Вы находитесь на странице: 1из 43

Judul Penelitian PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH

DASAR DI KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA

A. Latar Belakang Masalah 1. Alasan Pemilihan Judul Kinerja guru merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan dasar. Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Oleh karena itu sekolah sebagai wadah/tempat belajar siswa perlu untuk mengarahkan dan membina gurunya agar mereka mempunyai kinerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya terutama dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai guru. Kinerja guru yang memadai membuat proses belajar mengajar dapat di selesaikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, banyak tugas dan pekerjaan yang dapat diselesaikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, frekuensi penyelesaian tugas dan pekerjaan yang sangat tinggi, kerja sama yang baik dari para guru, para guru memunculkan gagasan-gagasan dan tindakan-tindakan terbaru untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dan semangat yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas baru yang mempunyai tanggungjawab besar. 1

2 Dalam rangka meningkatkan kinerja guru, maka faktor

kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang sangat besar. Faktor kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap baik buruknya kinerja guru yang juga menentukan baik buruknya proses belajar mengajar. Oleh karenanya kepala sekolah yang baik dapat menjadi panutan atau teladan bagi guru dalam bekerja, menciptakan iklim kerja yang baik sekaligus memberikan motivasi dan semangat kerja yang baik pula di sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mewujudkan kinerja yang efektif tergantung dari gaya dalam kepemimpinannya. Gaya

kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan adalah sikap, cara, penampilan pimpinan tertinggi di sekolah dalam

mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya sesuai dengan kemampuan dan kepribadiannya. Kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi kinerja bawahannya. Selain faktor gaya kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga dipengaruhi oleh motivasi berprestasi. Motif berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar

3 mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Guru yang memiliki motivasi berprestasi maka akan selalu berusaha menampilkan kinerja yang terbaik. Upaya peningkatan kinerja dapat dilihat sebagai masalah keperilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis. Aspek-aspek tersebut merupakan faktor penentu keberhasilan dalam meningkatkan kinerja, yaitu adanya motivasi berprestasi dalam bekerja. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara.

2.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: a. Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara? b. Adakah pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja

guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara? c. Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi berprestasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara?

4 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap

kinerja bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. c. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala

sekolah dan, motivasi berprestasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Manfaat dari penelitian adalah: a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan kajian bagi organisasi sekolah dalam usaha meningkatkan kinerja guru dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya terutama berkaitan dengan gaya kepemimpinana kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru. b. 1) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil suatu kebijakan kepala

5 sekolah terhadap guru sebagai upaya peningkatan kinerja demi kemajuan organisasi. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman serta mengamati organisasi secara langsung sehingga dapat melaksanakan kinerja yang produktif.

4. a.

Penegasan Istilah Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah sikap, cara,

penampilan pimpinan tertinggi di sekolah dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. b. Motivasi Berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri

seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. c. Kinerja guru adalah hasil yang dicapai oleh guru baik

sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi belajar siswa yang optimal.

B. Kajian Pustaka 1. a. kepemimpinan Robbin (2009: 419) mengemukakan bahwa Leadership: the ability to influence a group toward teh achievement of a vision or set of goals. Artinya Kepemimpinan: kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian visi atau serangkaian tujuan. Gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan. Dengan berusaha mempengaruhi perilaku Gaya Kepemimpinan Pengertian Gaya

orang-orang yang dikelolanya. Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya Gaya dalam memimpin adalah

(http://febrianilisa.blogspot.com).

kepemimpinan

perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya (Nawawi, 2003:115).

7 Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakantindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29). Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang

digunakan oleh seoarang pimpinan dalam berinteraksi dengan bawahannya (Tjiptono dan Diana, 2003: 161). Lebih lanjut Tjiptono dan Diana mengemukakan bahwa umumnya dikenali lima gaya kepemimpinan, yaitu: 1) Kepemimpinan otokratis

Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut. 2) Kepemimpinan demokratis

Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya. 3) Kepemimpinan partisipatif partisipatif juga dikenal dengan istilah

Kepemimpinan

kepemimpinan terbuka, bebas, atau nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan.

