Вы находитесь на странице: 1из 32

KEJANG DEMAM (FEBRIS KONVULSI)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Gadar

Oleh : RINA PURWANTI APM. 2005.912

AKADEMI KEPERAWATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

KONSEP DASAR

A. Pengertian Diabetes mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen (Tambayong, Jan, 2000 : 157). Pendapat dari Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1220) Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme dengan karakteristik intoleransi glukoda atau penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan insulin dengan kebutuhan- klasifikasi diabetes yang utama adalah : 1. Diabetes Mellitus tipe I : DM tergantung insulin. 2. Diabetes Mellitus tipe II : DM tidak tergantung insulin. 3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya. 4. Diabetes Mellitus gestasional.

B. Etiologi Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1224) penyebab diabetes mellitus dikelompokkan menjadi 2 : 1. DM tipe I disebabkan oleh a. Faktor genetik Penderita DM tidak mewarisi DM tipe itu sendiri tapi mewarisi suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes ini ditemukan pada penderita HLA (Human Leucocyto Antigen).

b. Faktor lingkungan Karena destruksi sel beta, contoh : hasil penyelidikan yang mengatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto imun yang menimbulkan destruksi sel beta. 2. DM tipe II Disebabkan oleh usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan hisponik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya DM) Terjadinya DM tipe II dibandingkan dengan golongan non Amerika.

C. Manifestasi Klinik Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik dari Diabetes Mellitus antara lain : 1. Glukosuria 2. Poliuri 3. Polidipsi : : : adanya kadar glukosa dalam urin. sering kencing dan diuresis osmotik. banyak minum akibat dari pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih. 4. Polifagi : banyak makan akibat menurunnya simpanan kalori.

5. Penurunan berat badan secara drastis karena defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak. Berdasarkan Tjokroprawiro (1998 : 1) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain :

1. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan. 2. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl. 3. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl. 4. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin) 5. Mudah lelalh, kesemutan, kulit terasa panas. 6. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk. 7. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas. 8. Kemampuan sexual menurun, impoten.

D. Anatomi Fisiologi Pankreas panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa, dan terdiri atas 3 bagian : kepala pankreas, badan pankreas, ekor pankreas. Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan menlalui labula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu ductus wirsungi. Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang menyekresi insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan

bila digunakan sebagai pengobaan dalam hal kekurangan, seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorbsi dan menggunakan glukoda dan lemak (Pearce, E., 1995 : 207 dan 237). Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar pankreas terletak di lekukan usus dua belas jari, sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dalam dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar glukoda cenderung naik (Tjokroprawiro, 1998 : 1).

E. Patofisiologi Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans, defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan

pembentukan glikogen sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan hiperglikemi, peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan lipolisis. Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (poliuri).

Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam tubuh dan akibatnya akan menimbulkan masalah kurang volume cairan, dehidrasi akan membuat seseorang banyak minum (polidipsi). Apabila tubuh kehilangan kalori, akan menyebabkan seseorang dalam keadaan lemah, sehingga akan muncul permasalahan intoleransi aktifitas sedangkan keadaan polifagia akan mengakibatkan munculnya masalah perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan (Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1995 : 112).

F. Pathway dan Masalah Keperawatan Kerusakan sel beta langerhans Defisiensi insulin Peningkatan kalori Peningkatan pembentukan glikogen Penurunan glukagon Polifagia Lemah Hiperglikemia Intoleransi aktivitas

Cidera Luka Resiko tinggi infeksi

Perubahan mikrovaskuler retina Gangguan sensori perseptual Ketajaman pandangan menurun Resiko injuri

Glukosauria Perubahan nutrisi : kurang dari Osmotik diuresis kebutuhan tubuh

Dehidrasi

Ginjal tidak mengikat kembali glukosa yang difiltrasi Gluksa mengikat cairan Cairan yang berlebih Poliuri Perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Peningkatan lipolisis Peningkatan oksidasi asam lemak bebas Pembentukan keton PH turun Asidosis metabolik Tekanan parsial O2 menurun Hipotensi

