Вы находитесь на странице: 1из 10

LONG LIVE EDUCATION IN ISLAM

Oleh: Nama : Kenny Anindia Ratopo NIM : K2310055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah muncul istilah pendidikan seumur hidup (life long education). Islam juga telah menggariskan pendidikan seumur hidup. Rasulullah SAW bersabda: tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat . Lepas dari sahih atau tidaknya pendapat tersebut, namun itu memberikan masukan yang cukup berharga bagi pendidikan. Di samping itu, pendapat ini tidak bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan hadits. Saat ini mengenyam pendidikan sangatlah dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia dalam arti lain untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang layak manusia harus mempunyai suatu keahlian tertentu dan hal ini didapat dari suatu pendidikan. Pendidikan mengajarkan berbagai hal yang positif untuk kepentingan di masa mendatang. Suatu hal yang dapat dibanggakan bila seseorang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi dan diimbangi dengan akhlak yang mulia. Akan tetapi jika dengan pendidikan yang tinggi dan akhlak yang mulia tidak mendapatkan suatu perkerjaan maka hal tersebut sia-sia. Islam mengajarkan bahwa manusia harus dan diwajibkan bekerja keras dan mengenyam pendidikan sampai ke liang lahat. Tetapi sekarang ini sulit untuk mendapatkan suatu pendidikan bagi orang yang kurang mampu. Mereka lebih memilih bekerja membantu orang tuanya mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Kembali pada masalah mengenai pendidikan seumur hidup di dalam Islam. Pendidikan dalam agama Islam mempunyai suatu kedisiplinan yang tinggi, yang artinya dalam mengenyam pendidikan haruslah dari dalam hati dan niat yang tinggi supaya tidak putus ditengah jalan. Pendidikan di Islam sendiri mengajarkan suatu hal tentang kehidupan kelak di akhirat dan kehidupan sekarang. Keduanya

berimbang satu sama lain, tidak saling berat sebelah. Pada jaman yang modern sekarang ini banyak generasi muda yang lupa akan pendidikan khususnya pendidikan dalam Islam. Generasi muda muslim sekarang enggan untuk mengenyam pendidikan Islam dikarenakan sudah terpengaruh dan tidak mempunyai identitas lagi mengenai agamanya sendiri. Mereka malah bangga terhadap pendidikan yang kurang berguna untuk dunia akhirat kelak. Dalam GBHN dinyatakan bahwa Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas, bahwa pendidikan adalah suatu proses yang berkelangsungan (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep islam, hadist Nabi Muhammad SAW, yang menganjurkan belajar dari buaian sampai ke liang kubur. Asas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motivator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar, sekolah sebagai kegiatan belajar (learning centre) bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pendidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.

BAB II PEMBAHASAN

Kemajuan pendidikan dalam masyarakat kapitalis saat ini adalah sejauh menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang akan dapat membuat mesin-mesin industri berjalan. Ideologi kapitalis dalam dunia pendidikan dapat dengan mudah dilihat dari pelajaran yang dipecah-pecah menjadi kepingan-kepingan ilmu yang semuanya berujung dan berpangkal pada hubungan jual-beli. Hal ini secara nyata dapat dilihat dalam pelajaran ekonomi mulai tingkat TK, SD, SMP, SMU, hingga perguruan tinggi (S1, S2, S3, dst) prinsip ekonomi yang selalu harus dihafal dalam pelajaran ekonomi adalah dengan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Lalu semua substansi pelajaran ekonominya adalah bagaimana membuat produk bagus yang dapat dijual untuk mencari keuntungan, bagaimana menciptakan pasar, hingga bagaimana agar orang hanya bisa beli. Bukankah ini murni perspektif kapitalis (pemilik dan penumpuk modal) yang merusak substansi pendidikan sebagai upaya mewujudkan kemanusiaan universal. Berbeda dengan Islam yang mengajarkan tentang pola belajar yang memang seharusnya diusahakan oleh manusia dalam sepanjang hayatnya (Long Live Education). Mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari adalah wajib hukumnya, sehingga Islam mendorong umatnya untuk menjadi umat yang cerdas dalam memandang kehidupan, problematika, dan solusinya. Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China. Kadangkadang kita lupa untuk apa sebenarnya kita menuntut ilmu, dan kita juga lupa apa hukumnya menuntut ilmu dalam agama Islam. Dalam hal tersebut, saya ingin mengingatkan kembali untuk apa sebenarnya, dan apa hukumnya kita menuntut ilmu dalam agama Islam. Hal ini saya kutip dari buku Ilmu fiqih Islam karangan Drs. H. Moh. Rifai insya Allah tulisan ini bisa mengingatkan kembali dan akan

menjadi patokan untuk kita melanjutkan perjalanan kita dalam menuntut ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Dalam pendidikan Islam dapat dibuktikan bahwa perintah Al-Qur'an dan Hadist tentang menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syari'ah tertentu, tetapi juga mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia bagi manusia. Untuk melakukan hal itu, harus ditunjukkan dan didefinisikan kewajiban tujuan seorang muslim dalam kehidupan di dunia ini. Allah melalui kitabNya Al-Qur'an telah menegaskan bahwa semuanya akan kembali kepada pencipta. Dengan demikian tujuan manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ridho-Nya. Segala sesuatu yang mendekatkan kepada Tuhan dan petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk medekatkan kepada Allah, jika tidak, maka ilmu akan menjadi penghalang besar. Jadi tujuan yang sebenarnya adalah bahwa Ilmu itu untuk medekatkan diri pada Allah. A. Hukum Menuntut Ilmu Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya: Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. (HR. Ibnu Abdulbari). Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala permasalahan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi

Muhammad

SAW

bersabda

yang

artinya: Barang

siapa

menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua duanya pula (HR. Bukhari dan Muslim). Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhoi Allah SWT. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat yang menghasilkan natijah, yakni ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu ada kalanya wajib ain dan ada kalanya wajib kifayah. Ilmu yang wajib ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Disamping itu perlu dipelajari ilmu akhlak untuk mengetahui adab sopan santun yang perlu kita laksanakan dan tingkah laku yang harus kita tinggalkan. Dan juga mengetahui kepandaian dan keterampilan yang menjadi tonggak hidupnya. Adapun pekerjaanpekerjaan yang tidak dikerjakan sehari-hari maka diwajibkan

mempelajarinya kalau dikehendaki akan melaksanakannya, seperti seseorang yang hendak memasuki gapura pernikahan, seperti syarat-syarat dan rukun-rukunnya dan segala yang di haramkan dan dihalalkan dalam menggauli istrinya. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum

mempelajarinya ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya.

B. Menuntut Ilmu sebagai Ibadah Dilihat dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi maupun petang, kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun. Dalam hadist lain dinyatakan: Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali. Dilihat dari segi ibadah menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, maka akan sia-sialah amalnya. Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan: Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima. C. Derajat Orang yang Berilmu Kalau kita telah mempelajari dan memiliki ilmu-ilmu itu, kewajiban yang harus ditunaikan ialah mengamalkan segala ilmu itu sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Agar bermanfaat bagi orang lain hendaklah ilmu-ilmu itu kita ajarkan kepada mereka. Mengajarkan ilmu-ilmu ialah memberi penerangan kepada mereka dengan uraian lisan, atau dengan melaksanakan sesuatu amal di hadapan mereka, atau dengan jalan menyusun dan mengarang buku-buku untuk dapat diambil manfaatnya. Mengajarkan ilmu kecuali memang diperintah oleh agama, sungguh tidak disangkal lagi, bahwa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutama-utamanya. Nabi diutus ke dunia inipun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya yang artinya : Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar.(HR. Baihaqi). Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru

dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih ada juga hal-hal yang tidak dapat

dijangkaunya, yaitu hal-hal yang diluar akal manusia. Untuk itulah Rasul Allah dibangkitkan di dunia ini. Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia atau masyarakat secara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagian dunia dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya,maka akan mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi yang artinya: Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan ( kendali) dari api neraka.(HR Ahmad) D. Strategi Pendidikan Seumur Hidup 1. Konsep-Konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup a. Konsep Pendidikan Seumur Hidup Itu Sendiri Pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan dan pengalaman-pengalaman pendidikan. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentang usia. b. Konsep Belajar Seumur Hidup Istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah. c. Konsep Pelajar Seumur Hidup Untuk mengatasi problema, perlu adanya sistem pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup. d. Kurikulum Yang Membantu Pendidikan Seumur Hidup Kurikulum harus didesain atas dasar asa pendidikan seumur hidup. Kurikulum yang demikian merupakan kurikulum yang praktis untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Arah Pendidikan Seumur Hidup

Pada umumnya pendidikan seumur hidup diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan ktrampilan mereka yang sangat dibutuhkan dalam hidup. BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dalam Islam ilmu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Dan orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah melebihi orang ahli ibadah. Jadi marilah kita menuntut ilmu pengetahuan, sesempat mungkin dengan tidak ada hentinya tanpa batas sampai ke liang kubur, dengan ikhlas dan tekad yang kuat mengamalkan dan menyumbangkannya kepada

masyarakat luas, agar kita semua dapat mengenyam hasil dan buahnya kelak, amin. B. Daftar Pustaka Basuki dan M. miftakhul ulum, Pengantar Pendidikan Islam, Ponorogo : stain Po PRESS, 2007
http://zulfikarnasution.wordpress.com/2010/02/27/pendidikan-seumur-hidupdalam-pendidikan-islam/

Ibnu Katsir. Qishashul Anbiya. Darul Fikr. Beirut. 1992 Salim Bahreisy, H. 1980. Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Bina Ilmu. Surabaya : CV Bintang Timur. Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat PRESS, 2002 Syed Ali Asraf. 1996. The Propets Ta-Ha Publishers Ltd. Surabaya : CV Bintang Timur.

Вам также может понравиться