8 4) Kepemimpinan orientasi pada tujuan

Gaya kepemimpinan ini disebut juga kepemimpinan berdasarkan hasil atau berdasarkan sasaran. Orang yang menganut pendekatan ini meminta anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada.

5)

Kepemimpinan situasional.

Gaya kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam segala kondisi. Hamalik (2005: 167) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan adalah menunjuk pada sikap, cara, penampilan kepemimpinan. Hamalik membagi gaya kepemimpinan sebagai berikut: 1) Gaya kepemimpinan direktif-otoritatif.

Gaya kepemimpinan ini memberikan peluang yang sangat luas kepada pimpinan untuk melaksanakan otoritasnya, sedangkan kebebasan bawahannya untuk mengemukakan pendapatnya sangat terbatas. 2) Gaya kepemimpinan persuasif

Pemimpin melaksanakan otoritas dan kontrol terutama dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pemimpin

9 memperhatikan masukan-masukan dari bawahan, dan bawahan mendapat kebebasan terbatas untuk mengemukakan pendapatnya. 3) Gaya kepemimpinan konsultatif

Pemimpin memberikan kesempatan yang luas kepada bawahan untuk ikut serta menetapkan keputusan.

4)

Gaya kepemimpinan partisipatif

Pemimpin memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluasluasnya kepada bawahan mengemukakan pendapatnya untuk membuat keputusan. 5) Gaya kepemimpinan musyawarah berdasarkan tata nilai kebersamaan yang

Kepemimpinan

diwujudkan dalam bentuk kekeluargaan dan gotong royong. Gaya kepemimpinan ini berintikan pada Ing ngarso sung tuladha (lewat sikap dan perbuatannya pemimpin harus mampu menjadi pola anutan dari orang yang dipimpin), Ing madyo mangun karso (seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya), serta Tut wuri handayani (seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab). 6) Gaya kepemimpinan terpadu

10 Gaya kepemimpinan yang dilandasi oleh azas keterpaduan, secara vertikal dilihat dari jenjang manajemen yakni makro, struktural, mikro dan individual; secara horizontal dilihat dari komponen masukan, proses dan produk; dan secara diagonal dilaksanakan berdasarkan pada situasi yang ada di dalam dan diluar lingkungan organisasi. Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah sikap, cara, penampilan kepemimpinan dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya dengan indikator: mengarahkan, memerintah, mendukung, dan mendelegasikan.

2. a.

Motivasi Berprestasi Guru Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji (Mangkunegara, 2001: 103). b. 1) David C. Karakteristik Motivasi Berprestasi Karakteristik motivasi berprestasi tinggi McClelland (Mangkunegara, 2001: 103)

mengemukakan 6 karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu sebagai beirkut: a) Memiliki tingkat tanggungjawab pribadi yang tinggi.

11 b) resiko. c) d) Memiliki tujuan yang realistik. Memiliki rencana kerja yang Berani mengambil dan memikul

menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. e) Memanfaatkan umpan balik yang

konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan. f) Mencari kesempatan untuk

merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Edward Murray (Mangkunegara, 2001: 103) berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai beirkut: a) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya. b) Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan. c) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan. d) Berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang tertentu. e) Melakukan memuaskan. f) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti. g) Melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain. h) Menulis novel atau cerita yang bermutu. pekerjaan yang sukar dengan hasil yang

12 2) Karakteristik motivasi berprestasi rendah Karakterisitk pegawai yang motivasi berprestasinya rendah dapat dikemukakan, antara lain (Mangkunegara, 2001: 104): a) Kurang memiliki tanggungjawab pribadi dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau kegiatan. b) Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik, serta lemah melaksanakannya. c) Bersikap apatis dan tidak percaya diri. d) Ragu-ragu dalam mengambil keputusan. e) tujuan. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motif Berprestasi Terdapat 2 (dua) faktor yang sangat mempengaruhi motif berpretasi dan pencapaian prestasi kerja, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian (Mangkunegara, 2001: 104). Artinya orang yang mempunyai motivasi berprestasinya tinggi bila memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa akan mampu mencapai prestasi maksimal. Hal ini karena IQ merupakan kemampuan potensi, dan kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk Tindakannya kurang terarah pada

mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi guru adalah suatu dorongan bagi guru untuk bekerja sebaikbaiknya agar dapat mencapai prestasi kerja dengan predikat terpuji,

