d. Perguruan Tinggi : : : :

AMINUDIN D1A005004 Peternakan/ Produksi Ternak UNSOED 48 minggu

e. Waktu untuk kegiatan PKMK :

J. Nama dan Biodata Dosen Pendamping 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. K. Biaya Biaya yang diperlukan untuk kegiatan PKMK ini adalah sebasar Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah), dengan perincian sebagai berikut : Anggaran (Rp) 695.000 1.785.000 100.000 2.420.000 5.975.400 Nama lengkap dan gelar Golongan Pangkat dan NIP Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas /Program studi Perguruan Tinggi Bidang Keahlian : Ir. Dzoeharso BPW, M.si : IV/a NIP.131 417 947 : Lektor Kepala : Kepala Laboratorium Ternak Potong : Peternakan / Produksi Ternak : Universitas Jenderal Soedirman : Manajemen Agribisnis

No 1 2 3 4

Jenis Pengeluaran

Bahan Habis Pakai Peralatan Penunjang PKM Perjalanan Lain-lain Jumlah

1. Bahan Habis Pakai

Satuan Feses sapi 8.000 kg Degradator Kompos 4 kg Kapur 9 kg Plastik Kemasan 10kg 400 lbr Abu Sekam 5 karung Serbuk Gergaji 9 karung Sub Total 1 2. Peralatan Penunjang PKM Satuan Gerobak 1 Unit Cangkul 2 Buah Deklit 1 Buah Timbangan 1 Unit Sekop 2 Buah Ember 4 Buah Sprayer Jumbo 1 Unit Pipa Paralon 10 Batang Kompor gas 1 Unit Bak penampung pupuk cair 1 buah Ayakan kompos 1 Buah Saringan pupuk cair 1 Buah Corong caping 2 Buah Gayung 2 Buah Sub Total 2 3. Perjalanan Spesifikasi Survei lokasi & pasar Sub Total 3 4. Lain-lain Spesifikasi Sewa lahan & biodigester Spesifikasi Jumlah

Spesifikasi

Jumlah

Harga Satuan (Rp) 50 15.000 5.000 300 5.000 5.000

Jumlah (Rp) 400.000 60.000 45.000 120.000 25.000 45.000 695.000

Harga Satuan (Rp) 400.000 25.000 150.000 150.000 25.000 7.500 300.000 25.000 300.000 50.000 20.000 20.000 3.500 4.000

Jumlah (Rp) 400.000 50.000 150.000 150.000 50.000 30.000 300.000 250.000 300.000 50.000 20.000 20.000 7.000 8.000 1.785.000

Biaya (Rp) 100.000

Jumlah Biaya (Rp) 100.000 100.000

Biaya 600.000/th (Rp) 50.000

Pembuatan Bangunan Penyimpan pupuk Dokumentasi Tenaga Kerja Sub Total 4

1unit 1 rool film 1 Orang

2.000.000 70.000 300.000 2.420.000

Lampiran 2 Gambaran Teknologi yang Diterapkembangkan Prinsip Kerja Reaktor Biogas Teknologi biogas pada dasarnya memeanfaatkan proses pencernaan yang tidak dilakukan oleh bakteri methanogen yang produknya berupa gas methana (CH4). Gas methana hasil pencernaan bakteri tersebut dapat mencapai 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor biogas, sedangkan sisanya didominasi oleh CO2. Bakteri ini bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (anaerob), sehingga proses ini juga disebut sebagai pencernaan anaerob (anaerob digestion). Tahapan

secara 1.

lengkap mengenai pencernaan material organik adalah sebagai berikut Hidrolisis

(Wikipedia, 2005) : Pada tahap ini molekul organik yang kompleks diuraikan menjadi bentuk yang lebih sederhana, seperti karbohidrat (simple sugar),asam amino dan asam lemak. 2. Asidogenesis Pada tahap ini terjadi proses penguraian yang menghasilkan amonia, karbondioksida dan hidrogen sulfida. 3. Asetagenesis Pada tahap ini dilakukan proses penguraian produk asidogenesis yang menghasilkan hidrogen, karbondioksida dan asetat. 4. dilakukan Methanogenesis penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya untuk Merupakan tahapan terakhir dan sekaligus yang paling menentukan, yakni menghasilkan gas methana. Hasil lain dari proses ini berupa karbondioksida, air dan sejumlah kecil senyawa gas lainnya. Sludge hasil pengeluaran dari biodigester telah mengalami fermentasi anaerob sehingga nilai kandungannya semakin meningkat. Sludge tersebut selanjutnya dipisahkan antara bagian yang padat dan yang cair. Setelah mengalami pemisahan, kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik padat dan cair. Untuk memperkaya unsur hara pada pupuk biasanya ditambahkan tepung darah atau tepung tulang pada waktu pengolahan pupuk. Pengolahan limbah terpadu dengan sistem ini akan meningkatkan nilai kemanfaatan limbahitu sendiri dan juga mampu memberikan andil yang cukup besar dalam menghasilkan profit untuk usaha peternakan.
USAHA PETERNAKAN

LIMBAH

BIODIGESTER PRODUK PETERNAKAN

BIOGAS

PEMASARAN

SLUDGE

PETERNAK

PENGOLAHAN

PUPUK ORGANIK PADAT PEMASARAN PUPUK ORGANIK CAIR

R U M A H T A N G G A

U S A H A K E C I L

USAHA PERTANIAN

PROFIT Gambar 1. Skema pemanfaatan limbah menjadi Biogas dan Pupuk Organik

Вам также может понравиться