Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1 Implementasi Proses implementasi web server diawali dengan melakukan rangkaian instalasi sistem operasi yang digunakan pada web server yang dalam hal ini adalah Sistem operasi berbasis linux yaitu Trustix Secure Linux, kemudian dilakukan berbagai proses konfigurasi sehingga web server yang dibuat dapat bekerja dengan baik dan maksimal seperti konfigurasi DNS Server yang meliputi Domain utama, Sub domain dan sebuah Virtual domain. Konfigurasi lain yang paling penting dilakukan adalah konfigurasi Apache web server, jika tidak dilakukan konfigurasi yang benar pada aplikasi ini maka web server tidak dapat bekerja dengan baik. Konfigurasi meliputi Real web server, Sub domain web server dan Virtual web server yang masing masingnya akan menjalankan halaman website yang berbeda. Selain itu agar web server lebih dinamis dan mampu menjalankan berbagai website berbasis PHP dan MYSQL dilakukan juga rangkaian proses konfigurasi PHP dan MYSQL ini. 4.1.1 Instalasi Trustix Secure Linux 3.0.5 1. Langkah pertama yang dilakukan dalam proses instalasi Trustix Secure Linux adalah memastikan Booting dari CD pada BIOS tersetting dengan baik, sehingga ketika komputer dinyalakan akan muncul permintaan boot yang artinya rangkaian proses intalasi akan segera dimulai. 28

Gambar 4.1 Tampilan awal instalasi Trustix Secure Linux 2. Menekan Tombol Skip yang artinya tidak perlu melakukan pengecekan media CD yang akan digunakan untuk proses intalasi, sehingga proses intalasi dapat dilanjutkan ke tahapan selanjutnya.

Gambar 4.2 Tampilan Pilihan test media CD

29

3.

Menekan tombol OK pada halaman Welcome to Trustix Secure Linux untuk memulai rangkaian proses instalasi.

Gambar 4.3 Tampilan Welcome To Trustix Secure Linux 4. Memilih English pada halaman language selection yang artinya memilih menggunakan bahasa inggris selama proses instalasi Trustix berlangsung.

Gambar 4.4 Tampilan pilihan bahasa instalasi 30

5.

Menggunakan model keyboard us untuk digunakan pada web server Trustix, hal ini dikarenakan model ini lazim digunakan diindonesia.

Gambar 4.5 Tampilan pilih model keyboard 6. Menekan tombol autopartition pada halaman permintaan partisi hard disk. yang artinya memilih menggunakan partisi default Trustix pada halaman partisi ini.

Gambar 4.6 Tampilan pilihan partisi TSL 31

Pada sistem operasi Trustix Secure Linux terdapat dua buah metode partisi hardisk yaitu AutoPartition dan Disk Druid. Jika digunakan metode Auto Partition maka proses partisi hardisk akan dilakukan sendiri oleh sistem operasi, baik ukuran partisi, tipe partisi yang akan dibuat, dan termasuk juga ukuran partisi hard disk yang akan digunakan. Disk Druid adalah metode partisi hard disk pada sistem operasi Trustix dimana rangkaian proses partisi dilakukan sendiri oleh user sehingga pengguna lebih leluasa mengatur partisi yang akan digunakan. 7. Memilih Remove all partition on this system. Proses ini bertujuan untuk menghapus semua partisi apapun yang ada pada komputer server sehingga komputer hanya berisi sistem operasi Trustix Secure Linux.

Gambar 4.7 Tampilan persetujuan menghapus data Pada Gambar 4.7 terdapat tiga pilihan model proses format hard disk yaitu Remove all Linux partition on this system artinya sistem hanya akan menghapus semua partisi linux yang sudah ada pada komputer yang digunakan dan tidak akan menghapus sistem operasi selain linux. Kedua adalah Remove all partition on this system artinya sistem akan 32

menghapus semua sistem operasi yang ada pada pada komputer baik linux, windows dan sistem operasi lainnya. Yang ketiga adalah Keep all partition and use existing free space artinya sistem tidak akan menghapus sistem operasi yang sudah ada tetapi hanya akan memamfaatkan hard disk yang belum digunakan. 8. Menekan tombol OK untuk melanjutkan pembuatan partisi otomatis.

