Вы находитесь на странице: 1из 22

greek myths

Sekedar cerita tentang mitologi (dewa-dewi) Yunani The Golden Age of Classical Myths Part 1 Bangsa Yunani Kuno percaya bahwa bumi berbentuk bundar seperti cakram dengan negeri mereka di tengah-tengah dan Gunung Olympus sebagai pusat alam semesta. Daratan membentang dari barat ke timur dan terbagi atas dua bagian yang sama besar oleh daerah perairan, yaitu Laut Tengah dan kelanjutannya Laut Euxine (Laut Hitam), sementara Sungai Ocean (yang sesungguhnya adalah Samudra Atlantik) mengelilingi cakram bumi dari selatan ke utara. Jauh di sebelah utara terdapat suatu negeri yang disebut Hyperborea yang konon didiami oleh suatu ras yang hanya mengenal kebahagiaan. Di sana udara selalu nyaman serta buah-buahan dipanen sepanjang tahun. Sedangkan jauh di sebelah selatan terdapat negeri yang disebut Ethiopia yang penduduknya mengalami kebahagiaan dan masa muda abadi. Konon dewa-dewi bahkan merasa terhormat bila dapat tinggal bersama mereka. Matahari, bulan, bintang-bintang, dan fajar dipercaya terbit dari istana mereka di sebelah timur dan terbenam di Sungai Ocean di sebelah barat di mana telah menunggu perahu yang akan membawa mereka kembali ke istana emas mereka di timur. Istana dewa-dewi berada di Gunung Olympus, di Thessaly. Gerbangnya selalu diselimuti awan oleh dewi-dewi musim. Meski para dewa-dewi tersebut tinggal di istana yang berbeda-beda namun mereka senantiasa berkumpul di balai para dewa, di kediaman Jupiter. Dewa-dewi tersebut serupa dengan manusia dalam banyak hal kecuali bahwa mereka lebih berkuasa dan abadi berkat makanan yang mereka santap, yaitu ambrosia, dan minuman yang mereka minum, yaitu nectar. Meski terkadang penderitaan menimpa mereka namun kebahagiaan pasti akan selalu kembali menyelimuti Olympus. The Creation Konon sebelum semua tercipta yang ada hanyalah kekosongan dan kekelaman yang disebut Chaos bersama istrinya yang disebut Nox, yaitu dewi malam. Dari perkawinan mereka lahirlah Erebus, yakni dewa kegelapan, yang kemudian mengusir Chaos dan mengawini ibunya sendiri. Terlahir dari perkawinan tersebut Ether, yaitu dewa udara yang kebiruan, serta Dia, yakni dewi siang yang cemerlang berseri-seri. Ketika bertahta, mereka mengusir Erebus dan Nox lalu mulai memerintah. Dari pasangan ini lahirlah anak-anak yang tampan, cantik, dan perkasa, yaitu Terra, dewi bumi yang penuh pesona; Caelus, yaitu langit yang perkasa, yang menyelimuti bumi dengan jubah birunya; Pontus, lautan yang jubahnya membentang menutupi sebagian besar permukaan bumi; Amor, yaitu dewi cinta yang membawa benih-benih kehidupan; dan Tartarus, yaitu neraka yang amblas ke dalam bumi dengan kedalaman yang tak terukur dan tak terjangkau oleh terang. Di sinilah tinggal Chaos, Nox, dan Erebus yang terusir. Ketika Ether dan Dia turun tahta, Caelus naik tahta dengan Terra mendampinginya sebagai permaisurinya. Dengan dibantu Amor yang membawa benihbenih kehidupan, Caelus dan Terra melahirkan anak-anak mereka para Titan (pria) dan Titanid (wanita) yang perkasa, antara lain: Saturn, Oceanus, Iapetus, Hyperion, Coeus, Crius, Cybele, Justitia, Tethys, Theia, Mnemosyne, Eurybia, Phoebe, dan para Cyclop, yaitu raksasa-raksasa bermata tunggal: Brontes (Guntur), Steropes (Petir), dan Arges (Kilat), serta raksasa-raksasa berlengan seratus yang disebut Centimani: Cottus, Gyes, dan Obriareus. Sementara dari perkawinannya dengan Pontus, Terra melahirkan Nereus, Thaumas, Phorcys, dan Ceto.

The Titans Rebellion Suatu ketika Caelus murka dengan tingkah laku para Titan yang dianggapnya tidak menghormatinya, maka dilemparkannya putra-putranya tersebut ke dalam Tartarus untuk menghukum mereka. Namun Terra yang merasa iba melihat nasib putra-putranya kemudian pergi membebaskan mereka. Saturn yang paling perkasa kemudian mendatangi Caelus di saat sedang beristirahat dan dengan senjata sabitnya yang bermata berlian dia melukai ayahnya sampai tak berdaya. Terdengarlah pekik kemenangan Saturn di seluruh jagat, karena kini dialah yang berkuasa menggantikan Caelus. Namun Caelus sempat menjatuhkan kutukannya kepada Saturn bahwa kelak seorang putranya juga akan menjatuhkannya dari tahtanya. Nox kemudian melahirkan makhluk-makhluk yang mengerikan untuk menghukum Saturn, yaitu Nemesis, Kebencian, Kelaparan, Dusta, Fitnah, Kekejaman, Penderitaan, dan sebagainya. Saturn bertahta menggantikan ayahnya. Dia mengawini saudarinya, salah seorang Titanid, yaitu Cybele. Dari perkawinan ini lahirlah lima orang anak, yaitu Vesta, Juno, Ceres, Neptune, dan Pluto. Namun teringat akan kutukan ayahnya, Saturn menelan semua anaknya begitu mereka dilahirkan untuk menghindari bencana bagi dirinya. The Golden Age of Classical Myths Part 2 Jupiter Pada saat kehamilannya yang keenam, Cybele yang berduka oleh ulah Saturn terhadap anakanak mereka sendiri kemudian pergi ke lereng Gunung Dicte di Crete untuk melahirkan bayinya agar selamat dari incaran suaminya. Sekembalinya ke istana Saturn, Cybele berpurapura mengerang sakit hendak melahirkan. Setelah persalinannya selesai dia menyerahkan bungkusan bayinya kepada Saturn untuk ditelan. Tanpa memeriksa lagi Saturn menelan bungkusan yang diberikan oleh istrinya tersebut yang ternyata berisi sebongkah batu. Putra keenam Saturn dan Cybele yang selamat dari kebuasan ayahnya diasuh oleh para peri di hutan lereng Gunung Dicte, terutama Melia dan Adrastea. Mereka menamai bayi itu Jupiter. Para makhluk menyayangi dewa kecil tersebut seolah mereka tahu bahwa kelak Jupiter-lah yang akan membebaskan mereka dari cengkeraman sang tiran Saturn. Seekor kambing betina, Amalthea, setiap hari memberikan air susunya kepada Jupiter dengan kasih sayang seorang ibu, kelak setelah Jupiter berkuasa Amalthea ditempatkan di angkasa di antara para bintang menjadi rasi bintang Capricorn. Jupiter tumbuh dewasa dan menjadi seorang pemuda yang perkasa dan cerdas. Sahabatnya adalah seekor rajawali besar bernama Aquila yang kerap membawakannya ambrosia dan nectar serta menceritakan hal-hal yang terjadi di seputar jagat. Jupiter menjadi tahu bahwa Saturn telah memerintah dunia ini didasari tindak kejahatan dan bertekad untuk menyelamatkan dunia ini dari kekejaman Saturn. The Battle against the Titans Suatu ketika Jupiter mendapat kabar dari Oceanus bahwa Saturn yang saat itu memerintah semesta dengan kekejaman dan tindak tirani ternyata adalah ayahnya. Dia juga diberitahu bahwa saudara-saudarinya telah ditelan oleh Saturn segera setelah mereka dilahirkan. Bertambah bulatlah tekadnya untuk menyelamatkan dunia ini dari cengkeraman Saturn. Oleh karena itu dia mengumpulkan sekutu-sekutunya yang juga menentang Saturn. Namun sebelum itu, dengan bantuan Metis, seorang putri Oceanus, dia membuat ramuan yang kemudian dipersembahkannya kepada Saturn. Setelah meminum ramuan tersebut Saturn memuntahkan kembali semua anaknya yang ditelannya. Jupiter kemudian mengajak saudarasaudarinya tersebut bergabung melawan Saturn. Ketika merasa diancam bahaya Saturn segera

menghubungi saudara-saudaranya para Titan untuk membantunya. Sementara itu Jupiter telah berhasil mengumpulkan sekutu-sekutunya, yaitu saudara-saudarinya beserta Oceanus dan putri-putrinya, para Oceanid; Prometheus dan Epimetheus, putra-putra Titan Iapetus. Mereka membangun markas di puncak Olympus kemudian mengelilingi altar bersumpah akan mengembalikan kedamaian dan ketentraman di semesta ini dengan menumbangkan kekuasaan Saturn. Jupiter juga melepaskan para Cyclop dan Centimani dari Tartarus untuk membantunya melawan Saturn dan para Titan. Sebagai tanda terima kasihnya, para Cyclop kemudian membuatkan senjata-senjata untuk Jupiter dan saudara-saudaranya, yaitu petir untuk Jupiter, trisula yang dapat mengguncang bumi dan lautan untuk Neptune, dan dwisula yang dapat membelah bumi dan helm yang membuat pemakainya menjadi kasat mata untuk Pluto. Perang melawan para Titan berkobar sepuluh tahun lamanya. Namun akhirnya keunggulan Jupiter dengan sekutu-sekutunya terbukti. Para Titan yang kalah kembali dijebloskan ke dalam Tartarus, dirantai dengan rantai berlian dan dijaga oleh para Centimani. Atlas, saudara Prometheus dan Epimetheus yang membantu para Titan dihukum memanggul langit di pundaknya selamanya, sedangkan Saturn melarikan diri ke Italy. Jupiter naik tahta menggantikan Saturn. Dia membagi-bagikan kekuasaan kepada saudara-saudarinya. Neptune menjadi penguasa lautan, Pluto merajai Hades (kerajaan orang mati), Juno menjadi ratu langit dan permaisurinya. Namun, Jupiter-lah yang paling berkuasa atas mereka semua. Kehendak dan kata-katanya menjadi hukum yang harus dipatuhi. Memang seluruh makhluk memandangnya sebagai Bapa Semesta Alam karena dialah yang menyelamatkannya dari cengkeraman Saturn. Dari istananya yang berselimut awan di Gunung Olympus, Jupiter memerintah dunia dibantu oleh dewa-dewi lainnya. Jupiter kerap dilukiskan sebagai pria tua berambut dan berjanggut keperakan memakai jubah putih. Di tangannya tergenggam senjatanya yang tak terkalahkan, yaitu petir, dan tongkat kerajaan di tangannya yang lain sementara bola dunia di bawah telapak kakinya. Di sampingnya Aquila yang perkasa mengepakkan sayapnya. Image Tuhan Allah dalam seni Kristen diilhami oleh figur Jupiter The Golden Age of Classical Myths Part 3 Juno Juno adalah ratu langit, permaisuri Jupiter, dewi pelindung kaum wanita dan perkawinan. Dia selalu hadir dalam tiap upacara perkawinan untuk memberikan restu dan nasihat bagi para istri. Oleh karena itu dia tidak pernah memaafkan wanita yang melanggar janji perkawinannya maupun wanita yang mencoba mengganggu perkawinannya dengan Jupiter, di antara mereka adalah Io, Callisto, Semele, dan Latona. Setelah diselamatkan Jupiter dari Saturn, ayahnya, Juno oleh Cybele, ibunya, dibawa ke Negeri para Hesperid di ujung barat bumi untuk diasuh oleh putri-putri Vesper, Bintang Senja. Para Hesperid mengasuh Juno dengan penuh kasih sayang. Juno belajar segala sesuatu tentang kehidupan, langit yang luas dan rahasianya, cuaca, dan sebagainya dari mereka. Lama kelamaan timbullah kekuatan kedewian dalam dirinya, dan karena sangat mencintai langit yang luas dengan segala misterinya dia berharap suatu saat boleh meratui langit. Suatu hari saat dia sedang duduk memandangi langit ditemani sahabatnya, yaitu seekor burung merak, datanglah Jupiter mengajaknya bergabung untuk menumbangkan kekuasaan Saturn yang kejam. Juno bersedia. Sepuluh tahun lamanya dia mendampingi Jupiter dalam pertempuran melawan para Titan, ikut menyumbangkan pikiran dan kemampuannya demi kemenangan bersama. Akhirnya setelah para Titan berhasil dikalahkan dan Jupiter naik tahta, Juno diangkat menjadi permaisurinya. Dengan demikian tercapailah harapannya untuk meratui langit.

