Вы находитесь на странице: 1из 51

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengetahuan Dasar Uji Mekanika dan Fisika adalah pengenalan awal untuk seorang Fungsional Penguji Mutu Barang untuk mengenal dan mengetahui cara-cara menguji suatu material yang ada saat ini. Pengetahuan ini diperlukan bagi seorang Penguji Mutu Barang (PMB) tingkat Ahli Dasar sebagai panduan dasar dalam menganalisa suatu material komoditi yang akan dan telah beredar di pasaran agar sesuai dengan standar yang berlaku atau yang telah ditetapkan. PMB tingkat Ahli adalah jabatan fungsional PMB yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik pengujian tertentu, oleh karenanya seorang PMB tingkat Ahli harus memiliki pengetahuan dasar yang cukup terutama dalam hal disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik pengujian yang ada. B. Deskripsi Singkat Mata diklat ini membahas tentang pengetahuan dasar uji mekanika dan fisika meliputi struktur, Ikatan dan cacat pada logam perilaku mekanik dan fisika material pengujian tidak merusak pada material. C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta Melalui bahan ajar ini peserta diklat sebagai calon fungsional PMB tingkat Ahli dapat meningkatkan pengetahuan dan metodologi mengenai teknik pengujian mekanik dan fisika yang ada.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman1

D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan tentang prinsip dasar pengujian mekanik dan fisika yang dilakukan pada suatu bahan material. 2. Indikator Keberhasilan Peserta diklat memahami serta mengenal jenis-jenis pengujian mekanika dan fisika yang ada. E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. Struktur, Ikatan dan Cacat pada Logam A. Struktur atom dan ikatan logam B. Struktur kristal logam C. Cacat kristal 2. Perilaku Mekanik dan Fisika Material A. Pendahuluan. B. Konsep tegangan dan regangan C. Pengujian tegangan D. Deformasi elastis E. Deformasi plastis F. Sifat tarik G. Keuletan H. Ketahanan I. Ketangguhan J. Pemulihan Elastis Setelah Deformasi Plastis K. Kekerasan L. Hubungan Antara Kekerasan dan Kekuatan Tarik 3. Pengujian Tidak Merusak pada Material A. AET - Acoustic Emission Testing B. ART - Acoustic Resonance Testing C. ET - Electromagnetic Testing
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman2

D. IRT - Infrared Testing E. LT - Leak Testing F. MT - Magnetic Particle Testing G. PT - Dye Penetrant Testing H. RT - Radiographic Testing I. UT - Ultrasonic Testing J. VT - Visual Testing (VI - Visual Inspection)

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman3

BAB II STRUKTUR, IKATAN DAN CACAT PADA LOGAM


Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu : 1. Memahami bentuk struktur atom dan ikatan dari logam. 2. Memahami susunan dasar dari kristal logam. 3. Memahami bentuk cacat pada struktur logam.

A. Struktur Atom dan Ikatan Logam Sebelumnya kita telah mengetahui cara-cara mengklasifikasi suatu material. Pembahasan berikut hanya akan menekankan material yang bersifat padatan (solid) dan pembahasan di utamakan untuk logam. Logam banyak digunakan karena memiliki berbagai sifat seperti kuat, lentur, titik leleh yang tinggi, konduktivitas panas dan listrik yang baik dan tangguh. Sama seperti unsur-unsur, logam-logam juga terdiri dari atom-atom. Kekuatan pada logam berasal dari ikatan antar atom yang berikatan sangat kuat. Tetapi ikatan ini juga membiarkan atom-atom dari logam untuk bergerak, sehingga logam-logam dapat dibentuk menjadi lembaran atau kawat.

Gambar 2.1. Ikatan logam Model diatas menunjukkan atom-atom terikat bersama ikatan yang

terdelokalisasi tetapi ikatan tersebut tetap kuat. Ikatan ini dapat terjadi antar atom-atom logam yang memiliki elektronegativitas yang tinggi dan tidak menarik elektron valensinya dengan kuat. Hal ini mengakibatkan elektron terluar dapat dipakai oleh atom disekitarnya, menghasilkan ion-ion positif (kation) yang
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman4

dikelilingi oleh lautan elektron atau lebih dikenal dengan awan elektron. Berbeda dengan ikatan atom unsur lainnya yang ikatannya terjadi antar satu atau dua atom, logam dikatakan tidak memiliki ikatan yang sejati antar atomnya karena elektron-elektron valensi dari tiap-tiap atom digunakan secara bersama oleh atom lainnya sehingga ikatan logam lebih kuat dan seragam. Pada suhu diatas titik lelehnya logam akan mencair dan jika didinginkan maka atomatomnya akan menyusun kembali akan kembali membentuk padatan. Logam memiliki struktur atom raksasa yang terikat dengan ikatan logam. Raksasa disini menujukkan besarnya variabel yang terlibat didalamnya dan bergantung pada ukuran logamnya. Kebanyakan logam memiliki susunan atom yang padat dan berusaha memuat sebanyak mungkin atom dalam volume yang tersedia.

Gambar 2.2. Susunan padat dari atom logam B. Struktur Kristal Logam Untuk membentuk ikatan logam yang sangat kuat, logam disusun bersama-sama serapat mungkin. Ada beberapa cara penyusunan dari atom-atomnya. Jika kita umpamakan atom-atom yang menyusun logam adalah kelereng, kemudian kelereng-kelereng tersebut kita susun dalam sebuah kotak. Kelereng-kelereng tersebut akan menempati bagian bawah kotak dengan membentuk barisan yang teratur dan rapi, demikian diikuti oleh barisan kedua dan seterusnya. Lapisan kedua kelereng tidak dapat menempati langsung ruang kosong tepat di atas kelereng lapisan pertama sehingga deretan kelereng di lapisan ini bergerak ke dalam ruang antara kelereng dari lapisan pertama. Lapisan kelereng pertama A dan lapisan kedua B akan membentuk lapisan AB jika digabungkan.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman5

Gambar 2.3. Susunan lapisan A dan B menyusun diri dengan mengisi ruang kosong semaksimal mungkin agar memiliki struktur yang padat Saat akan menyusun lapisan ke tiga juga harus tepat. Atom pada lapis ke tiga akan bersarang di cekungan antara atom-atom di lapisan kedua dengan dua cara. Jika kelereng baris ke tiga disusun seperti pada baris pertama A, maka pengaturannya akan digambarkan sebagai ABA. Jika disusun terus hingga menjadi ABABAB maka susunan tersebut biasa disebut dengan susunan hexagonal close packing (HCP).

Gambar 2.4. Susunan hexagonal close packing (HCP) Jika baris atom dikemas dalam lapisan ketiga tidak berada dalam bentuk lapisan A atau B, maka lapisan ketiga disebut C. Urutan susunannya akan menjadi ABCABC, dan bentuk ini dikenal sebagai kubik berpusat muka atau facecentered cubic (FCC). Pengaturan seperti ini memberikan kemasan atom yang saling berdekatansehingga hanya meninggalkan sekitar seperempat ruang yang tersedia kosong.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman6

Gambar 2.5. Susunan face-centered cubic (FCC) Pengulangan susunan terkecil dari atom dalam kristal disebut sel satuan. Dalam pengaturan FCC, ada delapan atom di sudut sel unit dan satu atom berpusat di setiap wajah. Atom di wajah berbagi dengan sel yang berdekatan. Unit sel FCC terdiri dari empat atom, seperdelapan di delapan di sudut-sudut dan setengah di enam bagian di wajah.

Gambar 2.6. Jumlah atom penyusun satu unit sel FCC Susunan pengaturan ketiga yang umum pada logam adalah kubik berpusatbadan atau body-centered cubic (BCC). Sel satuan BCC memiliki atom pada masing-masing delapan sudut kubus plus satu atom di pusat kubus. Karena setiap atom di sudut adalah atom untuk sudut kubus lain, atom di setiap sudut sel satuan akan dibagi di antara delapan sel unit.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman7

Gambar 2.7. Susunan body-centered cubic (BCC) Sel satuan BCC terdiri dari total bersih dari dua atom, sebuah yang ada di pusat dan seperdelapan di delapan sudut-sudut.

Gambar 2.8. Jumlah atom penyusun satu unit sel BCC Dibawah ini adalah bentuk beberapa kristal unsur logam pada suhu kamar. Tabel 2.1. Struktur kristal beberapa logam pada suhu kamar Nama Unsur Logam Aluminum Kadmium Kromium Kobalt Tembaga Emas Besi Struktur Kristal FCC HCP BCC HCP FCC FCC BCC Nama Unsur Logam Nikel Niobium Platinum Perak Titanium Vanadium Seng Struktur Kristal FCC BCC FCC FCC HCP BCC HCP
Halaman8

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Timah Magnesium

FCC HCP

Zirconium

HCP

Saat atom suatu logam cair mulai menyusun bersama untuk membentuk kisi kristal pada titik bekunya, kelompok-kelompok dari atom-atom ini akan membentuk suatu kristal kecil. Kristal kecil ini akan bertambah ukurannya dengan bertambahnya atom terus-menerus saat terjadi pendinginan.Padatan kristal yang dihasilkan tidak menghasilkan satu kristal kristal saja tapi menghasilkan banyak kristal-kristal kecil yang disebut butiran (grains).