Gambar 4.8 Tampilan pembuatan partisi otomatis Pada Gambar 4.8 terlihat tahapan proses partisi hard disk jika menggunkan metode Auto Partition. Semua konfigurasi yang ada ditentukan sendiri oleh sistem baik Size, Device, Type dan lain lain. Pada gambar diatas juga terdapat beberapa tombol yaitu tombol New untuk membuat partisi baru, Tombol Edit untuk mengubah partisi yang sudah ada, tombol Delete untuk menghapus partisi yang sudah ada, tombol RAID untuk membuat partisi yang mendukung teknologi RAID, dan juga pilihan Reset untuk mengembalikan partisi ke kondisi semula sebelum dipartisi. 33

9.

Network Configuration. Apabila komputer memiliki network card maka Linux akan mencoba mendeteksinya dan selanjutnya diminta untuk menentukan ip address dan netmask, lalu nonaktifkan opsi Configure using DHCP. Aktifkan opsi Activate on boot . IP address yang digunakan untuk web server ini adalah 192.168.1.1 dengan nilai Netmask 255.255.255.0

Gambar 4.9 Tampilan Network Configuration 10. Proses selanjutnya adalah menentukan alamat Gateway dan DNS. Pada komputer server ini tidak membutuhkan Gateway, Primary DNS, Secondary DNS dan Tertiary DNS, jadi konfigurasi halaman ini dikosongkan saja.

34

Gambar 4.10 Konfigurasi Network 2 11. Hostname Configuration. Karena web server ini tidak memiliki jaringan dengan IP Address DHCP jadi pilihan automatically via DHCP di nonaktifkan, dan digunakan pilihan manually dengan hostname sma1.

Gambar 4.11 Tampilan Hostname Configuration 35

12. Root Password adalah halaman untuk memasukkan password root (admin). Password ini harus diisi dan sebaiknya kombinasi huruf dan angka.

Gambar 4.12 Tampilan Root Password 13. Package Group Selection bagian ini berfungsi untuk menentukan paket instalasi yang dibutuhkan untuk sebuah server.

Gambar 4.13 Tampilan Package Group Selection 36

Gambar 4.14 Tampilan Package Group Selection Dua gambar diatas adalah daftar paket paket yang merupakan bawaan sistem operasi Trustix Secure Linux. Trustix memberikan kemudahan kepada pengguna untuk memilih sendiri paket paket sistem yang dibutuhkan untuk disesuaikan dengan server yang akan dibangun. Sehingga pengguna tidak perlu lagi dipusingkan dalam proses pemilihan aplikasi aplikasi yang handal untuk server mereka. Aplikasi aplikasi bawaan Trustix ini sudah terbukti kehandalannya serta merupakan aplikasi standard server yang paling banyak digunakan seperti Apache, Postfix, Imap dan lain lain. Karena yang akan dibangun adalah sebuah web server maka paket yang cocok digunakan adalah Web server with PHP, untuk membangun sebuah web server yang support PHP. Domain Name Server, MYSQL Database Server, MYSQL Server for PHP Support. Namun untuk pengembangan lebih lanjut penulis memilih semua paket yang disediakan.

37

14.

Proses instalasi Trustix Secure Linux sedang berlangsung.

Gambar 4.15 Tampilan Proses Instalasi 15. Semua rangkaian instalasi TSL selesai dan memilih reboot komputer untuk memasuki tahap selanjutnya.