13 dengan indikator: memiliki tanggungjawab pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya, memiliki kemampuan untuk

mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapinya, melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang mengusasi bidang tertentu. Berdasarkan hal-hal di atas maka indikator karakteristik guru yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara lain sebagai berikut : a) Memiliki tanggungjawab pribadi yang tinggi. b) Memiliki program kerja berdasarkan tujuan dan rencana pembelajaran yang telah dibuat. c) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapinya. d) Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil kelulusan yang memuaskan. e) Mempunyai keinginan menjadi seorang guru yang profesional dalam bekerja.

3. a.

Kinerja Guru Pengertian Kinerja Guru Kinerja guru sebagai tenaga kependidikan dan sebagai

karyawan/pegawai negeri sipil baik di lembaga/yayasan sekolah,

14 berperan sebagai pengelola pendidikan. Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Pendidik/guru sebagai unsur yang sangat strategis dan sebagai ujung tombak dalam merealisasikan tujuan untuk mewujudkan produktivitas sekolah yang berkualitas. Pendidik/guru harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi; 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial (PP 19/2005: 23-24). Kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh

lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru perlu memiliki tiga kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:

15 1) kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang

bersifat fisik seperti tampang, suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin 2) disiplin, memiliki dedikasi, tanggung jawab,

suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil, pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik; 3) kemampuan profesional sebagaimana

dirumuskan oleh P3G yang meliputi 10 kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi, mengelola program belajar mengajar,mengelola kelas, menggunakan media dan sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan,

mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar menurut. b. Indikator-Indikator Kinerja Guru Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi

16 eksternal (Sulistyorini, 2001: 145). Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik. Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja. Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut Castetter (dalam Mulyasa, 2003: 45) mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1) Karakteristik individu, (2) Proses, (3) Hasil dan (4) Kombinasi antara karakter individu, proses dan hasil. Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru. Menurut Pidarta (2001: 75) bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira, bekerja bukan

dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di

17 dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk

menjalankan kegiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara berkomunikasi maupun tehknik mengevaluasinya; 2) Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya (Daryanto, 2001: 110). Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi: (1) Unjuk kerja, (2) Penguasaan Materi, (3) Penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) Penguasaan cara-cara penyesuaian diri, (5) Kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik (Sulistyorini, 2001: 150). Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan yaitu: (1) Guru sebagai pengajar, (2) Guru sebagai pembimbing dan (3) Guru sebagai administrator kelas (Danim, 2002: 65).

18 Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja

guru antara lain: 1) Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan

mengajar. 2) 3) 4) 5) 6) Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Penguasaan metode dan strategi mengajar. Pemberian tugas-tugas kepada siswa. Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kinerja guru adalah hasil yang dicapai oleh guru baik sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi belajar siswa yang optimal, dengan indikator: kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.

C. Hipotesis Menurut Arikunto (2002: 70-71), terdapat dua jenis hipotesis yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu:

19 1. Hipotesa kerja atau disebut juga dengan hipotesa alternatif, disingkat Ha. Hipotesa kerja menyatakan adanya hubungan variabel X terhadap variabel Y. 2. Hipotesa nol (null hypothesa), disingkat Ho. Hipotesa nol menyatakan tidak adanya hubungan variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Ho = Tidak terdapat pengaruh antara gaya

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Ha = Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru. 2. Ho = Tidak terdapat pengaruh antara motivasi

berprestasi guru terhadap kinerja guru Ha = Terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru 3. Ho = Tidak terdapat pengaruh antara gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru, secara bersama-sama terhadap kinerja guru. 4. Ha = Terdapat pengaruh antara gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan, motivasi berprestasi guru, secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

D. Metode Penelitian 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti atau diukur yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) sebagai variabel bebas

20 pertama, motivasi berprestasi guru (X2) sebagai variabel bebas kedua, dan kinerja guru (Y) sebagai variabel terikat.