Perkawinannya dengan Jupiter berlangsung meriah, seluruh alam ikut merayakannya. Terra menghadiahkan pohon apel berbuah emas yang kemudian oleh Juno diserahkan kepada para Hesperid untuk dirawat. Seorang peri, Helone, cukup bodoh untuk berani menolak menghormati Juno dengan berpura-pura sakit sehingga harus menyeret kakinya lambatlambat yang mengakibatkannya tiba saat pesta perkawinan agung tersebut telah usai. Sukacita tidaklah cukup meredam kegusaran Juno atas kekurang-ajaran Helone yang kemudian diubahnya menjadi kura-kura, makhluk yang melangkahkan kakinya lambat-lambat seumur hidupnya dan memang helone adalah sebutan bagi kura-kura dalam bahasa Yunani. Juno dilukiskan sebagai wanita yang anggun mengenakan busana ratu dan mahkota. Sebagaimana Jupiter, dia juga menggenggam tongkat kerajaan di tangannya. Sapi adalah hewan kesayangannya. Perkawinannya dengan Jupiter memberinya empat orang anak, yaitu Vulcan, dewa api dan pandai logam; Mars, dewa perang; Lucina, dewi kelahiran; dan Juventus, dewi masa muda abadi yang bertugas menghidangkan ambrosia dan nectar pada dewa-dewi. Minerva Minerva adalah putri sulung Jupiter yang lahir dari kepala Bapa Semesta Alam tersebut. Cerita tentang kelahirannya yang aneh tersebut adalah sebagai berikut: Suatu hari Terra mendatangi Jupiter di balai para dewa dan meramalkan bencana yang bakal menimpanya. Jupiter akan memiliki dua orang anak dari istrinya, Metis, yang saat ini sedang mengandung. Anak pertama yang sedang dikandung akan menjadi pembantu setia Jupiter dalam segala hal, sedangkan anak kedua yang akan dikandung akan memberontak melawannya. Untuk menghindari bencana yang akan menimpa dirinya kemudian Jupiter mendatangi Metis. Dibuainya Metis dengan kata-kata manis sehingga terlena. Saat terlena itulah Jupiter memeluk Metis dan menyatukannya dengan dirinya. Dengan demikian tak akan pernah ada anak kedua yang dikandung oleh Metis. Jupiter telah terbebas dari bencana yang akan menimpanya. Ketika sampai waktunya bagi Metis untuk melahirkan anaknya, Jupiter merasakan sakit kepala yang tak tertahankan. Begitu tak tertahankannya sehingga akhirnya kepalanya terbelah. Dari kepala Jupiter tiba-tiba memancar cahaya yang kemudian berubah bentuk menjadi seorang wanita muda berambut keemasan bergelombang dan bermata biru. Wanita tersebut mengenakan helm, membawa tombak dan perisai di tangannya. Jupiter menamai putrinya yang baru lahir tersebut Minerva. Minerva menjadi dewi kebijaksanaan yang mengusir Kebodohan, yaitu putri Nox yang sampai saat itu masih berkeliaran di dunia. Dia menjadi pembantu dan penasehat utama Jupiter dalam segala hal. Kecintaannya pada kemanusiaan yang sangat besar telah melahirkan gagasan-gagasan cemerlang dari benaknya, yaitu seni, filsafat, astronomi, matematika, dan mekanika. Pernah ada seorang gadis yang pandai menenun meremehkan kemampuan Minerva dan menantangnya bertanding. Nama gadis tersebut adalah Arachne. Minerva menyambut tantangan Arachne. Segera mereka mengadu keterampilan mereka bekerja dengan gelendong benang dan alat tenun. Minerva menenun selembar kain bergambar adegan yang menceritakan saat para dewa-dewi menentukan kota Attica, yang diperebutkannya dengan Neptune sang dewa samudra, menjadi miliknya. Arachne menenun selembar kain bergambar adegan yang menceritakan saat penculikan Europa, putri Raja Agenor dari Sidon, oleh Jupiter yang menyamar sebagai seekor sapi jantan. Dalam adegan itu, dia melukiskan sang dewa terjebak oleh nafsu rendahnya. Mendidihlah darah Minerva oleh amarah atas kekurang-ajaran Arachne yang ditujukan pada ayahnya. Namun dia harus mengakui bahwa kain tenunan Arachne memang indah tanpa cacat. Sambil tersenyum mengejek, Minerva merenggut kain tersebut dan merusaknya, lalu memperingatkan pada yang hadir bahwa seni sejati lahir dari

hati yang penuh cinta bukan oleh kesombongan apalagi kebencian. Arachne yang merasa malu mendengar kata-kata Minerva lalu mengakhiri hidupnya. Minerva yang merasa iba menyaksikan nasib Arachne yang berakhir tragis kemudian mengubahnya menjadi makhluk yang selalu menenun seumur hidupnya, yaitu laba-laba. Namun sekarang tak ada lagi yang menghargai hasil tenunannya. Orang akan segera mengambil sapu untuk menyingkirkan hasil pekerjaannya bila mereka melihatnya. Kata laba-laba dalam bahasa Prancis, araigne, memang berasal dari nama Arachne. Meskipun terlahir dengan senjata-senjata, Minerva selalu menjadi dewi yang paling membenci pertempuran. Namun demikian, dialah yang pertama kali akan terjun ke medan perang bila kemanusiaan dan perdamaian terancam bahaya. Memang selalu orang yang paling mencintai kemanusiaan dan perdamaian yang akan pertama terjun ke medan pertempuran bila memang diperlukan. Di medan perang, Minerva akan menjadi dewi yang tak terkalahkan berkat perisainya yang bernama aegis, yang bahkan dapat menahan petir Jupiter. Di masa damai, bersama Pax, dewi perdamaian, dan Ceres, dewi pertanian, Minerva akan mengajarkan peradaban pada umat manusia. Konon Minerva-lah yang membangun tembok-tembok kota dan Acropolis di Attica yang kelak menyandang namanya dalam bahasa Yunani, Athena. Burung hantu menjadi binatang kesayangannya karena sorot matanya yang cerdas sedangkan zaitun menjadi tanaman suci baginya karena memiliki banyak kegunaan bagi umat manusia. Minerva jugalah yang selalu menjadi pendamping dan pengilham bagi para pahlawan, filsuf, seniman, dan para pakar di bidang kemanusiaan yang lainnya. Minerva adalah dewi yang tetap perawan karena kecintaannya pada kemanusiaan membuatnya menolak mencintai pria manapun The Golden Age of Classical Myths Part 4 Mars Mars, dewa perang yang haus darah adalah putra Jupiter dengan Juno. Sosoknya tampak gagah, jantan, dan berwibawa di balik balutan busana perang yang gemerlapan. Namun sayangnya hanya hal itulah yang dapat dibanggakan dari dirinya. Tak ada satupun kisah yang menyanjung kehebatannya, karena sebagai dewa perang kegemarannya hanyalah menyaksikan kekerasan, pertumpahan darah, korban yang berjatuhan, dan peradaban yang dihancurkan. Bila umumnya dewa-dewi menghendaki kebahagiaan bagi umat manusia, sebaliknya yang dia kehendaki hanyalah penderitaan dan kehancuran. Bahkan orang tuanya pun tidak menyukainya. Pernah dalam suatu kesempatan Juno, menghadap Jupiter, memohon agar Mars diseret dari medan perang dalam keadaan memalukan. Jupiter setuju. Dia memerintahkan Minerva melakukan hal tersebut. Hal itu terjadi pada saat Perang Troya berlangsung. Juno yang memihak Yunani mendapat kesulitan dari Mars yang membantai pasukan Yunani hanya karena tampaknya pasukan Yunani berada di pihak yang akan kalah. Mars membenci Pax dan Ceres karena dewi-dewi tersebut mencintai perdamaian. Namun begitu dia harus berhati-hati terhadap mereka karena Minerva yang juga mencintai perdamaian selalu membela mereka. Meski Mars adalah dewa perang, dia selalu berada di pihak yang kalah bila harus berhadapan dengan Minerva yang tak hanya mengandalkan kekuatan fisik belaka namun juga taktik dan akal sehat, terlebih dilandasi tekad yang kuat untuk membela perdamaian. Meski begitu, toh ada juga yang menjadi sahabat dan pengagumnya, yaitu Discordia, dewi kebencian yang senang dengan perpecahan, dan Venus, dewi cinta dan kecantikan yang terpesona oleh sosoknya yang gagah. Perkawinan Mars dan Venus melahirkan anak-anak yang seperti selalu dikatakan bahwa batas antara cinta dan kebencian amatlah tipis, yaitu Cupid, dewa asmara; Anteros, dewa nafsu birahi; Hymen,