Gambar 4.16 Tampilan Reebot Sistem 38

Gambar 4.17 Tampilan Login Trustix Secure Linux 4.1.2 Konfigurasi DNS Server Konfigurasi DNS Server bertujuan agar mempermudah pengguna dalam mengakses website yang disediakan dan juga web server yang akan dibuat dapat menjalankan banyak domain dalam satu server. Dalam hal ini domain yang akan dibuat adalah www.sma1.sch.id yang akan diposisikan sebagai domain utama,

pustaka.sma1.sch.id sebagai sub domain dan www.osissma1.org yang akan diposisikan sebagai virtual web server.

1. Konfigurasi Domain Utama Pada kasus ini akan digunakan nama host ns.sma1.sch.id dengan IP address

192.168.1.1 yang akan digunakan seterusnya dalam setiap konfigurasi. Konfigurasi DNS untuk domain utama adalah : 39

1. Mengkonfigurasi file /etc/named.zones menggunakan editor nano dengan mengetikkan perintah nano /etc/named.zones. Model konfigurasi yang telah

dilakukan seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.18 Konfigurasi File Named.zones

Zone sma1.sch.id adalah domain utama yang akan dibuat pada konfigurasi DNS Server ini, type master adalah jenis Name Server yang kita buat berjenis Primary atau master. File master/acip.org.db menyatakan nama file untuk zona, dan disimpan di direktori /var/named/master. Zone 1.168.192.in-addr.arpa merupakan awal dari zona reverse. Penulisannya agak aneh, ini adalah kebalikan dari network address dari zona sma1.sch.id. Type master Name Server berjenis master. File master/acip.org.rev mendefinisikan file untuk zona reverse.

40

2. Mengkonfigurasi file /var/named/master/acip.org.db, file ini belum ada dan harus dibuat terlebih dahulu dengan langsung mengetikkan : nano /var/named/master/ acip.org.db atau dengan memamfaatkan file localhost yang sudah ada dengan mengetikkan perintah cp /var/named/master/localhost /var/named/master

/acip.org.db. konfigurasi dilakukan dengan mengedit dan menambahkan beberapa record yang dibutuhkan agar DNS dapat berjalan dengan baik. Konfigurasi yang telah dilakukan seperti terlihat pada Gambar 4.18

Gambar 4.19 Konfigurasi File acip.org.db Pada gambar diatas terdapat beberapa record DNS yang masing masingnya mempunyai fungsi dan tujuan masing masing. Record SOA menyatakan nama sumber informasi utama tentang zone name server alamat email administratornya, nomor seri yang unik dan berbagai flag serta timeout. Record A (Address) merupakan record yang menyatakan alamat IP 32 bit. Jenis record yang berikutnya adalah record MX. Record ini menspesifikasikan nama domain yang telah dicadangkan untuk menerima email dari 41

domain tertentu. Record NS menyatakan name server yaitu ns.sma1.sch.id. Record CNAME berfungsi untuk mengizinkan alias alias untuk dibuat, dimana pada web server ini digunakan alias www dan pustaka. 3. Mengkonfigurasi file /var/named/master/acip.org.rev, file ini juga belum ada dan harus membuatnya terlebih dahulu dengan mengikuti langkah langkah pembuatan file sebelumnya. Konfigurasi Gambar 4.19 yang telah dilakukan seperti yang tampak pada

Gambar 4.20 Konfigurasi File Acip.org.rev Pada file ini terdapat record record yang hampir sama dengan record pada file acip.org.db hanya saja file konfigurasinya lebih sedikit dibanding konfigurasi file acip.org.db. Jenis record yang berbeda dari file sebelumnya adalah record PTR. Record ini merupakan jenis data yang dinterpretasikan berdasarkan pada konteks dimana PTR itu berada dan menunjuk ke nama DNS server.

42

4. Mengubah permission file tersebut dengan mengetikkan perintah chmod 644 acip.org.db acip.org.rev. Hal ini bertujuan agar file baru yang dibuat dapat diakses dan dijalankan karena secara default file tersebut belum dapat diakses sebelum dirubah izin aksesnya.

2.