2.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

a.

Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sikap, cara,

penampilan kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi bawahannya/guru dengan indikator: direktif-otoritatif, persuasive, konsultatif, partisipatif, musyawarah, dan terpadu. Untuk setiap jawaban yang diperoleh, selanjutnya diberi skor/nilai berdasarkan skala Likert (Sugiyono, 2009: 93-94), yaitu menggunakan skala bertingkat dengan lima alternatif jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai berikut : skor 5: Sangat Setuju (SS) skor 4: Setuju (S) skor 3: Ragu-Ragu (RR) skor 2: Tidak Setuju (TS) skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS) Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Indikator 1. Direktif-otoritatif 2. Persuasif 3. Konsultatif 4. Partisipatif 5. Musyawarah No Butir Pernyataan 1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12 13,14,15 Jumlah 3 3 3 3 3

21

6. Terpadu Jumlah

16,17,18

3 18

b.

Variabel Motivasi Berprestasi guru (X2) Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan bagi pegawai untuk

bekerja sebaik-baiknya agar dapat mencapai prestasi kerja dengan predikat terpuji, dengan indikator: memiliki tanggungjawab pribadi yang tinggi., memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapinya, melakukan pekerjaan yang berarti dan

menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan, mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang mengusasi bidang tertentu. Untuk setiap jawaban yang diperoleh, selanjutnya diberi skor/nilai berdasarkan skala Likert (Sugiyono, 2009: 93-94) yaitu menggunakan skala bertingkat dengan lima alternatif jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai berikut : skor 5: Sangat Setuju (SS) skor 4: Setuju (S) skor 3: Ragu-Ragu (RR) skor 2: Tidak Setuju (TS) skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS) Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi Guru
Variabel Indikator 1. Memiliki tanggungjawab No Butir Pernyataan 1,2,3 Jumlah 3

22

2.

3.

Motivasi Berprestasi

4.

pribadi yang tinggi Memiliki program kerja berdasarkan tujuan dan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapinya Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikan nya dengan hasil kelulusan yang memuaskan 5. Me mpunyai keinginan menjadi se orang guru yang prfesional Jumlah

4,5,6

7,8,9

10,11,12

13,14,15

15

c.

Variabel Kinerja Guru (Y) Kinerja guru adalah hasil yang dicapai oleh guru baik sebagai

pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan lulusan/prestasi belajar siswa yang optimal, dengan indikator: kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa,

23 kemampuan mengelola kelas, kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi. Untuk setiap jawaban yang diperoleh, selanjutnya diberi skor/nilai berdasarkan skala Likert (Sugiyono, 2009: 93-94) yaitu menggunakan skala bertingkat dengan lima alternatif jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai berikut : skor 5: Sangat Setuju (SS) skor 4: Setuju (S) skor 3: Ragu-Ragu (RR) skor 2: Tidak Setuju (TS) skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS)

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru Variabel Indikator 1. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar 2. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa 3. Penguasaan metode dan strategi mengajar 4. Pemberian tugas-tugas kepada siswa 5. Kemampuan mengelola kelas 6. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi Jumlah No Butir Pernyataan 1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12 13,14,15 16,17,18 Jumlah 3 3 3 3 3 3 18

Kinerja Guru

24 3. a. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003: 731). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD di wilayah UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara sebanyak 290 orang.

b.