dewa perjodohan; Hermione, pembawa harmoni; Phobos dan Deimos, ketakutan dan teror; serta Bellona, dewi perang yang menjadi kusir kereta ayahnya. Konon bangsa Romawi yang suka berperang adalah keturunan Mars dari seorang Vestalia (gadis-gadis pelayan di kuil Dewi Vesta), yaitu Rhea Sylvia, yang kemudian melahirkan Remus dan Romulus yang mendirikan kota Roma. Venus Venus adalah dewi cinta dan kecantikan, putri Jupiter dengan Dione, dewi kelembaban, putri Epimetheus. Dia dilahirkan berupa buih di tengah lautan. Buih tersebut makin lama makin membesar dan tiba-tiba dari dalamnya muncullah Venus dalam wujud wanita muda jelita. Ikan-ikan dari dalam lautan berloncatan riang menyambut kelahiran dewi baru tersebut, burung-burung laut memekik girang sambil mengepak-ngepakkan sayapnya mengelilinginya, peri-peri laut membawakannya kulit kerang yang terbesar dan terbagus untuk dinaikinya, Favonius, Angin Barat yang berhembus sepoi-sepoi, membawa perahu kulit kerang tersebut ke pantai pulau terdekat, Cyprus. Flora, kekasih Favonius yang merupakan dewi bunga menghujaninya dengan berbagai macam bunga yang semerbak. Segera sesampainya di pantai, peri-peri di hutan Cyprus bertindak sebagai nona-nona rumah mendandani dewi baru tersebut. Dewi-dewi musim turun dari Olympus membawakannya gaun yang indah serta berbagai macam perhiasan yang menambah pesona sang dewi baru tersebut. Jupiter kemudian mengirimkan awan untuk mengangkat putrinya tersebut ke balai para dewa di Olympus. Semua yang hadir terpikat oleh kejelitaannya dan berlomba-lomba menarik perhatiannya mencoba menjalin hubungan yang lebih akrab. Kemudian Jupiter memberinya wewenang untuk mengurus masalah kecantikan, keindahan, dan berbagai macam emosi manusia, khususnya yang berhubungan dengan asmara. Jadilah Venus dewi cinta dan kecantikan. Dalam menjalankan tugasnya, Venus selalu dibantu oleh putranya, Cupid yang bersayap dan membawa panah bermata berlian yang mampu menembus hati yang sekeras baja. Cupid dilukiskan sebagai anak kecil yang montok dan menggemaskan. Konon Venus pernah mengeluh kepada Justitia, dewi keadilan, karena Cupid tidak pernah tumbuh menjadi dewasa. Justitia kemudian memberikan jawaban bahwa Cupid akan tumbuh menjadi dewasa bila beserta saudaranya Anteros, dewa nafsu birahi. Kemudian Venus melahirkan Anteros dan Cupid pun tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda yang cakap. Venus memiliki ikat pinggang bernama cestus yang selalu memberinya ilham dalam percintaan dan membuat siapa saja yang terkena pengaruh kekuatannya sulit terhindar dari masalah asmara. Meski demikian, ada tiga orang dewi yang tak terpengaruh oleh kekuatan gaib ikat pinggangnya dan tetap perawan, yaitu Minerva, yang menolak mencintai pria manapun karena hanya mencintai kemanusiaan; Diana, dewi malam purnama dan perburuan yang angkuh; serta Vesta, dewi perapian dan kehangatan keluarga yang keinginannya sederhana, yaitu menjaga dan memelihara kehangatan hati dalam keluarga. Meski selalu menyombongkan diri dalam masalah asmara, Venus tak luput pernah jatuh cinta serta mengalami kekecewaan, bahkan dengan makhluk fana. Pria-pria yang pernah dicintainya antara lain Anchises, ayah Aeneas yang menjadi leluhur bangsa Romawi, serta Adonis yang tampan rupawan. Konon kematian Adonis akibat diterkam babi hutan membuat Venus begitu berduka, sehinga dia berjalan jauh meninggalkan Olympus untuk menguburkan kekasihnya itu tanpa mengenakan alas kaki, sehingga kakinya luka tertusuk oleh bebatuan tajam. Darah yang mengalir dari lukanya mewarnai mawar yang semula seputih salju menjadi merah, lambang hati yang membara oleh cinta, sedangkan darah yang menetes dari tubuh Adonis berubah menjadi bunga anemone. Venus dilukiskan sebagai wanita jelita berambut keemasan dan bermata violet yang selalu

bercermin mengagumi kecantikannya sendiri. Bunga mawar dan pohon cypress menjadi persembahan bagi Venus. Sedangkan burung merpati yang selalu berpasangan dan angsa putih yang anggun menjadi hewan kesayangannya The Golden Age of Classical Myths Part 5 Mercury Mercury adalah duta dewata, dewa pelindung perdagangan, penggembala, bahkan pencuri, putra Jupiter dari Maia, putri Atlas, dewi padang-padang bunga. Bagaimana kisahnya sampai dia menjadi dewa pelindung pencuri adalah sebagai berikut: Konon saat berada dalam buaiannya setelah dilahirkan, Mercury telah memikirkan bagaimana mencuri ternak ayahnya yang digembalakan oleh Apollo, dewa terang dan musik, di Pyrrhea. Niatnya tersebut kemudian memang dilaksanakannya dan sempat membuat Apollo kebingungan mencari ternak yang dipercayakan kepadanya karena Mercury memasang sepatu-sepatu ternak tersebut secara terbalik sehingga berlawanan arah dengan tempatnya menyembunyikan hasil curiannya di Peloponnesus. Akhirnya Apollo tahu bahwa pencurinya adalah dewa kecil yang baru saja dilahirkan itu. Segera dia membawa Mercury ke hadapan Jupiter dan melaporkan ulahnya kepada Bapa Semesta Alam tersebut. Di hadapan ayahnya Mercury tidak berani menyangkali perbuatannya. Dia menunjukkan tempat persembunyian hasil curiannya kepada Apollo. Hampir saja Apollo murka ketika mengetahui dirinya telah tertipu oleh seorang bayi yang baru lahir, namun Mercury kemudian memberikan lira ciptaannya kepada Apollo untuk meredakan amarahnya karena dia tahu betapa Apollo mencintai musik. Apollo begitu gembira menerima hadiah tersebut. Amarahnya pada Mercury langsung mereda berganti rasa sayang. Sejak saat itu jarang sekali orang melihat Apollo tanpa lira pemberian Mercury tersebut. Namun demikian Mercury tidak jera-jeranya melakukan pencurian. Pernah dia mencuri tombak Mars, trisula Neptune, bahkan petir ayahnya. Untung saja Mercury segera mengembalikannya begitu melihat murka ayahnya, kalau tidak tentu dia menjadi sasaran amarah Jupiter. Meskipun begitu kebiasaan Mercury tersebut tidak selamanya merugikan. Pernah dia menyelamatkan ayahnya yang urat-uratnya dipotong oleh monster Typhoon dengan mencuri dan menyerahkannya kembali pada Jupiter. Setelah dewasa, Mercury diangkat menjadi duta dewata karena kefasihannya berbicara dan bersilat lidah. Apollo memberikan tongkat berujung ular berkepala dua yang disebut caduceus yang menambah kemampuannya tersebut. Untuk memperlancar tugasnya, para dewa memberinya helm dan sandal bersayap agar dapat bergerak cepat melaksanakan perintah-perintah para dewa. Mercury-lah yang bertugas menyampaikan amanat para dewa kepada umat manusia. Dia jugalah yang bertugas menghantar jiwa-jiwa menuju ke Hades. Bila para dewa mempunyai Mercury sebagai duta, maka para dewi pun memiliki seorang duta, yaitu Iris, dewi pelangi. Iris Iris adalah putri Thaumas dan Electra dan cucu Terra dan Pontus. Iris menjadi duta para dewi, khususnya Juno, karena memiliki sayap sehingga dapat terbang secepat kilat dan tak seorangpun yang menyadari bahwa Iris telah lewat jika tidak meninggalkan jejak berupa pelangi di udara. Konon Iris pulalah yang ditugasi menjaga harta benda dewa-dewi Olympus, sehingga orang sering mengatakan ada guci berisi emas di ujung pelangi. Iris dicintai oleh

segenap penghuni Olympus karena dia begitu cermat dalam melaksanakan tugasnya melayani mereka. Iris dilukiskan sebagai wanita muda jelita berambut keemasan, bermata biru, pipinya berseri bagaikan mahkota bunga mawar merah muda, mengenakan gaun putih serta bersayap, seperti bidadari dalam seni Kristen The Golden Age of Classical Myths Part 6 Vulcan Vulcan adalah dewa api dan pandai logam, putra sulung Jupiter dengan Juno. Dia dilahirkan sebagai bayi yang cacat kakinya, sehingga Juno yang merasa malu melahirkannya kemudian melemparkannya dari puncak Olympus ke dalam lautan. Kalau saja bukan seorang dewa, bayi tersebut pastilah sudah binasa. Bayi tersebut terus tenggelam sampai ke dasar samudera sampai ditemukan oleh dua orang dewi laut, yaitu Thetis dan Eurynome, yang kemudian merawatnya. Vulcan tumbuh dewasa dan akan menjadi seorang dewa laut pula bila tidak tanpa sengaja suatu hari dia melihat gunung berapi meletus. Lavanya melelehkan semua benda yang dilaluinya. Kagum oleh fenomena alam yang demikian hebat membuat Vulcan berpikir bahwa api dapat dimanfaatkan untuk mengolah benda-benda keras seperti logam dan membentuknya sesuai keinginan. Maka lahirlah penempaan logam. Untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepada Thetis dan Eurynome, Vulcan membuat seuntai kalung emas bertatahkan permata bagi mereka. Dalam suatu kesempatan, Juno berjumpa dengan Thetis. Terkagum-kagum oleh kalung yang dikenakan Thetis, Juno menanyakan siapakah yang begitu ahli merancang kalung yang sedemikian indah kepada Thetis. Thetis menjawab bahwa Vulcan, putra Juno sendiri yang telah membuatnya. Sejenak Juno merasa ragu namun kemudian dia berkata kepada Thetis agar menyampaikan perintahnya kepada Vulcan untuk membuatkan singgasana emas yang indah baginya. Vulcan yang mendengar dari Thetis bahwa ibunya memerintahkannya membuat singgasana emas menyanggupi hal tersebut. Tangan-tangannya yang terampil segera bekerja dan setelah beberapa saat singgasana emas yang penuh ukir-ukiran indah dan dihiasi pula dengan permata itu pun jadilah. Namun dia belum selesai bekerja. Rupanya dia menyiapkan suatu jebakan bagi Juno. Ia menciptakan rantai-rantai dari sejenis logam ajaib yang tak terlihat mata kemudian memasangnya pada singgasana tersebut. Setelah selesai barulah singgasana tersebut dikirim ke Olympus untuk dipersembahkan pada Juno. Betapa girangnya Juno melihat singgasana emas yang begitu indah dipersembahkan baginya. Segera dia duduk di atas singgasana tersebut. Tetapi hanya sejenak kemudian senyumnya berubah menjadi kegusaran saat dia merasa ada rantai tak terlihat yang membelenggunya di atas singgasana tersebut. Para dewa-dewi mencoba melepaskan rantai tersebut namun tak berhasil. Akhirnya Jupiter memerintahkan Mercury untuk membujuk Vulcan ke Olympus dan membebaskan ibunya. Namun Mercury gagal. Kemudian Mars diutus untuk menyeret Vulcan ke Olympus dan membebaskan Juno. Namun juga gagal. Akhirnya Bacchus, dewa anggur dan keriangan, disertai para pengikutnya yang riang gembira, berangkat ke bengkel kerja Vulcan sambil membawa bergentong-gentong anggur. Bacchus menawarkan secawan anggur pada Vulcan yang segera mereguknya dengan nikmat. Kemudian Bacchus terus mengisi cawan Vulcan sehingga akhirnya Vulcan menjadi mabuk. Pada saat itulah Bacchus berhasil membawa Vulcan ke Olympus. Sesampainya di Olympus, Vulcan tersadar dari mabuknya. Ketika dilihatnya Juno menderita karena ulahnya, dia merasa menyesal dan segera membebaskannya. Juno yang terharu oleh cinta dan bakti putra sulungnya memeluknya. Sejak saat itu ibu dan anak berdamai. Jupiter begitu bersukacita

