Вы находитесь на странице: 1из 53

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Krisis ekonomi merupakan ancaman yang akan membawa dampak serius bagi setiap negara. Indonesia adalah salah satu negara yang telah merasakan dampak dari krisis ekonomi, sehingga perkembangan kondisi perekonomian menjadi tidak stabil. Implikasi ketidakstabilan perekonomian Indonesia membuat kelangsungan aktivitas usaha menjadi tidak menentu, bahkan, kinerja perusahaan semakin menurun yang berpengaruh terhadap pencapaian keuntungan, sementara itu, kondisi persaingan dalam dunia usaha semakin meningkat ditunjang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Perusahaan perlu meningkatkan daya saingnya baik terhadap industri sejenis maupun secara keseluruhan agar bertahan dalam persaingan yang ketat, sehingga perusahaan perlu meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha agar kelangsungan hidup perusahaan tetap terjaga. Setiap perusahaan perlu mengetahui kondisi kerjanya sebagai tolak ukur kekuatan perusahaan agar bertahan dan berkembang dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu pencapaian laba maksimal, menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (Martono dan Harjito, 2003:3). Usaha pencapaian tujuan perusahaan, khususnya pencapaian laba maksimal ditetapkan melalui strategi perusahaan dan penilaian kinerja dengan

melakukan analisis keuangan perusahaan. Analisis keuangan merupakan analisis atas laporan keuangan dalam perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Ukuran yang sering dipakai dalam analisis laporan keuangan adalah rasio. Rasio merupakan suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Penilaian kinerja perusahaan dibagi dalam beberapa pusat

pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi (Hansen dan Mowen, 2006:116). Pusat investasi digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena bagian dari pusat pertanggungjawaban yang paling luas jika dibandingkan dengan pusat pertanggungjawaban yang lain, dimana pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang kinerja manajemennya bertanggungjawab terhadap pendapatan, biaya dan investasi. Penilaian kinerja pusat investasi pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua macam ukuran yaitu Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI), (Hansen dan Mowen, 2005:116). Analisis Return On Investment (ROI) digunakan sebagai dasar mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut (Munawir, 2004:89), akan tetapi, analisis Return On Investment (ROI) mempunyai kelemahan, yaitu tidak memasukkan biaya modal dalam perhitunganya, sedangkan Residual income (RI) adalah laba yang dihitung dari selisih antara laba operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal yang diperhitungkan atas investasi (Sartono, 2008:104).

Untuk pemahaman lebih jelas, dalam analisis pengukuran ROI dan RI digunakan Du Pont System yang merupakan suatu alat analisis bersifat menyeluruh. Du Pont System pada Return On Investment (ROI) memadukan antar rasio perputaran investasi dengan margin laba dan memperlihatkan bagaimana kedua rasio tersebut saling berinteraksi dalam menentukan profitabilitas perusahaan (Syamsuddin, 2009:62), sedangkan Du Pont System pada Residual Income (RI) memadukan laba yang diperoleh dari selisih pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, lalu dikurangi biaya modal yang diperoleh dari persentase biaya modal dikalikan dengan total modal (Sartono, 2008:104). Evaluasi penilaian kinerja keuangan penting dilakukan, khususnya pada pusat investasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah ROI yang dicapai lebih besar atau sama dengan tingkat biaya modalnya, jika ROI lebih besar dari biaya modal maka RI akan positif, sebaliknya jika ROI lebih kecil dari biaya modalnya maka RI akan negatif, dengan mengetahui kondisi ROI dan RI maka perusahaan dapat memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga dapat mempersiapkan perencanaan di bidang keuangan yang lain, selain itu, penilaian pusat investasi juga diharapkan dapat menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer untuk membuat keputusan investasi yang tepat bagi perusahaan (Hansen dan Mowen, 2005:126). Dalam penelitian ini, obyek yang dipilih adalah PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk. Berdasarkan media online, industri susu cukup berkembang pesat di Indonesia, hal ini dapat diketahui melalui pertumbuhan konsumsi minuman

susu olahan relatif tinggi dan menjadi sektor yang paling diminati oleh perusahaan asing dan domestik untuk berinvestasi di sektor minuman ringan pada beberapa tahun terakhir ini. PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk. sebagai pelopor dalam produksi susu dan minuman dengan penggunaan UHT merupakan perusahaan susu terkemuka di Indonesia, baik dari segi aset, jumlah tenaga kerja, maupun tingkat penjualannya. PT Ultrajaya Milk Industry Tbk. mengalami kenaikan margin usaha di semester I tahun 2012 sebesar 365 basis poin menjadi 15,41% dibanding semester I tahun 2011 sebesar 11,76%. Kenaikan tersebut didorong strategi perusahaan, yaitu menaikkan harga jual di semester I tahun 2012 sebesar 3%. Pertumbuhan pendapatan selalu stabil dan berada dalam persentase dua digit. Rata-rata pertumbuhan pendapatan tahunan tercatat sebesar 21% dengan tingkat pertumbuhan perusahaan berada dalam kisaran 12%-35% selama tahun 20022011. PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk. memilki tingkat pertumbuhan pendapatan lebih tinggi selama tahun 2007-2011 dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan industri susu nasional yang hanya sebesar 9% per tahun. (www.indonesiafinancetoday.com). PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk. perlu mempertahankan dan menaikkan kinerja perusahaannya dalam menghadapi pengaruh persaingan yang semakin ketat antar pelaku bisnis, khususnya pada industri sejenis, oleh karena itu, penilaian kinerja perlu dilakukan untuk menggambarkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, dimana dari hasil penilaian ini digunakan dalam mengambil keputusan strategis untuk melakukan perbaikan pengelolaan perusahaan

Sehubungan dengan latar belakang tersebut dapat diketahui pentingnya bagi manajer keuangan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan (rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas), dimana fokus penelitian terdapat pada Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI), oleh karena itu, judul yang digunakan untuk penelitian ini adalah Analisis Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) Sebagai Salah Satu Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan jika diukur dengan menggunakan Return On Investment (ROI)? 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan jika diukur dengan menggunakan Residual Income (RI)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian disesuaikan untuk rumusan masalah yang dikemukan, yaitu: 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan jika diukur dengan menggunakan Return On Investment (ROI).

2. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan jika diukur dengan menggunakan Residual Income (RI).

D. Kontribusi Penelitian 1. Kontribusi Teoritis Kontirubusi teoritis sebagai penerapan teori-teori yang diperoleh dalam perkuliahan untuk memperluas wawasan secara ilmiah. 2. Kontribusi Praktis Kontribusi praktis sebagai informasi kondisi perusahaan dan referensi perbandingan penelitian di masa yang akan datang.