Sampel Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010: 62). Menurut Arikunto (2002: 117), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmad (dalam Ridwan, 2004: 65), sebagai berikut: N n= N.d2 +1 Keterangan: n = ukuran sampel

25 N = ukuran populasi d = presisi yang ditetapkan, dalam penelitian ini ditetapkan antara

10%-20%, digunakan 10%. N n= N. d2 +1 290 n= 290 (0,01) + 1 = 3,9 = 290 (10%)2 + 1 290 = 74,3 = 74 290 = 290 (0,10) 2 + 1 290

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel (n) sebesar 74 responden. c. Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2010: 62). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. 4. Langkah Penelitian Langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Persiapan penelitian/pembuatan proposal Diawali dengan memilih masalah, studi pendahuluan,

merumuskan masalah, memilih metode penelitian, menentukan sumber data, dan menentukan tempat penelitian. b. Pembuatan Surat Ijin

26 Membuat surat izin untuk mengadakan penelitian dari IKIP PGRI Semarang dan mengurus izin penelitian. c. Melakukan uji coba instrumen Untuk menentukan validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian yang berupa kuesioner tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi, kompensasi, dan kinerja guru. d. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner dan melakukan observasi ke beberapa SD di wilayah UPT Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara.

5.

Metode Pengumpul Data Menurut Arikunto (2002: 137) metode dan instrumen

pengumpulan data adalah sama dengan alat evaluasi. Mengevaluasi adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran. Untuk menjaga validitas data maka dalam penelitian ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni angket. Dalam penelitian ini metode angket digunakan dengan alasan bahwa angket memiliki beberapa kelebihan antara lain:

27 a. Dalam waktu singkat secara

serentak dapat diperoleh data yang relatif banyak. b. Menghemat waktu, tenaga

dan biaya dibanding dengan metode wawancara. c. Dalam mengisi angket

responden diberi waktu khusus sehingga dalam menjawab angket sesuai dengan kecepatan masing-masing responden. d. Secara psikologi responden

tidak merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih terbuka Karena tidak terpengaruh oleh hubungan antara peneliti dengan responden. e. Angket dapat dibuat

terstadar sehingga dalam menganalisisnya juga lebih mudah.

6.

Validitas dan Reliabilitas Data Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 2002: 158). Pengujian validitas tiap butir pada penelitian ini menggunakan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

28 Untuk mengukur validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:
rxy =

{( NX

NXY (X )(Y )
2

(X ) 2 }{ NY 2 (Y ) 2 }

Keterangan : rxy = Koefisien Korelasi r N X Y = Banyaknya subyek = Skor dalam distribusi variabel X = Skor dalam distribusi variabel Y Sugiyono (2003: 106) menyatakan teknik korelasi untuk menentukan validitas item merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas r = 0,3. Uji Reliabilitas Setelah diadakan uji kesahihan dan didapatkan butir-butir valid, selanjutnya butir-butir valid tersebut diuji reliabilitasnya. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 158). Uji reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu instrumen, sehingga dapat diramalkan apabila alat ukur yang digunakan itu dipakai berkali-kali akan memberikan hasil yang hampir sama dalam

29 waktu yang berbeda dan pada orang yang berbeda pada waktu yang sama. Untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha dari Cronbach. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus berikut : K 2b r11 = 1 2 t (k 1) Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2 b = Jumlah varians butir 2 t =Varians total Hasil perhitungan dari uji reliabilitas dengan rumus Alpha ini dikonsultasikan dengan tingkat korelasi sebagai berikut : 0,8 -1,00 0,6-0,79 0,4-0,59 0,2-0,39 0,0-0,19 7. a. = sangat tinggi = tinggi = cukup = rendah = sangat rendah

Teknik Analisis Data Analisis deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan data tanpa tujuan menguji hipotesis. Analisis deskriptif dalam penelitian ini berupa distribusi frekuensi dan persentase. Kategori penilaian persentase dibuat sesuai dengan skala angket/kuesioner yaitu sebanyak 5 (lima) tingkat. Arikunto (2002: 215) memberikan contoh tingkat penilaian dengan 5 (lima) gradasi yaitu sangat senang, senang, cukup senang, kurang senang, dan tidak senang. Berdasarkan pada pendapat