melihat hal tersebut sehingga dia memerintahkan Venus untuk menjadi istri Vulcan. Begitulah yang terjadi, yang terburuk di antara para dewa menikahi dewi tercantik! Akan tetapi Venus yang tidak mencintai suaminya kemudian meninggalkannya untuk menikahi saudaranya, Mars. Vulcan-lah yang membuat perisai dan perlengkapan perang untuk Achilles yang sangat mengagumkan dalam Perang Troya atas permintaan Thetis. Vulcan memang sangat menyayangi Thetis yang telah merawatnya ketika bayi. The Golden Age of Classical Myths Part 7 Apollo Apollo dan saudari kembarnya, Diana, adalah putra-putri Jupiter dari Latona, putri Coeus dan Phoebe. Apollo adalah dewa terang dan musik serta pelindung para gembala dan peramal, sedangkan Diana adalah dewi malam purnama dan perburuan. Kisah kelahiran Apollo dan Diana adalah sebagai berikut: Latona yang menjadi korban kecemburuan Juno harus berkelana sampai ke ujung dunia untuk menghindari kejaran monster python, yang dikirim Juno, dalam keadaan hamil tua. Berbagai tempat yang telah disinggahinya seperti Lesbos, Attica, dan Chios menolak kehadirannya karena takut akan murka Juno. Sampai akhirnya tibalah Latona di sebuah pulau terapung yang bernama Delos. Dia kemudian memohon agar diizinkan melahirkan bayinya di pulau tersebut. Begitu Latona selesai mengucapkan permohonannya, Jupiter atau Neptune mengirimkan rantai berlian untuk mengikat pulau tersebut pada dasar samudra. Segera para peri penghuni pulau tersebut membantu persalinan Latona. Sembilan hari sembilan malam lamanya Latona menderita kesakitan dalam persalinannya. Pada fajar hari kesepuluh lahirlah dua bayi dari rahimnya, Apollo dan Diana. Pada hari ketiga setelah kelahiran mereka, Apollo dan Diana telah tumbuh menjadi pemuda yang cakap dan gadis yang cantik. Apollo mendatangi python yang telah mengancam ibunya di Gunung Parnassus kemudian membunuhnya dengan busur dan panah emasnya. Jupiter bergirang menyaksikan keperkasaan putranya. Dia mengangkat Apollo dan Diana ke Olympus dan menjadikan keduanya dewa-dewi penghuni Olympus dengan memberi mereka ambrosia dan nectar. Apollo dilukiskan sebagai pria muda yang tampan berambut keemasan. Dia menjadi dewa terang dan musik serta pelindung para gembala dan peramal. Tempat-tempat yang dianggap suci baginya adalah Delos, tempatnya dilahirkan dan Delphi di mana terdapat orakel yang menyingkap keputusan-keputusan dewata lewat pendeta wanitanya yang disebut pythia atau sibyl. Meskipun begitu kadang-kadang dia sering pergi mengunjungi ibunya yang berdiam di Negeri Hyperborea. Sebagai dewa yang rupawan, Apollo memiliki banyak kekasih, baik pria (yang terkenal adalah Hyacynthus yang tewas saat berlatih melempar cakram bersama Apollo akibat kecemburuan Favonius yang juga mencintainya, kemudian oleh Apollo tubuhnya diubah menjadi bunga hyacynth) maupun wanita, namun demikian pernah pula dia mengalami kekecewaan ditolak oleh wanita yang dia cintai. Di antara mereka adalah: Daphne, Marpessa, dan Cassandra. Kisah cinta Apollo pada Daphne yang tak kesampaian adalah sebagai berikut: Pada suatu hari Apollo sedang berlatih memanah di lereng Gunung Parnassus. Tiba-tiba Cupid, putra Venus, datang dan ikut-ikutan membidikkan panahnya ke sasaran panah Apollo. Apollo menjadi gusar dan mengusirnya. Merasa terhina Cupid kemudian berniat membalas Apollo. Ditunggunya kesempatan untuk mempermainkan Apollo tiba. Ketika itu Daphne, putri dewa Sungai Peneus, sedang memetik bunga bersama dayang-dayangnya di tempat

Apollo berlatih. Melihat hal tersebut Cupid segera membidikkan panah penimbul cintanya pada Apollo yang seketika itu jatuh hati pada Daphne. Sedangkan pada diri Daphne, Cupid membidikkan panah penolak cinta sehingga dia justru ketakutan melihat Apollo. Daphne berlari menghindari Apollo yang bermaksud mendekatinya. Semakin Apollo berusaha semakin kencang pula Daphne berlari, sampai akhirnya tibalah dia di tepian sungai dan memohon pada ayahnya agar menyembunyikannya dari pandangan Apollo. Peneus kemudian mengubah putrinya menjadi sebatang pohon yang kini dikenal sebagai pohon laurel atau pohon salam. Ketika Apollo sampai ke tempat itu dia tidak menjumpai Daphne. Hanya dijumpainya sebatang pohon laurel berdiri dengan kokoh di tempatnya. Apollo yakin bahwa pohon itu adalah penjelmaan pujaan hatinya yang menolak cintanya. Hatinya berduka namun toh dia tidak dapat menepis rasa cintanya pada Daphne. Dipetiknya beberapa ranting pohon tersebut dan dirangkainya daun-daunnya menjadi mahkota yang kemudian dikenakannya di atas kepalanya. Sejak saat itu Apollo selalu tampak mengenakan mahkota dari rangkaian daun laurel untuk mengenang cinta pertama yang gagal diraihnya. Karena Apollo adalah dewa musik, maka penghargaan atas prestasi dalam bidang seni di zaman dahulu seringkali berupa mahkota dari rangkaian daun laurel. Apollo mempunyai beberapa orang putra, namun yang paling terkenal adalah Aesculapius, putranya dari Peri Coronis, yang menjadi dewa kedokteran. Konon Aesculapius bahkan mampu membangkitkan orang dari kematian sehingga Pluto mengadukan hal ini pada Jupiter, karena jumlah jiwa-jiwa di Hades semakin berkurang. Jupiter murka mendengar pengaduan tersebut sehingga mengirim Aesculapius ke Hades. Namun meski telah berada di Hades, Aesculapius tetap dapat menolong orang-orang yang membutuhkannya, maka orang memujanya sebagai dewa kedokteran bersama istrinya, Meditrina, dewi pengobatan, dan kedua orang putri mereka, yaitu Hygea, dewi kebersihan, dan Panacea, dewi penyembuhan. Figur Kristus sebagai Gembala Baik dalam seni Kristen awal diilhami oleh Apollo pelindung para penggembala The Golden Age of Classical Myths Part 8 Diana Diana, saudari kembar Apollo, dilukiskan sebagai gadis cantik memakai gaun pendek dan menyandang busur serta panah di punggungnya. Ketika bersama saudaranya diangkat ke Olympus oleh Jupiter, Diana memohon kepada ayahnya agar diizinkan tetap perawan. Hal tersebut disebabkan karena dia adalah dewi yang sangat angkuh dan keras hati. Dia menganggap tak seorang pria pun yang sepadan dengan dirinya. Meskipun begitu dia menyayangi pemuda Hippolytus, karena pemuda tersebut mencintai kuda dan perburuan sama seperti dirinya. Sebagai seorang dewi yang angkuh dia tak pernah membiarkan makhluk fana manapun yang menghina dirinya serta dewa-dewi lainnya tak terhukum. Dialah yang membunuh putra-putra raksasa Aloeus, karena mereka sesumbar akan menculik dirinya. Dialah yang mengutuk Acteon, cucu Raja Cadmus dari Thebes, menjadi rusa, yang kemudian mati dicabik-cabik anjing pemburunya sendiri, hanya karena tanpa sengaja melihatnya mandi. Diana jugalah yang bersama Apollo membunuh putra-putri Ratu Niobe dari Thebes, karena sang ratu telah mengatakan sesuatu yang melukai hati Latona. Meskipun demikian banyak kota yang disucikan baginya, yang penduduknya memujanya sebagai dewi kesuburan, di antaranya Ephesus (Kisah Para Rasul 19:20-41) dan Tauris. Dalam perburuannya dia selalu disertai oleh peri-peri jelita sebagai pengiringnya, di antara mereka adalah Hyale, Nephele, Crocale, Echo, dan Callisto. Echo kemudian dikutuknya untuk selalu mengulang kata-kata terakhir yang didengarnya, karena Echo telah membocorkan rahasia pada hewan-hewan di

hutan bahwa Diana akan berburu keesokan harinya. Sedangkan Callisto diusirnya karena didapatinya hamil oleh Jupiter. Hal tersebut menimbulkan murka Juno, sehingga Juno mengutuk Callisto dan putranya, Arcas, menjadi beruang. Kemudian Jupiter menempatkan mereka di angkasa menjadi rasi bintang Ursa Mayor dan Ursa Minor (Beruang Besar dan Beruang Kecil). Kijang dan beruang adalah hewan favorit Diana. Oleh sebab itu dia pernah berselisih dengan Hercules saat Hercules bermaksud menangkap Kijang Cerinea yang menjadi kesayangannya serta menghukum penduduk Vavron dengan wabah karena membunuh beruang peliharaannya The Golden Age of Classical Myths Part 9 Ceres Ceres adalah dewi pertanian, putri Saturn dan Cybele, dan istri Jupiter. Ketika Jupiter naik tahta Olympus, kehancuran akibat perang melawan para titan selama sepuluh tahun terjadi di mana-mana. Bumi tak lagi ditumbuhi tanaman sehingga kelaparan merajalela. Tersentuh oleh penderitaan umat manusia, Ceres kemudian mohon pada Jupiter agar diizinkan menumbuhkan lagi tanaman yang memberi pangan kepada umat manusia dan memeliharanya. Jupiter mengizinkannya, maka sejak saat itu Ceres menjadi dewi pertanian. Perkawinannya dengan Jupiter memberinya seorang putri, yaitu Proserpine yang diculik oleh Pluto menjadi permaisurinya di Hades. Ceres sangat berduka kehilangan putrinya sehingga menolak menumbuhkan tanaman pangan lagi. Akibatnya sekali lagi bencana kelaparan mengancam. Akhirnya Jupiter memutuskan agar Proserpine kembali pada ibunya dengan syarat Proserpine belum memakan sesuatu yang berasal dari Hades. Ternyata Proserpine telah memakan enam butir delima, maka dia hanya boleh kembali pada ibunya selama enam bulan dalam setahun. Pada saat Proserpine kembali padanya, Ceres bersukacita sehingga bersedia menumbuhkan tanaman pangan bagi umat manusia (yaitu musim semi dan panas). Tetapi pada saat Proserpine harus kembali ke Hades, Ceres berduka sehingga tanaman pangan tidak tumbuh (saat inilah musim gugur dan dingin menjelang). Konon upacara pemberkatan lilin yang diadakan Gereja Katolik berasal dari kebiasaan Romawi Kuno yang memasang lilin selama musim dingin untuk memperingati Ceres mencari putrinya yang diculik oleh Pluto. Tugas Ceres berat namun mulia, yakni memelihara kelangsungan hidup umat manusia di dunia. Oleh karena itu hukuman berat akan menimpa barang siapa yang berani menghina dan menentangnya. Erisichthon, seorang raja yang meremehkan Ceres dengan menebang pohon oak kesayangannya dihukumnya dengan mengirimkan Kelaparan, putri Nox, pada Erisichthon, sehingga dia menderita kelaparan selalu sampai akhirnya mati karena memakan tubuhnya sendiri. Ceres dilukiskan sebagai seorang wanita keibuan yang bermahkotakan rangkaian bulir-bulir gandum keemasan di atas kepalanya dan menggenggam setangkai padi di tangannya. Jali dan tanaman pangan lainnya dipersembahkan baginya dalam upacaraupacara di kota sucinya, Eleusis. Konon dalam pengembaraannya mencari Proserpine, Ceres pernah singgah di kota yang diperintah oleh Celeus beserta istrinya, Metaneira, tersebut dan diterima dengan ramah. Oleh karena itu dia mengajarkan cara bercocok tanam yang baik pada Triptolemus, putra Celeus, agar diajarkan pada seluruh umat manusia. Vesta Vesta adalah putri Saturn dan Cybele, saudari sulung Jupiter, Juno, Ceres, Neptune, dan Pluto. Dia adalah dewi perapian dan kehangatan keluarga. Tak ada kisah menakjubkan mengenai dirinya. Tak ada pengalaman mengesankan yang dialaminya tercatat dalam