Konfigurasi Virtual Domain Virtual Domain adalah domain lain yang berada dalam name server selain domain

utama. Virtual Domain yang akan dibuat disini adalah www.osissma1.org Konfigurasi virtual domain dilakukan dengan mengedit 2 file terkait. Berikut langkah langkah yang telah dilakukan dalam membuat sebuah virtual domain : 1. Untuk membuat sebuah virtual domain diperlukan penambahan beberapa baris konfigurasi pada file etc/named.zones seperti yang terlihat pada Gambar 4.20, hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi nama domain yang akan digunakan pada virtual domain. Domain yang diperkenalkan pada file ini adalah bolehjadi.org

43

Gambar 4.21 Konfigurasi file named.zones pada virtual domain Penambahan beberapa baris konfigurasi untuk virtual domain memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan konfigurasi domain utama hanya saja untuk virtual domain tidak perlu menambahkan konfigurasi file reverse zone. File master/bolehjadi.org.db merupakan file konfigurasi untuk virtual domain yang diletakkan pada direktori /var/named/master. 2. Membuat file /var/named/master/bolehjadi.org.db untuk menempatkan record record yang akan digunakan pada virtual domain ini. Pembuatan file bolehjadi.org.db ini sama seperti ketika membuat file

/etc/named/master/acip.org.db. konfigurasi yang telah dilakukan seperti terlihat pada Gambar 4.21

44

Gambar 4.22 Konfigurasi file bolehjadi.org.db Pada file bolehjadi.org.db diatas juga terdapat record record yang hampir sama dengan konfigurasi pada file acip.org.db hanya saja terdapat beberapa tambahan record agar file ini dapat berfungsi sebagai virtual server, seperti pengenalan ns0.osissma1.org pada record NS yang artinya name server lain yang dapat digunakan dalam satu mesin server yang sama. Selain itu pengenalan alamat IP 192.168.1.1 sebagai alamat IP ns0.osissma1.org. Namun pada prinsipnya fungsi record record tersebut sama pada setiap file konfigurasi. 3. Mengubah izin akses file bolehjadi.org.db tersebut dengan mengetikkan perintah chmod 644 bolehjadi.org.db kemudian restart service namednya.

45

3.

Konfigurasi Sub Domain Untuk membuat sub domain hanya perlu mengedit file domain utama dari dns yaitu

file

/var/named/master/acip.org.db dengan menambahkan satu baris terakhir dari

konfigurasi ini kemudian restart kembali DNS nya, penambahan konfigurasi yang dilakukan seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.23 Konfigurasi Sub Domain Seperti yang telah dijelaskan bahwa CNAME berfungsi untuk mengizinkan alias atau nama domain lain untuk dibuat. Biasanya alias yang dibuat merupakan bagian dari domain utama. Pada file diatas alias yang digunakan adalah pustaka yang nantinya akan diposisikan sebagai sub domain dengan nama domain pustaka.sma1.sch.id.

46

4.1.3 Konfigurasi Web Server (Apache) 1. Real Web Server Untuk membangun web server www.sma1.sch.id diperlukan peran DNS Server. Web Server tidak dapat bekerja dengan baik tanpa adanya setup yang benar pada DNS Server. Karena di /etc/named.zones selanjutnya adalah memastikan sudah terdapat domain sma1.sch.id, langkah record Alias (CNAME) pada file

terdapat

/etc/named/master/acip.org.db, karena semuanya sudah disetting dengan baik maka hanya perlu melakukan beberapa langkah untuk mensetting real web server antara lain . 1. Mengkonfigurasi file etc/httpd/conf/httpd.conf. konfigurasi file ini dilakukan dengan merubah beberapa bagian file yang diperlukan seperti Server Admin aku.elnanda@gmail.com, Server Name ns.sma1.sch.id, Document Root di /home/httpd/html, dan beberapa bagian lainnya yang membuat web server lebih dinamis dan fleksibel. Seperti yang terlihat pada gambar-gambar dibawah ini.