Gambar 2.9. Pertumbuhan kristal menghasilkan butiran Butiran-butiran kristal ini akan tumbuh sampai mereka menimpa atau berlanggaran dengan kristal yang tumbuh berdekatan. Antarmuka yang terbentuk antara butiran kristal disebut batas butir (grain boundary). Suatu butiran kadangkadang cukup besar untuk terlihat di bawah mikroskop cahaya biasa atau bahkan dengan kasat mata.

Gambar 2.10. Bentuk butiran logam pada pengamatan dengan mikroskop pembesaran berbeda-beda
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman9

C. Caca Kristal at Kristal pada lo ogam tidakl lah sempurna. Terka adang pada susunan atom-atom a m, ikata antar ato an om-atom dan pada pe ermukaan kristalnya t terdapat ca acat. Secar ra garis besar terd s dapat tiga je enis cacat k kristal, yaitu : u 1. C Cacat titik, terdapat ruang kos , song yang biasa dis g sebut dengan lowon ng (v vacancies), dimana sebuah atau lebih ato yang h , s om hilang. Cacat ini palin ng sering terjad terutama pada suh tinggi ke di a hu etika atom sering ber rubah posisi secara acak dan atom k m-atom aka tersebu meninggalkan kisi-kisi kosong an ut g. Proses difus hanya da P si apat terjadi karena ada anya kekoso ongan terse ebut.

Gambar 2.11. Caca titik at 2. C Cacat garis, terdap pat kumpu ulan atom yang ter rsusun de engan tida ak sebagaiman mestinya dan biasanya dise na ebut denga dislokas Dislokasi an si. didefinisikan sebagai c n cacat dima ana dua da aerah dari kristal yang sempurn na te erganggu o oleh suatu susunan ato kristal yang tidak s s om y sejajar deng susuna gan an yang sempu urna tersebu ut.

Gambar 2 2.12. Cacat garis. t


Pengetah huanDasarU UjiMekanikd danFisika Halaman1 10

Dislokasi memiliki gerak analog dengan gerakan ulat. Ulat tersebut harus mengerahkan kekuatan besar untuk menggerakkan seluruh tubuhnya sekaligus, sehingga ulat akan menggerakan sebagian kecil belakang tubuhnya ke depan yang kemudian menciptakan punuk. Punuk kemudian bergerak ke depan hingga akhirnya seluruh tubuh bergerak ke depan. Ada dua jenis sederhana dari dislokasi, yaitu: Dislokasi tepi (Edge dislocation),

Gambar 2.13. Pergerakan dislokasi tepi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, dislokasi bergerak sedikit pada suatu waktu. Dislokasi bergerak persatu bidang kearah kanan dari posisi gambar (a) ke posisi pada gambar (b) dan akhirnya gambar (c). Dalam proses tergelincir dari satu bidang ke bidang lainnya, dislokasi tersebut akan menjalar di seluruh kristal. Gerakan bidang dislokasi pada akhirnya menyebabkan pergerakan seluruh bagian atas kristal terhadap setengah bidang kristal di bawahnya. Namun, hanya sebagian kecil dari ikatan yang putus pada waktu itu. Gerakan dengan cara ini membutuhkan kekuatan yang jauh lebih kecil dibandingkan memutuskan semua ikatan di tengah bidang secara bersamaan.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman11

Dislokasi ulir (Screw dislocation D n),

Gamb 2.14. Pergerakan dislokasi ul bar lir. Dislo okasi denga cara ini sama deng disloka tepi dim an gan asi mana hanya dibutuhka a an energi yang lebih kecil dibanding gkan harus memutu uskan selu uruh ikatan n. bedaannya hanya terle etak pada p pemutusan ikatannya dimana pa dislokasi ada Perb tepi pemutusan ikatan a n atom terjad seiring dengan pe di erpindahan atom-atom m ebit ang dangkan pa disloka ulir atom ada asi m-atom pad da terse ke bida disebelahnya, sed bidan geser a ng akan berges kearah dislokasin tetapi p ser nya pemutusan ikatan tida ak terjad secara s di spontan saa perpindahan sehing pergera at gga akan pada dislokasi ulir bersi pararel terhadap a ifat arah tegang gan. Perge erakan dislo okasi ulir da tepi pad an da akhir rnya akan s sama. 3. C Cacat plana terjadi p ar, pada permu ukaaan hom mogen anta butir mat ar terial. Hal ini te erjadi karen adanya gangguan pada sus na a n sunan urut tan atom-a atom. Akiba at gangguan ini akan m menghasilka dua jen cacat k an nis kristal, yaitu (1) sala u: ah umpuk (stacking fault) dan (2) da ) aerah kemb (twin region). Peru bar ubahan pad da tu urutan beb berapa ato om akan menghasil lkan salah tumpuk sedangka h an m eberapa bidang atom akan m m menghasilka an perubahan jarak atom pada be wilayah kem w mbar. Salah tumpuk terjadi kar rena adany gangguan susuna ya an pada satu a atau dua lap pisan dalam urutan tu m umpukan dari bidang atom. Sala ah susun dapat terjadi pa ada struktur kristal, te etapi paling mudah untuk diama g ati bagaimana terjadinya pada struk ktur yang p padat. Seb bagai conto diketahui oh, dari pembahasan seb belumnya b bahwa struktur FCC memiliki st truktur yan ng
Pengetah huanDasarU UjiMekanikd danFisika Halaman1 12

berbeda dari struktur HCP hanya dari urutan penumpukkannya. Baik HCP dan FCC, dua lapisan awalnya memiliki urutan yang sama, yaitu AB. Jika lapisan ketiganya A maka urutannya akan menjadi ABA yaitu struktur HCP, dan susunannya menjadi ABABABAB. Namun jika atom lapisan ketiga C maka urutannya akan menjadi ABC yaitu struktur FCC. Jadi jika struktur HCP berubah menjadi ABABABCABAB, maka telah terjadi salah susun. Demikian juga pada susunan FCC dengan pola ABCABCABC. Salah susun dalam sebuah struktur FCC akan muncul jika salah satu bidang C hilang, sehingga susunannya akan menjadi ABCABCAB_ABCABC. Jika salah susun tidak segera melakukan koreksi diri tetapi sampai beberapa bidang atom, maka akan menghasilkan salah susun kedua yang mirip dengan lapisan pertama. Misalnya jika pola penumpukan ABABABAB tetapi berubah menjadi ABCABCABC untuk jangka waktu tertentu sebelum beralih kembali ke ABABABAB, hal itu menyebabkan terbentuknya salah susun kembar (twin). Daerah yang digaris bawahi ABCABCACBACBABCABC kembarnya adalah bidang A. pada urutan penumpukan yang terjadi bidang kembar dan batas-batas

adalah

Gambar 2.15. Cacat planar menghasilkan daerah kembar (twin). D. Rangkuman 1. Ikatan logam terjadi karena atom-atom dari logam terikat bersama dengan ikatan yang terdelokalisasi. Ikatan ini dapat terjadi antar atom-atom logam yang memiliki elektronegativitas yang tinggi dan tidak menarik elektron valensinya dengan kuat. Hal ini mengakibatkan elektron terluar dapat dipakai
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman13

oleh atom disekitarnya, menghasilkan ion-ion positif (kation) yang dikelilingi oleh lautan elektron atau lebih dikenal dengan awan elektron. 2. Struktur umum kristal logam adalah hexagonal close packing (HCP), facecentered cubic (FCC) dan body-centered cubic (BCC). Strukturnya

bergantung dari n susunan atom-atom pada tiap lapisanya. 3. Jumlah atom pada unit sel FCC adalah 4 atom dan pada BCC adalah 2 atom. 4. Pada kristal logam dapat terjadi cacat: Cacat titik Cacat garis Cacat planar

5. Cacat titik terjadi karena terdapat ruang kosong yang biasa disebut dengan lowong (vacancies), dimana sebuah atau lebih atom yang hilang. 6. Terdapat kumpulan atom yang tersusun dengan tidak sebagaimana mestinya dan biasanya disebut dengan dislokasi. Dislokasi didefinisikan sebagai cacat dimana dua daerah dari kristal yang sempurna terganggu oleh suatu susunan atom kristal yang tidak sejajar dengan susunan yang sempurna tersebut. Ada dua jenis sederhana dari dislokasi, yaitu:

Dislokasi tepi (Edge dislocation) Dislokasi ulir (Screw dislocation)

7. Cacat planar terjadi pada permukaaan homogen antar butir material. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada susunan urutan atom-atom. Cacat planar ada dua jenis yaitu:

Salah tumpuk (stacking fault) Daerah kembar (twin region).