E. Sistematika Pembahasan Secara garis besar uraian dari sitematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan pengantar penelitian yang memberikan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengemukakan tentang beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, antara lain menyajikan teori-teori mengenai penilaian kinerja, analisis laporan keuangan,

analisis rasio keuangan, pusat investasi, analisis Return On Investment (ROI), biaya modal, analisis Residual Income (RI) dan hubungan Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI). BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menerangkan tentang proses penelitian yang akan dilaksanakan secara operasional, menguraikan jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan data dan analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditentukan, serta menginterpretasikan hasil analisis yang diperoleh dengan permasalahan yang ada. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan hasil akhir dari penelitian yang berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan, serta saran yang dapat diberikan untuk perbaikan kondisi prusahaan di masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan sekarang berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang mengkaji mengenai analisis Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI), antara lain: (1) Penggunaan Return On Investmen (ROI) dan Residual Income (RI) Sebagai Alat Ukur Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada PT Gudang Garam, Tbk., Tahun 2003-2006). Oleh Peppy Dina Ramayanti, 2008. Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian kinerja keuangan dilihat dari hasil pengukuran ROI dan RI. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data pada penelitian adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian pada penelitian adalah teknik dokumentasi dan pedoman dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan ditinjau berdasarkan analisis ROI mengalami penurunan dari tahun 2003-2006, hal ini terjadi karena nilai ROI selalu berada di bawah biaya modalnya yang menunjukkan bahwa perusahaan menginvestasikan modalnya tidak efektif, sedangkan jika kinerja keungan perusahaan ditinjau berdasarkan

perhitungan RI mengalami kodisi berfluktuatif. Nilai RI pada tiga tahun

terakhir, yaitu tahun 2004-2006 adalah positif dan mengalami peningkatan, hal ini menunjukkkan bahwa perusahaan telah cukup efektif dalam menginvestasikan modalnya dan dapat memenuhi harapan para investor. (2) Penggunaan Metode Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) Sebagai Salah Satu Alat Ukur Penilaian Prestasi Perusahaan (Studi Kasus pada PT Mustika Ratu, Tbk., Tahun 2004-2008). Oleh Efi Agustina, 2010. Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi keuangan perusahaan dilihat dari hasil pengukuran ROI dan RI. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data pada penelitian adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian adalah teknik dokumentasi dan pedoman dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa prestasi keuangan perusahaan ditinjau berdasarkan analisis ROI memperoleh nilai positif, namun hasil yang dicapai selalu berada di bawah biaya modal, hal ini mengartikan bahwa perusahaan masih belum efektif dalam menginvestasikan modalnya, sedangkan jika prestasi keuangan perusahaan ditinjau berdasarkan perhitungan RI selama 5 periode mengalami kondisi yang buruk, yaitu bernilai negatif karena biaya modal terlalu tinggi yang menunjukkan bahwa sumber dana dari hutang jangka panjang lebih kecil.

10

(3) Penggunaan Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) Sebagai Salah Satu Alat Ukur Penilaian Prestasi Perusahaan (Studi Kasus pada PT Goodyear Indonesia, Tbk., Tahun 2006-2010). Oleh Almer Mohnezir, 2011. Skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan ROI dan RI. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data pada penelitian adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian adalah teknik dokumentasi dan pedoman dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa prestasi keuangan perusahaan ditinjau berdasarkan analisis ROI memperoleh nilai positif dan mengalami kondisi yang berfluktuatif, hal ini mengindikasikan bahwa laporan keuangan perusahaan cenderung tidak stabil, sedangkan prestasi keuangan perusahaan ditinjau berdasarkan perhitungan RI juga mengalami kondisi yang berfluktuatif dikarenakan perusahaan masih belum efektif dalam menginvestasikan modalnya. Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang akan tercantum pada tabel 2.1

11

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang dan Terdahulu Judul No. Penelitian Nama Lokasi Penelitian 1. Peppy Ramayanti Dina Penggunaan Return On Investment (ROI) PT Gudang Garam, Tbk. dan Resiudal Income (RI) Sebagai Alat Ukur Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Lokasi Penelitian Penelitian 2003-2006 Periode

2.

Terdahulu

Efi Agustina

Penggunaan Metode Return On Investment PT Mustika Ratu, Tbk. (ROI) dan Residual Income (RI) Sebagai Salah Satu Alat Ukur Penilaian Prestasi Perusahaan.

2004-2008

3.

Almer Mohnezir Penggunaan Return On Investment (ROI) PT Goodyear Indonesia, Tbk.

2006-2010

12

dan Residual Income (RI) Sebagai Salah Satu Alat Ukur Penilaian Prestasi

Perusahaan. 4. Anindya Sukmawardhani Sekarang Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan. Analisis Return On Investment (ROI) dan PT Ultrajaya Milk Industry, 2007-2011 Residual Income (RI) Sebagai Salah Satu Tbk.

13

Deskripsi dari tabel 2.1 tentang persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sebagai berikut: (1) Persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah fokus penelitian mengenai Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI). (2) Perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah lokasi tempat dan periode penelitian.

B. Penilaian Kinerja 1. Pengertian Penilaian Kinerja Perusahaan perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian kinerja mempunyai perbedaan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, dikarenakan setiap perusahaan memiliki perbedaan sifat, ukuran dan struktur. Dengan adanya penilaian kinerja, diharapkan dapat memotivasi dan memperbaiki kinerja perusahaan pada tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih baik. Penilaian kinerja merupakan taksiran mengenai seberapa baik aktivitas usaha manajemen (Hansen dan Mowen, 2006:493). Menururt Hariadi (2002:265) berpendapat bahwa penilaian prestasi dapat diartikan sebagai hasil kerja dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang dalam organisasi. Berdasarkan dua pengertian mengenai penilaian kinerja dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan penentuan efektivitas dan efisiensi dari tingkat keberhasilan aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

14

2. Tujuan Penilaian Kinerja Sebuah organisasi merupakan kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, oleh karena itu, penilaian kinerja dapat dikatakan merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan aktivitasnya di dalam organisasi. Menurut Hansen dan Mowen (2006:493) tujuan penilaian kinerja dirancang untuk memberikan pengukuran sejauh mana aktivitas dan hasil yang diperoleh dengan berpusat pada tiga dimensi utama, yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Menurut Hariadi (2002:291) tujuan penilaian kinerja, yaitu (1) Sampai seberapa jauh suatu perusahaan atau suatu divisi telah mencapai tujuannya. (2) Dapat diketahui pula seberapa besar kontribusi suatu bagian, divisi atau seorang manajer terhadap keberhasilan perusahaan. (3) Hasil penilaian tersebut diharapkan mampu memberikan motivasi bagi anggota organisasi untuk bekerja lebih baik. (4) Untuk menjamin keselarasan tujuan. 3. Tahap Penilaian Kinerja Menurut Dessler (2008:327) proses penilaian kinerja tediri dari tiga tahap: mendefinisikan pekerjaan, menilai kinerja, dan memberikan umpan balik.

