Вы находитесь на странице: 1из 7

BAHAN RANGKUMAN EVALUASI BELAJAR SISWA

Oleh :

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN KESEHATAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

1. PENGERTIAN EVALUASI evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap guru, mempunyai arti yang sangat besar bagi keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa. Di sini akan disampaikan beberapa pendapat tentang pengertian evaluasi atau penilaian. Evaluasi berasal dari kata Evaluation (Inggris) yang berarti menilai. Menilai lebih dalam maknanya dari mengukur. Dengan mengukur kita akan, mendapatkan gambaran sesuatu yang diukur secara kuantitatif (jumlah) Masrial Teras Kuliah Belajar Aktif (1993) sedangkan Drs. Hartono Kasmadi MSc., dalam Taktik Mengajar menjelaskan bahwa : Penilaian suatu dikaitkan dengan manusia yang hendak mencapai suatu target tertentu. Suatu proses pengamatan pengukuran yang berkelanjutan sampai siswa belajar proses penilaian tidak akan berhenti selama siswa belum berhenti belajar bahan pengajaran bersangkutan. Sehingga pemecahan kesulitan belajar siswa tidak terlambat ditangani dan dia selalu dinyatakan sehat untuk belajar sampai kepada penilaian akhir belajar. 2. PRINSIP PRINSIP EVALUASI Sebagai seorang guru untuk melakukan evaluasi atau menilai siswa perlu memperhatikan prinsipprinsip penilaian sebagai berikut : 1. Obyektif Setiap guru untuk menilai siswanya harus bersifat obyektif tanpa dipengaruhi oleh pribadinya. apa yang dinilai oleh guru tersebut, tidak membedakan siswa yang satu dengan siswa yang lain yang disenangi atau tidak disenangi sehingga nilai yang dihasilkan oleh para siswa tersebut betubetul merupakan hasil yang didapatkan oleh siswa sendiri yang sebenarnya. 2. Reliable Dalam menilai siswa dengan alat penilai yang dapat dipercaya dan diandalkan, alat nilai tersebut dilaksanakan dengan sistematis dan kritetia yang jelas keberhasilannya serta dapat dilaksanakan oleh siapa saja. 3. Menyeluruh Penilaian ini bersifat menyeluruh dan meliputi : proses pembelajaran dan keberhasilannya, sehingga terhilat perubahan tingkah laku siswa. Dengan demikian penilaian yang bersifat menyeluruh tersebut meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan terhadap nilai yang berlaku dimasyarakat. 4. Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap terus menerus dengan demikian akan mendapatkan gambaran tentang hasil dari pembelajaran, berupa perubahan tingkah laku siswa yang meliputi: pengetahuan, sikap dan keterampilan. 5. Edukatif Dalam menilai siswa, guru harus bersifat mendidik, artinya bahwa guru menilai siswa, dapat memberikan dorongan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan minat dan prestasi belajar serta pengaruh pada kemauan siswa untuk maju. Setiap hasil yang dicapai oleh siswa harus mendapatkan nilai sesuai dengan prestasinya. Hal ini sebagai penghargaan pada prestasi yang telah dicapai dengan baik, sedangkan yang kurang mendapatkan prestasi yang telah ditetapkan, maka mereka akan menadapatkan hukuman. Hal ini dapat member motivasi bagi siswa untuk lebih giat belajar.

A.

Tes Kognitif Dalam ranah kognitif ini jika kita jumpai adanya beberapa model / jenis tes, antara lain : 1. Pensekoran untuk Tes Bentuk Objektif Pada tes objektif dengan jawaban yaitu : benar dan salah. Lazimnya, jawaban benar diberi skor 1, sedang jawaban salah diberi skor 0. Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan semua jawaban benar. Jadi, skor siswa sama dengan jumlah jawaban benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif baik pilihan ganda, benarsalah, isian singkat, maupun penjodohan. Dengan demikianm skor siswa yang sesungguhnya adalah jumlah jawaban yang benar. Dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut : Skor = B B adalah jumlah jawaban benar. Pada prinsipnya system penskoran bagaimanakah yang akan dipakai diserahkan kepada guru sebagai penilai. Akan tetapi, pada umumnya system yang dipakai adalah teknik yang tidak memakai / memberlakukan denda.

Contoh Contoh Kisi-Kisi Sistem Ujian Berkelanjutan Kisi-Kisi tes adalah format atau matrik yang memuat informasi tentang spesifikasi soal-soal yang akan dibuat, dengan maksud untuk memudahkan bagi para pembuat tes. Kisi-Kisi penilaian terdiri atas

sejumlah kolom yang memuat kompetensi dasar, metode pembelajaran, indicator, pengalaman belajar, bentuk soal, jenis ujian (lihat Tabel 5).

Tabel 5 Contoh Kisi-Kisi Sitem Ujian Berkelanjutan

Mata Pelajaran Kelas / Program Semester Standar Kompetensi No

: : : : Indikator Materi Pokok Penilaian Jenis Tagihan Bentuk Instrumen Contoh Instrumen

Kompetensi Dasar

3. PENYUSUNAN INSTRUMEN Penyusunan instrument ini mencakup dua jenis instrument yaitu yang berbentuk tes dan non tes.

A.