E. Latihan Jawablah / kerjakan soal latihan berikut: 1. Mengapa ikatan logam membentuk ikatannya dengan cara terdelokalisasi? Gambarkan ikatannya! 2. Tuliskan struktur kristal logam dari : Aluminum Nikel Perak
Halaman14

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Titanium Emas Besi

3. Gambarkan dislokasi tepi dan ulir! 4. Apa yang disebut dengan daerah kembar?

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman15

BAB III PERILAKU MEKANIK DAN FISIKA MATERIAL


Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat memahami sifat-sifat mekanika.

A. Pendahuluan Material adalah suatu substansi yang dapat dibuat dan dimodifikasi

komposisinya. Sejak peradaban manusia dimulai, material dan energi secara bersama-sama digunakan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup. Material berada dimana-mana disekitar kita. Beberapa material yang umum yang biasa dilihat sehari-hari diantaranya kayu, beton, batu bata, plastik, kaca, aluminum, tembaga ,kertas dan masih banyak jenis material yang ada disekitar kita. Dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan, maka semakin pesat penemuan material baru saat ini. Ini adalah suatu keahlian dasar yang wajib dimiliki oleh seorang penguji mutu barang untuk memahami bagaimana berbagai sifat mekanik dan fisika dapat diukur dan sifat ini mewakili untuk apa, fungsional penguji mutu barang mungkin diminta untuk mengawasi suatu struktur / komponen dari suatu komoditi berbahan dasar logam yang telah ditentukan dan telah memperhatikan faktor tertentu sehingga tingkat deformasi dan atau kegagalan material tidak akan merugikan orang banyak. Banyak materi, ketika dalam pemakaian akan menjadi sasaran kekuatan atau beban; contohnya pada pisau di timbangan meja yang terbuat dari besi karbon yang didisain memiliki kekerasan tertentu dan pelat baja yang digunakan dalam pembuatan tangki timbun dan tutsit. Dalam situasi seperti itu diperlukan untuk mengetahui karakteristik material dan untuk merancang bagian per bagian bagian dari alat tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga apapun yang dihasilkan deformasi dan pengaruh dari lingkungan

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman16

yang terjadi tidak akan berlebihan dan tidak akan mengubah karakteristik dari material yang akan digunakan. Perilaku mekanik suatu material mencerminkan hubungan antara respon atau deformasi ke beban yang diterapkan atau kekuatan yang diberikan. Beberapa sifat mekanik yang penting adalah kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan. Sifat mekanis bahan harus dipastikan dengan hati-hati dan dilakukan

perancangan dan pengujian dengan kondisi pemakaian.

Gambar 3.1. Pisau penunjuk dan bantalannya pada timbangan meja. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan termasuk sifat beban yang akan diterima, lama pemakaian serta kondisi lingkungan. Hal ini dimungkinkan untuk beban yang akan mengalami beban tarik, tekan, atau geser, dan besarnya mungkin akan terus-menerus pada waktu tertentu, atau mungkin beban yang diberikan berfluktuasi terus menerus. Aplikasi waktu mungkin hanya sepersekian detik, atau mungkin bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Selain itu pengaruh suhu pemakaian dapat menjadi faktor penentu lainnya.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman17

Gambar 3.2. Korosi pada tangki silinder. Sifat mekanik dari suatu bahan material akan penting bagi beberapa pihak (misalnya, produsen dan konsumen dari suatu bahan material, organisasi penelitian, lembaga pemerintah) yang akan berbeda tingkat kepentingannya. Akibatnya, sangat penting akan ada konsistensi dalam cara suatu tes dilakukan, dan dalam interpretasi hasil dari suatu pengujian. Konsistensi ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengujian yang telah di standarkan. Pengadaan dan publikasi standar ini sering dikoordinasikan oleh masyarakat profesional. Di Amerika Serikat organisasi yang paling aktif adalah American Society for Testing and Materials (ASTM). Referensi dalam pengujian dan pemilihan material di Indonesia sebagian masih menggunakan acuan dari ASTM. B. Konsep Tegangan dan Regangan Jika suatu benda mengalami sebuah beban statis atau terjadi perubahan yang relatif lambat dengan waktu dan beban diberikan secara seragam pada daerah melintang pada permukaan benda uji, perilaku mekaniknya dapat diprediksi oleh tes tegangan-regangan sederhana. Cara inilah yang paling sering dilakukan untuk logam pada suhu kamar. Ada tiga cara utama di mana beban dapat diterapkan: yaitu, ketegangan, kompresi, dan geser. Dalam penerapan secara teknik, kebanyakan beban bersifat torsional ketimbang gaya geser murni, jenis pembebanan ini diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman18

Gambar 3.3. (a) Skema ilustrasi bagaimana suatu beban tarik menghasilkan perpanjangan (elongasi) dan tegangan linier positif. Garis putus-putus menunjukkan mengambarkan bentuk awal sebelum terjadinya deformasi, sedangkan garis tebal menunjukkan keadaan setelah terdeformasi. (b) Skema ilustrasi bagaimana suatu beban tekan menghasilkan kontraksi dan menghasilkan tegangan linier negatif. (c) Representasi skematik dari tegangan geser , dimana = tan . (d) Skema ilustrasi dari deformasi torsional (dengan sudut puntir ) yang dihasilkan dari momen T yang diberikan. C. Pengujian Tegangan Salah satu pengujian mekanis tegangan-regangan yang paling umum dilakukan adalah pengujian tegangan. Akan kita lihat nanti bagaimana uji tegangan dapat digunakan untuk menentukan beberapa sifat mekanik dari bahan yang penting dalam desain produk. Suatu specimen uji dideformasi hingga patah dengan beban tarik yang meningkat secara bertahap yang diterapkan di sepanjang sumbu uniaksial dari panjang spesimen. Sebuah spesimen tarik dibuat seperti
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman19

pada gambar 3.4. Biasanya, potongan penampang dari spesimen uji dibuat berbentuk melingkar, tetapi spesimen berbentuk persegi panjang juga bisa digunakan. Bentuk tulang anjing ini dipilih karena pada saat terjadi deformasi selama pengujian, deformasi akan terjadi pada wilayah tengah pusat yang sempit (yang memiliki sayatan melintang seragam sepanjang spesimen), dan juga untuk mengurangi kemungkinan patahan pada ujung spesimen. Diameter standarnya adalah sekitar 12,8 mm, sedangkan penurunan panjang bagian umumnya sekitar empat kali diameter ini atau sekitar 60 mm.

Gambar 3.4. Spesimen uji standar bentuk sayatan melintang yang melingkar. Perubahan panjang gauge digunakan untuk perhitungan keuletan material nilai standarnya adalah 50 mm.

Gambar 3.5. Skema alat uji beban tarik. Spesimen dipasang pada penjepit pada alat uji tarik (Gambar 3.5). Mesin uji tarik dirancang untuk membuat spesimen memanjang dengan laju yang konstan, terus menerus dan sekaligus mengukur secara terus menerus beban yang diterapkan sesaat (dengan load cell) dan elongasi yang dihasilkan (menggunakan extensometer). Sebuah tes tegangan-regangan biasanya memakan waktu untuk
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman20

melakukan dan pengujiannya bersifat merusak karena benda uji akan secara permanen cacat dan biasanya retak. Pengujian ini berdasarkan Standar ASTM E 8 dan 8M E. Output dari uji tarik akan tercatat (biasanya pada komputer) sebagai beban atau gaya terhadap elongasi. Karakteristik deformasi beban ini bergantung pada ukuran specimen uji. Contohnya, akan dibutuhkan dua kali beban untuk menghasilkan perpanjangan yang sama jika luas penampang specimen dibuat dua kalinya. Untuk meminimalkan faktor geometri, beban dan elongasi dinormalisasi dengan menggunakan parameter tegangan dan regangan teknis masing-masing. Tegangan teknis didefinisikan oleh hubungan

di mana F adalah beban seketika yang diterapkan ke spesimen secara tegak lurus, dinyatakan dalam satuan newton (N), dan A0 adalah bidang yang belum mengalami beban (m2). Unit untuk tegangan teknis (selanjutnya hanya disebut tegangan) adalah megapascal, MPa (SI) (di mana 1 MPa = 106 N/m2). Regangan teknis didefinisikan dengan

di mana l0 adalah panjang asli sebelum beban ditambahkan, dan li adalah perubahan panjangnya. Kadang selisih l0 - li dinotasikan dengan l. Regangan teknis (selanjutnya disebut regangan) tidak berunit, tetapi kadang dinyatakan dalam meter per meter sering digunakan, nilai dari regangan kenyataannya tidak bergantung dari unit sistem. Kadang regangan dinyatakan sebagai persentase yang mana nilai regangan dikalikan dengan 100. 1. Uji Tekan Pengujian tegangan-regangan tekan dapat dilakukan jika gaya yang diterapkan masuk dalam beban kerjanya. Uji tekan dilakukan dengan cara yang sama dengan uji tarik, kecuali gaya yang diberikan adalah gaya tekan dan spesimen mengalami kontak sepanjang arah tegangan.
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman21