Gambar 4.24 Konfigurasi Server admin

47

ServerAdmin pada file httpd.conf digunakan untuk menyatakan alamat email admin utama dari web server. Pada web server Trustix Secure linux ini alamat email admin server adalah aku.elnanda@gmail.com.

Gambar 4.25 Konfigurasi Server Name Web Server ServerName ns.sma1.sch.id menyatakan nama dari web server yang dibuat, name server ini harus sama dengan name server yang diset pada DNS server. Jika tidak web server tidak dapat bekerja dengan baik.

Gambar 4.26 Konfigurasi Document Root Server Document Root menyatakan letak dokumen website yang dibuat. Secara default document root terletak pada directori /home/httpd/html namun dapat diubah letaknya sesuai kebutuhan web server.

48

Gambar 4.27 Konfigurasi Directory Document Root Pada gambar diatas di set bahwa default direktori dokumen dokumen website yang akan dijalankan terdapat pada /home/httpd/html. Perbedaannya dari dokument root adalah directory hanya mengarahkan pada direktori file file website tidak lansung mengarahkan pada file index sebuah website. 2. Meletakkan sebuah file web pada document root seperti pada gambar diatas yaitu pada direktori /home/httpd/html/. 3. Restart service httpd dengan mengetikkan perintah service httpd restart agar konfigurasi yang telah dilakukan dapat dijalankan.

4.

Sub Domain Web Servers Hampir semua hosting di internet memiliki fasilitas subdomain. Dari namanya saja sudah dapat diterka, yaitu sebuah bagian dari pada domain utaman (Sub Domain). Contoh subdomain adalah http://ti.polinpdg.ac.id, mail.polinpdg.ac.id, forum.detik.com dan lain lain. Hal yang terkait dalam pembuatan subdomain adalah DNS dan Web Server. Skenarionya adalah membuat subdomain pustaka.sma1.sch.id yang berisi sistem informasi pengolahan data perpustakaan yang sekaligus dapat diakses melalui http. Langkah langkah yang telah dilakukan adalah : 49

1.

Membuat sebuah direktori untuk menyimpan file file website yang akan diposisikan sebagai sub domain dan memastikan file indexnya sudah bejalan dengan baik. mkdir /home/httpd/html/simpus kemudian menyalin semua file file website

kedalam direktori ini. 2. Mengubah permission file nya dengan menggunakan perintah chmod 775 R simpus. Karena chmod 775 merupakan perintah untuk mengganti izin akses sebuah directori agar bisa ditulis, dibaca dan dimodifikasi. 3. Memastikan sistem DNS untuk sub domain sudah berjalan dengan baik dengan melakukan pengecekan pada file /var/named/master/acip.org.db. 4. Membuat subdomain agar dapat di akses dari web. Hal ini dilakukan dengan VirtualHost. Caranya dengan mengedit file httpd.conf dengan mengetikkan perintah nano /etc/httpd/conf/httpd.conf dan menambahkan baris baris konfigurasi seperti yang telihat pada Gambar 4.27

Gambar 4.28 Konfigurasi Sub domain Web Server 50

Konfigurasi diatas bertujuan agar sub domain dapat dijalankan dengan baik, tanpa adanya baris baris konfigurasi diatas sub domain web server tidak akan bekerja. Server Admin menyatakan alamat email administrator website, DocumentRoot menyatakan dokumen sub domain web server terdapat pada directory /home/httpd/html/simpus dan ServerName yang digunakan untuk mengakses website ini adalah pustaka.sma1.sch.id 5. Restart DNS dan Apache kembali agar semua konfigurasi yang dilakukan dapat diaktifkan.

5.