30 tersebut penulis membuat asumsi penilaian dalam penelitian untuk semua variabel terdiri dari sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Masing-masing tingkatan mempunyai proporsi yang sama yaitu 20 %, dengan perincian sebagai berikut: Sangat tinggi, jika mencapai 81 100% Tinggi, jika mencapai 61 80% Sedang, jika mencapai 41 60 % Rendah, jika mencapai 21 40 % Sangat rendah, jika mencapai 1 20 % b. Analisis Statistik Analisis statistik dilaksanakan untuk memahami pengaruh antara dua variabel atau lebih. Analisis statistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi khususnya analisis regresi linier berganda, sehingga persyaratan yang harus dipenuhi antara lain distribusi datanya harus linier. 1) Pengujian Persyaratan Analisis a) Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Dengan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut : X2 =
i =1 k

( fo fh) 2 fh

dimana: X2 = Chi Kuadrat fo = frekuensi yang diobservasi

31 fh = frekuensi yang diharapkan (Sugiono, 2010: 107) Selanjutnya harga Chi kuadrat hitung dikonsultasikan dengan nilai Chi kuadrat tabel dengan taraf signifikasi 5%. Data dapat dikatakan berdistribusi normal bila harga Chi kuadrat hitung dibawah harga Chi kuadrat tabel.

b)

Uji Linearitas Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat berbentuk linear atau tidak (Sugiono, 2010: 265). Untuk keperluan uji linearitas ini digunakan uji statistik F. Rumusnya adalah sebagai berikut : S2reg F = S2sis

dimana : F = Koefisien Regresi S2reg = rata-rata kuadrat garis regresi 2 S sis = rata-rata kuadrat residu (Sugiono, 2010: 273). Kriteria pengujian linearitas adalah jika nilai F hitung lebih kecil dari pada nilai F tabel dengan taraf signifikansi 5%, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya bersifat linear.

c)

Uji multikolinearitas

32 Uji ini dilakukan sebagai syarat digunakannya analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini. Untuk menguji terjadi atau tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menyelidiki besarnya interkorelasi antar variabel bebas. Untuk pengujian ini menggunakan tehnik korelasi product moment sebagai berikut : rxy = dimana: rxy = koefisien korelasi X Y N = Skor hasil variabel bebas = Skor hasil variabel terikat = Jumlah Subyek Dengan menggunakan tehnik korelasi product moment ini dapat diketahui jika harga interkorelasi antara variabel bebas lebih besar atau sama dengan 0,80 berarti terjadi multikolinearitas variabel bebas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk persyaratan uji regresi linier berganda tidak dapat dilanjutkan. Demikian juga sebaliknya, jika tidak terjadi multikolinearitas maka uji regresi berganda dapat digunakan. d) Uji Homogenitas Uji homogenitas varians dilakukan untuk menguji homogenitas variabel terikat (Y) yang dikelompokkan

{N X

N XY ( X )( Y )
2

( X )} { N Y ( Y )}
2 2 2

berdasarkan kesamaan nilai variabel bebas (X). Pengujian

33 homogenitas dilakukan dengan menggunakan teknik

Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test. Kehomogenan dapat dipenuhi apabila hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikansi 0,05. Jika signifikansi yang diperoleh > 0,05 maka variansi setiap sampel sama (homogen). Sebaliknya jika signifikansi yang diperoleh < 0,05 maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

2) Uji Hipotesis a) Uji t untuk menentukan thit. Uji t dipergunakan untuk menguji hubungan secara parsial antara variabel dependen dengan variabel independent. Besarnya thit ditentukan dengan rumus: x t = s/n dimana: t x s n = Nilai t yang dihitung atau disebut t hitung = rata-rata xi = Simpangan Baku = Jumlah Sampel Dasar pengambilan keputusan yaitu apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Derajat

34

kepercayaan atau Level of Significance ( ) yang dipakai dalam penelitian ini adalah = 5%. b) Uji F Uji F (multiple correlation) merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara variabel X1, dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y. Pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda dilakukan dengan uji F. F hitung dapat diperoleh dengan rumus : R2 / k Fh = (1 R2) / (n k 1) dimana: R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel Apabila harga F hitung sama atau lebih besar dari F tabel dengan taraf signifikansi 5%, maka hipotesis yang diajukan diterima, tetapi jika F hitung lebih kecil dari F tabel dengan taraf signifikansi 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak. c) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi disebut juga koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel

independen (Sugiono, 2010: 231).