mitologi. Namun demikian dia menjadi dewi yang paling dicintai umat manusia. Keinginannya sederhana, yaitu menjaga dan memelihara kehangatan hati dalam keluarga. Altarnya yang disebut pritaneion selalu ada dalam tiap rumah, yaitu perapian keluarga. Apabila manusia mempersembahkan korban pada dewa-dewi namanyalah yang pertama kali terucap di bibir. Apabila suatu keluarga meninggalkan pemukiman yang lama untuk menetap di tempat yang baru, maka api dari pritaneion yang lama akan dinyalakan di pritaneion yang baru. Seperti Minerva dan Diana, Vesta juga merupakan dewi yang tetap perawan. Oleh karena itu pendeta wanita yang melayani di kuilnya juga harus perawan seperti pendeta wanita Minerva dan Diana. Mereka disebut vestalia. Seorang vestalia harus menjaga keperawanannya sampai masa pelayanannya selesai. Konon karena hal inilah Rhea Sylvia yang melahirkan Remus dan Romulus, pendiri Roma, dihukum bakar karena mengandung anak dari Mars The Golden Age of Classical Myths Part 10 Neptune Neptune adalah dewa penguasa samudra, saudara Jupiter yang dijuluki si pengguncang bumi. Dengan trisulanya dia dapat menimbulkan badai yang menghempaskan kapal-kapal, namun dapat pula mendatangkan berkat bagi para pelaut. Bagi bangsa Yunani Kuno, yang merupakan bangsa maritim, Neptune adalah personifikasi dari sifat-sifat lautan itu sendiri. Di kala tenang lautan merupakan sumber kekayaan yang amat berharga, namun di kala bergolak dapat berarti bencana bagi yang mengarunginya. Karena itu Neptune terkadang dilukiskan kejam terkadang murah hati. Neptune berkuasa atas lautan dan semua perairan di permukaan bumi menggantikan Oceanus sejak Jupiter bertahta di Olympus. Permaisurinya adalah Amphitrite, putri dewa laut Nereus dengan dewi laut Doris. Nereus dan Doris memiliki lima puluh orang putri yang disebut para Nereid. Di antara para Nereid yang terkenal adalah Amphitrite, Thetis, dan Galatea. Suatu hari, di kala Neptune menjelajah samudera di atas keretanya yang ditarik kuda-kuda putih, dia melihat Amphitrite beserta saudari-saudarinya sedang bermain-main bersama makhluk-makhluk penghuni lautan lainnya. Neptune langsung jatuh hati melihatnya. Namun rupanya Amphitrite justru ngeri melihat sosok Neptune yang menakutkan sehingga dia lari bersembunyi ke ujung dunia untuk menghindarinya. Neptune menjadi murka dan memukulkan trisulanya ke permukaan air sehingga timbullah badai dahsyat berbulan-bulan lamanya, sampai Jupiter bertindak mengirimkan serombongan lumba-lumba yang menuntun Neptune ke tempat Amphitrite. Akhirnya Amphitrite bersedia menjadi istri Neptune dan menjadi ratu samudera. Perkawinan mereka dikaruniai dua orang putra, yaitu Triton dan Proteus. Pasangan ini sering menjelajah samudera bersama di atas kereta yang ditarik kudakuda putih diiringi para Nereid lainnya, dengan lumba-lumba berloncatan riang serta burungburung laut yang memekik girang beterbangan di sekeliling mereka. Arak-arakan tersebut dipimpin oleh Triton yang meniup sangkakala kerangnya yang dapat menimbulkan atau menenteramkan badai. Neptune dilukiskan sebagai pria berambut ikal keperakan dengan janggut panjang berwarna sama memakai jubah bersilang sebelah di dada. Mengenakan mahkota di atas kepalanya dan menggengam trisula di tangannya. Amphitrite dilukiskan sebagai wanita cantik yang berhiaskan kalung mutiara di leher dan pergelangan tangan, sementara di atas kepalanya dia mengenakan mahkota dari rangkaian tetumbuhan laut. Triton dilukiskan sebagai pemuda tampan yang berekor ikan sedang meniup sangkakala kerangnya. Kota yang disucikan bagi

Neptune adalah Corinth dan Samos. Sebelumnya dia menginginkan Attica, namun rupanya Minerva yang lebih beruntung mendapatkannya, lalu Argos, namun Juno yang menjadi pemiliknya, dan kemudian Delphi yang menjadi milik Apollo. Ketika memperebutkan Attica dengan Minerva, Neptune menjanjikan kota tersebut akan menjadi kota pelabuhan yang termasyhur, sedangkan Minerva memberikan tanaman zaitun yang banyak kegunaannya bagi penduduk Attica. Cecrops, Raja Attica, tak dapat memutuskan hal tersebut sehingga dewadewi Olympus turun tangan memutuskan. Keputusan dewa-dewi Olympus menempatkan Neptune di pihak yang kalah. Hal ini menimbulkan murka Neptune sehingga Attica kemudian dilanda bencana dari laut. Akhirnya amarah Neptune mereda setelah kaum wanita Attica dihukum harus kehilangan hak-hak mereka dalam pemerintahan. Pluto Pluto adalah saudara Jupiter yang menjadi raja di kerajaan orang mati, Hades. Kerajaan Hades yang terletak di bawah bumi adalah tempat jiwa-jiwa orang mati menantikan penghakiman atas diri mereka. Jiwa-jiwa yang baik akan tinggal di Padang Elysium dan mengalami kebahagiaan abadi setelah penghakiman, sedangkan jiwa-jiwa yang jahat akan disiksa sampai kekal di Tartarus. Sebelum mencapai Hades yang gerbangnya dijaga Cerberus, anjing yang berkepala tiga, suatu jiwa harus menyeberangi Sungai Styx, yang airnya berkekuatan gaib karena menjadi tempat dewa-dewi bersumpah, dengan mengendarai perahu yang dikemudikan oleh seorang dewa bernama Charon. Di Hades selain Pluto dan permaisurinya, Proserpine, juga tinggal Justitia, dewi keadilan yang memakai penutup mata dan membawa pedang serta neraca di tangannya, yang menjatuhkan keputusan bagi setiap jiwa. Justitia dalam menjatuhkan keputusannya dibantu oleh tiga hakim Hades, yaitu Aeacus, Minos, dan Rhadamanthis. Para Fury adalah tiga dewi pembalasan yang bertugas menghukum jiwa-jiwa yang jahat. Mereka adalah Alecto, Megaera, dan Tisiphone yang berdiri di sekitar tahta Pluto dan Proserpine. Selain itu masih ada dewa-dewa lain yang juga tinggal di Hades, yaitu Mors, dewa maut; Somnus, dewa tidur, saudara kembar Mors, keduanya adalah putra Nox; dan Morpheus, putra Somnus, yang merupakan dewa mimpi. Pluto dilukiskan sebagai pria berambut dan berjanggut kelabu, di tangannya tergenggam dwisulanya yang digunakannya untuk membelah bumi, saat berkunjung ke permukaan bumi dengan mengendarai keretanya yang dihela kuda-kuda hitam. Nama Pluto sendiri berarti pembawa kekayaan karena dia adalah raja di bawah permukaan bumi, di mana tersimpan banyak kekayaan yang tak ternilai. Proserpine dilukiskan sebagai wanita muda jelita bermahkotakan rangkaian bunga, memakai gaun yang semarak serta membawa cornucopia (tanduk kelimpahan) yang sarat dengan buah-buahan, lambang kekayaan, di tangannya. Charon dilukiskan sebagai seorang berjubah dan berkerudung hitam dengan tangan-tangan kurus yang memegang kayuh perahu jiwa-jiwa. Wajahnya tak terlihat karena terselubung kerudung hitamnya The Golden Age of Classical Myths Part 11 Sol Sol adalah dewa matahari, putra Titan Hyperion dengan Titanid Theia, saudara Luna, dewi bulan yang pucat, dan Aurora, dewi fajar keemasan. Setiap hari dia melintasi angkasa dengan mengendarai keretanya yang ditarik kuda-kuda berapi dari timur ke barat memberikan cahaya dan kehangatan bagi bumi. Kala senja tiba dia akan turun ke bumi menuju Sungai Ocean di ujung barat di mana menunggu perahu emas yang akan membawanya kembali ke istana emasnya di timur. Sol memiliki seorang putra dari Peri Clymene, yang bernama Phaeton.

Suatu hari Phaeton bertengkar dengan Epaphos, putra Jupiter dari Io. Epaphos menantang Phaeton untuk membuktikan bahwa dirinya sungguh putra sang dewa matahari. Phaeton kemudian pergi menghadap ayahnya agar diizinkan mengendarai keretanya yang ditarik kuda-kuda berapi selama satu hari. Mula-mula sang ayah tak mengizinkan. Namun karena Phaeton terus mendesak, akhirnya Sol memberinya izin. Sol menasehati agar putranya berhati-hati mengendarai keretanya di jalur yang tiap hari dilaluinya dan menjaga agar kereta tersebut tidak meleset sedikitpun dari jalur tersebut. Phaeton mengiyakan pesan ayahnya tersebut. Dengan hati mekar oleh rasa bangga dia keluar dari gerbang istana emas ayahnya mengendarai keretanya. Tiba-tiba di tengah perjalanannya, Phaeton dihadang oleh rasi bintang Scorpio yang mengejutkannya sehingga tanpa sengaja dia menghela kuda-kudanya secara keliru. Kuda-kuda tersebut berlari tanpa kendali melewati garis edarnya. Kadang terlalu ke bawah sehingga bumi terbakar oleh terik apinya (konon karena hal ini penduduk yang tinggal di sekitar garis khatulistiwa berkulit gelap karena terbakar terik kereta matahari), kadang terlalu ke atas sehingga langit membara. Dari bumi Terra berseru kepada Jupiter agar segera bertindak menyelamatkan alam dari kehancuran. Jupiter menampakkan diri di awanawan sambil menggenggam petirnya yang kemudian dilontarkannya ke arah Phaeton. Phaeton bersama kereta dan kuda-kudanya, yang kini padam apinya, terjatuh ke bumi dan hancur. Segera ibunya dan saudari-saudarinya, para Heliad, berlari mendapatkan mayatnya yang mengambang di permukaan Sungai Eridanus dan menangisinya berhari-hari lamanya sampai Jupiter mengubah mereka menjadi pohon-pohon poplar. Sol sendiri meski berduka atas kematian putranya tidak dapat menyalahkan tindakan Jupiter. Dia tetap menjalankan tugasnya seperti biasa setiap hari. Hanya saja kadang kala dia teringat akan putranya dan menangisinya. Maka apabila kadang-kadang di tengah hari hujan turun sementara matahari tetap bersinar, orang akan berkata bahwa Sol sedang menangisi putranya. Ada versi yang menyebutkan bahwa ibu Phaeton adalah Peri Rhoda yang dicintai oleh Sol. Oleh karena itu Pulau Rhodes disucikan bagi Sol. Di pelabuhan pulau tersebut dibangun patung besar Sol (colossus) yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Selain Rhoda ada juga seorang peri bernama Clytie yang mencintai Sol namun bertepuk sebelah tangan. Berhari-hari lamanya Clytie duduk di atas tanah yang dingin, sama sekali tak beranjak dari tempatnya, hanya memandangi Sol yang melintasi angkasa di atas keretanya. Kala malam tiba, dia akan menunduk menangis berharap dapat menyaksikan pujaan hatinya lagi besok. Hanya embun malam dan air matanya yang menjadi santapannya. Lama kelamaan wujudnya pun berubah. Kakinya berubah menjadi akar yang tertanam dalam tanah dan wajahnya berubah menjadi bunga yang selalu menghadap ke atas, ke arah sang surya bersinar. Kita mengenalnya sebagai bunga matahari. Sama seperti Clytie yang menundukkan kepala saat Sol telah menuntaskan tugasnya begitu pula bunga matahari akan merunduk saat malam tiba The Golden Age of Classical Myths Part 12 Luna Luna, dewi bulan yang pucat, tiap malam melintasi angkasa dari istana emasnya di timur dengan mengendarai keretanya yang dihela dua ekor sapi jantan bertanduk sabit. Dia memberikan cahayanya yang lembut keperakan bagi bumi di malam hari. Dalam perjalanan dia selalu disertai bintang-bintang yang dipimpin oleh Vesper, Bintang Senja. Kala fajar menyingsing, bersama mereka dia akan menuju ke Sungai Ocean di sebelah barat dan kembali ke istananya di timur dengan mengendarai perahu. Di wajah Luna yang cantik dan murni selalu membayang kabut duka. Konon suatu malam, saat dia sedang menjalankan tugasnya menerangi bumi, dia berjumpa seorang pemuda gembala yang tampan bernama