Gambar 3.6. Alat Uji Tekan. Persamaan tekanan dan regangan digunakan untuk menghitung tegangan tekan dan regangan tekan. Menurut konvensi, kekuatan tekan diberi notasi negatif, dimana akan menghasilkan tegangan negatif. Selain itu, karena l0 lebih besar dari li, regangan tekan yang dihitung akan menghasilkan tegangan yang bernilai negatif. Uji tarik lebih umum dilakukan karena lebih mudah untuk dilakukan dan juga, untuk bahan yang paling banyak digunakan dalam aplikasi struktural, hanya sedikit informasi tambahan yang diperoleh dari hasil pengujian tekan. 2. Uji Geser dan Torsi Untuk pengujian menggunakan beban geser murni seperti pada gambar 3.1.c, tegangan geser () dapat dicari dengan menggunakan persamaan

Dimana F adalah beban atau gaya yang dikenakan sejajar dengan bagian permukaan atas dan bawah masing-masing yang memiliki wilayah seluas A0. Tegangan geser didefinisikan sebagai tangen dari sudut regangan . Unit untuk tegangan dan regangan geser sama seperti bentuk tarik mereka. Gaya torsi adalah variasi dari gaya geser murni, dimana saat bagian struktural berkerut seperti pada Gambar 3.3.d, gaya torsi akan menghasilkan gerak rotasi terhadap sumbu longitudinal disalah satu ujung bagian relatif terhadap ujung lainnya. Contoh dari gaya torsi dapat ditemukan pada as mesin dan poros kardan, dan
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman22

juga untuk alat bor. Pengujian torsi biasanya dilakukan pada poros silinder yang padat atau pada tabung. Tegangan geser adalah fungsi dari putaran yang diberikan T, dimana regangan geser berhubungan dengan putaran sudut yang terjadi , seperti pada gambar 3.3.d. D. Deformasi Elastis Tingkat dimana suatu struktur terdeformasi atau meregang bergantung pada besarnya suatu tekanan yang diakibatkan. Untuk sebagian besar logam yang ditekan dan pada tingkat tegangan yang relatif rendah, tegangan dan regangan sebanding satu dengan lainnya melalui hubungan,

Ini dikenal sebagai hukum Hooke, dan konstanta proporsionalitas E (GPa atau psi) adalah modulus elastisitas, atau modulus Young. Untuk logam-logam tertentu nilainya berkisar antara 45 GPa untuk magnesium, dan 407 GPa untuk tungsten. Nilai modulus elastisitas untuk beberapa logam pada suhu kamar dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Modulus Geser, Elastis dan Rasio Poisson untuk Beberapa Jenis Logam Paduan

Deformasi di mana tegangan dan regangan terjadi secara proporsional disebut deformasi elastis. Pada diagram dibawah terjadi hubungan linear antara tegangan (ordinat) terhadap regangan (absis),

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman23

Gambar 3.7. Skema diagram tegangan regangan menunjukkan deformasi elastis linier saat siklus pembebanan dan pelepasan beban. Kemiringan dari slope diagram tegangan regangan dapat digunakan untuk menunjukkan modulus elastisitas E. Pada diagram diatas terlihat bahwa material tersebut bersifat kaku atau material tersebut tahan terhadap deformasi elastis. Semakin besar modulusnya, semakin kaku bahan tersebut, atau regangan elastis yang terjadi lebih kecil saat diberikan suatu tegangan tertentu. Modulus elastisitas merupakan parameter penting dari suatu desain yang digunakan untuk menghitung defleksi elastis suatu material. Deformasi elastis bersifat tidak permanen, yang berarti bahwa ketika beban yang diterapkan dilepaskan, material akan kembali ke bentuk awalnya. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.7, saat spesimen uji di beri beban maka diagramnya akan bergerak sesuai sepanjang garis lurus dan setelah beban dilepaskan, maka diagramnya akan kembali berlawanan arah dari arah naiknya dan kembali ke asal. Ada beberapa material (misalnya, besi cor kelabu, beton, dan polimer) memiliki bentuk kurva tegangan-regangan yang tidak linier, sehingga untuk menentukan modulus elastisitasnya tidak dapat ditentukan seperti pada gambar 3.7. Untuk material dengan sifat nonlinier ini, modulus elastisitasnya dapat diperoleh dengan menggunakan modulus tangen atau sekan. Modulus tangent diambil sebagai kemiringan kurva tegangan-regangan pada beberapa tingkat tegangan

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman24

tertentu, sementara modulus sekan merupakan kemiringan garis potong awal ke beberapa titik dari kurva - seperti pada gambar 3.8.

Gambar 3.8. Skema diagram tegangan regangan yang menunjukan sifat elastisitas non-linier, dan cara mencari modulus sekan dan tangennya. E. Deformasi plastis Untuk kebanyakan bahan logam, deformasi elastis pada saat regangan hanya terjadi sekitar 0,005. Saat material terdeformasi melewati titik ini, tegangan tidak lagi proporsional terhadap regangan (hukum Hooke tidak dapat digunakan lagi disini), dan terjadi perubahan permanen, atau deformasi palstis terjadi. Gambar 3.9.a menggambarkan skematis periaku tarik tegangan-regangan untuk

beberapa logam saat masuk ke wilayah plastis. Transisi dari elastis ke plastik terjadi secara bertahap bagi sebagian besar logam, beberapa terdapat hasil kurva yang melengkung pada awal terjadinya deformasi plastik, yang meningkat lebih cepat dengan meningkatnya tegangan. Dari perspektif atom, deformasi plastik terjadi dengan memutuskan ikatan dengan atom tetangga aslinya dan kemudian membentuk ikatan baru dengan atom tetangga. Hal ini terjadi terus menerus pada saat tegangan diberikan karena sejumlah besar atom atau molekul bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan pada saat tegangan dilepaskan mereka tidak kembali ke posisi semula.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman25

Gambar 3.9. a) Bentuk khas dari perilaku logam untuk menunjukkan deformasi elastis dan plastis, batas proporsionalnya P, dan kekuatan luluh ditentukan menggunakan metode offset 0,002 regangan. (b) Perwakilan dari perilaku tegangan-regangan pada beberapa baja menunjukkan adanya fenomena titik luluh. F. Sifat Tarik 1. Batas Luluh dan Kekuatan Luluh Kebanyakan struktur dirancang untuk memastikan bahwa hanya deformasi elastis yang akan terjadi ketika tegangan diterapkan. Sebuah struktur atau komponen yang telah mengalami deformasi plastis, atau mengalami perubahan permanen, tidak dapat digunakan seperti fungsi awal yang diinginkan sebelum perubahan tersebut terjadi. Oleh karena perlu diketahui pada tingkat tegangan mana deformasi plastik dimulai, atau dimana fenomena batas luluh terjadi. Untuk logam, transisi elastis plastis terjadi secara bertahap, titik luluh dapat ditentukan saat terjadi perubahan linearitas dari kurva tegangan-regangan, batas ini kadang-kadang disebut batas proporsional, seperti ditunjukkan oleh titik P pada Gambar 3.9.a. Dalam kasus seperti ini posisi titik ini mungkin tidak ditentukan dengan tepat. Sebagai konsekuensi, telah disepakati konvensi dimana garis lurus dibangun sejajar dengan bagian elastis dari kurva tegangan-regangan di beberapa regangan offset tertentu, biasanya 0,002. Tegangan yang terletak pada persimpangan garis pada kurva tegangan-regangan saat garis tersebut
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman26