C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Kasmir (2012:66) mengemukakan pendapat bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses pengolahan data yang disusun secara relevan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar sehingga dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya selama periode tertentu. Menurut

Kamaludin (2011:34) mendefinisikan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir

15

dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan . Menurut Brigham dan Houston (2010:84) menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut. Munawir (2004:2) berpendapat bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Berdasarkan beberapa definisi laporan keuangan, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan dan pengolahan transaksi keuangan selama periode tertentu yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. 2. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Kasmir (2012:66) mengemukakan pendapat bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu penilaian posisi keuangan perusahaan yang dilakukan secara rinci sehingga dapat diketahui informasi mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan serta perencanaan dan pengambilan keputusan yang harus dilakukan di masa yang akan datang. Menurut Syamsuddin (2009:37) berpendapat bahwa analisa laporan keuangan perusahan pada dasarnya merupakan perhitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.

16

Analisis laporan keuangan merupakan alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi/mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan (Harmono, 2009:104). Menurut Martono dan Harjito (2003:51) analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melinatkan neraca dan laba-rugi. Dari beberapa penjelasan mengenai analisis laporan keuangan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan merupakan penilaian terhadapa rasio-rasio untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. 3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2012:68) tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. (2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. (3) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. (4) Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. (5) Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kas ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. (6) Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Menurut Brigham dan Houston (2010:133) analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan. Analisa laporan keuangan memiliki tujuan

17

untuk memperoleh informasi posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai perusahaan sehingga dapat mendukung pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan (Munawir, 2004:31). 4. Teknik Analisis Laporan Keuangan Ada beberapa jenis teknik analisis laporan keuangan, yaitu: (1) Analisis perbandingan antara laporan keuangan (2) Analisis trend (3) Analisis persentase per komponen (4) Analisis sumber dan penggunaan dana (5) Analisis sumber dan penggunaan kas (6) Analisis rasio (7) Analisis kredit (8) Analisis laba kotor (9) Analisis titik pulang pokok atau titik impas (Kasmir, 2012:70). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis perbandingan laporan keuangan karena analisis laporan keuangan akan dibandingkan dalam beberapa periode. Analisis perbandingan antara laporan keuangan merupakan analisis ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode. Analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengn dua model, yaitu analisis horisontal atau analisis dinamis dan analisis vertikal atau analisis statis. Dalam analisis horisontal yang dibandingkan adalah laporan keuangan untuk beberapa periode, sedangkan analisis vertikal adalah hanya membandingkan satu pos dengn pos yang lain dalam satu laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan keuangan (Kasmir, 2012:70). .

18

Analisa perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: (1) Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. (2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. (3) Kenaikan atau penurunan dalam prosentase. (4) Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio. (5) Prosentase dari total. (Munawir 2004:36)

D. Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan Menurut James C. Van Horne dalam buku Analisis Laporan Keuangan pengertian rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2012:104). Rasio keuangan dihitung dengan menggabungkan angkaangka di neraca dengan/atau angka-angka pada laporan laba rugi (Hanafi, 2010:36). Menururt Atmaja (2008:415) menyatakan pendapat bahwa rasio keuangan didisain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan laporan Rugi-laba). Ratio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa ratio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio pembanding yang digunakan sebagai standard (Munawir, 2004:64). Dari beberapa penjelasan rasio keuangan, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah hubungan antara perbandingan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan sehingga dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan.

19

2. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angkaangka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2012:104). Analisa ratio seperti halnya alat-alat analisa yang lain adalah future oriented, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktorfaktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor di masa yag akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2004:64). Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan (sundjaja dan Barlian, 2003:128). Dari beberapa pengertian analisa rasio keuangan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis rasio keuangan adalah teknik perhitungan dengan membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan sesuai dengan periodenya sehingga dapat diketahui hasil kinerja keuangan perusahaan. 3. Jenis Rasio Keuangan Perhitungan rasio keuangan untuk dapat melakukan analisis rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu. Menurut Weston dalam buku Analisis Laporan Keuangan membagi rasio-rasio keuangan sebagai berikut: (1) Rasio likuiditas (2) Rasio Solvabilitas (3) Rasio aktivitas (4) Rasio profitabilitas (5) Rasio pertumbuhan (6) Rasio penilaian (Kasmir, 2012:106)

20

Menurut Hanafi (2010:36) ada lima jenis rasio keuangan, yaitu: (1) Rasio likuiditas: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek. (2) Rasio aktivitas: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menggunakan asetnya dengan efisien. (3) Rasio utang/leveage: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi total kewajibannya. (4) Rasio keuntungan/profitabilitas: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan profitabilitas. (5) Rasio pasar: rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai buku, pendapatan, atau dividen. Menurut Brigham dan Houston (2010:134) menjelaskan bahwa rasio keuangan terdiri dari lima jenis, yaitu: (1) Rasio likuiditas Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. (2) Rasio manajemen aset Rasio yang mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengatur asetnya. (3) Rasio manajemen utang Rasio yang mengukur sejauh apa perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang. (4) Rasio profitabilitas Sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. (5) Rasio nilai pasar Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Menurut Syamsuddin (2009:68) rasio keuangan terbagi atas empat jenis, yaitu: (1) Rasio likuiditas Rasio yang dihitung untuk menetukan berapa kelebihan aktiva lancar atas utang lancar. (2) Rasio aktivitas Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan hutang, dan lainnya). (3) Rasio utang Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. (4) Rasio profitabilitas

21

Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Menurut Atmaja (2008:415) rasio keuangan juga digolongkan ke dalam lima jenis, yaitu: (1) Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan perusahaan. (2) Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo. (3) Efficiency atau Turnover Asset Management Ratios, mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. (4) Pofitability ratios, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. (5) Market-Value ratios, memperlihatkan bagaimana perusahaan dinilai oleh investor di pasar modal. Menurut Tambupolon (2005:35) rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu: (1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. (2) Rasio Pengungkit (Leverage Ratio) Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva korporasi. (3) Rasio Efisiensi (Efficiency Ratio) Rasio efisiensi dipergunakan untuk mengukur seberapa efisien korporasi dalam penggunaan aktivanya. (4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan denan membandingkan tingkat Return On Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta para investor dalam pasar modal. Jika return yang diharapkan lebih besar daripada return yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan. Pada dasarnya jumlah angka-angka rasio sangat banyak karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Berdasarkan penjelasan mengenai jenisjenis rasio keuangan, hampir seluruhnya memiliki persamaan dalam

mengklasifikasikan rasio keuangan, jika terdapat perbedaan, dikarenakan masing-

22

masing ahli keuangan hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasio, namun esensi dari penilaian rasio keuangan tersebut tidak menjadi masalah. Pada penelitian ini, tidak semua rasio digunakan. Peneliti hanya memfokuskan pada analisis dengan rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, dimana kedua rasio tersebut berkaitan dengan Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) a. Rasio aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Secara umum apabila seluruh rasio aktivitas yang ada digunakan, dapat

memperlihatkan efektivitas perusahaan secara maksimal. Menurut Kasmir (2012:176) ada beberapa jenis rasio aktivitas, yaitu: (1) Perputaran piutang (receivable turnover) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Rumus untuk mencari receivable turnover sebagai berikut:

(2) Perputaran sediaan (Inventory Turn Over) Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan ini berputar dalam suatu periode. Semakin kecil nilai rasio, maka menunjukkan bahwa nilai dana yang berputar dalam satu periode kecil. Rumus untuk menghitung inventory turn over sebagai berikut:

(3) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Perputaran modal kerja merupakan salah satu raasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.

23

Dari hasil penilaian, apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja karena rendahnyya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Rumus yang digunakan untuk menghitung working capital turn over sebagai berikut:

(4) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) Perputaran aktiva tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Rumus untuk menghitung fixed assets turn over sebagai berikut:

(5) Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus yang digunakan untuk menghitung total assets turn over sebagai berikut:

Menurut Hanafi (2010:380) ada beberapa rasio aktivitas yang sering digunakan, yaitu: (1) Rata-rata umur piutang Rata-rata umur piutang merupakan perhitungan waktu yang diperlukan untuk melunasi piutangyang dimiliki perusahaan. Semakin lama waktu rata-rata piutanag, maka semakin besar dana yan terdapat pada piutang. Rumus untuk menghitung rata-rata piutang sebagai berikut:

(2) Perputaran Persediaan Rasio perputaran persediaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

24

(3) Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(4) Perputaran Total Aktiva Rumus yang digunakan untuk menghitung perputara total aktiva sebagai berikut:

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:74) rasio aktivitas terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: (1) Perputaran Aktiva Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan opeasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Karena itu rasionya dinyatakan sebagai berikut:

(2) Perputaran Piutang Rasio ini mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu tahun. Rumus yang digunakan adalah:
( )

(3) Perputaran Persediaan Rasio ini mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Rumus yang digunakan adalah: ( )

b. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan alam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatuperusahaan.

25

Menurut Kasmir (2012:199) terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas, sebagai berikut: (1) Profit Margin On Sales Ratio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunkan untuk mengukur laba atas penjualan. Ada dua rumus untuk menghitung profit margin, yaitu: (a) Margin Laba Kotor (b) Margin Laba Bersih

(2) Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI) Hasil pengembalian investasi atau return on investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin kecil rasio ini, makasemkain kurang baik, demikian pula sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung return on investment sebagai berikut:
( )

(3) Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity/ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik. Rumus yang digunakan untuk menghitung return on equity sebagai berikut:
( )

(4) Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning Per Share of Common Stock) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebliknya dengan rasio yang tinggi, kessejahteraan pemegang saham meningkat. Rumus yang digunakan untuk menghitung earning per share of common stock sebagai berikut:

Menurut Sudana (2011:22) rasio profitabilitas memiliki empat jenis, yaitu:

26

(1) Return On Assets (ROA)


( )

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak.

(2) Return On Equity (ROE)


( )

ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunnakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. (3) Profit Margin Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasillkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasi. Profit margin dibedakan menjadi:

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan.

Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. (4) Basic Earning Power

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan Menurut Hanafi (2010:42) terdapat tiga jenis rasio profitabilitas, yaitu: (1) Profit Margin Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Nilai profit margin yang tinggi menunjukkan kemampun perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung profit margin sebagai berikut:

(2) Return On Assets (R0A)

27

Return On Assets (ROA) atau yang sering juga disebut Return On Investment (ROI) mengukur kemampuan perusahaan menghasilka laba bersih berdasarkan tingkat set yang tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung return on assets sebagai berikut:

(3) Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengkur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung return on equity sebagai berikut:

E. Pusat Investasi Perusahaan yang berkembang menjadi besar akan mengalami kesulitan untuk mengawasi perusahaan secara langsungsehingga perlu membentuk unit-unit kekusaan kecil yang disebut dengan pusat-pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer dan memiliki wewenang serta tanggung jawab atas aktivitas tertentu. Menurut Hariadi (2002:268) menjelaskan bahwa pusat

pertanggungjawaban terdiri dari empat macam, yaitu: (1) Pusat Biaya Pusat biaya (expense center) adalah suatu segmen atau bagian dalam organisasi dimana manajemen bertanggung jawab atas biaya yang terjadi dalam segmen tersebut. (2) Pusat Penghasilan Pusat penghasilan yaitu pusat pertanggungjawaban yang berwenang menentukan berbagai kebijaksanaan yang sangat mempengaruhi besarnya penghasilan. (3) Pusat Laba Pusat laba (profit center) adalah suatu bagian dalam organisasi dimana manajernya bertanggung jawab terhadap penghasilan dan biaya yang terjadi dalam bagiannya.

28

(4) Pusat investasi (investment center), sebagai perluasan dari pusat laba, merupakan segmen atau bagian dimana manajernya bertanggung jawab atas penghasilan, biaya dan investasi. Pada penelitian ini, hanya memfokuskan pada pusat investasi karena merupakan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan perusahaan. Pusat investasi mempunyai wewenang luas karena yang dikendalikan oleh pusat investasi tidak hanya dinilai atas pendapatan dan biaya, tetapi juga atas dasar aktiva yang diinvestasikan. 1. Pengertian Pusat Investasi Pusat investasi merupakan salah satu pusat pertanggungjawaban yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2005:116) pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya, dan investasi. 1. Tujuan Penilaian Pusat Investasi Menurut Hariadi (2002:270) penilaian pusat investasi mempunyai tujuan untuk mengukur seberapa besar laba yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi. 3. Pengukuran Kinerja pada Pusat Investasi Pada dasarnya, pengukuran kinerja pada pusat investasi dapat dilakukan dengan dua macam ukuran, yaitu Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI), (Garrison dkk, 2007:260). Menurut Syamsudin (2009:63) ROI dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan, sedangkan

29

menurut Hariadi (2002:304), RI dimaksudkan untuk mengetahui laba residu atau laba sisa yag dihitung dari selisih antara laba operasional dan required rate of return minimal suatu investasi atau aktiva yang dijalankan dalam kegiatan operasi suatu perusahaan.