Sumber : - Price, S.A dan Wilson (1995 : 112) - Long, B.C (1996 : 70) - Smeltzer, S.C (2002 : 1223) - Doenges (2000 : 729) 7

G. Komplikasi Menurut Price, S.A dan Wilson, L.M (1995 : 1117) komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 1. Komplikasi metabolik akut a. Komplikasi metabolik yang serius adalah ketoasidosis diabetes yang akan mengakibatkan kerosis terjadi pada jangka pendek. b. Peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. c. Hipolikemi 2. Komplikasi metabolik kronik a. Makro angiopati yang mengenai pembuluh darah besar seperti pada jantung pada otak. b. Mikro angiopati yang mengenai pembuluh darah kecil seperti retinopati diabetik, nefropati diabetik. c. Neuropati diabetik rentang infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih, ulkus pada kaki.

H. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728) antara lain : 1. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih. 2. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik. 3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat 4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt

5. Elektrolit a. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun. atau peningkatan semu (perpindahan seluler

b. Kalium : normal

selanjutnya akan menurut). 6. Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal. 7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. 8. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi / leukositosis, hema konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi). 9. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal). 10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto Asidosis). 11. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin atau gangguan dalam penggunaannya (endogen atau eksogen). 12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. 13. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. 14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

I. Penatalaksanaan Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu : 1. Diit 2. Latihan jasmani 3. Pemantauan 4. Terapi (jika diperlukan) 5. Pendidikan Berdasarkan Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu : 1. Untuk DM tipe I Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan). 2. Untuk DM tipe II Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia. Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu : 1. Pencegahan primer a. Menghindari obesitas (jika perlu) b. Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam pencegahan DM tidak tergantung insulin. 2. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.

J. Fokus Pengkajian Fokus pengkajian pada penyakit DM menurut Doenges, dkk (2000 : 726) 1. Aktifitas dan istirahat 2. Sirkulasi 3. Integritas ego

10

4. Eliminasi 5. Makanan atau cairan 6. Neurosensori 7. Nyeri atau kenyamanan 8. Pernafasan 9. Keamanan 10. Sexualitas 11. Penyuluhan

K. Diagnosa Fokus Intervensi Keperawatan Menurut Doenges, dkk (2000 : 729) diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan pada penyakit DM adalah : 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan : diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental. Kriteria hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan hidrasi adekuat. Intervensi : a. Pantau tanda-tanda vital. b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa. c. Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urin. d. Ukur berat badan tiap hari. e. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hiper metabolisme.

11

Kriteria hasil : a. Pasien akan mencerna jumlah kalori yang tepat. b. Pasien menunjukkan tingkat energi biasanya. c. Pasien akan mendemonstrasikan BB stabil. Intervensi : a. Timbang BB setiap hari sesuai dengan indikasi. b. Tentukan program diet akan pola makan pasien. c. Berikan makanan cair yang mengandung zak makanan dan elektrolit. d. Identifikasi maknan yang disukai termasuk kebutuhan etnik / kultur e. Observasi tanda-tanda hiperglikemi. f. Lakukan pemeriksaan gula darah yang menggunakan fingerstick g. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode insulin intermitten. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulask, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau infeksi saluran kemih. Kriteria hasil : a. Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi. b. Pasien akan mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah infeksi. Intervensi : a. Observasi tanda-tanda infeksi. b. Tingkatkan upaya pencegahan infeksi. c. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invansif

12

d. Pasang kateter atau lakukan perawatan genetalias. e. Auskultasi bunyi nafas. f. Bantu pasien untuk melakukan oral hygiene. g. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi. h. Berikan antibiotik yang sesuai. 4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolis atau infensi. Kriteria hasil : a. Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi. b. Pasien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas. Intervensi : a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitaas. b. Berikan aktivitas alternatif periode istirahat. c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelumnya dan sesudah aktivitas. d. Diskusikan cara menghemat kalori. e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas.