Endymion di Gunung Latmos. Luna jatuh cinta pada Endymion. Namun sayang Endymion yang dianugerahi keabadian oleh Jupiter juga memohon agar diizinkan tidur selamanya. Maka dia tak akan pernah terbangun oleh sentuhan lembut jemari Luna yang membelai wajahnya untuk mengatakan pada Luna bahwa dia juga mencintainya. Luna dilukiskan sebagai wanita cantik bergaun dan berkerudung keperakan, wajahnya pucat oleh duka. Aurora Aurora adalah dewi fajar keemasan yang berjari-jari merah bagai mawar. Tiap pagi, saat Luna hampir menuntaskan perjalanannya, Aurora akan membuka gerbang istana emasnya di timur lalu terbang dengan sayap-sayapnya yang bercahaya redup namun makin lama makin terang, diikuti oleh Lucifer, Bintang Fajar, melintasi angkasa dari timur ke barat sambil menghalau bintang-bintang memasuki Sungai Ocean, kecuali rasi Ursa Mayor dan Minor yang tak pernah tenggelam dan terbit di ufuk saat fajar menyingsing maupun senja menjelang. Aurora membawa sekendi air dingin dalam perjalanannya dan memercikkan air tersebut ke atas permukaan rerumputan, dedaunan, dan bunga-bunga sebagai embun pagi. Meski menikah dengan Aeolus, dewa angin, Aurora juga menjalin cinta dengan Orion. Orion adalah seorang pemburu bangsa Boetia yang tampan dan perkasa. Ketika menjalin cinta dengan Aurora, Orion pernah sesumbar akan memusnahkan semua hewan buas di muka bumi dan mempersembahkannya bagi Aurora. Apollo yang mendengar hal tersebut kemudian mengirim seekor kalajengking raksasa untuk membunuh Orion. Aurora memohon bantuan Diana agar menyelamatkan Orion. Diana yang menyayangi Orion sebagai sesama pemburu bersedia menyelamatkan Orion. Pada saat Orion sedang dikejar-kejar oleh kalajengking raksasa tersebut, Diana bersiap-siap membidikkan panahnya untuk membunuh kalajengking tersebut. Tiba-tiba Apollo muncul dan mengaburkan pandangan Diana sehingga anak panahnya meleset, justru mengenai Orion yang tewas seketika. Diana yang berduka karena tak dapat menepati janjinya pada Aurora kemudian menempatkan Orion di angkasa sebagai rasi bintang Orion, sedangkan kalajengking rakasasa tersebut oleh Apollo juga ditempatkan di angkasa sebagai rasi bintang Scorpio dalam posisi sedang memburu Orion. Selain Orion, Aurora juga pernah menjalin cinta dengan Tithonus, putra Raja Laomedon dari Troy. Tithonus yang mencintai Aurora selalu bangun saat fajar merekah untuk menyaksikan kekasihnya tersebut menjalankan tugasnya mengumumkan kepada bumi bahwa sebentar lagi matahari akan kembali memberikan cahaya dan kehangatan bagi bumi. Dari hasil hubungan mereka lahirlah seorang putra bernama Memnon. Sayang sekali saat Jupiter menganugerahkan keabadian bagi Tithonus, Aurora lupa memohon kemudaan abadi bagi kekasihnya tersebut, sehingga seiring berjalannya waktu Tithonus menjadi renta sementara ajalnya tak kunjung tiba. Akhirnya karena iba melihat Tithonus yang telah semakin lemah dalam kerentaannya, Aurora mengubahnya menjadi belalang, makhluk yang selalu bangun di saat fajar menyingsing. Aurora dilukiskan sebagai wanita jelita berambut keemasan dengan jari-jari yang berwarna kemerahan bagai mawar serta bersayap The Golden Age of Classical Myths Part 13 Bacchus Bacchus, dewa anggur dan keriangan, adalah putra Jupiter dengan Semele, putri Raja Cadmus dari Thebes. Meski memiliki ibu seorang manusia biasa, namun Bacchus menjadi dewa karena dia terlahir sampai dua kali. Kelahirannya yang pertama dari rahim ibunya, tentu

saja. Namun kelahirannya yang kedua, yang membuatnya menjadi dewa, adalah dari paha Bapa Semesta Alam. Kisah kelahirannya yang aneh adalah sebagai berikut: Juno yang mengetahui bahwa Jupiter menjalin cinta dengan Putri Semele dari Thebes menjadi murka. Namun dia tak berdaya mencelakai Semele karena takut kepada Jupiter. Dia memutar otak mencari akal untuk mencelakai Semele tanpa perlu turun tangan sendiri. Akhirnya dia menemukan suatu siasat. Segera dia melayang turun dari Olympus menuju istana Thebes. Di sana dia mengubah dirinya menjadi Beroe, inang pengasuh Semele yang telah lanjut usia. Dia berkata kepada Semele bahwa dia meragukan kasih Jupiter kepada Semele, karena meskipun Jupiter telah menyatakan dirinya yang sesungguhnya pada Semele namun dia selalu datang pada Semele dalam wujud pria muda yang gagah dan tampan, bukan dalam wujud kedewaannya. Semele terpengaruh ucapannya tersebut. Ketika Jupiter datang lagi padanya, Semele merajuk meragukan cintanya. Dia membujuk agar Jupiter mau menampakkan wujud kedewaannya. Jupiter menolak karena dia tahu bahwa tak ada manusia yang mampu melihat wujud kedewaannya, namun Semele terus bersikeras agar Jupiter menunjukkan wujud aslinya. Akhirnya dalam murkanya Jupiter menampakkan wujud aslinya lengkap dengan senjata petir tergenggam di tangannya. Semele sempat melihat wujud asli kekasihnya sesaat sebelum dia menutup mata selamanya dan bayi yang ada dikandungannya lahir sebelum waktunya. Jupiter iba melihat putranya yang baru lahir harus kehilangan ibunya. Kemudian dia merobek pahanya sendiri dan memasukkan bayi kecil tersebut ke dalamnya. Ketika genap waktunya, bayi tersebut terlahir kembali, namun kali ini dari paha Bapa Semesta Alam. Jupiter menyerahkan perawatan putranya kepada peri-peri di lereng Gunung Nysea. Bacchus pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah berani dalam asuhan para peri tersebut. Untuk membalas kasih mereka, Jupiter menempatkan para peri tersebut di angkasa menjadi rasi bintang Hyades.Konon Bacchus-lah yang menemukan bahwa buah anggur dapat diolah sarinya, dibuat menjadi minuman yang nikmat tiada tara. Sejak saat itu minuman anggur menjadi minuman di setiap pesta dan suasana gembira lainnya. Jadilah Bacchus dewa anggur dan keriangan. Namun Juno yang membencinya mengutuknya menjadi gila sehingga dia harus meninggalkan Olympus. Cybele, ibu Jupiter, yang merasa iba padanya kemudian menyembuhkannya. Setelah sembuh Cybele menyuruhnya mengembara ke seluruh penjuru dunia untuk mengajarkan cara menanam buah anggur dan membuat minuman dari sari buah tersebut pada umat manusia, agar dapat menyemarakkan pesta-pesta mereka. Maka diikuti oleh rombongannya yang terdiri dari para Maenad atau Bacchante, yaitu peri-peri yang riang gembira; para Satyr, yaitu makhluk yang berwujud separuh pria separuh kambing; dan gurunya yang sudah tua Silenus, Bacchus mengembara ke seluruh penjuru dunia dengan menaiki seekor keledai yang dibebani bergentong-gentong anggur. Konon dalam pengembaraannya, Bacchus sampai ke negeri-negeri di Timur Jauh yang berbeda budaya dengan bangsa Yunani Kuno, termasuk India, di mana dia dipuja sebagai Soma. Dalam salah satu pengembaraannya Bacchus berjumpa dengan Raja Midas dari Phrygia, yang menyambutnya dengan tangan terbuka. Untuk membalas keramahannya, Bacchus kemudian berjanji akan mengabulkan satu permohonan Midas, apapun yang dimintanya. Midas kemudian meminta kepada Bacchus agar apapun yang tersentuh oleh tangannya menjadi emas. Dia berpikir dengan memiliki banyak emas dia akan bahagia. Bacchus mengabulkan permohonan tersebut dengan hati sedih karena dia tahu hal tersebut adalah suatu kebodohan. Memang kemudian Midas memiliki sentuhan emas di tangannya, namun hal tersebut tidak membuatnya bahagia. Makanan dan minuman yang disentuhnya

berubah menjadi emas sehingga dia tak dapat menikmatinya. Bahkan ketika tanpa sengaja dia memeluk putrinya, gadis tersebut berubah menjadi patung emas. Midas kemudian menangis menyesali keserakahannya dan memohon pada dewata agar dia boleh terbebas dari sentuhan emasnya. Tiba-tiba Bacchus muncul di hadapannya dan menyuruhnya mencuci tangannya di Sungai Pactolus. Midas menuruti perintah Bacchus. Konon sejak saat itu sampai sekarang pasir di dasar Sungai Pactolus berubah menjadi emas. Setelah terbebas dari sentuhan emasnya Midas menjadi raja yang berbahagia bersama keluarganya. Bacchus menikah dengan Arianna, putri Raja Minos dari Crete. Arianna bertemu Bacchus di Pulau Naxos, pulau suci Bacchus, setelah ditinggal oleh kekasihnya, Theseus, putra Raja Aegeus dari Athena, yang telah dibantunya membunuh Minotaur, makhluk setengah manusia setengah banteng yang dipelihara Minos. Arianna kemudian melarikan diri bersama Theseus yang meninggalkannya saat tidur atas perintah Minerva karena Arianna memang bukan jodohnya. Ketika Arianna sedang meratapi nasibnya muncullah Bacchus yang menghibur dan memintanya menjadi istrinya. Arianna bersedia, maka dia bergabung dengan rombongan yang riang gembira tersebut mengembara ke seluruh penjuru bumi. Bacchus dilukiskan sebagai pria muda tampan mengenakan mahkota dari sulur-suluran anggur. Di tangannya tergenggam tongkat berujung kerucut pinus yang dililiti sulur-suluran tumbuhan ivy yang disebut thrysus. Sering juga dia dilukiskan sedang menunggangi keledainya sambil mengangkat piala yang berisi anggur di tangannya dikelilingi para Bachante dan Satyr yang riang gembira sedang menari ria. Bacchus juga menjadi pelindung drama karena dalam tiap upacara sucinya selalu dipentaskan drama yang mengambil cerita dari petualangannya. Salah satu cerita yang paling sering dipentaskan adalah cerita tentang Raja Icarius dari Attica yang mati dibunuh oleh para penggembala ternaknya sendiri ketika mereka mabuk oleh anggur yang disuguhkan oleh sang raja. Putri Erigone yang dengan bantuan anjingnya Marea menemukan mayat ayahnya dibuang di kebun kemudian menggantung diri dalam dukanya. Bacchus kemudian menghukum penduduk Attica dengan membuat seluruh gadis-gadisnya mengalami kegilaan sehingga mereka semua menggantung diri sebagaimana yang dilakukan Erigone. Pada saat drama tersebut dipentaskan sekelompok aktor yang tergabung dalam koor para Satyr akan mengawali pertunjukan dengan nyanyian mereka sehingga kemudian pertunjukan tersebut dikenal sebagai tragi odi yang berarti nyanyian kambing (para Satyr berwujud setengah manusia setengah kambing) dan kemudian menjadi tragedi. Theatre pertama yang dibangun di Acropolis dipersembahkan bagi Bacchus The Golden Age of Classical Myths Part 14 The Parcae Para Parcae atau Fata yang disebut juga para Moira adalah dewi-dewi takdir yang keras hati, putri Jupiter dari Justitia, dan saudari para Horae, dewi-dewi musim, serta Astrea, dewi kesucian. Jumlah mereka tiga orang dan nama-nama mereka adalah Clotho, Lachesis dan Atropos. Mereka bertiga diberi wewenang penuh untuk menentukan jalan hidup setiap makhluk yang ada di bumi ini, bahkan para dewa pun tak luput dari kekuasaan mereka. Hidup atau mati, suka atau duka yang dialami tiap makhluk merekalah yang menentukan. Jupiter sendiri pun tak berkuasa mengubah keputusan yang mereka ambil. Mereka bertiga dilukiskan sebagai tiga gadis bergaun hitam sedang memintal, menjalin, dan memotong benang, yakni benang kehidupan. Clotho yang memintal benang, Lachesis menjalinnya, dan Atropos akan memotong benang tersebut, yang menandakan akhir hidup dari suatu makhluk.

