Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2008). Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau memecahkan masalah (Notoatmojo, 2005). Dalam bab ini dijelaskan tentang desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variable penelitian, definisi operasional, pengumpulan data serta analisa data.

3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan pemaksimalan control beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003) Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitidan mengantisipasi beberapa penulisanyang mungkin timbul selama proses penelitian berdasarkan masalah yang telah dirumuskan (Notoatmodjo,2002). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental. Menurut Nursalam (2003) penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang digunakanuntuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi trhadap variable bebas. Subyek penelitian ini adalah 15 ibu postpartum primigravida yang mengalami perluka perineum great (derajat) II dengan mengkonsumsi sari ikan kutuk dan 15 ibu post partum primigravida yang mengalami perlukaan perineum great (derajat) II tanpa mengkonsumsi sari ikan kutuk. Dari 30 responden dikelompokkan sebagai berikut:

1. 15 ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (di BPS Nikmah GratiPasuruan) 2. 15 ibu post partum yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (di BPS Nikmah Grati-Pasuruan)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPS Nikmah Grati pada tanggal 04 Juli 05 Agustus 2012. Peneliti memilih wilayah ini dengan memprtimbangkan waktu, biaya dan tenaga serta tempat yang mudah dijangkau.

3.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari obyek peneliti atau yang akan diteliti (Notoatmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum primigravida yang mengalami perlukaan perineum derajat II di desa Krikilan GratiPasuruan, sebanyak 42 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan sampling tertentu untuk bis mewakili atau memenuhi populasi (Nursalam, 2001). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 orang responden yang diambil secara acak dari 42 responden ibu post partum primigravida dengan luka perineum derajat II. Sampling adalah tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel, dimana sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmojo, 2002). Tehnik sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang dugunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Notoatmojo, 2002). Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan tehnik random sederhana yaiti pengambilan sampel secara acak dan semua sampel berkesempatan menjadi responden berdasarkan pertimbangan oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2002)

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda denga kelompok yang lain (Notoatmojo, 2002). 1. Sebagai perlakuan adalah

a. 15 ibu postpartum primigravida yang mengalami perluka perineum great (derajat) II dengan mengkonsumsi sari ikan kutuk b. 15 ibu post partum primigravida yang mengalami perlukaan perineum great (derajat) II tanpa mengkonsumsi sari ikan kutuk 2. Variable yang di amati adalah pengaruh konsumsi sari ikan kutuk terhadap tingkat kesembuhan luka perineum ibu post partum a. Banyak konsumsi sari ikan kutuk 1) Frekwensi konsumsi dalam sehari 2) Lama konsumsi b. Tingkat kesembuhan luka 1. Lamanya sembuh 2. Infeksi 3. Rasa nyeri Definisi operasional adalah penjelasan dari semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehinga mempermudahkan pembaca atau penguji dalam mengartikan makna penelitian (Nursalem, 2003). Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan pada suatu pengukuran atau pengamatan terhadap variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur (Notoatmojo, 2005) Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan kepada sifat-sifat hal yang akan diteliti atau yang akan didefinisikan yang diamati, dimana definisi operasional ini lebih dititik bertakan oleh peneliti. Definisi operasional dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Pengaruh Konsumsi Sari Ikan Kutuk terhadap Tingkat Kesembuhan Luka Perinium pada Ibu Post Partum Konsep Variabel Indikator Item Skor