13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI BANGSAL MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

A. Pengkajian Tanggal pengkajian : 16 April 2008 Jam pengkajian 1. Identitas a. Identitas pasien 1) Nama : Ny. S : 08.00 Wib

2) Tempat/tanggal lahir : Klaten, 1947 3) Umur 4) Jenis kelamin 5) Alamat 6) Suku 7) Agama 8) Bangsa 9) Pendidikan 10) Pekerjaan 11) Dokter yg merawat : 61 tahun : Perempuan : Petoran, Jebres, Surakarta : Jawa : Islam : Indonesia : : Ibu Rumah Tangga :

b. Identitas penanggung jawab 1) Nama 2) Umur 3) Jenis kelamin : Ny. S : 40 tahun : Perempuan

14

4) 5) 6) 7) 8) 9)

Suku/bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat

: Jawa/ Indonesia : Islam : SMA : Ibu Rumah Tangga : Petoran, Jebres, Surakarta

Hubungan dg pasien : Anak kandung 3. Keluhan utama Pasien mengatakan badannya lemas. 4. Riwayat keperawawatan a. Riwayat keperawatan sekarang 2 hari yang lalu pasien merasa pusing, mual muntah, badannya lemes dan nggliyer di rumah pasien sudah diberi obat pusing dan mual muntah, tapi belum ada perkembangan. Tanggal 16 April 2008 pukul 03.00 pagi dibawa ke RS. Dr. Moewardi Surakarta, masuk IGD diberi terapi infus RL 20 tpm, injeksi cefriaxonelx 2 gr, piralen 1 x 1 mg, ulceranin 1 gr/12 jam, kemudian pukul 05.00 WIB dipindah bangsal Melati I untuk di rawat inap. b. Riwayat keperawatan dahulu 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama dan diperbolehkan pulang karena sudah mengalami perbaikan dalam kesehatan selama perawatan. c. Riwayat keperawatan keluarga Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, tetapi ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu ibunya.

15

d. Genogram

Keterangan : : : : : : : : Laki-laki Perempuan Meninggal Menikah Garis keturunan Pasien Penderita penyakit hipertensi

5. Konseptual Model Gordon a. Pola persepsi dan managemen kesehatan Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter untuk diperiksakan dan mendapatkan pengobatan.

16

b. Pola nutrisi Sebelum sakit : Pasien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan sayur. Selama sakit : Pasien makan diit yang diberikan RS, pasien makan hanya habis porsi yang diberikan RS, nafsu makan menurun. c. Pola eliminasi Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat, BAK 6-7 x/hari. Selama sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK dalam urine back 1500 cc/hari, warna kunig agak keruh, bau khas. d. Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit : Pasien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain. Selama sakit : Pasien total care, semua aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga. e. Pola istirahat tidur Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam /hari. Pasien jarang tidur siang. Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari. Pasien hanya dapat sebentar-bentar tidur siang. f. Pola persepsi kognitif Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya.

17

g. Pola persepsi dan konsep diri 1) Body image 2) Self ideal : Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini. : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan

berkumpul dengan keluarga. 3) Self esteem 4) Identity : Pasien mengatakan tidak minder dengan penyakitnya. : Pasien menyadari bahwa dia adalah seorang

perempuan h. Pola peran dan hubungan Pasien mengatakan sebagai seorang ibu dari 8 anak dan nenek dari 12 cucu, hubungan dengan keluarga tampak harmonis. i. Pola reproduksi dan sexual Pasien mempunyai 8 anak dengan suaminya, pasien menikah 1 kali dan sudah masa menopause. j. Pola koping terhadap stres Pasien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga. k. Pola nilai dan keyakinan Pasien mengatakan beragama Islam, dan rajin beribadah 5 kali sehari, tapi saat ini pasien hanya mampu berdoa. 6. Pemeriksaan fisik Pada tanggal 20 Mei 2008 a. Keadaan umum : Lemah

b. Tingkat Kesadaran : Composmentis GCS Evektor : 4

18

Motorik Verbal c. Tanda-tanda vital

: 6 : 5 : TD : 180/90 mmHg N S Rr : 80 x/menit : 36,9C : 20 x/menit BB : 50 kg TB : 153 cm

d. Kepala

: Messocepal, rambut sebahu beruban, tidak ada lesi.