35 d) Regresi Linier Berganda Analisis regresi dilakukan untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak (Sugiono, 2010: 260). Analisis regresi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah naik dan menurunnya variabel kinerja guru dapat dilakukan melalui peningkatan variabel supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja. Persamaan regresi yang digunakan adalah: Y = + 1 X 1 + 2 X 2 dimana: Y 1.....2 X1 X2 = Disiplin Kerja = Konstanta = Koefisien variabel bebas = Kepemimpinan = Motivasi kerja

Dari analisis regresi ini akan ditemukan nilai yang dapat mewakili nilai variabel kinerja guru (Y) apabila variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi berprestasi (X2) dianggap tidak ada. Nilai 1 mewakili koefisien hubungan variabel supervisi kepala sekolah (X1) dengan variabel kinerja guru (Y) yang mengandung arti setiap kenaikan skor supervisi kepala sekolah (X1) sebesar 1 satuan akan menaikkan variabel kinerja guru (Y). Nilai 2 mewakili koefisien hubungan variabel motivasi kerja (X2) dengan variabel kinerja guru (Y)

36 yang mengandung arti setiap kenaikan skor motivasi kerja (X2) sebesar 1 satuan akan menaikkan variabel kinerja guru (Y). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui variabel bebas apa yang paling berpengaruh dengan kinerja guru (Y).

E. Sistematika Penulisan Tesis Tesis ini secara keseluruhan disajikan dalam 5 Bab, yaitu: 1. a. b. c. d. 2. a. b. 3. a. b. c. d. e. f. g. 4. Bab I Pendahuluan: Alasan pemilihan judul, Rumusan masalah, Tujuan penelitian dan manfaat penelitian Penegasan istilah; Bab II Tinjauan Pustaka, Kajian Teori Hipotesis; Bab III Metode Penelitian, Variabel penelitan, Definisi operasional variabel Populasi dan sampel, Langkah penelitian, Teknik pengumpulan data, Validitas dan relaibilitas data, Teknik analisis data; Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,

37 a. b. c. 5. a. b. Deskripsi hasil penelitian, Uji hipotesis, dan Pembahasan; Bab V Penutup: Kesimpulan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto, 2001, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Danim S., 2002, Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hasley, George D., 2003, Bagaimana Memimpin dan mengawasi Pegawai Anda. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar, 2005, Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara

38 Mangkunegara, Anwar P., 2002, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Rafika Aditama. Mulyasa, Enco, 2007, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press Nurdin, Syafruddin, 2005, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Padang: IAIN IB Press. Pidarta, 2001, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Aneka Ilmu. Roobins, Stephen P., 2009, Organisation Behavior, New Jersey: Prentice Hall International Inc. Sulistyorini, 2001, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1). Tjiptono, F., dan Diana A., 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi. http://id.shvoong.com/, definisi gaya kepemimpinan, diakses tanggal 28 Agustus 2011. http://febrianilisa.blogspot.com/, fleksibilitas dan pengertian gaya kepemimpinan, diakses tanggal 28 Agustus 2011.

39

KUESIONER a. Jenis kelamin Saudara b. Pendidikan .......... c. Umur d. Status perkawinan Saudara e. Jika kawin, jumlah anak : ....................................................... f. Jumlah keluarga yang ditanggung g. Bidang Kerja/Jabatan h. Masa Kerja : ....................................................... : ....................................................... : ....................................................... : ........................................................ : Kawin / Tidak Kawin :L/P : ..............................................