F. Analisis Return On Invetment (ROI) 1. Pengertian Return On Investment (ROI) Return on investment menunjukkan seberapa banyak yang bisa dipoles dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:74). Menurut Munawir (2004:89) menjelaskan bahwa return on investment dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan dalam menghasilkan

keuntungan dengan keseluruhan dana yang tersedia dalam aktiva perusahaan. Menurut Hariadi (2002:295) return on investment merupakan perhitungan nilai yang menunjukkan tingkat pengembalian dari suatu investasi. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa return on investment adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat pengembalian investasi. Rumus untuk menghitung ROI menurut Kasmir (2012:202) sebagai berikut:
( )

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Investment (ROI)

30

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai ROI yang dicapai oleh suatu perusahaan. Menurut Munawir (2004:89), nilai ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi). (2) Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. 3. Manfaat Return On Investment (ROI) Analisis ROI memiliki beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Hariadi (2002:299), yaitu: (1) Mendorong manajer pusat investasi untuk memusatkan perhatian pada hubungan antar penjualan, biaya dan investasi. (2) Mendorong manajer untuk memberikan perhatian pada efisiensi biaya. (3) Mendorong manajer untuk memberikan perhatian pada efisiensi aktiva. 4. Kelebihan dan Kekurangan Return On Investment (ROI) ROI sebagai alat ukur kinerja perusahaan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ROI menurut Hansen dan Mowen (2005:123), yaitu: (1) Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi, sebagaimana yang diharapkan dari manajer pusat investasi. (2) Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi biaya. (3) Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi. Menurut Munawir (2004:91) menjelaskan kelebihan analisia ROI sebagai berikut: (1) Tehnik analisa ROI dapat mengukur eisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi bagian produksi dan efisiensi bagian penjualan. (2) Analisa ROI dapat membandingkan efisiensi penggunaan modal dengan perusahaan lain yang sejenis.

31

(3) Analisa ROI dapat mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dlam divisi yang bersangkutan. (4) Analisa ROI dapat mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. (5) Analisa ROI dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. ROI juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Hansen dan Mowen (2005:124) kekurangan ROI, yaitu: (1) ROI mengakibatkan fokusan yang sempit pada profitabilitas divisi dengn mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan. (2) ROI mendorong para manajer untuk berfokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang. Menurut Munawir (2004:92) kekurangan ROI sebagai berikut: (1) Penggunaan return on investment sulit dibandingkan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, karena kemungkinan praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan berbeda. (2) Adanya fluktuasi nilai uang. (3) Dengan hanya menggunakan analisis return on investment tidak akan dapat mengetahui perbandingan dua perusahaan atau lebih secara menyeluruh. 5. Cara Meningkatkan ROI ROI perlu dilakukan perbaikan apabila ROI yang dicapai tidak memenuhi target perusahaan. Cara meningkatkan ROI menurut Garrison dkk (2007:263) sebagai berikut: (1) Peningkatan penjualan Untuk meningkatkan penjualan maka persentase kenaikan beban operasi harus lebih kecil daripada persentase kenaikan penualan. (2) Penurunan beban operasi Dengan menurunkan beban operasi akan mengakibatkan kenaikan laba operasi. (3) Penurunan aktiva operasi Untuk mengurangi aktiva operasidilakukan dengan mepercepat penagihan piutang usaha.

32

G. Biaya Modal 1. Pengertian biaya modal Biaya modal (cost of capital) merupakan komponen yang sangat penting dalam penilaian investasi, sumber pembelanjaan dan manajemen aktiva dalam perusahaan. Suatu perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham dengan memperoleh pengembalian atas modal yang diinvestasikan jika melebihi biaya modal, oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui besar biaya modal yang telah dikeluarkan untuk mengumpulkan modal perusahaan dari pemilik modal. Menurut Kamaludin (2011:286) mendefinisikan bahwa biaya modal adalah tingkat pengembalian bagi suatu proyek dalam keputusan investasi untuk mempertahankan nilai pasar dan memperoleh dana. Menurut Sudana (2011:133) biaya modal merupakan tingkat penddapatan minimum yang disyaratkan pemilik modal. Menurut Hanafi (2010:275) biaya modal didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan atau tingkat keuntungan yang disyaratkan. Menurut Munawir (2004:19) menyatakan pendapat bahwa biaya modal didefinisikan sebagai bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:234) biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas invstasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Berdasarkan beberapa definisi biaya modal, maka dapat disimpulkan bahwa biaya modal merupakan tingkat pengembalian yang harus dicapai oleh

33

perusahaan agar dapat menutupi kewajiban atas penggunaan sumber dana jangka panjang. 2. Macam-macam Biaya modal a. Biaya Modal Hutang (Kd) Biaya modal hutang menunjukkan seberapa besar biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana yang berasal dari hutang. Biaya modal hutang diukur berdasarkan tingkat bunga atau hasil yang dibayar kepada kreditur. Biaya modal hutang dibagi dua, yaitu biaya hutang jangka pendek dan biaya hutang jangka panjang. Dalam perhitungan biaya modal, yang digunakan adalah biaya hutang jangka panjang. Biaya komponen hutang yang digunakan untuk kalkulasi biaya modal rata-rata tertimbang adalah suku bunga daripada hutang (Kd) dikalikan (1-t) dimana T adalah tarif pajak perusahaan bersangkutan (Kamaludin, 2011:286). Biaya modal hutang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan berkaitan dengan penggunaan hutang (Hanafi, 2010:276). Menurut Atmaja (2008:115) mengemukakan pendapat bahwa Biaya modal hutang merupakan biaya hutang sebelum pajak, jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang/pembeli obligasi. Biaya hutang setelah pajak digunakan untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal, dan dihitung dari tingkat bunga hutang, dikurangi penghematan pajak yang diakibatkan oleh bunga yang merupakan pengurang pajak). Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya modal hutang, yaitu:
( )