e. Mata

: Konjungtiva anemis, sklera un ikterik, tampak sayu, pasien masih cukup tajam dalam

penglihatan. f. Hidung : Bersih, tidak ada serumen, terpasang O2 2 lt/menit g. Telinga h. Mulut : Bersih, simetris, pendengaran normal : Gigi masih utuh, mukosa bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis. i. Wajah j. Leher k. Dada Paru : I P P A : Pengembangan dada kanan = kiri : Fremitus, raba kanan = kiri : Sonor : Tidak ada wheezing : Pucat : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

19

Jantung :

I P P A

: Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis kuat angkat : Pekak : BJ I II reguler : Permukaan dada dan perut sama, tidak ada lesi : Peristaltik : Tidak teraba massa : Tympani

Abdomen :

I A P P

l. Ektremitas Atas : Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan, tangan kiri bebas bergerak, tidak ada oedem. Bawah m. Genitalia urinaria n. Kulit : Bebas bergerak tidak ada oedem : Pasien terpasang DC, genetalia bersih. : Terdapat luka bekas pengambilan sampel darah yang berwarna biru namun tidak nyeri, kapiler reffil > 2 detik. 7. Pemeriksaan penunjang a. Hasil laboratorium pada tanggal 16 April 2008 pukul 08.30 WIB Pemeriksaan Kimia darah SGOT SGPT GDS Hasil 73 U/L* 71 U/L* 302,1 mg/dl * Normal Lk : < 35 ; Pr : < 31 u/L < 31 u/L 70-115 mg/dl

20

Pemeriksaan Analisa Urine Urinalisa Warna Kekeruhan Reduksi Bilirubin Keton BJ pH Protein Urobilinogen Nitrit Sedimen Leukosit Eritrosit Epitel squamos Silinder Kristal Amorf fosfat Sel rage/jamur Bakteri

Hasil

Normal

Kuning Keruh* Tertentu* < = 1005 6,5 3,2 E.v/dl 10-15 plp 25. 30 plp 5-7 plp + + +

Kuning Jernih -

(-)

8. Program terapi (16 April 2008) a. Infus RL 20 tpm b. Obat oral Captopril 2,5 gr 3 x 1 Amiodipine 10 mg 1x 1 (siang) He pro 3 x 1

21

c. Injeksi Cefriaxon 2 gr/hari Piralen 1mg/12 jam Ulceranin 1 gr/12 jam Lancolin 1 gr/12 jam Actropid 10 10 4 unit

d. Pemeriksaan tambahan Pemeriksaan gula darah sewaktu

B. Data Fokus 1. Data subyektif : a. Pasien mengatakan badannya lemes. b. Pasien mengatakan nafsu makan menurun. c. Pasien mengatakan pusing, nggliyer 2. Data obyektif : a. Keadaan umum lemah b. Warna kulit pucat, teraba dingin c. TD : 180/90 mmHg, N : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 26,58C

d. BB : 50 kg e. Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan f. Terpasang O2 2 lt/menit g. Terpasang DC hari -2 h. Mukosa bibir kering

22

i. Kapileri reffil 72 dtk j. Pada tangan kiri ada luka kebiruan bekas pengambilan sampel darah. k. Hasil laboratorium saat pengkajian GDS : 302,1 mg/dl SGOT : 73 u/l SGPT : 71 u/l Amorf pospat : (+) Sel rage (+) Bakteri : (+) l. ADL dibantu keluarga dan perawat.

C. Analisa Data No 1. Tgl/jam 16/4/08 09.00 Data Fokus DS : - Pasien mengatakan lemas - Pasien mengatakan nafsu makan menurun - Pasien mengatakan pusing, nggliyer. DO: - GDS 302,1 mg/dl - Mukosa bibir kering - Makan habis Etiologi Input yang tidak adekuat dan ketidak cukupan insulin Problem Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

23

No 2

Tgl/jam 10.00

Data Fokus porsi RS DS : - Pasien mengatakan lemas - Pasien mengatakan pusing DO: - TD : 180/90 mmHg, S : 36,9 C N : 80 x/menit Rr : 20 x/menit - Kapileri reffil 32 detik - Terpasang O2, 2 lt/menit, kulit pucat, teraba dingin - SGOT : 73 u/l

Etiologi Penurunan aliran darah sekunder akibat vasokonstriksi pembentukan tromboembolik

Problem Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan

3.