melengkung pada wilayah plastis akan didefinisikan sebagai kekuatan luluh. Ini ditunjukkan dalam Gambar 3.9.a dan unit dari kekuatan luluh adalah MPa atau psi. Untuk material yang memiliki wilayah elastis nonlinier (Gambar 3.8), penggunaan metode regangan offset tidak mungkin dilakukan, digunakan beberapa pengujian untuk mendefinisikan kekuatan luluh dengan memberikan beberapa tegangan untuk menghasilkan beberapa regangan (misalnya dengan menggunakan = 0.005). Beberapa baja dan bahan lainnya menunjukkan perilaku tegangan-regangan tarik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.9.b. Transisi elastis plastis dapat terjadi secara tiba-tiba dan hal ini biasa disebut sebagai fenomena batas luluh. Pada batas luluh atas, deformasi plastik dimulai dengan penurunan aktual dari tegangan. Deformasi lanjutannya hanya berfluktuasi sedikit dan nilainya hampir konstan dengan nilai tegangan (disebut titik luluh bawah). Tegangan kemudian akan meningkat dengan meningkatnya regangan. Untuk logam yang menampilkan pengaruh ini, kekuatan luluhnya diambil sebagai dari rata-rata tegangan yang berhubungan dengan titik luluh bawah, karena nilainya terdefinisi dengan baik dan relatif tidak sensitif terhadap pengujian. Sehingga tidak perlu diterapkan metode regangan offset untuk material seperti ini. Besarnya kekuatan luluh pada logam adalah menjadi ukuran ketahanan terhadap terjadinya deformasi plastis. Kekuatan luluhnya dapat berkisar dari 35 MPa (5000 psi) untuk aluminum berkekuatan rendah hingga lebih dari 1400 MPa (200,000 psi) untuk baja kekuatan tinggi. 2. Kekuatan Tarik Setelah meluluh, tegangan diperlukan meningkatkan laju deformasi plastis logam hingga titik maksimum M (Gambar 3.9), dan kemudian menurun pada saat putus F. Kekuatan tarik (dalam MPa atau psi) adalah tegangan maksimum pada kurva tegangan-regangan teknis (Gambar 3.10). Ini sesuai dengan tegangan maksimum yang dapat diterima oleh struktur material pada saat tegang, jika stres ini terus diberikan maka akan terjadi fenomena patah. Semua deformasi yang terjadi pada saat ini bersifat seragam di seluruh wilayah spesimen tarik.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman27

Namun saat tegangan maksimum dilewati, penyempitan kecil atau terjadinya leher pada spesimen di beberapa titik, deformasi selanjutnya terkonsentrasi di daerah ini, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.10. Fenomena ini disebut "necking," dan patahan akhirnya terjadi pada leher ini. Kekuatan untuk patah sesuai dengan tegangan yang diberikan saat akan patah.

Gambar 3.10. Sifat teknis khas dari tegangan regangan hingga patah di titik F. Kekuatan tarik TS berada di titik M. Gambar dalam lingkaran di kurva mewakili geometri saat spesimen terdeformasi pada berbagai titik sepanjang kurva. Kekuatan tarik dapat bervariasi, untuk aluminium antara 50 MPa hingga setinggi 3000 MPa untuk baja kekuatan tinggi. Biasanya, dalam perencanaan penggunaan logam, kekuatan yang digunakan adalah kekuatan pada batas luluhnya. Ini karena pada saat tegangan yang diberikan sesuai dengan kekuatan tariknya, sering strukturnya telah mengalami begitu banyak deformasi plastic sehingga hal itu tidak banyak lagi gunanya untuk digunakan menahan beban selanjutnya, karena kekuatan patah nilainya lebih kecil daripada kekuatan tariknya. G. Keuletan Keuletan merupakan sifat mekanik penting lainnya. Kekuatan ini adalah ukuran derajat deformasi plastik yang telah dialami hingga patah. Material yang
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman28

mengalami sangat sedikit deformasi plastik atau tidak sama sekali hingga patah disebut bersifat getas. Sifat tegangan-regangan tarik untuk material ulet dang getas diilustrasikan pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11. Skema tegangan-regangan tarik untuk bahan getas dan ulet hingga dibebani patah. Keuletan dapat dinyatakan secara kuantitatif sebagai persen perpanjangan atau persen pengurangan daerah. Persen Perpanjangan %EL adalah persentase dari regangan plastis saat patah,

dimana lf adalah panjang patahan dan l0 adalah panjang asli gauge seperti di atas. Karena deformasi plastis terkonsentrasi di daerah leher maka nilai %EL tergantung pada panjang gauge spesimen. Semakin pendek l0, semakin besar fraksi perpanjangan total dari leher dan akibatnya nilai %EL, semakin tinggi. Nilai l0 yang umum adalah 50 mm. Persen pengurangan daerah %RA didefinisikan menjadi

Dimana A0 adalah luas penampang sebelumnya dan Af merupakan luas penampang dititik patah. Persen pengurangan area nilainya tidak bergantung pada nilai l0 dan A0. Nilai %EL dan %RA setiap material akan berbeda. Untuk
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman29

logam kebanyakan memiliki keuletan yang moderat pada suhu kamar, tetapi beberapa logam akan menjadi getas pada saat suhu diturunkan. Pengetahuan mengenai keuletan suatu material penting karena hal ini dapat digunakan seorang desainer untuk memilih bahan sesuai dengan deformasi plastisnya dan juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat deformasi yang diijinkan selama proses fabrikasi. Dalam mendesain, keuletan suatu bahan dapat kita jadikan acauan batas deformasi lokal yang diijinkan terjadi dalam desain perhitungan tegangan. Suatu bahan dianggap getas jika regangannya kurang dari 5%. Dengan demikian, beberapa sifat mekanik penting dari suatu logam dapat ditentukan dari pengujian tarik tegangan-regangan. Tabel 3.2 menyajikan kekuatan luluh, kekuatan tarik dan keuletan dari beberapa logam pada suhu kamar. Sifat-sifat ini peka terhadap deformasi sebelumnya, kehadiran zat pengotor dan atau setiap perlakuan panas yang telah dikenakan pada logam tersebut. Tabel 3.2. Sifat Khas Mekanis dari Beberapa Logam dan Paduannya dalam kondisi Anil
Paduan Logam Kekuatan Luluh (MPa) 35 (5) 69 (10) 75 (11) 130 (19) 138 (20) 180 (26) Kekuatan Tarik (MPa) 90 (13) 200(29) 300 (44) 262 (38) 480 (70) 380 (55) Keuletan, %EL (pada 50 mm) 40 45 68 45 40 25

Aluminum Copper Brass (70Cu30Zn) Iron Nickel Steel (1020)

Titanium

450 (65)

520 (75)

25

Molybdenum

565 (82)

655 (95)

35

Modulus elastisitas adalah salah satu parameter mekanik yang tidak sensitif terhadap perlakuan ini. Seperti dengan modulus elastisitas, besaran baik
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman30

kekuatan

luluh

dan

tarik

akan

menurun

dengan

meningkatnya

suhu,

kebalikkannya, keuletan akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Gambar 3.12 menunjukkan bagaimana perilaku tegangan-regangan besi bervariasi dengan suhu.

Gambar 3.12. Rekayasa perilaku tegangan-regangan untuk besi pada tiga suhu. H. Ketahanan Ketahanan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi saat material tersebut terdeformasi secara elastis juga energi pemulihan saat beban dilepaskan. Sifat-sifat yang terkait disebut modulus ketahanan, Ur, merupakan energi regangan per satuan volume yang diperlukan oleh suatu material untuk mengalami tegangan dari saat keadaan beban dilepas hingga keadaan luluh.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman31

Gambar 3.13. Gambaran skematis bagaimana modulus ketahanan (daerah berarsir) ditentukan dari perilaku tegangan-regangan tarik dari suatu material. I. Ketangguhan Ketangguhan adalah istilah mekanik yang digunakan dalam beberapa konteks, secara garis besar, ketangguhan adalah ukuran kemampuan suatu material untuk menyerap energi hingga patah. Bentuk geometri dari spesimen serta cara memberi beban menjadi faktor penentu dalam menentukan ketangguhan. Untuk kondisi pembebanan dinamis (laju regangan tinggi) dan ketika takikan ada (atau titik konsentrasi tegangan), ketangguhan takik ditentukan dengan uji impak. Untuk kondisi pembebanan statis (laju regangan rendah), ketangguhan diperoleh dari hasil pengujian tegangan-regangan tarik. Hal Ini ditunjukkan oleh daerah di bawah kurva - sampai titik patah. Unit satuan untuk kekerasan sama seperti unit ketahanan (yaitu, energi per satuan volume dari material). Agar material lebih tangguh, material tersebut harus memiliki sifat kuat dan ulet, biasanya material yang ulet lebih tangguh daripada material yang bersifat getas. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.11. Dari gambar terlihat, meskipun material getas memiliki kekuatan luluh dan tarik lebih tinggi, material getas memiliki ketangguhan lebih rendah daripada material yang ulet. Hal ini disimpulkan dengan membandingkan daerah ABC dan di gambar 3.11.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman32

J. Pemulihan Elastis Setelah Deformasi Plastis Setelah beban dilepaskan pada saat pengujian tegangan-regangan, beberapa fraksi dari total deformasi pulih kembali sebagai regangan elastis. Perilaku ini ditunjukkan pada gambar 3.14, plot skematis dari rekayasa tegangan-regangan. Selama siklus pelepasan beban, arah lintasan pada kurva hampir lurus dimulai dari dekat dari titik pelepasan beban (titik D) dan kemiringannya dapat diidentikkan dengan modulus elastisitas, atau sejajar dengan bagian elastis awal dari kurva. Besarnya regangan elastis ini, yang diperoleh kembali selama pelepasan beban, sesuai dengan pemulihan regangan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.14.