34

(Brigham dan Houston, 2006:470) b. Biaya Modal Saham 1) Biaya Modal Saham Biasa Baru (Ke) Biaya saham biasa adalah tingkat dimana investor mendiskontokan dividen yang diharapkan dari pengusaha untuk menentukan nilai sahamnya (Sundjaja dan Barlian, 2003:243). Biaya modal saham biasa baru menunjukkan tingkat keuntungan yang diinginkan oleh pemilik modal sendiri. Biaya modal saham biasa baru dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu dengan menahan sebagian laba dan menerbitkan saham biasa. Penerbitan saham biasa baru dapat dijadikan sebagai pembelanjaan alternatif tambahan jika dana yang bersumber dari hutang, saham preferen dan laba ditahan tidak mencukupi untuk melaksanakan proyek dengan dana yang besar. Perusahaan perlu mengeluarkan biaya penerbitan yang sering disebut dengan biaya pengambangan (flotation cost) pada saat emisi saham baru, dengan biaya pengambangan akan berpengaruh terhadap biaya modalnya. Menurut Atmaja (2008:119) menjelaskan bahwa biaya saham biasa baru lebih tinggi dari biaya laba ditahan (Ks), karena penjualan saham baru memerlukan biaya penerbitan saham atau flotation cost, oleh karena itu dalam praktiknya, emisi saham baru ditempuh jika sumber modal dari laba ditahan sudah tidak mencukupi. Biaya emisi saham baru dapat diformulakan sebagai berikut:
( )

35

Keterangan:

Tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu bagian saham biasa pada akhirnya akan bergantung pada dividen yang diharapkan dari saham tersebut (Brigham dan Houston, 2006:477). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:244) model penilaian pertumbuhan konstan menggunakan dasar pemikiran bahwa nilai saham adalah sama dengan nilai sekarang dari semua diide akan datang yang diharapkan diperoleh terus dalam waktu yang tidak terbatas. Dalam penelitian ini menggunakan metode pertumbuhan deviden, dimana tingkat pertumbuhan tiap tahunnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

(Atmaja, 2008:102) 2) Biaya Modal Saham Preferen (Kp) Menurut Hanafi (2010:277) menjelaskan bahwa saham preferen atau saham istimewa mempunyai ciri khusus yang membedakannya dengan

36

saham biasa. Saham preferan mempunyai karakteristik gabungan antara hutang dengan saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi dividen yang dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap. Menurut Atmaja (2008:117) menjelaskan bahwa biaya modal saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang diperoleh pembeli saham preferen. Saham preferen memiliki dividen tetap yang dibayar tiap periode selamanya, maka suatu saham preferen pada dasarnya adalah perpetuity (Ross dkk, 2009:67). Rumus untuk menghitung biaya modal saham preferen sebagai berikut:

(Atmaja, 2008:112) c. Biaya Modal Laba Ditahan (Ks) Menurut Atmaja (2010:278) menjelaskan bahwa biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan, karena laba yang tidak ditahan akan dibagikan dalam bentuk dividen. Biaya laba ditahan bagi perusahaan adalah sama dengan biaya penerbitan tambahan saham biasa yang diukur oleh biaya modal saham biasa (Sundjaya dan Barlian, 2003:247). Biaya untuk menghasilkan laba ditahan tidak berhubungan langsung dengan biaya saham

37

biasa, tetapi berkaitan dengan biaya permodalan yang menciptakan laba (Tambupolon, 2005:177). Perhitungan biaya modal laba ditahan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu : (1) CAPM (capital asset pricing model)
( )

(2) Aliran Kas yang Didiskontokan (Discounted Cash Flow) Modal penilaian saham dengan menggunakan discounted cash flow sebagai berikut:
( ) ( ) ( )

Jika dividen tumbuh secara konstan maka:

Keterangan:

3) Bond Yield Plus Risk Premium Pada umumnya pembelian saham biasa lebih berisiko daripada membeli obligasi yang memberikan penghasilan relatif tetap, oleh karena itu investor yang membeli saham biasa mengharapkan suatu premi risiko diatas tingkat keuntungan obligasi. Besar premi risiko tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi perekonomian. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya modal laba ditahan dengan pendekatan bond yield plus risk premium sebagai berikut:

(Atmaja, 2008:118)

38

d. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) Biaya modal rata-rata tertimbang adalah perkiraan tingkat

pengembalian yang akan diperoleh perusahaan pada investasi berisiko rata-rata agar memberikan ekspektasi pengembalian yang wajar untuk semua pemegang sekuritasnya (Brealey dkk, 2006:369). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:249) biaya modal rata-rata tertimbang diperoleh dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal. Dalam membuat keputusan keuangan perusahaan, biaya modal yang tepat digunakan adalah weighted average cost of capital (WACC) karena masing-masing sumber pembelanjaan mempunyai biaya modal sendiri dan besarnya dana dari masing sumber pembelanjaan berbeda. Bobot masingmasing komponen modal harus dipertimbang sesuai struktur modalnya untuk menghitung biaya modal secara keseluruhan. Rumus untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang menurut Atmaja (2008:121) sebagai berikut:
( ) ( )

39

Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) akan berubah jika ada perubahan struktur modal atau perubahan biaya dari masing-masing komponen modal. WACC tidak akan berubah meskipun ada tambahan modal yang digunakan selama struktur modal dan biaya masing-masing komponen modal dapat dipertahankan. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan biaya modal hutang dan biaya modal saham biasa sebagai faktor penentuan biaya modal rata-rata tertimbang.

H. Analisis Residual Income (RI) 1. Pengertian Residual Income (RI) Perhitungan Residual Income (RI) diperoleh setelah melakukan

perhitungan pada Return On Investment (ROI) dan biaya modal. Dalam beberapa buku akuntansi manajemen dan manajemen keuangan, Residual Income (ROI) sering disebut sebagai Economic Value Added (EVA), tetapi pada peneletian ini, peneliti akan menyebut dengan Residual Income (RI) secara konsisten, kecuali untuk kutipan langsung. Menurut Sartono (2011:104) EVA mencerminkan residual income yang tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal saham, telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal. Residual Income (RI) merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi dimana laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas

40

sementara dalam perhitungan Residual Income (RI) biaya ini akan dikeluarkan (Brigham, 2010:111). Laba residu (residual income) adalah laba operasi bersih yang diperoleh pusat investasi di atas imbas hasil minimum yang diminta atas aktiva operasi yang digunakan. Nilai tambah ekonomis (economic value addedEVA) adalah adaptasi dari laba residu yang akhir-akhir ini telah diterapkan oleh banyak perusahaan (Garrison dkk, 2007:269). Menurut Hansen dan Mowen (2005:126) menjelaskan bahwa laba residu (economic value added-EVA) adalah laba operasional setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan.. Berdasarkan pengertian dari ahli-ahli tersebut, peneliti mengambil keselarasan definisi Residual Income (RI) atau laba residu, yaitu laba operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal atau biaya kesempatan atas keputusan invesatasi perusahaan. Rumus untuk menghitung Residual Income (RI), yaitu:
( )