11.30

- SGPT : 71 u/l DS : - Pasien mengatakan lemas DO: - ADL dibantu oleh keluarga dan perawat - Terpasang O2 nasal 2 lt./menit - Terpasang DC

Kelemahan fisik

Gangguan pemenuhan ADL

24

No

Tgl/jam

Data Fokus - Pasien lemah

Etiologi

Problem

D. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat dan ketidakcukupan insulin. 2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik 3. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder akibat vasokonstriksi, pembentukan tromboli.

E. Intervensi 1. Dx. I Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan baik. Kriteria hasil : a. Pasien dapat menghabiskan porsi diit yang diberikan. b. Pasien dapat menunjukkan BB dalam batas normal. c. GDS menunjukkan angka normal 70-115 mg/dl d. Mukosa bibir lembab

Intervensi : a. Berikan makanan sesuai diet DM. b. Identifikasi makanan yang disukai pasien. c. Observasi GDS sesuai kolaborasi dokter dengan finger stick

25

d. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode insulin intermitten sesuai advis dokter. e. Observasi tanda-tanda vital. f. Observasi tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia g. Berikan penyuluhan tentang diit khusus DM yang benar dan menghindari makanan yang banyak mengandung gula. h. Timbang BB tiap hari. 2. Dx. II Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi. Kriteria hasil : a. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi. Intervensi : a. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam ADL. b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas c. Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas ringan yang tidak mengganggu d. Observasi kebutuhan aktivitas yang dibutuhkan e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

3. Dx. III Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi gangguan jaringan perifer. Kriteria hasil :

26

b. Kulit hangat, tidak pucat. c. Tanda-tanda vital dalam batas normal d. Kapileri reffil < 2 detik, turgor kulit baik e. Tidak ada sesak nafas Intervensi : f. Observasi pucat, sianosis, kulit dingin g. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

F. Implementasi No. I,III Tgl/ jam 17/4/08 08.00 Implementasi Melakukan pengkajian pasien Mengkaji TTV Respon DS : Pasien mau menyebutkan nama, alamat dan keluhan DO : Pasien tampak lemah TD : 180/90 mmHg N : 80 x/menit S : 36,9C Rr : 20 x/menit I 09.00 Mengambil sampel darah guna I 09.45 pemeriksaan GDS Membagikan ekstra siang dengan die DMTKTP 1500 kal II,I 09.45 DS : Pasien mengatakan mau diambil darahnya DO: Hasil GDS 302,1 mg/dl DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun DO : Ekstra siang hanya habis Paraf

porsi RS Menambahkan aqua DS : Pasien mengatakan dest steril pada oksigen merasa lebih nyaman DO : O2 terpasang 2 lt/menit

27

No. Tgl/ jam I, II, 10.00 III

Implementasi Monitor balance cairan

Respon DS : DO : Terpasang infus RL 20 tpm, urin 2/3 jam : 470 cc BL/23 jam : 1261 cc DS : DO : Ceftriaxone masuk 2 gr

Paraf

I, III

11.00

Melakukan tindakan injeksi lewat selang infus : * Ceftriaxone 2 gr

11.30

Membagikan makan siang diet DMTKTP 1500 kal

DS : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang DO : Makan siang habis porsi DS : DO : Obat masuk lewat oral DS : DO : Capilary Refill > 2 dtk Hasil pemeriksaan darah SGOT : 70, SGPT : 71

I,III

12.00

Memberikan obat Amlodipine 10 mg

III

14.30

Captopril 25 mg - Mengobservasi capilary refill Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan SGOT, SGPT Mengambil sampel urin pemeriksaan

II

15.00

ureum kreatinin - Mengkaji kemampuan pasien dalam ADL Motivasi pasien untuk latihan duduk Ajarkan pasien untuk duduk

DS : Pasien mengatakan dibantu keluarga dalam ADL DO : Pasien tampak dibantu keluarga saat pemenuhan ADL Pasien latihan duduk

28

No.