Gambar 3.14. Gambaran diagram tegangan-regangan tarik yang menunjukkan fenomena pemulihan regangan elastis dan pengerasan akibat regangan. Kekuatan luluh awal ditunjuk sebagai y0; yi adalah luluh yang diperoleh beban dilepaskan pada titik D, dan ketika pembebanan kembali. Jika beban diberikan kembali, kurva akan pada bagian yang sama dengan arah yang berlawanan dengan arah pelepasan; batas luluh akan terjadi lagi pada
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman33

tingkat pelepasan tegangan dimana pelepasan beban dimulai. Pada saat tersebut akan terjadi juga pemulihan regangan elastis yang berhubungan dengan saat patah. K. Kekerasan Sifat mekanik yang penting untuk dipelajari adalah kekerasan, adalah ukuran resistansi bahan terhadap deformasi plastis lokal (misalnya penyok kecil atau goresan). Uji kekerasan awalnya digunakan untuk menguji mineral alam dengan menggores bahan uji dengan bahan yang lebih keras. Pengindeksan secara kuantitatif dengan cara penggoresan ini dikenal dengan skala Mohs, yang berkisar antara 1 untuk bahan lembut seperti pada talek (talc) hingga 10 untuk intan. Teknik pengujian kekerasan secara kuantitatif telah dikembangkan selama bertahun-tahun dimana digunakan indentor kecil yang diberi gaya tekan terhadap permukaan material yang akan diuji, dengan kondisi pembebanan dan jumlah pengujian yang terkontrol dengan aplikasi pengujian yang dilakukan. Kedalaman atau ukuran yang dihasilkan dari indentasi diukur karena hasil ini akan berhubungan dengan angka kekerasan dimana semakin lembek bahan maka akan lebih besar dan lebih dalam hasil indentasinya, dan indeks atau angka kekerasannya akan lebih rendah. Pengukuran kekerasan bersifat relatif (tidak absolut) dan hasilnya akan berbeda-beda dari setiap teknik pengujian yang dilakukan. Pengujian kekerasan lebih sering dilakukan daripada pengujian mekanis lainnya karena beberapa alasan: Pengujian kekerasan lebih sederhana dan murah dari segi biaya, tidak diperlukan disiapkan spesimen khusus dan alat pengujian relatif murah. Pengujiannya bersifat tidak merusak, spesimen uji tidak mengalami deformasi berlebihan atau patah. Deformasi yang terjadi hanya berupa lubang kecil hasil indentasi. Sifat mekanik lainnya dapat diperkirakan dari data pengujian kekerasan, seperti kekuatan tarik (lihat gambar 3.15).

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman34

Gambar 3.15. Hubungan antara kekerasan dan kekuatan tarik pada baja, kuningan, dan besi tuang. 1. Pengujian kekerasan Rockwell Pengujian Rockwell merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mengukur kekerasan karena cara ini sederhana untuk dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus. Beberapa skala, kombinasi dari berbagai indenter dan beban yang berbeda dapat digunakan, yang memungkinkan digunakan untuk pengujian hampir semua paduan logam (serta beberapa polimer). Indenterindenternya berbentuk bulat serta bola baja yang dikeraskan, memiliki diameter 1,588; 3,175; 6,350; dan 12,70 mm, dan indentor kerucut intan (biasa disebut Brale) yang digunakan untuk bahan paling keras.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman35

Dengan cara ini, angka kekerasan ditentukan dari perbedaan kedalaman penetrasi yang dihasilkan dari pengujian dari beban awal (minor) diikuti oleh beban utama (mayor). Beban minor disini bermanfaat meningkatkan akurasi pengujian. Atas dasar besarnya beban baik beban mayor dan minor, maka pengujian Rockwell dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Rockwell dan superficial Rockwell. Untuk Rockwell, beban minornya 10 kg, sedangkan beban mayornya 60, 100, dan 150 kg. Setiap skala diwakili oleh huruf abjad; beberapa indentor dengan bebannya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4.a. Untuk pengujian superficial Rockwell, 3 kg adalah beban minor; 15, 30, dan 45 kg adalah beban mayornya. Skala ini biasanya diidentifikasi dengan 15, 30 atau 45 (menurut beban), diikuti oleh notasi N, T, W, X, atau Y, tergantung dari indentor yang digunakan. Pengujian superficial umumnya dilakukan pada spesimen tipis. Tabel 3.4.b menyajikan beberapa skala superficial. Ketika menetapkan angka Rockwell dan superficial Rockwell, baik angka kekerasan dan simbol skala harus dituliskan. Skala ditulis dengan simbol HR diikuti dengan skala identifikasi yang sesuai. Skala Rockwell sering disebut juga dengan pemakaian subskrip, misalnya Rc untuk skala Rockwell C. Contohnya, 80 HRB menunjukkan kekerasan Rockwell adalah 80 pada skala B, dan 60 HR30W menunjukkan kekerasan superficial Rockwell adalah 60 pada skala 30W. Untuk setiap skala, kekerasan dapat bervariasi hingga 130, namun nilai kekerasan dapat menjadi tidak akurat jika naik di atas 100 atau turun di bawah 20 pada skala apapun, mereka menjadi, karena skala-skalanya dapat saling tumpang tindih, dalam situasi seperti maka harus ada penelitian untuk skala lebih keras atau skala lebih lembek. Ketidakakuratan juga terjadi jika benda uji terlalu tipis, jika indentasi dibuat terlalu dekat dengan tepi spesimen, atau jika indentasi dibuat terlalu dekat satu sama lain. Ketebalan spesimen harus setidaknya sepuluh kali kedalaman indentasi, sedangkan daerah sekitar harus dibuat untuk setidaknya tiga diameter indentasi antara pusat satu indentasi dan tepi spesimen, atau ke pusat indentasi kedua. Tidak direkomendasikan pengujian spesimen dengan cara ditumpuk satu sama lainnya. Selain itu ketepatan dalam pengukuran juga tergantung pada permukaan, untuk hasil yang akurat diperlukan permukaan yang halus dan datar. Dengan semakin modernnya peralatan membuat pengukuran kekerasan dengan
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman36

cara Rockwell semakin mudah, dan kekerasan dapat dengan mudah diperoleh hanya beberapa detik. Perangkat pengujian modern juga memasukkan variasi waktu pada saat beban diberikan. Variabel ini juga harus diperhatikan dalam menginterpretasikan data kekerasan.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman37

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman38

Tabel 3.4.a. Skala Kekerasan Rockwell Simbol Skala A B C D E F G H K Beban Mayor ( kg) 60 100 150 100 100 60 150 60 150

Indenter Intan Bola 1,588 mm Intan Intan Bola 3,175 mm Bola 1,588 mm Bola 1,588 mm Bola 3,175 mm Bola 3,175 mm

Tabel 3.4.b. Skala Kekerasan Superficial Rockwell Simbol Skala 15N 30N 45N 15T 30T 45T 15W 30W 45W Indenter Intan Intan Intan Bola 1,588 mm Bola 1,588 mm Bola 1,588 mm Bola 3,175 mm Bola 3,175 mm Bola 3,175 mm Beban Mayor (kg) 15 30 45 15 30 45 15 30 45