Virtual Web Server Virtual Web server yang akan digunakan adalah www.osissma1.org.. Caranya

hampir sama ketika membuat domain utama dan sub domain. Berikut adalah langkah langkah yang telah dilakukan dalam membuat sebuah virtual web server : 1. Memastikan semua konfigurasi DNS server sudah berjalan dengan baik seperti yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan mengecek kembali konfigurasi domain name server pada file /etc/named.zones dan file /var/named

/master/bolehjadi.org.db. 2. Membuat sebuah direktori untuk menyimpan file file website yang akan diposisikan sebagai virtual web server dan memastikan file indexnya sudah bejalan dengan baik. mkdir /home/httpd/html/osissma1 kemudian menyalin semua file file virtual website kedalam direktori ini. 3. Mengubah permission file nya dengan menggunakan perintah chmod 775 R osissma1. 51

4. Menambahkan baris baris konfigurasi virtual web server seperti yang dilakukan pada sub domain seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.29 Konfigurasi Virtual Web Server Konfigurasi ini sama dengan yang dilakukan pada konfigurasi sub doman web server. ServerAdmin adalah aku.elnanda@gmail.com, DocumentRoot virtual web server terdapat pada directory /home/httpd/html/osissma1, dan ServerName yang digunakan untuk mengakses website ini adalah www.osissma1.org 5. Restart service httpd dan DNS server agar konfigurasi yang dilakukan bisa dijalankan kembali.

4.1.4 Konfigurasi PHP Secara default dukungan PHP untuk apache sudah disertakan, hanya saja tidak diaktifkan atau commented. Untuk mengaktifkannya dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Membuka file /etc/httpd/conf.d/httpd-php.conf dengan menggunakan perintah langkah langkah yang telah

nano /etc/httpd/conf.d/httpd-php.conf dan isinya seperti terlihat pada Gambar..

52

Gambar 4.30 Konfigurasi File httpd-php.conf 2. Menghapus tanda # yang menandakan directive belum aktif. Web server tidak akan mendapat dukungan bahasa PHP jika konfigurasi file ini tidak dilakukan.

Gambar 4.31 Konfigurasi File httpd-php.conf 3. Kemudian mengedit file php.ini #nano /etc/httpd/php.ini cari baris short_open_tag = Off ubah menjadi short_open_tag = On seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.32 Konfigurasi file php.ini Short Open Tag merupakan kependekan open tag. Berupa lambang <? untuk memendekkan <?php dan berupa <?= untuk memendekkan <?php echo. Sebagaian server tidak dapat mengenali skrip ini karena tidak mengaktifkannya, dengan mensetting Short_open_tag = On artinya web server ini dapat mengenali dan menjalankan open tag.

53

4. Agar PHP mendukung database mysql, edit file /etc/httpd/php.ini dan aktifkan fitur extension=mysql.so.

Gambar 4.33 Konfigurasi file php.ini 4.1.5 Konfigurasi Database Server (MYSQL) Dalam CD TSL 3.0.5. sudah terdapat paket database, yaitu MySQL dan PgSQL. Namun kali ini hanya membahas MySQL, karena database ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi internet. Selain itu karena kemudahan pengintegrasian nya dengan server Apache dan PHP. Berikut adalah langkah langkah yang telah dilakukan untuk mengkonfigurasi database mysql pada trustix secure linux : 1. Menjalankan aplikasi mysql pada trustix dengan menggunakan perintah Service Mysql Start.

Gambar 4.34 Menjalankan service Secara default service database MYSQL dalam sistem operasi Trustix Secure Linux belum diaktifkan. Dengan menggunakan perintah service mysql start seperti yang terlihat pada Gambar 4.41 berarti dukungan database MYSQL untuk web server ini sudah diaktifkan. 2. Masuk ke Prompt MYSQL dengan mengetikkan perintah mysql

54

Gambar 4.35 Gambar Prompt MYSQL

4.2 Pengujian Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah semua konfigurasi yang dilakukan sudah benar dan apakah web server yang dibuat dan dirancang sudah dapat bekerja dengan baik. Langkah pertama adalah melakukan pengujian pada DNS Server baik domain utama, sub domain dan virtual domain. Pengujian selanjutnya adalah pengujian web server meliputi Real Web server, sub domain web server, dan virtual web server, dalam pengujian web server ini juga dibuktikan apakah dukungan PHP dan MYSQL sudah benar dengan membuat website berbasis PHP dan MYSL.