Tgl/ jam

Implementasi bersandar di tempat tidur Mendekatkan alatalat yang dibutuhkan pasien Membantu dalam pemenuhan kebutuhan personal

Respon dibantu keluarga

Paraf

II

16.05

hygiene pasien Monitor TTV pasien DS : DO : TD : 170/90 mmHg N : 80 x/menit S : 37,5C Rr : 20 x/menit Mengganti infus RL DO : Infus terpasang RL 20 20 tpm Menyajikan makan sore dengan diet DMTKTP 1500 kal tpm DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun DO : Makan habis porsi

16.40 17.30

I, III

18/4/08 09.00

Mengambil sampel darah guna pemeriksaan GDS

DS : DO : Hasil GDS 237 mg/dl

09.00 I 10.00 12.00

rutin - Injeksi : Ceptriasone DO : Ceftriaxone masuk 2 gr 2 gr Membagikan extra siang Membagikan makan DS : Pasien mengatakan siang diet DMTKTP 1500 kal nafsu makan bertambah DO : Makan siang habis DO : Extra siang habis

29

No. I, III

Tgl/ jam 12.00 -

Implementasi Memberikan obat oral Hp Pro Amlodipine 10 mg Captopril 25 mg Mengobservasi capilary refill

Respon porsi DO : Obat masuk lewat oral

Paraf

III

15.00

DS : DO : Capilary Refill < 2 dtk Infus RL 20 tpm DS : Pasien mengatakan mandi dibantu keluarga DO : Pasien tampak lebih

II

16.00

Membantu dalam persiapan mandi pasien

III

16.40

nyaman Monitor TTV pasien DO : TD : 150/60 mmHg N : 84 x/menit S : 36,8C Rr : 22 x/menit

17.30

Menyajikan makan sore dengan diet DMTKTP 1500 kal

DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah DO : Actrapit masuk 10 ui Makan habis porsi DS : DO : TD : 140/90 mmHg N : 80 x/menit Rr : 20 x/menit S : 36C DS : Pasien mengatakan nafsu maka bertambah

I,III

19/4/08 07.00

Memberikan 10 ui Monitor KU pasien Mengukur TTV pasien Memberikan actrapit

08.00

10 ui - Mengantarkan makan pagi pasien diet DM TKTP 1500 kal Mengambil sampel

III

09.00

DO : - Actrapit masuk

30

No.

Tgl/ jam

Implementasi darah guna pemeriksaan GDS

Respon - Makan pagi habis 1 porsi - Hasil GDS 282 kal DS : Pasien mengatakan nafsu makan habis porsi Makan siang habis porsi

Paraf

12.00

Membagikan extra siang dengan diet DMTKTP 1500 kal

Memberikan actrapit DO : Actrapit masuk 10 ui

G. Evaluasi No. Dx I Tanggal/jam 19-4-2008 13.00 S : Pasien Evaluasi mengatakan Ttd sudah ada

peningkatan nafsu makan. O : - KU pasien sedang - Pasien makan habis porsi diit RS A : Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan terata si. P : Intervensi dilanjutkan - Kolaborasi pemberian actrapid 10-104 - Berikan diit khusus DM S : Pasien mengatakan badannya masih nggliyer dan pusing O : - KU pasien sedang - TD : 140/90 mmHg S : 20 x/menit N : 80 x/menit Rr : 36C - Kapileri reffil < 2 detik A : Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan

II

13.10

31

No. Dx

Tanggal/jam tidak terjadi

Evaluasi P : Intervensi dilanjutkan - Berikan O2 2 lt/menit - Observasi TTV S : Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas sendiri, tapi kadang masih dibantu O : Pasien bisa makan sendiri, aktivitas mandi masih dibantu oleh keluarga. A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan - Bantu pasien dalam aktivitas - Anjurkan pasien untuk beraktivitas sesuai toleransi DAFTAR PUSTAKA

Ttd

13.30

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (terjemahan), Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Edisi 3, EGC, Jakarta. Engram, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 1994, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta. Smeltzer, S.C. Bare, B.G., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta. Tambayong, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

32

Вам также может понравиться