40 i. Nama Sekolah j. Alamat Sekolah : ....................................................... I. PERNYATAAN TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN Berilah tanda (X) pada jawaban yang Saudara anggap paling tepat : a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju = SS =S = RR = TS : .......................................................

e. Sangat Tidak Setuju = STS No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pernyataan Kepala Sekolah menggunakan kekuasaan dalam menyelesaikan masalah Kepala Sekolah memberi perintah secara tegas kepada guru Kepala Sekolah mengatur semua urusan di sekolah Kepala Sekolah memberi tahu guru tentang tugas dan tanggung jawabnya Kepala Sekolah mewajibkan guru untuk disiplin dalam bekerja Kepala Sekolah menunjukkan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru Kepala Sekolah memberi kesempatan kepada guru untuk mencapai cita-citanya Kepala Sekolah melimphakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan kepada guru Kepala Sekolah menyerahkan pekerjaan kepada guru sesuai dengan kemampuannya Kepala Sekolah memberi dukungan kepada guru untuk berinovasi Kepala Sekolah memerintahkan guru agar bekerja secara maksimal Kepala Sekolah memberi peluang kepada guru untuk mengemukakan pendapatnya Jawaban yang diperoleh SS S RR TS STS

41

13. 14. 15. 16. 17. 18.

Kepala Sekolah memberi bimbingan kepada guru dalam melaksanakan pekerjaannya Kepala Sekolah memberi reward kepada guru yang bekerja tepat waktu Kepala Sekolah memberi bantuan kepada guru yang mengalami masalah Kepala Sekolah mengutus guru dalam setiap pertemuan dengan pihak-pihak terkait Kepala Sekolah memberi pekerjaan di luar tugas dan tanggung jawab guru Kepalah Sekolah membagi pekerjaan sesuai dengan kompetensi guru / bawahan

II. PERNYATAAN TENTANG MOTIVASI BERPRESTASI GURU Berilah tanda (X) pada jawaban yang Saudara anggap paling tepat : a. b. c. d. e. No Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju = SS =S = RR = TS

Sangat Tidak Setuju = STS Pernyataan Jawaban yang diperoleh

42

STS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15. Saya memiliki tuntutan yang tinggi pada diri sendiri ketika sedang bekerja Saya sangat menyenangi pekerjaan Saya Saya selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu Saya selalu menggunakan waktu luang untuk bekerja Saya selalu bekerja sesuai dengan tugas saya Saya memiliki program kerja sendiri selain yang ditentukan sekolah Saya sering menuangkan ide-ide saya untuk kepentingan program kerja di sekolah Saya sering mendapat pujian dari pimpinan apabila dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya Saya sudah mencapai apa yang saya cita-citakan Saya sering memperoleh bonus apabila bekerja dengan baik dan sukses Saya pernah meraih penghargaan atas prestasi yang saya peroleh Saya mengalami kenaikan golongan sesuai dengan waktu yang ditentukan Saya pernah diikutsertakan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan Saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan saya Saya sering menulis artikel yang dapat mendukung pekerjaan saya

TS

RR

SS

III. PERNYATAAN TENTANG KINERJA GURU Berilah tanda (X) pada jawaban yang Saudara anggap paling tepat : a. b. c. d. No
1.

Sangat Setuju = SS Setuju =S Ragu-Ragu = RR Tidak Setuju = TS e. Sangat Tidak Setuju = STS Pernyataan
Saya melakukan persiapan untuk memulai

Jawaban yang diperoleh STS TS RR S SS

43

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

pembelajaran Saya menyusun rencana pembelajaran untuk mengajar Saya mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran di mulai Saya memberikan materi sesuai dengan jadwal pelajaran Saya menyampaikan materi dengan penuh inovasi Saya menyampaikan materi secara jelas agar mudah dimengerti olah siswa Saya menguasai setiap metode yang digunakan dalam mengajar Saya menggunakan strategi yang efektif untuk pembelajaran Saya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Saya selalu memberi pekerjaan rumah kepada siswa Saya mengajak siswa untuk mengamati alam sekitar Saya menugaskan siswa untuk mengamati halhal yang menjadi isu hangat dengan mengumpulkan kliping. Saya mengucapkan salam setiap memulai pelajaran Saya menyuruh siswa untuk berdoa bersama Saya bertindak tegas pada siswa yang membuat kegaduhan di kelas Saya selalu memberikan uji kompetensi setiap dua minggu sekali Saya melakukan evaluasi pembelajaran setiap kali pertemuan Saya melakukan evaluasi penilaian siswa setiap 3 bulan sekali

Вам также может понравиться