4.2.1 Pengujian Domain Name Server Langkah pertama yang dilakukan adalah pengujian domain utama yaitu www.sma1.sch.id. Pengujian ini dilakukan dengan membangun koneksi antara

Server DNS dengan sebuah computer klien. IP komputer klien di setting 192.168.1.2/24 dan nilai Preferred DNS Server disetting sama dengan IP DNS Server yaitu 192.168.1.1.

55

Untuk memastikan DNS berjalan baik ketikkan ping www.sma1.sch.id jika ada reply dari DNS server berarti konfigurasi domain utama berhasil.

Gambar 4.36 Test Ping www.sma1.sch.id Sama dengan pengujian yang dilakukan terhadap domain utama, pengujian terhadap sub domain dilakukan dengan menguji konektifitas DNS dan Klien dengan menggunakan aplikasi PING. Perintah yang digunakan juga hampir sama dengan domain utama yaitu mengetikkan perintah seperti yang terlihat pada Gambar 4.44 ping pustaka.sma.sch.id dan hasilnya

56

Gambar 4.37 Test Ping Pustaka.sma1.sch.id Begitu juga dengan pengujian konfigurasi DNS Virtual Domain, pengujian terhadap Virtual domain dilakukan dengan menguji konektifitas DNS dan Klien dengan algoritma PING. Perintah yang digunakan juga hampir sama dengan kedua pengujian sebelumnya yaitu mengetikkan perintah ping seperti yang terlihat pada Gambar 4.45 www.osissma1.org hasil pengujian

Gambar 4.38 Test Ping www.osissma1.org 4.2.2 Pengujian Web Server 1. Pengujian Real Web Server Berbeda dengan pengujian yang dilakukan pada DNS server, pengujian kali ini dilakukan dengan membuat sebuah website, dan memasukkan file filenya kedalam web server Trustix Secure Linux. Pengujian Real Web server dilakukan dengan memanggil file file website yang telah diinputkan tadi menggunakan domain www.sma1.sch.id , maka web browser akan menampilkan sebuah website dari domain tersebut. 57

Konfigurasi real web server baru dianggap berhasil dan sukses jika browser menampilkan sebuah website, dan web server mampu menjalankan semua isi website tersebut seperti file file gambar, laman laman link dan lain lain.

Gambar 4.39 Tampilan website www.sma1.sch.id 2. Pengujian Sub Domain Web Server Pengujian sub domain web server dilakukan dengan cara yang sama pada pengujian real web server, bedanya sub domain ini harus menjalankan sebuah sistem informasi berbasis PHP dengan database MYSQL, jadi semua konfigurasi php dan mysql harus berfungsi dengan baik. Untuk mengakses sub domain web server ini menggunakan domain pustaka.sma1.sch.id yang dipanggil melalui web browser. Jika semua konfigurasi berhasil maka browser akan menampilkan sebuah website yang berbeda dengan domain utama, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. 58

Gambar 4.40 Website pustaka.sma1.sch.id

3.

Pengujian Virtual Web Server Pengujian yang terakhir adalah pengujian virtual web server. Karena web server

yang dibangun harus mampu menjalankan berbagai web dengan domain yang berbeda dari domain utama, maka pengujian ini harus dilakukan. Domain yang digunakan dalam pengujian virtual web server ini adalah www.osissma1.org. Sebelumnya copykan terlebih dahulu sebuah file website yang berbeda dari dua website sebelumnya kedalam trustix, kemudian lakukan penyetingan agar web ini bisa dijalankan dengan baik. Kemudian panggil domain www.osissma1.org menggunakan browser, jika pengujian berhasil maka akan muncul sebuah website yang berbeda sama sekali dengan

59

website pengujian sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa web server yang telah disetting ini terbukti mampu menjalankan web dengan domain yang berbeda dengan baik.