The Muses and Graces Para Muse yang berjumlah sembilan orang adalah putri-putri Jupiter dari Titanid Mnemosyne, dewi memori. Mereka menjadi dewi-dewi seni pelindung musik, puisi, tari, drama, dan astronomi. Mereka adalah Calliope, dewi puisi epic yang menggenggam pena bulu angsa di tangannya; Euterpe, dewi puisi lirik yang meniup seruling kembar; Erato, dewi puisi cinta yang memetik lira; Clio, pelindung sejarah yang membawa gulungan manuskrip dan pedang; Terpsichore, dia yang girang oleh seribu tarian juga membawa lira; Thalia, dewi drama komedi dan pastoral yang membawa topeng tersenyum dan tongkat gembala; Melpomene, dewi drama tragedi yang membawa topeng murung dan memakai mahkota dari rangkaian dedaunan laurel; Polyhymnia, dewi hymne suci yang berwajah serius; dan Urania, pelindung astronomi yang membawa globe langit di tangannya. Tempat suci bagi mereka adalah lereng Gunung Parnassus, di dekat mata air Castalia, di mana mereka sering bersama Apollo memberi inspirasi bagi para seniman. Cintailah hanya yang baik dan tepiskanlah yang buruk, demikian nasihat mereka. Juga hutan di lereng Gunung Helicon di mana terdapat mata air Pirene yang airnya sejernih kristal [color]. Di tengah hutan tersebut, ditingkah kicau burung-burung dan bunyi gemercik air, di bawah naungan pepohonan cedar mereka bersama-sama melagukan pujian terhadap [color=darkblue] Caelus dan Terra yang telah melahirkan alam yang permai dan menurunkan dewa-dewi yang perkasa, serta memuji orang-orang besar yang prestasinya patut dicatat dalam lembaran sejarah manusia dengan tinta emas. Di samping para Muse, masih ada dewi-dewi yang bertugas mempermanis hidup, yaitu tiga Grace yang menjadi pelindung festival dan pesta. Mereka adalah putri-putri Jupiter dari Eurynome, dewi laut. Nama-nama mereka, yang disebut dengan penuh cinta dan hormat, adalah Aglaia yang anggun, Thalia yang menawan, dan Euphrosyne yang memuja bunga. Mereka menyemarakkan setiap festival dan pesta serta event-event membahagiakan lainnya. Tugas mereka sungguh mulia. Tak heran apabila umat manusia mencintai mereka. Mereka dilukiskan sebagai tiga gadis cantik memakai gaun yang semarak sedang menari dengan taburan bunga berwarna-warni. Mereka elok bagai musim semi yang berkembang, polos bagai anak-anak, murni bagai bunga lily di kala fajar The Golden Age of Classical Myths Part 15 Miscellaneous Deities Pan adalah dewa hutan dan ladang yang juga menjadi pelindung penggembala. Meskipun sesungguhnya berhati lembut, wujudnya yang setengah manusia dan setengah kambing dengan tanduk dan janggut ikalnya membuat siapapun yang memandangnya akan terkejut dan ketakutan (wujud Iblis bertanduk yang kita kenal sekarang adalah hasil adaptasi Pan oleh umat Kristen awal). Kata panik diturunkan dari namanya. Suatu ketika Pan berjumpa dengan Syrinx, seorang peri hutan yang cantik. Pan langsung jatuh hati dan mencoba mendekatinya. Namun wujudnya membuat Syrinx gentar dan berlari menjauhinya. Pan mengejarnya. Ketika jarak mereka hampir berdekatan dan di hadapan mereka terbentang Sungai Ladon, Syrinx dalam keputusasaannya berseru kepada Terra agar menyelamatkannya dari kejaran Pan. Terra mendengar seruan Syrinx dan mengubahnya menjadi buluh di tepian sungai. Ketika Pan sampai di tepian sungai hatinya kecewa karena tak menemukan pujaan hatinya di sana. Namun ketika dilihatnya segerombol buluh yang tumbuh di tepian sungai tahulah dia bahwa Syrinx telah berubah menjadi buluh tersebut. Dia

mengambil beberapa batang buluh tersebut dan memotongnya dalam ukuran yang berbedabeda serta menyusunnya menjadi sebuah alat musik tiup yang kini dikenal sebagai pan-pipe atau seruling Pan. Sejak saat itu Pan selalu meniup seruling buluhnya sebagai perwujudan kerinduan hatinya akan kasih Syrinx. Alunan buluh perindunya menggema di tebing-tebing memecah keheningan di hutan dan padang di Arcadia, tempat kediamannya. Konon permainan seruling Pan hanya dapat ditandingi oleh permainan lira Apollo. Namun Pan tak mengakui hal ini. Dia menantang Apollo bertanding bermain musik. Apollo menyanggupi. Para Muse ditunjuk menjadi jurinya. Pertandingan tersebut diadakan di lereng Gunung Tmolus di Phrygia. Raja Midas juga hadir untuk menyerahkan hadiah bagi pemenangnya. Dalam pertandingan tersebut Pan memainkan serulingnya dengan sangat mempesona. Namun permainan lira Apollo memang tak tertandingi. Para Muse menyatakan pemenangnya adalah sang dewa terang. Namun Midas justru mengakui kemenangan Pan. Hal ini menimbulkan kegusaran Apollo yang kemudian mengutuknya menjadi bertelinga keledai, hewan yang paling tidak musikal. Sejak saat itu Midas selalu mengenakan caping untuk menutupi telinga keledainya. Namun suatu hari tukang cukur yang bertugas melayaninya melihat telinga sang raja. Midas mengancamnya agar tidak membocorkan rahasia tersebut. Karena takut tukang cukur tersebut menyanggupi namun di lain pihak dia juga tak kuasa terus menyimpan rahasia tersebut. Akhirnya dia menggali lubang di tanah dan meneriakkan rahasia tersebut sekeras-kerasnya. Setelah itu lubang tersebut ditutupnya kembali. Berbulan-bulan kemudian tumbuh rumput di atas gundukan tanah bekas lubang tersebut. Ketika para gembala bermain-main membuat alat musik dari rumput tersebut, suara yang keluar dari alat musik tersebut berbunyi bahwa Raja Midas bertelinga keledai. Maka terkenallah Midas sebagai raja bertelinga keledai. Nama Pan yang berarti seluruh membuatnya menjadi simbol dari pemujaan terhadap alam (pantheisme) dan juga pemujaan terhadap semua dewa-dewi Yunani Kuno, yang kemudian lenyap seiring berjalannya waktu ketika iman Kristen muncul dan berkembang. Konon ketika Kristus dilahirkan di Bethlehem terdengarlah erangan panjang di seluruh Kepulauan Yunani yang mengabarkan bahwa Pan beserta seluruh penghuni Olympus telah tiada dan sejak itu oracle para dewa tak lagi memberi jawaban. Sylvanus adalah dewa hutan yang juga dipuja oleh bangsa Romawi Kuno, namun tak dikenal oleh bangsa Yunani Kuno. Bisa jadi Sylvanus adalah hasil adaptasi dari Pan yang dipuja oleh orang Yunani. Sylvanus memiliki tiga orang putri, yaitu Flora, Fauna, dan Pomona yang selalu menyertainya. Flora adalah dewi bunga dan tetumbuhan herba, kekasih Favonius, Angin Barat. Flora dilukiskan sebagai seorang gadis cantik memakai gaun berbunga-bunga sedang menaburkan bunga dalam pelukan kekasihnya. Fauna adalah dewi pelindung hewan-hewan yang hidup di hutan. Dia menjadi istri saudaranya sendiri, Faunus, yang juga menjadi pelindung hewan-hewan di hutan. Fauna begitu dicintai oleh orang-orang yang bermukim di dekat hutan sehingga mereka menyebutnya sebagai bona dea, dewi kebaikan, Pomona adalah dewi buah-buahan yang dicintai oleh Vertumnus, dewa perkebunan dan semak-semak. Apel yang dalam bahasa Latin disebut pomum adalah buah persembahan baginya. Pomona dilukiskan sebagai seorang wanita cantik yang tengah memetik apel dengan pisau pemanennya. Di samping mereka bertiga masih ada para Naiad, yaitu peri-peri penghuni mata air dan anak sungai; para Oread, peri-peri penghuni gua dan perbukitan; serta Dryad dan Hamadryad, yaitu peri-peri yang hidup di pepohonan. Semuanya hidup di hutan. Juga Pales yang adalah dewi pelindung ternak dan padang-padang penggembalaan dan Terminus dewa pelindung tanah-tanah perbatasan dan penunjuk jalan.