(Hansen dan Mowen, 2005:126) Perusahaan telah memperoleh nilai tambah ekonomis, jika hasil pengurangan dari laba operasi setelah pajak dengan biaya modal hasilnya positif, sebaliknya, perusahaan tidak memberikan nilai tambah ekonomis, jika hasil pengurangan tersebut negatif. Jika nilai Residual Income (RI) positif, perusahaan telah menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan telah menyia-nyiakan modal (Hansen dan Mowen, 2005:126). 2. Tujuan analisis Residual Income (RI) Alat ukur Residual Income (RI) merupakan alternatif untuk menutupi kelemahan alat ukur Return On Investment (ROI). Untuk mengatasi kecenderungan ROI menciptakan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan,

41

tetapi menurunkan ROI divisi, beberapa perusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja yang disebut laba residu (Hansen dan Mowen, 2005:126). 3. Kelebihan dan Kekurangan Residual Income (RI) Pengukuran kinerja manajer dinyatakan dengan kemampuannya untuk mencapai presentase Return On Investment (ROI) yang diharapkan, sedangkan dalam Residual Income (RI) ukuran kinerja manajer dinyatakan dengan kemampuannya untuk menghasilkan nilai Residual Income (RI) sebesar mungkin. Penggunaan alat ukur Residual Income (RI) dapat mempertahankan kelebihan Return On Investment, namun juga mengurangi beberapa kekurangan yang ada pada alat ukur Return On Investment (ROI). Kelebihan konsep Residual Income (RI) adalah bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal (Hanafi, 2010:54). EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham (Sartono, 2010:104). Kelebihan RI jika dibandingkan dengan ROI adalah mendorong manajer suatu divisi untuk melaksanakan setiap investasi yang mejanjikan hasil yang lebih besar daripada biaya modalnya (Hariadi, 2002:306). Berdasarkan penjelasan kelebihan Residual Income (RI), peneliti mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya alat ukur Residual Income (RI) lebih baik daripada alat ukur Return On Investment (ROI), karena alat ukur Residual Income (RI) telah memperhitungkan biaya modal pada keputusan investasi perusahaan, sedangkan pada alat ukur Return On Investment (ROI) biaya modal

42

tidak diperhitungkan, dengan adanya perhitungan biaya modal pada keputusan investasi perusahaan maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang sesungguhnya, akan tetapi, alat ukur Residual Income (RI) juga memiliki beberapa kelemahan. Residual Income (RI) hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai Residual Income (RI) pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena Residual Income (RI) di masa datangnya negatif. Secara praktis belum tentu Residual Income (RI) dapat diterapkan dengan mudah (Hanafi, 2010:55). Kelemahan pada RI yaitu dapat mendorong manajer divisi untuk leih berorientasi pada laba jangka pendek (Hariadi, 2002:307).

I. Hubungan ROI dan RI 1. Hubungan Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) Penilaian dengan menggunakan alat ukur Return On Investment (ROI) sangat praktis dan mudah diterapkan karena rasio perbandingan dari Return On Investment (ROI) menggambarkan kinerja perusahaan dalam pusat investasi secara keseluruhan dihubungkan dengan labanya. Kebanyakan perusahaan yang memiliki pusat investasi menilai suatu perusahaannya atas persentase Return On Investment (ROI), karena makna Return On Investment (ROI) telah dipahami dengan baik dan data Return On Inestment (ROI) tersedia untuk perusahaan dan industri lain sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan. Pendekatan Residual Income (RI) mempunyai kelebihan dibandingkan dengan Return On Investmet (ROI), yaitu terletak pada biaya tambahan, dimana Return On Investment (ROI) tidak memasukkan biaya tambahan ini sebagai komponen

43

pengurang laba perusahaan. Biaya tambahan tersebut merupakan biaya modal atau biaya kesempatan yang pada dasarnya harus ditanggung oleh perusahaan. Kedua alat ukur tersebut saling berkaitan karena alat ukur Residual Income (RI) digunakan untuk mengatasi kelemahan alat ukur Return On Investment (ROI). 2. Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) Kaitannya dengan Du Pont System Du Pont System memperlihatkan bagaimana hutang, perputaran aktiva dan profit margin dikombinasikan untuk menentukan Return On Equity (ROE) (Atmaja, 2008, 419). Du Pont System menjelaskan keterkaitan ROE dan ROA dengan berbagai rasio keuangan lainnya (Sudana, 2011:24). Analisis Return On Investment (ROI) dalam Du Pont System merupakan suatu sistem yang menggabungkan rasio-rasio aktivitasnya dengan Net Profit Margin (NPM) dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) diperoleh dari rasio perputaran aktiva (TATO) dikalikan dengan Net Profit Margin (NPM). Jika ROI rata-rata sepanjang umur proyek lebih rendah dari required rate of return berarti investasi yang dijalankan suatu pusat investasi tidak layak (Hariadi, 2002:296). Dengan menggunakan Du Pont System dapat dilihat ROI yang dihasilkan melalui perkalian laba dari komponen-komponen penjualan serta efisiensi penggunaan total aset dalam menghasilkan laba tersebut. ROI akan dapat ditingkatkan dengan memperbesar kedua atau salah satu komponen tersebut.

44

Analisis ROI dalam Du Pont System yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 2.1
ROI

Net Profit Margin

(x)

Total Assets Turn Over

Net Income

(:)

Sales

Sales

(:)

Total Assts

Sales

(-)

Total Cost

Fixed Assets (+)

Current Assets

Gambar 2.1 ROI dalam Du Pont System (Atmaja, 2008:419) Sisi sebelah kanan menggambarkan rasio perputaran yang diperoleh dari penjualan dibagi dengan total aktiva, dimana total aktiva merupakan hasil penjumlahan antara aktiva tetap dan aktiva lancar. Sisi sebelah kiri menujukkan marjin laba atas penjualan. Marjin laba atas penjualan ini dihasilkan dari pembagian antara laba bersih dengan penjualan, sedangkan laba bersih sendiri itu dihitung dari penjualan dikurangi dengan total biaya. Jika rasio perputaran aktiva disebelah kanan dikalikan dengan marjin laba atas penjualan disebelah kiri maka akan diperoleh tingkat pengembalian investasi (ROI). Perhitungan Residual Income (RI) dalam Du Pont System merupakan suatu sistem yang mengkombinasikan laba yang diperoleh dari selisih pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, lalu dikurangi biaya

modal yang diperoleh dari persentase biaya modal dikalikan dengan total modal.