Jenis Tagihan Jenis tagihan merupakan jenis soal yang akan dikembangkan oleh guru. Agar soalnya bagus, maka jenis tagihannya supaya bervariasi. Jenis tagihan yang dapat digunakan dalam mata pelajaran Penjas dapat berbentuk tes nontes, antara lain : 1. Kuis Contoh : Bagaimana anda dapat memperoleh kebugaran jasmani ! 2. Pertanyaan lisan di kelas dan di lapangan Contoh : Identifikasi macam-macam nomor lempar pada atletik ! 3. Ulangan Harian (Tes Formatif) Contoh : Buatkan bentuk latihan untuk menuju kea rah kebugaran jasmani pada usia anda, sekaligus praktikkan ! 4. Tugas Individu Contoh : Praktikkan senam kebugaran jasmani 2000 setiap dua hari sekali di rumah anda !

1) Pengamatan

Teknik pengamatan ini dapat dilakukan baik langsung maupun tidak langsung dengan cara mengamati pengalaman belajar siswa, yang diantaranya meliputi motivasi, minat, serta unjuk kerja/penampilan. Contoh : dalam praktik di Lapangan, guru dapat mengamati secara langsung maupun tidak langsung partisipasi masing-masing siswa dalam mengerjakan tugas, mulai dari awal hingga akhir gerakan. 2) Dokumentasi Teknik ini dilakukan dengan cara melihat seluruh karya siswa baik individual maupun kelompok, mandiri atau terbimbing, yang diperoleh siswa selama kegiatan pembelajaran. Contoh : dokumen yang dapat digunakan sebagai alat penilaian, misalnya berupa laporan hasil diskusi, tugas membuat portofolio, hasil survey, kliping, dll.

4. PENSKORAN Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam system penelitian ini dilakukan penskoran penentuan standar keberhasilan belajar. Secara umum, system penilaian Penjas ini menggunakan prinsip mastery learning, yaitu siswa dinyatakan berhasil bila telah mencapai minimal 75% penguasaan (mastery). Namun secara khusus sistem penilaian Penjas perlu memperhatikan keterkaitannya dengan ranah (domain) yang ada, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga ranah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Pembobotan penilaiannya dapat diatur sebagai berikut : ranah kognitif 20%, ranah fisik prikomotorik 50% dan ranah afektif 30%. Oleh karena itu teknik pensekoran untuk ketiga tanah tersebut juga harus dibedakan.

A.

Tes Kognitif Dalam ranah kognitif ini kita jumpai adanya beberapa model / jenis tes, antara lain : 1. Penskoran untuk Tes Bentuk Objektif Pada tes objektif dengan jawaban yaitu : benar-salah. Lazimnya, jawaba yang benar diberi skor 1, sedang jawaban salah diberi skor 0. Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan semua jawaban benar. Jadi, skor siswa sama dengan jumlah jawaban benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif, baik pilihan ganda, benar-salah, isian singkat, maupun penjodohan. Dengan demikian, skor siswa yang sesungguhnya adalah jumlah jawaban yang benar. Dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut : Skor : B

Tabel 7 : Contoh Model Penskoran Tugas No 1 2 3 4 Aspek Yang Dinilai Keakuratan Data Kelengkapan Laporan Kecermatan dalam menggunakan sumber Tampilan laporan secara umum Jumah Skor Maksimal 25 25 25 25 100 Skor Siswa

Contohnya : Buatlah portofolia kemajuan belajar anda selama mempelajari permainan bolabasket selama satu bulan ! Selanjutnya hasilnya diadakan penskoran, misalnya hasilnya sebagai berikut.

No 1 2 3 4

Aspek Yang Dinilai Keakuratan Data Kelengkapan Laporan Kecermatan dalam menggunakan sumber Tampilan laporan secara umum Jumah

Skor Maksimal 25 25 25 25 100

Skor Siswa 28 20 20 20 85

B.

Pengukuran Afektif Penyusunan instrument untuk untuk pengukuran ranah afektif terutama sikap mniat, biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang disusun dari yang positif ke negatif. Jenis soal untuk ranah afektif ini, salah satunya adalah berbentuk angket Skala Likert. Misalnya, pernyataan siswa tentang tanggapannya terhadap mata pelajaran Penjas dari sangat bermanfaat sampai sangat tidak bermanfaat, sangat setuju sampai sangat tidak setuju, seterusnya. Selain angket, untuk mengetahui minat siswa dapat langsung diamati dalam proses pembelajaran. Indikator minat yang dapat diamati adalah : Kehadiran, frekuensi bertanya, keaktifan melakukan aktivitas jasmani / olahraga, pengumpulan tugas. Dalam penyusunan instrument afektif perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Perumusan objek atau sasaran yang akan diukur 2. Perumusan dimensi atau indicator 3. Penyusunan daftar pertanyaan / pernyataan

4. Telaah instrument untuk meninjau kembali relevansi indicator dan variabelnya juga relevansinya dengan daftar pertanyaan/pernyataannya. 5. Pengukuran 6. Penskoran interprestasi hasil 7. Tindak lanjut 8. Perlunya ada keseimbangan pertanyaan / pernyataan antara yang positif dan yang negatif dengan tujuan untuk pengecekan kesungguhan dalam mengisi angket.

Penskoran untuk ranah afektif umumnya dibuat dalam bentuk skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 5-1 atau 1-5 tergantung arah pertanyaan / pernyataan. Misalnya, untuk pertanyaan / pernyataan positif dengan jawaban yang sangat setuju diberi skor 5, sedangkan sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk pertanyaan / pernyataan negatif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 1, sedangkan sangat tidak setuju 5. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan / pernyataan. Jika pertanyaan itu berjumlah 10 butir, kemungkinan skot tertinggi seorang siswa adalah 50 atau (5 x 10), dan terendah 10 atau (1 x 10). Jika

C.
9.

Вам также может понравиться