Priapus adalah putra Bacchus dengan Venus yang dipuja sebagai dewa kesuburan. Konon Juno yang membenci ayahnya mengutuknya ketika masih berada dalam kandungan ibunya, sehingga Priapus terlahir dalam wujud yang mengerikan seperti Pan dengan genital yang senantiasa menegang. Venus yang merasa malu dengan wujud putranya kemudian memberikan bayinya kepada peri-peri hutan untuk dipelihara. Setelah dewasa Priapus yang mencintai hutan, ladang, dan padang-padang penggembalaan memilih untuk tetap tinggal di tempatnya dibesarkan dan menjadi pelindung para petani dan penggembala. Saturn setelah dikalahkan oleh Jupiter melarikan diri ke Italy dan dipuja sebagai dewa pertanian di sana, sehingga bangsa Romawi Kuno merayakan Festival Saturnalia di bulan Desember untuk menghormatinya agar mendapatkan panenan yang baik di tahun berikutnya. Di Yunani Saturn dipuja sebagai dewa waktu, Chronos. Oleh sebab itu dia diceritakan menelan anakanaknya sendiri sebagai simbol bahwa segala sesuatu yang eksis akan binasa oleh waktu. Dari namanya diturunkan kata kronologi. Dia sering diidentikan dengan maut itu sendiri dan dilukiskan sebagai seorang pria tua berjubah dan berkerudung hitam menggenggam sabit di tangannya serta membawa jam pasir. Cybele adalah istri Saturn dan ibu Jupiter yang dipuja sebagai dewi ibu dan kesuburan. Banyak lembaga-lembaga pendidikan yang bernaung di bawah perlindungannya menyebutnya sebagai alma mater atau ibu pelindung. Dia dilukiskan sebagai seorang wanita yang mengendarai kereta yang ditarik oleh dua ekor singa, penjelmaan Hippomenes dan Atalanta, sepasang kekasih yang dikutuknya karena berani melewatkan malam pengantin di halaman kuilnya. Hal ini terjadi karena Venus membuat mereka lupa diri setelah Hippomenes yang dibantunya dalam mempersunting Atalanta lupa memberikan persembahan sebagai tanda terima kasihnya kepada Venus. Cybele memiliki seorang pembantu yaitu Lucina, putri Jupiter dan Juno. Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus yang berwajah dua, yang satu menatap ke belakang dengan penuh kerinduan dan perenungan sedangkan yang lain memandang dengan tegar ke depan. Namanya menjadi nama bulan di awal tahun kita, Januari. Kuil-kuil Janus di Roma hanya dibuka setahun sekali pada saat Tahun Baru atau pada saat para prajurit akan berangkat berperang karena pada masa damai kuil-kuil tersebut ditutup Miscellaneous Deities (continued) Felicitas atau Fortuna adalah dewi kebahagiaan dan keberuntungan, putri Jupiter. Dia dilukiskan sebagai seorang wanita yang memakai kain penutup mata membawa tanduk kambing (cornucopia) yang mengalirkan harta kekayaan dari dalamnya. Tanduk kambing tersebut adalah tanduk Amalthea yang tanpa sengaja terlepas karena tertarik Jupiter. Untuk menghibur Amalthea, Jupiter menjanjikan bahwa dari tanduk tersebut akan mengalir keluar segala sesuatu yang diingini oleh Amalthea. Namun Amalthea kemudian malah memberikan tanduk tersebut pada Jupiter yang kemudian menyerahkannya pada Felicitas. Selain tanduknya, Amalthea juga memberikan kulitnya pada Jupiter, yang oleh Jupiter dijadikan jubah yang membuatnya kebal terhadap semua senjata. Karena memakai penutup mata, keberuntungan yang diberikan oleh Felicitas acak jatuhnya. Kadang-kadang jatuh pada orang yang memang pantas mendapatkannya, namun tak jarang jatuh pada orang yang sama sekali tak layak memperolehnya. Selain Felicitas, Plutus juga dipuja sebagai dewa keberuntungan dan kekayaan. Dia adalah putra Ceres dengan seorang Titan, Iasius, yang dikandung setelah pertemuan mereka di ladang yang dibajak tiga kali. Jupiter yang murka karena seorang Titan berani mendekati saudarinya, membinasakan Iasius dengan petir. Bayi Plutus oleh ibunya kemudian diserahkan

kepada Pax untuk diasuh. Setelah dewasa Plutus memiliki kekuatan gaib yang dapat mendatangkan keberuntungan bagi pemujanya yang berhati mulia. Hal ini menimbulkan kegusaran Jupiter yang kemudian membutakan kedua mata Plutus, sehingga kini dia hanya dapat memberikan keberuntungan tanpa dapat melihat apakah mereka yang menerimanya memang layak mendapatkannya. Plutus dilukiskan sebagai seorang bayi montok dalam pelukan Pax dikelilingi oleh para pemujanya yang datang mempersembahkan harta kekayaan dan hasil bumi yang melimpah kepadanya. Plena adalah dewi kelimpahan yang juga kerap dipuja bersama-sama dengan Pax. Mungkin sekali Plena adalah nama lain dari Ceres. Pax dan Plena adalah ungkapan puitik yang melambangkan kedamaian yang terjaga adalah jaminan bagi kesejahteraan dan kelimpahan. Victoria adalah dewi kemenangan, putri dewi Sungai Styx dengan Titan Pallas, yang beserta saudari-saudarinya: Cratia (Kekuasaan), Fortis (kekuatan), dan Zelus (Semangat) senantiasa menyertai Jupiter dan dewa-dewi penghuni Olympus lainnya dalam setiap pertempuran. Dia dilukiskan sebagai seorang wanita muda bersayap yang membawa mahkota dari rangkaian daun laurel serta setangkai daun palma, lambang kejayaan. Catamite adalah putra Raja Tros dari Troy yang menjadi penuang nectar pribadi bagi Jupiter. Konon Catamite memiliki wajah dan perawakan yang sangat elok sehingga Jupiter jatuh cinta padanya dan mengutus Aquila untuk menculik dan membawanya ke Olympus saat sedang menggembalakan ternaknya di lereng Gunung Ida untuk dijadikan pembawa cawan dan kekasihnya. Ketika Juno memperlihatkan rasa cemburu dan ketidaksukaannya kepada Catamite, Jupiter justru menjadikannya rasi bintang Aquarius. Ver, Aestas, Autumna, dan Hyem adalah dewi-dewi musim, putri-putri Jupiter dengan Justitia yang sering juga disebut para Horae. Tugas mereka adalah mengatur pergantian musim dan siklus hidup tiap makhluk di bumi. Mereka senantiasa menyelimuti gerbang istana para dewa di Olympus dengan awan yang berarak dan menyertai Sol dalam tugasnya menerangi bumi. Ver dilukiskan sebagai gadis cantik bergaun merah muda yang menggenggam sebatang ranting penuh pucuk-pucuk dedaunan dan kuntum-kuntum bunga ceri; Aestas dilukiskan sebagai gadis cantik bergaun hijau cemerlang yang sedang merangkai karangan bunga mawar; Autumna dilukiskan sebagai gadis cantik bergaun keemasan semarak yang membawa sekeranjang buah-buahan dan secawan anggur; sedangkan Hyem dilukiskan sebagai gadis cantik bergaun putih kebiruan dan bermahkotakan embun beku gemerlapan sedang membelai seekor ermine (sejenis musang yang bulunya berubah putih di musim dingin) yang tertidur di pangkuannya. Astrea, dewi kesucian, putri Jupiter dengan Justitia yang bersaudari dengan para Parcae dan Horae. Konon ketika umat manusia belum mengenal dosa, para dewa-dewi tinggal di bumi di antara manusia. Namun ketika hubungan yang harmonis tersebut rusak oleh kejahatan manusia para dewa-dewi pergi meninggalkan bumi ini untuk bermukim di Olympus. Astrea adalah dewi terakhir yang meninggalkan bumi ini lalu tinggal di antara bintang-bintang di angkasa menjadi rasi bintang Virgo, sang perawan, seperti harapan ibunya sebelum dinikahi oleh Jupiter Miscellaneous Deities (continued) Electra, Maia, Taygete, Alcyone, Celaeno, Sterope, dan Merope adalah tujuh bersaudari putri Atlas dengan Pleione yang menjadi pelindung panen. Mereka adalah peri-peri pengiring Diana dalam perburuannya. Suatu ketika Orion yang terpesona melihat kejelitaan ketujuh saudari tersebut mengejar dan bermaksud menangkap mereka. Mereka semua segera berlarian menghindari kejaran Orion. Ketika jarak yang memisahkan mereka dari Orion semakin kecil mereka berseru kepada Diana agar menyelamatkan mereka. Diana kemudian

mengubah mereka menjadi tujuh ekor merpati yang terbang tinggi dan tinggal di langit kutub utara di mana mereka menjadi rasi bintang Pleiades atau Bintang Tujuh (di Inggris mereka dikenal sebagai the Seven Sisters). Kelak ketika Orion juga menjadi rasi bintang bersama anjingnya Sirius, mereka melanjutkan pengejaran terhadap ketujuh saudari tersebut. Konon dari bumi jumlah mereka hanya terlihat sebagai enam, bukan tujuh bintang. Ada kisah yang menceritakan bahwa Electra si sulung meninggalkan tempatnya di langit ketika Dardanela atau Troy, kota yang didirikan oleh Dardanus, putranya dari Jupiter binasa di tangan pasukan Yunani, namun ada juga yang mengisahkan bahwa Merope si bungsu yang meninggalkan tempatnya karena merasa malu ketika suaminya, Raja Sisyphus dari Thessaly, yang berani mempermainkan para dewa dihukum di Tartarus. Maia putri kedua adalah ibu Mercury dari Jupiter. Fides (Kepercayaan), Spes (Harapan), dan Fama (Kemashyuran) semuanya adalah dewi-dewi kebajikan yang tinggal di Olympus. Nama Fides disebut sebagai penjamin dalam suatu perjanjian, Spes dengan sayapnya yang cemerlang bagai pelangi menyembuhkan luka-luka dunia dan memampukan manusia untuk melanjutkan hidupnya, sedangkan Fama memastikan bahwa tidak akan ada orang yang telah berusaha dengan keras dan jujur yang tidak mendapatkan balasannya. Hecate adalah dewi bulan di samping Luna dan Diana. Kalau Luna adalah simbol dari bulan sabit yang pucat dan Diana adalah simbol dari bulan purnama yang cemerlang (atau sebaliknya Luna adalah bulan purnama sedangkan Diana adalah bulan sabit yang mengembang), maka Hecate adalah simbol dari bulan pada malam-malam yang suram. Dia dianggap sebagai pelindung para penyihir, oleh karena itu diceritakan bahwa para penyihir membuat ramu-ramuan sihirnya pada malam-malam di mana bulan bersinar suram dan para penyihir terbang menaiki sapu dengan latar belakang bulan berwarna biru. Pemujaan terhadap Hecate berasal dari Asia Kecil atau Mesir, yang kemudian oleh para pedagang dibawa ke Yunani. Berbeda dengan Luna dan Diana, pemujaan terhadap Hecate menuntut pengorbanan manusia dan penumpahan darah. Konon dia sering melayang di atas kuburan dalam wujud asap biru kehijauan dan tak terlihat oleh semua makhluk kecuali anjing hutan yang melolong menyeramkan didampingi oleh para pengiringya, para Empusae, yakni para hantu malam. Hecate dilukiskan berkepala tiga yang melambangkan tiga fase bulan (mengembang, purnama, dan menyusut) dan tiga tahapan dalam kehidupan seorang wanita (sebagai seorang perawan, ibu, dan nenek) dan menggenggam obor di tangannya. Orang memberi persembahan padanya di atas altarnya yang banyak didirikan di persimpangan jalan. Aeolus adalah dewa angin yang menikah dengan Aurora. Pernikahan mereka dikaruniai banyak putra dan putri. Namun yang paling terkenal adalah empat Dewa Mata Angin, yaitu Aquilo, Angin Utara yang hembusan nafasnya menimbulkan badai salju sehingga menakutkan kekasihnya, Orithyia, putri Raja Erechtheus dari Athena; Favonius, Angin Barat yang bertiup sepoi-sepoi membawa wangi bunga dari kekasihnya, Flora; Auster, Angin Selatan pembawa hujan yang menghidupkan; dan Eurus, Angin Timur yang menyegarkan. Para dewa angin tersebut hidup di Pulau Aeolia yang kini disebut Stromboli. -The Endcatatan : seluruh isi dari halaman ini hanyalah kutipan, penulis mendapatkan file (cerita) ini sekitar 7 tahun lalu (ketika masih kelas satu SMP) dari seorang teman dan sumbernya tidak penulis ketahui.

Вам также может понравиться