Pengaruh Konsumsi sari Kutuk terhadap Tingkat Kesembuhan Luka perineum pada Ibu

Tingkat Kesembuhan

1. Infeksi - Rubor a. Tidak kemerahan b. Sedikit kemerahan c. Kemerahan 1 2 3

Ikan luka

- Tumor

a. Tidak bengkak b. Agak bengkak c. Bengkak

3 2 1

Post Partum - Kalor a. Tidak panas b. Agak panas c. Panas 2 1 terasa 3

- Dolor

a. Tidak bernanah b. Sedikit bernanah c. Bernanah

3 2

2. Rasa nyeri

a. Tidak nyeri b. Nyeri c. Sangat nyeri

3 2 1

3. Proses luka a. Cepat menyembuh b. Sedang c. Lambat

3 2 1

Konsep

Variabel

Indikator

Item

Skor

4. Lama sembuh

luka a. 14 hari / b. 14-28 hari 3

kering

c. 30 hari

2 1

5. Beraktivitas normal

a. 7 hari b. 10-21 hari c. > 21 hari 3 2 1

3.5

Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003) Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan kuisioner atau wawancara untuk mendapatkan data berupa tanggapan atau respon dari sampel penelitian. Sedangkan waktu pengumpulan data dilakukan dengan cara cross sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data diperoleh saat ini juga (Suyatno, 2009). Dalam pengumpulan data kita memerlukan instrument penelitian atau alat penelitian yang berupa pendekatan langsung atau pengamatan langsung pada orang yang sudah kita berikan sampel atau contoh penilaian.

3.6 Analisis Data Analisis data adalah suatu proses analisa yang dilakukan secara sistematik terhadap data yang dikumpulkan dengan tujuan supaya trend dan relationship bisa dideteksi (Nursalem dan Pariani, 2001) Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan membandingkan dua kelompok subyek penelitian atau bahan penelitin diambil secara sampling dari anggota populasi.

Hipotesis Statistika yang diuji dalam penelitian ini adalah: H0 : A = B H1 = A B

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan pendekatan uji t tidak berpasangan (Nugroho,1989). Secara ringkas metode tersebut dapat kemukakan sebagai berikut:

Dari pengamatan (XAi, XBi) dapat dihitung

) , dihitung :

Untuk menguji hipotesis H0 :

a. Bilamana thitung t a/2 pada derajat bebas (nA+nB-2), berarti menerima H0 b. Bilamana thitung t a/2 pada derajat bebas (nA+nB-2), berarti menolak H0 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gratitunon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan pada tanggal 04 Juli s/d 04 Agustus 2012, jumlah responden sebanyak 30 orang yaitu 15 ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II dengan konsumsi sari ikan kutuk dan 15 ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II tanpa konsumsi sari ikan kutuk. Karakteristik umum responden yang diteliti antara lain : umur, pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik responden ini dapat dilihat pada table

Diagram lingkaran 4.1 Proporsi Tingkat Umur Responden Di Kelurahan Gratitunon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

Sales
15-19 20-25 0% 43% 57% >25

(13 orang) (17 orang)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas tampak bahwa sebagian besar responden berumur 15-19 tahun adalah 13 orang (43%), responden yang berumur 20-25 tahun adalah 17 orang (57%), sedangkan responden yang berumur >25 tahun adalah tidak ada (0%) dari responden yang ada.

Diagram Lingkaran 4.2 Proporsi Tingkat Pendidikan Responden Di Kelurahan Gratitunon Kecamatan Grati

Sales
SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Kabupaten Pasuruan

(1 orang) (7 orang)
23% 60% 4%

13%

(18orang )

(4orang)

Dari Tabel 4.2 di atas tampak bahwa sebagian besar responden memiliki jenjang pendidikan SD yaitu 18 orang (60%), yang berpendidikan SMP yaitu 4 orang (13%), yang berpendidikan SMA yaitu 7 orang (24%), dan sedangkan yang berpendidikan perguruan tinggi tidak ada (0%) dari responden yang ada.

Diagram Lingkaran 4.3 Proporsi Tingkat Pekerjaan Responden Di Kelurahan Gratitunon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

Sales
PNS Swasta Ibu Runggamah Ta 7% 4th Qtr

(2 orang)
23%

(7 orang)
70%

(21 orang)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas jumlah responden yang ada sebagian besar bekerja sebagai Pegawai negeri Sipil yaitu 2 orang (7%), yang bekerja sebagai swasta yaitu 7 orang (23%), sedangkan yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu 21 orang (70%).