2. Pengujian Kekerasan Brinell Dalam uji Brinell, seperti dalam pengukuran Rockwell, indentor berupa bola keras ditekan ke permukaan logam yang akan diuji. Diameter indentor bola baja yang dikeraskan (atau karbida tungsten) adalah 10,00 mm. Beban standar berkisar antara 500 dan 3000 kg dengan kenaikan setiap 500 kg; selama pengujian, beban dipertahankan konstan untuk waktu tertentu (antara 10 dan 30 s). Material
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman39

yang keras akan membutuhkan lebih besar beban yang diberikan. Angka kekerasan Brinell, HB atau kadang disebut BHN (Brinell Hardness Number), merupakan fungsi dari beban dan diameter indentasi yang dihasilkan. (lihat Tabel 3.3). Diameter ini kemudian diukur dengan menggunakan mikroskop untuk melihat diameternya dengan menggunakan skala ukuran panjang khusus. Diameter terukur kemudian dikonversi menjadi angka HB dengan menggunakan tabel, Hanya satu skala digunakan dengan teknik ini. Telah ada teknik semi-otomatis untuk mengukur kekerasan Brinell. Caranya adalah dengan menggunakan sistem pemindaian optik yang terdiri dari sebuah kamera digital yang terpasang pada pemindai fleksibel, yang memungkinkan posisi kamera di atas indentasi. Data dari kamera ditransfer ke komputer yang kemudian menganalisa hasil indentasi, menentukan hasil ukurannya, dan kemudian menghitung angka kekerasan Brinell. Teknik ini memerlukan persyaratan permukaan lebih ketat daripada untuk pengukuran manual. Maksimum ketebalan spesimen serta posisi indentasi (bergantung terhadap tepi spesimen) dan persyaratan jarak indentasi minimum sama seperti untuk pengujian Rockwell. Selain itu, hasil indentasi yang jelas diperlukan, cara ini memerlukan permukaan datar yang halus di mana indentasi akan dibuat. 3. Pengujian Kekerasan Indentasi Mikro Knoop dan Vickers Dua pengujian kekerasan lainnya adalah teknik Knoop dan Vickers (kadangkadang juga disebut intan piramida). Untuk setiap pengujian, indentor intan dengan geometri piramida ditekan ke permukaan spesimen uji. Beban yang diberikan jauh lebih kecil daripada Rockwell dan Brinell, berkisar antara 1 dan 1000 g. Hasil pengujian diamati di bawah mikroskop dan diukur. Hasil ini pengukuran inilah yang kemudian diubah menjadi angka kekerasan (lihat tabel 3.3). Permukaan spesimen harus disiapkan dengan baik saat pemotongan dan pemolesan untuk memperoleh hasil indentasi yang jelas sehingga dapat terukur secara akurat. Angka kekerasan Knoop dan Vickers dituliskan dengan notasi HK dan HV, dan skala masing-masing untuk kedua cara pengujian iniyang kurang lebih sama. Metode Knoop dan Vickers disebut sebagai metode pengujian indentasi mikro yang didasarkan pada ukuran indentor.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman40

Keduanya cocok digunakan untuk mengukur kekerasan daerah spesimen yang kecil. Metode Knoop umumnya digunakan untuk menguji bahan yang bersifat getas seperti keramik. Peralatan pengujian kekerasan dengan cara indentasi mikro saat ini telah digabungkan dengan peralatan penganalisa gambar yang dipadukan dengan computer dan perangkat lunaknya. Perangkat lunak ini berguna untuk mengontrol fungsi sistem yang penting termasuk lokasi indentasi, jarak indentasi, perhitungan nilai-nilai kekerasan, dan memplot data. Masih banyak cara pengujian lain yang sering digunakan tetapi tidak akan dibahas seperti penentuan kekerasan mikro dengan ultrasonik, Scleroscope, durometer (untuk bahan plastik dan elastomer) dan pengujian dengan cara digores. 4. Konversi Kekerasan Konversi kekerasaan dari satu skala ke skala lainnya sangat diperlukan. Namun, karena kekerasan bukanlah sifat dari material yang terdefinisi dengan jelas, dan karena perbedaan dari berbagai teknik pengujian, skema konversi yang komprehensif belum ada. Data konversi kekerasan ditentukan secara

eksperimental dan bergantung pada jenis dan karakteristik bahan. Data konversi yang paling dapat diandalkan adalah data untuk baja, seperti pada gambar 3.16 pada skala Knoop, Brinell, dua jenis Rockwell dan Mohs. Detail mengenai tabel konversi untuk berbagai logam dan paduan lainnya dapat dilihat pada ASTM Standar E 140, "Tabel Standar Konversi Kekerasan untuk Logam".

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman41

Gambar 3.16. Perbandingan beberapa skala kekerasan L. Hubungan Antara Kekerasan dan Kekuatan Tarik Baik kekuatan tarik dan kekerasan merupakan indikator resistensi logam untuk mengalami deformasi plastis. Jika dibandingkan secara kasar seperti pada gambar 16. Pada besi cor, baja dan kuningan terlihat bahwa kekuatan tarik merupakan fungsi dari HB yang terjadi secara proporsional. Hubungan

proporsionalitas tersebut tidak berlaku untuk semua logam, seperti ditunjukkan gambar 16. Aturan praktis untuk sebagian besar baja, HB dan kekuatan tarik terkait memiliki hubungan
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman42

M. Rangkuman 1. Material adalah suatu substansi yang dapat dibuat dan di modifikasi komposisinya. Jika suatu benda mengalami sebuah beban statis atau terjadi perubahan yang relatif lambat dengan waktu dan beban diberikan secara seragam pada daerah melintang pada permukaan benda uji, perilaku mekaniknya dapat diprediksi oleh tes tegangan-regangan sederhana. 2. Salah satu pengujian mekanis tegangan-regangan yang paling umum dilakukan adalah pengujian tegangan. Suatu specimen uji dideformasi hingga patah dengan beban tarik yang meningkat secara bertahap yang diterapkan di sepanjang sumbu uniaksial dari panjang spesimen. Pengujian teganganregangan tekan dapat dilakukan juga dilakukan jika gaya yang diterapkan masuk dalam beban kerjanya. 3. Gaya torsi adalah variasi dari gaya geser murni, dimana saat bagian struktural berkerut maka gaya torsi akan menghasilkan gerak rotasi terhadap sumbu longitudinal disalah satu ujung bagian relatif terhadap ujung lainnya. 4. Tingkat dimana suatu struktur terdeformasi atau meregang bergantung pada besarnya suatu tekanan yang diakibatkan. Deformasi di mana tegangan dan regangan terjadi secara proporsional disebut deformasi elastis. Deformasi elastis bersifat tidak permanen, yang berarti bahwa ketika beban yang diterapkan dilepaskan, material akan kembali ke bentuk awalnya. Dari perspektif atom, deformasi plastik terjadi dengan memutuskan ikatan dengan atom tetangga aslinya dan kemudian membentuk ikatan baru dengan atom tetangga. Hal ini terjadi terus menerus pada saat tegangan diberikan karena sejumlah besar atom atau molekul bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan pada saat tegangan dilepaskan mereka tidak kembali ke posisi semula. Transisi elastis plastis dapat terjadi secara tiba-tiba dan hal ini biasa disebut sebagai fenomena batas luluh. Pada batas luluh atas, deformasi plastik dimulai dengan penurunan aktual dari tegangan. 5. Fenomena batas lulus terjadi pada awal deformasi plastik atau permanen; kekuatan luluh ditentukan dengan metode strain offset dari perilaku regangantegangan yang menunjukkan tegangan di mana deformasi plastik mulai
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman43

terjadi. Kekuatan tarik berhubungan dengan tegangan tarik maksimum yang dimiliki oleh spesimen, sedangkan persen perpanjangan dan pengurangan luas daerah adalah ukuran dari keuletan yaitu jumlah deformasi plastik yang telah terjadi pada saat patah. Ketahanan adalah kemampuan bahan untuk menyerap energi selama deformasi elastis; modulus ketahanan adalah luas area di bawah kurva teknis tegangan-regangan hingga ke titik luluh. 6. Kekerasan adalah ukuran dari ketahanan dari suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Dalam beberapa teknik pengujian kekerasan yang banyak digunakan (Rockwell, Brinell, Knoop, dan Vickers) sebuah indentor kecil ditekan dan diberi gaya pada permukaan material, dan angka indeksnya ditentukan berdasarkan ukuran atau kedalaman hasil indentasi. Bagi kebanyakan logam, kekerasan dan kekuatan tarik proporsional satu sama lainnya. N. Latihan Jawablah / kerjakan soal latihan berikut: 1. Sepotong tembaga panjang awalnya 305 mm ditarik dengan tegangan tarik 276 Mpa. Jika deformasi yang terjadi sepenuhnya elastis, berapa

perpanjangan yang dihasilkan? 2. Sebuah spesimen silinder baja memiliki diameter asli 12,8 mm diuji tarik hingga patah dan hasilnya ditemukan spesimen tersebut memiliki kekuatan teknis hingga patah sebesar 460 MPa. Jika diameter penampang di patahan 10,7 mm. Berapakah keuletan yang berhubungan dengan persen

pengurangan daerahnya?

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman44

BAB IV PENGUJIAN TIDAK MERUSAK PADA MATERIAL


Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat mengenal pengujian tidak merusak yang ada.