45

Perhitungan RI dalam Du Pont System yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 2.2
RI

NOPAT

(-)

Biaya Modal Setelah Pajak

EBIT

(x)

(1 t)

Biaya Modal Setelah Pajak (%)

(x)

Modal Operasi

Sales

(-)

Total Cost

Biya Modal Hutang

(+)

Biaya Modal Sendiri

Gambar 2.2 RI dalam Du Pont System (Atmaja, 2008:419) Sisi sebelah kanan menggambarkan biaya modal setelah pajak yang diperoleh dari perkalian antara persentase biaya modal setelah pajak dengan modal operasi, dimana modal operasi merupakan hasil penjumlahan antara biaya modal hutang dan biaya modal sendiri. Sisi sebelah kiri menujukkan laba bersih operasi setelah pajak. Laba bersih operasi setelah pajak dihasilkan dari perkalian antara laba sebelum bunga dan pajak dengan pajak perusahaan, sedangkan laba sebelum bunga dan pajak dihitung dari penjualan dikurangi dengan total biaya. Jika laba bersih operasi setelah pajak disebelah kiri dikurangi biaya modal setelah pajak disebelah kanan maka akan diperoleh laba residu (RI).

46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Kegiatan penelitian sangat berguna untuk mengatasi masalah dan mengetahui kesimpulan atas sebuah pertanyaan atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, untuk itu, diperlukan suatu metode penelitian yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan penyelesaian kasus secara sistematis, faktual dan akurat. Penelitian deskritif menurut Sugiyono (2005:11) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2005:54). Penelitian deskriptif (Descriptive Research) merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi (Indriantoro, 2002:26). Analisis deskriptif merupakan prosedurstatistik untu menguji generalisai hasil penelitian yang didasarkan atas satu variabel (Hasan, 2002:136). Dari beberapa penjelasan penelitian deskriptif, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian terhadap fakta-fakta atas suatu obyek. Pada penelitian ini penggunaan jenis penelitian

47

deskriptif pada obyek penelitian didasarkan atas data sekunder, yaitu fakta-fakta yang menggambarkan sifat atau kondisi keuangan perusahaan. Menurut Indriantoro (2002:26) menjelaskan mengenai tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subyek yang diteliti. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005:54). Dari ketiga definisi tujuan penelitian deskriptif, maka dapat diambil kesimpulan penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan atas obyek tertentu. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus, karena sampel yang digunakan dalam penelitian hanya satu perusahaan, hal ini selaras dengan penjelasan Nazir (2003:57) bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. .... sedangkan penelitian studi kasus mengenai sebuah unit terpisah yang tunggal, misalnya sebuah keluarga, sebuah kelompok atau satuan rumah tangga (Arikunto, 2009:238). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, studi kasus dapat juga didefinisikan sebagai pendekatan penelitian terhadap suatu status dari sebuah unit terpisah yang tunggal.

48

B. Fokus Penelitian Peneliti akan membatasi penelitian ke dalam dua obyek yang menjadi fokus penelitian. Penetapan obyek yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut: (1) Return On Investment (ROI)

(Syamsuddin, 2009:63) (2) Residual Income (RI)


( ( ) ( ) )

(Sartono, 2011:103)

C. Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data dan penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang yang beralamat di Jl. MT. Haryono, 165 Malang. Alasan pemilihan Bursa Efek Indonesia sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan pusat informasi perusahaan go public di Indonesia, selain itu, laporan perusahaan telah dilakukan audit sehingga keakuratan terjamin.

D. Sumber Data Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto, 2009:88). Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan

49

metode pengumpulan data (Indriantoro, 2002:146). Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder karena tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, dimana sumbernya diperoleh dari pojok BEI Universitas Brawijaya. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil (Nazir, 2005:50). Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro, 2002:147). Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:82). Data dapat dijadikan sebagai sumber informasi bahan kajian untuk mengetahuiobyek yang diteliti. Sumber data pada penelitian ini antara lain: (1) Laporan Keuangan Perusahaan Berupa laporan keuangan tahunan dimulai dari tahun 2007 sampai dengan 2011 pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan tahunan ini meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi. (2) Perkembangan Indeks Harga Saham Berupa perkembangan mengenai indeks harga saham dan harga penutupan (closing price) per tahun saham perusahaan per 31 Desember 2007 sampai dengan 2011. (3) Prospektus Perusahaan Prospektus perusahaan yang meliputi profil dan sejarah perusahaan.

50

E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data digunakan dalam rangka memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian kemudian disajikan sebagai hasil dari penelitian. Metode pengumpulan data adalah metode dengan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2009:100). Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2005:156). Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002:83). Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2002:87). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan catatan tertulis tentang peristiwa-peristiwa, arsip-arsip, dokumen-dokumen maupun surat keputusan yang terdapat pada pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Brawijaya, khususnya yang berhubungan dengan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk., Alasan peneliti memilih teknik dokumentasi karena berdasarkan sumber data yang akan digunakan dalam

51

penelitian, yaitu data sekunder, maka peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi.

F. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2006:149). Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian (Hasan, 2002:76). Pedoman dokumentasi memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya (Arikunto, 2006:158). Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman domumentasi dan studi pustaka. Pedoman dokumentasi, yaitu daftar kebutuhan data yang diperlukan untuk tujuan penelitian yang fungsinya untuk mempermudah dan mempelajari dokumen-dokumen yang adal pada perusahaa, sedangkan dalam studi pustaka, berupa buku-buku literatur dan jurnal sebagai penunjang untuk mengarahkan atau memfungsikan dokumen yang tersedia pada perusahaan tersebut.

G. Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis lah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2005:346). Analisis data merupakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami sehingga berguna untuk mencapai tujuan penelitian.

52

1. Analisis Rasio Keuangan Analisis dengan alat ukur rasio keuangan dapat membantu peneliti dalam mengambil kesimpulan sebagai salah satu pertimbangan penyebab naik turunnya Return On Investment (ROI) dan Residual Income (RI) mulai tahun 2007 sampai dengan 2011. Rasio keuangan yang diteliti adalah rasio aktivitas dan rasio

profitabilitas. Hanya beberapa dari rasio aktivitas dan rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu:

2. Analisis ROI dengan Du Pont System Rumus untuk menghitung ROI dengan Du Pont System sebagi berikut:

3. Analisis Biaya Modal

53

Biaya modal merupakan biaya yang secara riil ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari sumber dana. Biaya modal ini diperlukan untuk menghitung besarnya Residual Income. Analisis biaya modal antara lain: a. Besarnya biaya modal 1)
( )

2) Biaya Modal Saham Biasa dengan Pendekatan Pertumbuhan Dividen

b. Menghitung WACC
( ) ( )

4. Analsis Residual Income Analisis Residual Income dimaksudkan untuk mengetahui kelemahankelemahan dari metode Return On Investment. Besarnya nilai RI dapat dihitung dengan rumus:
( ) ( )

5. Membuat kesimpulan terhadap perhitungan analisis ROI dan RI kemudian membandingkan melalui analisis perbandingan laporan keuangan (data historis peroide 2007-2011) sehingga dari kesimpulan ini kinerja keuangan perusaahaan dapat diketahui.

Вам также может понравиться