4.2

Perbedaan Perlakuan Ibu Post partum Primigravida yang Mengalami Perlukaan Perineum Grade II yang Diberikan Sari Ikan Kutuk dengan Tanpa Diberikan Sari Ikan Kutuk Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III, bahwa penelitian ini adalah experimental dengan subyek penelitian Ibu post partum primigravida yang mengalami perlukaan perineum grade II. Terdapat 2 subyek penelitian yang masing-masing terdiri dari 15 Ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II kelompok A yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan 15 Ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II kelompok B yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk

(Kelurahan Gratitunon Grati pasuruan). Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah pengaruh konsumsi sari ikan kutuk terhadap tingkat kesembuhan luka perineum pada ibu postpartum yang meliputi Infeksi (rubor, tumor, kalor, dolor), tingkat nyeri, proses luka sembuh, lamanya luka sembuh, lamanya bisa beraktivitas normal. Variabel penelitian yang diamati tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Variabel Tingkat Infeksi (rubor), Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi 3.00 Batas Bawah 3.00 Batas Atas 3.00 10.717 2.048 thitung ttabel

sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (B) 1.73 1.47 1.99

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 10.717 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel tingkat infeksi yaitu rubor. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 3.00, batas atas dan batas bawah 3.00 dan 3.00. Dari perlakuan terhadap variable tingkat infeksi yaitu rubor dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk tingkat infeksi (rubor) tidak terjadi. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 1.73 serta batas atas dan batas bawah 1.47 dan 1.99 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel tingkat infeksi (rubor) dapat dikatakan sebagian tingkat infeksi (rubor) terjadi

Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Variabel Tingkat Infeksi (tumor), Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 3.00 Batas Bawah 3.00 Batas Atas 3.00 10.717 2.048 thitung ttabel

2.

Ibu post partum yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (B)

1.73

1.47

1.99

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 10.717 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel tingkat infeksi yaitu tumor. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 3.00, batas atas dan batas bawah 3.00 dan 3.00. Dari perlakuan terhadap variable tingkat infeksi yaitu tumor dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk tingkat infeksi (tumor) tidak terjadi. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 1.73 serta batas atas dan batas bawah 1.47 dan1.99 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel tingkat infeksi (tumor) dapat dikatakan sebagian tingkat infeksi (tumor) terjadi

Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Variabel Tingkat Infeksi (kalor), Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum 1.87 1.59 2.15 3.00 Batas Bawah 3.00 Batas Atas 3.00 8.500 2.048 thitung ttabel

yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (B)

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 8.500 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel tingkat infeksi yaitu kalor. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 3.00, batas atas dan batas bawah 3.00 dan 3.00. Dari perlakuan terhadap variable tingkat infeksi yaitu kalor dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk tingkat infeksi (kalor)tidak terjadi. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 1.87 serta batas atas dan batas bawah 1.59 dan 2.15 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel tingkat infeksi (kalor) dapat dikatakan sebagian tingkat infeksi (kalor) sedikit terjadi.

Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata Variabel Tingkat Infeksi (dolor), Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum yang tidak 2.07 1.69 2.45 3.00 Batas Bawah 3.00 Batas Atas 3.00 5.137 2.048 thitung ttabel

mengkonsumsi sari ikan kutuk (B)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 5.137 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel tingkat infeksi yaitu dolor. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 3.00, batas atas dan batas bawah 3.00 dan 3.00. Dari perlakuan terhadap variable tingkat infeksi yaitu dolor dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk tingkat infeksi (dolor) tidak terjadi. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 2.07serta batas atas dan batas bawah 2.45 dan 1.69 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel tingkat infeksi (dolor) dapat dikatakan sebagian tingkat infeksi (dolor) sedikit terjadi.

Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Variabel Tingkat Nyeri, Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum yang tidak mengkonsumsi 1.27 1.01 1.53 2.47 Batas Bawah 2.19 Batas Atas 2.75 6.735 2.048 thitung ttabel

sari ikan kutuk (B)

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 6.735 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel tingkat nyeri. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 2.47, batas atas dan batas bawah 2.75 dan 2.19. Dari perlakuan terhadap variable tingkat nyeri dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk tingkat nyeri sanagat berkurang. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rataratanya 1.27 serta batas atas dan batas bawah 1.53 dan 1.01 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel tingkat nyeri dapat dikatakan sebagian tingkat nyeri berkurang

Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata Variabel Tingkat Kesembuhan luka, Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (B) 1.13 1.97 2.05 2.73 Batas Bawah 2.47 Batas Atas 2.97 10.733 2.048 thitung ttabel

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 10.733 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel tingkat kesembuhan luka. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 2.73, batas atas dan batas bawah 2.97 dan 2.47. Dari perlakuan terhadap variable tingkat kesembuhan luka dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk tingkat kesembuhan Luka sangat berkurang .Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 1.13 serta batas atas dan batas bawah 2.05 dan 1.97 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel tingkat kesembuhan luka dapat dikatakan sebagian tingkat kesembuhan luka cukup berkurang.

Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata Variabel Lama Luka Sembuh, Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (B) 1.20 .97 1.43 2.53 Batas Bawah 2.25 Batas Atas 2.81 7.802 2,048 thitung ttabel

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 7.802 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post

partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel lama luka sembuh. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 2.53, atas dan batas bawah 2.81 dan 2.25. Dari perlakuan terhadap variable lama luka sembuh dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk lama luka sembuh cepet sembuh. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 1.20 serta batas atas dan batas bawah 1.43 dan 0.97. ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel lama luka sembuh dapat dikatakan sebagian lama luka sembuh lama sembuh.

Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata Variabel Aktivitas Normal, Nilai Batas Bawah, Batas Atas, Nilai thitung dan Nilai ttabel. Nilai No Perlakuan RataRata 1. Ibu post partum yang mengkonsumsi sari ikan kutuk (A) 2. Ibu post partum yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk (B) 1.20 0.97 1.43 2.27 Batas Bawah 2.01 Batas Atas 2.52 6.693 2,048 thitung ttabel

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka dapat dilihat bahwa thitung > ttabel yaitu 6.693 lebih besar dari 2.048. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan

kutuk dan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terhadap variabel mulai bisa aktivitas normal. Nilai rata-rata ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk sebesar 2.27, batas atas dan batas bawah 2.81 dan 2.25. Dari perlakuan terhadap variable mulai bisa aktivitas normal dapat dikatakan sebagian dari ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk mulai bisa aktivitas normal cepat. Sedangkan pada ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk rata-ratanya 1.20 serta batas atas dan batas bawah 1.43 dan 0.97 ini berarti dari perlakuan ibu post partum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk variabel mulai bisa aktivitas normal dapat dikatakan sebagian mulai bisa aktivitas normal lama. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel tingkat infeksi (rubor) adalah 10.717 > 2.048 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel tingkat infeksi (tumor) adalah 10.717 > 2.048 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak

mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel tingkat infeksi (kalor) adalah 8.500 > 2.048 4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel tingkat infeksi (dolor) adalah 5.137 > 2.048 5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel tingkat nyeri adalah 6.735 > 2.048 6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel tingkat kesembuhan luka adalah 10.733 > 2.048 7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel lama luka sembuh/kering adalah 7.802 > 2.048 8. Terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok yaitu ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang mengkonsumsi sari ikan kutuk dengan ibu postpartum primigravida dengan perlukaan perineum grade II yang tidak mengkonsumsi sari ikan kutuk terlihat dari nilai thitung > ttabel 0.05, dilihat dari hasil analisis variabel lama mulai beraktivitas normal adalah 6.693 > 2.048

5.2 Saran Sehubungan dari penelitian ini, termasuk analisis data dan kesimpulan yang diperoleh, maka kiranya ada saran yang diajukan, yaitu : 1. Perlukaan perineum yang terjadi pada ibu post partum akan sangat menimbulkan resiko baik infeksi maupun aktivitas dan konsentrasi sehari-hari. Hal ini tidak boleh

dibiarkan terus berlangsung karena akan menimbulkan resiko infeksi dan gangguan aktivitas sehari-hari. Sebisa mungkin perlukaaan perineum cepat teratasi dengan selalu rajin melakukan vulva higyne, menjaga personal higyne yan baik, nutrisi yang berimbang dan beragam, mobilisasi,istirahat, periksa dan control ketenaga medis terdekat dan dengan pengobatan sendiri misalnya dengan mengkonsumsi sari ikan kutuk atau membuat sendiri ekstrak ikan kutuk. Ekstrak kutuk dikonsumsi secara teratur karena mengandung albumin yang tinggi yang salah satunya berfungsi sebagai pertumbuhan sel-sel dn jaringan baru, akeuntungan yang diperoleh adalah murah, mudah dalam membuatnya, bisa diperoleh kapan saja dan oleh kapan saja. 2. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini, diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta kreatifitas dari dalam menggali ilmu dan menerapkan teori yang didapat.

Вам также может понравиться