Gambar 4.41 Tampilan website www.osissma1.org

4.2.3

Analisis Hasil Pengujian

Dari hasil pengujian diatas dapat dilakukan berbagai analisis terhadap beberapa fakta yang terlihat baik saat pengujian DNS server maupun saat pengujian Web Server. Untuk membuktikan apakah konfigurasi DNS berjalan dengan baik, maka digunakanlah metode PING yaitu sebuah aplikasi untuk menguji konektifitas sebuah host dalam jaringan. ping www.sma1.sch.id artinya dilakukan pengecekan apakah domain ini sudah terkonfigurasi dengan baik, jika tampil pesan seperti gambar sebelumnya maka artinya konfigurasi berhasil. Pada gambar tersebut terlihat saat melakukkan ping

60

www.sma1.sch.id repply datang dari ns.sma1.sch.id artinya ini adalah alamat hostname dari DNS server yang merupakan alamat lain dari IP address 192.168.1.1. Hal yang sama juga terjadi pada sub domain dan virtual domain, aplikasi ping juga digunakan disini. Jika semua konfigurasi dilakukan dengan baik maka akan didapatkan hasil yang sama dengan saat pengujian pada domain utama. Semua bisa terjadi karena pemamfaatan aplikasi DNS server, tanpa adanya DNS server maka tidak akan dengan mudah sebuah web server mampu menjalankan banyak domain berbeda sekaligus. Pada pengujian web server akan ditemukan tiga buah file website yang berbeda dengan domain yang berbeda pada suatu mesin yang sama. Hal tidak akan terjadi jika tidak ada konfigurasi yang benar pada DNS server. Pertanyaannya sekarang mengapa domain domain tadi dapat memanggil dokumen website yang berbeda? Hal ini karena adanya settingan yang benar pada apache web server yaitu pada file httpd.conf. pada file ini akan ditentukan alamat dokumen dokumen website yang akan ditampilkan oleh domain tertentu, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

61

Gambar 4.42 Tampilan file httpd.conf Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa domain www.sma1.sch.id akan

memanggil file website yang ada pada direktori /home/httpd/html/sma1, domain pustaka.sma1.sch.id akan memanggil file website yang ada pada direktori

/home/httpd/html/simpus, dan domain www.osissma1.org akan memanggil website yang ada pada direktori /home/httpd/html/osis. Jadi pada file httpd.conf ini semua settingan aplikasi web server diatur sesuai keinginan administrator jaringan. Web server yang dibangun menggunakan Trustix Secure Linux ini mampu menjalankan banyak domain sekaligus. Jumlah domain web yang dapat dikelola dan dijalankan tergantung dari kapasitas harddisk web server, semakin besar hardisk maka semakin banyak website yang dapat dijalankan oleh web server ini. Pada pembuatan web server ini penulis menjalankan lebih dari 10 buah domain web dan hasilnya ternyata web server Trustix mampu menjalankan dengan cepat dan lancar.

62

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dan dari beberapa sumber referensi diketahui bahwa kinerja web server tidak ditentukan dari dari banyaknya website yang ada pada sebuah web server tetapi ditentukan dari banyak faktor seperti kondisi fisik server yang meliputi memory, kapasitas harddisk, processor pengolah data yang digunakan dan yang paling menentukan adalah keadaan jaringan internet web server itu sendiri. Semakin bagus dan besar bandwidth internet sebuah web server maka akan semakin bagus pelayanan yang diberikan oleh web server untuk melayani setiap permintaan klien. Hal lain yang juga mempengaruhi kinerja web server adalah jumlah pengguna yang meminta request kepada web server. Semakin banyak pengguna layanan web server maka semakin berat kerja sebuah web server, artinya jumlah pengguna merupakan parameter utama menentukan bagus atau tidak nya kinerja sebuah web server bukan dari jumlah website yang dikelola oleh sebuah web server.

63

Вам также может понравиться