A. Pendahuluan Pengujian tidak merusak (Nondestructive testing) yang biasa disebut NDT adalah metoda pengujian yang digunakan untuk menganalisa suatu objek, material atau sistem tanpa merusak keseluruhan untuk penggunaan selanjutnya. NDT sering dibutuhkan untuk memverifikasi kualitas produk dan sistem dari suatu material. Teknik teknik yang umum digunakan adalah :

AET - Acoustic Emission Testing ART - Acoustic Resonance Testing ET - Electromagnetic Testing IRT - Infrared Testing LT - Leak Testing MT - Magnetic Particle Testing PT - Dye Penetrant Testing RT - Radiographic Testing UT - Ultrasonic Testing VT - Visual Testing (VI - Visual Inspection)

B. AET - Acoustic Emission Testing Acoustic Emission Testing menggunakan perubahan suara yang tajam dari keluaran PCCP ketika ia pecah atau slip untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengalami beban aktif pada suatu konstruksi. AET dapat digunakan untuk melakukan verifikasi pada sambungan dari tangki bertekanan tinggi, tangki bola, reaktor temperature tinggi dan perpipaan, tong kokas, tangki timbun atas tanah, tangki penyimpanan suhu rendah (cryogenic) dan masih banyak lagi. Inspeksi
PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman45

dapat dilakukan dari luar dan tidak perlu dilakukan penghentian proses produksi saat inspeksi dilakukan C. ART - Acoustic Resonance Testing Setelah mengalami impak, suatu spesimen akan mengalami vibrasi pada bentuk dan karakteristik tertentu dan frekuensinya dapat diukur dengan menggunakan mikrofon atau laser vibrometer. Analisa sonik akustik dan resonansi ultrasonik adalah teknik pengujian tidak merusak yang dapat digunakan untuk menguji berbagai jenis objek. Jenis-jenis cacat yang dapat dideteksi adalah retakan, lubang, lapisan yang tidak menempel, cacat material dan deviasi kekerasan. D. ET - Electromagnetic Testing Pengujian elektromagnetik adalah suatu proses pengujian dengan menggunakan induksi arus listrik dan/atau medan magnetik pada objek uji dan pengaruhnya kemudian diamati. Cacat dalam objek uji dapat dideteksi dimana interferensi elektromagnetik menghasilkan respons yang dapat terukur. E. IRT - Infrared Testing Pengujian infra-merah adalah teknik yang menggunakan prinsip termografi, suatu pencitraan dengan infra-merah dan kamera ukur, untuk melihat dan mengukur keluaran energi infra-merah dari objek. Metoda ini dapat digunakan pada saat peningkatan panas, sedikitnya insulasi, konstruksi dengan dinding yang tipis dan masih banyak lagi. F. LT - Leak Testing Teknik ini digunakan untuk mendeteksi dan mencari kebocoran pada bagianbagian di daerah bertekanan tinggi, tangki bertekanan tinggi dan strukturnya. Kebocoran dapat dideteksi dengan menggunakan teknik penetrasi cairan dan gas, peralatan pendengaran elekronik, alat ukur perubahan tekanan atau uji gelembung sabun. G. MT - Magnetic Particle Testing Pengujian dengan menggunakan partikel magnetik dilakukan dengan

menginduksi medan magnet pada bahan bersifat ferromagnetik dan kemudian


PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika Halaman46

men ndebui per rmukaan uji tersebut d i dengan men nggunakan partikel p partikel bes si. Perm mukaan ters sebut akan menghasi n ilkan kutub kutub m magnetik da kemudia an an meda magnet tersebut diganggu sedemikia rupa sehingga par an tik t an rtikel-partike el besi tertarik da terkonse an entrasi men nghasilkan cacat pad permuka da aan materia al at dapa terlihat. H. PT - Dye Penet trant Testin ng Peng gujian deng gan penetr rasi pewar rna dapat digunakan untuk me encari lokasi ketid dakteraturan dari perm n mukaan mat terial. Pewa arna dengan daya pen netrasi besa ar akan memasuk ketidakte n ki eraturan be eberapa sa setelah diberikan dan setela aat ah mem misahkan kelebihan pewarna k perm mukaan aka terlihat. an dengan pereaksi tertentu, cacat pad c da

4.1.

Pengujian cacat permu P c ukaan deng Dye Pe gan enetrant Tes sting

I. RT - Radiograp phic Testin ng Peng gujian deng gan radiogr dapat d rafi digunakan untuk mendeteksi cac di dalam cat m hasil pengecor ran, hasil pengelasa atau pe an encetakan dengan m mengekspo os kons struksinya d dengan me enggunakan x-ray atau radiasi sinar gam mma. Caca atcaca dapat dideteksi deng membe at gan edakan sera apan radias pada ma si aterial seper rti yang terlihat pa tampilan grafik bayangan pada film graf foto atau pada laya g ada fik u ar fluore esensi.

Pengetah huanDasarU UjiMekanikd danFisika

Halaman4 47

J. UT - Ultrasonic Testing Pengujian ultrasonik menggunakan energi suara berfrekuensi tinggi untuk melakukan analisanya. Inspeksi ultrasonik dapat digunakan untuk mendeteksi / mengevaluasi kerataan, pengukuran dimensi, karakterisasi bahan dan masih banyak lagi. K. VT - Visual Testing (VI - Visual Inspection) Pengujian atau inspeksi memberikan pilihan yang luas untuk mengamankan sistem yang tepat atau kualitas produk. L. Rangkuman Pengujian tidak merusak adalah metoda pengujian yang dapat digunakan untuk menganalisa suatu objek, material atau sistem tanpa merusak keseluruhan atau pada saat material sedang dipakai. Pengujian ini tidak membutuhkan perlakuan khusus pada spesimen yang akan diuji. M. Latihan 1. Jelaskan cara melihat adanya suatu cacat dari hasil pengelasan! 2. Untuk menguji adanya cacat didalam suatu tangki bertekanan tinggi dapat menggunakan metoda apa?

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman48

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Pengetahuan uji mekanika dan fisika memegang peranan penting bagi pengetahuan PMB tingkat ahli dalam mendukung pekerjaan di laboratorium karena seorang PMB tidak hanya berhubungan dengan pengujian dengan menggunakan cara kimia tetapi juga memiliki kemampuan dalam melakukan uji komoditi secara mekanik dan fisika. Seorang PMB ke depannya harus bisa melakukan penelitian terhadap komoditi yang akan masuk dan keluar Indonesia agar tidak terjadi penurunan nilai ekspor komoditi Indonesia di pasar dunia. Dengan semakin canggihnya teknologi untuk menyamarkan potensi tertentu dari komoditi dari Indonesia, seorang PMB tidak boleh lengah dan hanya berfokus pada pengujian yang popular atau yang sedang menjadi trend, tetapi harus memiliki kemampuan untuk menerawang karakteristik dari suatu komoditi secara menyeluruh. B. Tindak lanjut PMB tingkat ahli setelah menerima pembelajaran ini hendaknya terus menerus mencari dan menambah pengetahuan mengenai pengujian mekanika dan fisika agar dapat melakukan fungsinya dengan baik.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman49

DAFTAR PUSTAKA

1. William F. Smith (1994), Principles of Material Science and Engineering, Singapore: McGraw-Hill. 2. William D. Callister Jr. (1997), Materials Science and Engineering an Introduction, Fourth Edition, Canada:, John Willey & Sons, Inc. 3. H.W. Hayden, W.G. Moffat and J. Wulff (1965), The Structure and Properties of Materials, Vol. III, Mechanical Behaviour, New York: John Willey & Sons, Inc.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman50

BIODATA PENULIS
Victor Tulus Pangapoi Sidabutar, M.T., lahir di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 1977, lulus S-1 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia, Institut Teknologi Bandung pada tahun 2001 dan S-2 dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Program studi Ilmu

dan Teknik Material, Institut Teknologi Bandung pada tahun 2003. Pernah bekerja sebagai pengajar di beberapa

sekolah menengah berstandar Internasional baik di Jakarta dan Bandung dari tahun 2007 hingga 2009. Pada tahun 2009 menjadi Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat Metrologi, Kementerian Perdagangan sebagai widyaiswara, pernah mengikuti Diklat Fungsional Penera tahun 2010 dan berbagai inhouse training yang diadakan di Balai Diklat Metrologi. Pada tahun 2011 ditugaskan mengikuti Diklat TOT-Calon Widyaiswara di Pusdiklat Perdagangan yang bekerjasama dengan LAN-RI. Memiliki Certificate IV in Training and Assessment yang diakui secara international. Penulis pernah diberi tugas mengajar di Diklat Fungsional Penera Ahli, mata diklat yang diajarkan adalah Teknologi Mekanik tahun 2011. Saat ini penulis ditugaskan di Balai Diklat Penguji Mutu Barang dan diberi tugas mengajar mata diklat Pengetahuan Dasar Analis Kimia untuk tingkat ahli dasar, Pengetahuan Dasar Uji Mekanika dan Fisika untuk tingkat ahli dasar dan Teknik Pembuatan Pereaksi Kimia pada Diklat pembinaan PMB tingkat Ahli dan Terampil.

PengetahuanDasarUjiMekanikdanFisika

Halaman51

Вам также может понравиться