Вы находитесь на странице: 1из 12

1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Aspek kependudukan merupakan unsur yang selalu dikaitkan dengan masalah perumahan dan dianggap sebagai penyebab utama. Pendapat ini walau belum jelas kebenarannya, dianut oleh banyak pihak mulai dari pengambil keputusan, awam dan para cendekiawan. Bagi Indonesia jumlah penduduk adalah unsur dominan, sebab sampai sensus penduduk 2000, Indonesia menduduki sebagai negara berpenduduk terbesar keempat setelah Cina, India, Amerika Serikat. Penduduk kota menurut sensus 2000 mencapai 85.380.627 orang atau 42,43%. Menjelang tahun 2010 separoh penduduk Indonesia berdiam di kota, ini terlambat dengan keadaan dunia yang sudah mencapai angka tersebut saat pergantian abad lalu. Namun beberapa provinsi dan kabupaten telah urbanized sejak sensus penduduk 1990 lalu. Perumahan merupakan kebutuhan utama disamping pangan dan sandang bagi setiap orang. Perumahan merupakan salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat. Kecuali merupakan kebutuhan, keadaan perumahan juga mempunyai pengaruh terhadap pembinaan watak dan kepribadian serta merupakan faktor penting pula terhadap produktivitas kerja seseorang. Dengan demikian keadaan perumahan yang baik dapat menunjang usaha pembangunan ekonomi. Tetapi dilain pihak kemampuan untuk mengusahakan adanya perumahan yang layak tergantung sekali daripada adanya perkembangan perumahan serta pembangunan ekonomi. Keadaan perumahan di kendari masih dijauh daripada mencukupi, dilihat daripada dijumlah maupun dilihat dari kwalitas/kondisi perumahannya yang sebagian besar belum memenuhi persyaratan - persyaratan yang layak. Kekurangan-kekurangan dibidang perumahan tersebut terutama disebabkan oleh bertambahnya penduduk yang cukup umur untuk kawin. Hal ini disebab kan oleh karena tingkat kelahiran yang tinggi pada tahun-tahun lima puluhan. Demikian pula terdapat suatu tingkat urbanisasi, yaitu arus perpindahan penduduk yang tinggi. Kerusakan selama perang kemerdekaan dan gangguan - gangguan keamanan memberikan pengaruh pula terhadap kekurangan perumahan ini. dan yang terakhir masalah ekonomi dan tingkat kehidupan yang belum meningkat dan kurang tersedianya fasilitas ataupun sarana-sarana pembangunan perumahan merupakan salah satu sebab pula. Kekurangan perumahan ini bila tidak ditanggulangi secara baik akan bertambah parah diwaktu-waktu yang akan datang. Karena kecuali harus mengejar ketinggalan -ketinggalan yang ada, pembangunan dibidang perumahan harus pula mengikuti Perkembangan jumlah penduduk. Masalah perumahan dapat dibagi mengenai perumahan kota dan perumahan daerah pedesaan. Mengenai perumahan kota dapat dibagi pula menjadi masalah perumahan kota -kota besar dan masalah perumahan kota-kota kecil. Mengenai perumahan kota-kota besar

jumlahnya ditandai oleh sangat kurangnya jumlah rumah yang ada dibandingkan dengan banyaknya penduduk. Kecuali itu banyaknya rumah-rumah yang tidak memenuhi persyaratan - persyaratan kehidupan dan pembangunan yang layak, yaitu perkampungan - perkampungan dipinggir kota dan gubuk - gubuk liar didalam kota. Demikian pula terdapat kesulitan - kesulitan mengenai tanah, fasilitas air minum, keadaan penerangan, kesehatan lingkungan dan sebagainya. juga dapat disebutkan adanya perbedaan yang besar antara biaya pembangunan atau sewa dalam bentuk kontrak sesuatu rumah dengan kemampuan penduduk kota pada umumnya. Mengenai masalah perumahan dikota - kota kecil secara relatif keadaannya lebih baik daripada kota - kota besar, namun masalah kota besar juga sudah timbul disini. Masalah perumahan pedesaan kekurangannya terletak terutama kepada kwalitas dalam arti kata kurangnya persyaratan - persyaratan tehnik dan konstruksi rumah. Demikian pula kalau diperhatikan, persyaratan - persyaratan sosial, fasilitas kesehatannya masih buruk. Suatu masalah lain yang masih perlu dikembangkan ialah perencanaan kota. Perencanaan kota meliputi perencanaan pengggunaan tanah untuk tempat tempat perumahan, tempat - tempat niaga, daerah industri, jaringan transport, tempat - tempat rekreasi dan lain - lain dari sesuatu kota. Perencanaan kota ini sudah dimulai diberbagai kota besar, namun hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan perencanaan kota. Pengaturan serta penyelenggaraan masalah perumahan akan dapat dilaksanakan secara lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana perkembangan penduduk dan perumahan di Sulawesi Tenggara. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Pengaruh perkembangan penduduk dan perumahan di Sulawesi Tenggara.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 tinjauan terhadap pengembangan wilayah perumahan dan pemukiman dalam rangka pembangunan berkelanjutan Secara geografis letak dan kedudukan kendari sebagai ibu kota provinsi yang terdiri dari beberapa pulau. Pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur adalah pembangunan nasional yang menciptakan kemajuan-kemajuan di berbagai bidang kehidupan baik fisik maupun non fisik seperti kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, industri, penyediaan sarana prasarana dan sebagainya. Di dalam keterkaiatan antara pembangunan nasional dengan daerah maka kedudukan pembangunan perkotaan memiliki manfaat yang sangat penting yaitu kota sebagai pusatnya kegiatan penduduk mempunyai peran yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Pembangunan perkotaan ini bertujuan untuk meningkatakan kinerja pengelolaan kota dalam rangka mewujudkan kota layak huni, menanggulangi masalah kemiskinan dan kerawanan sosial, memperkuat fungsi internal dan eksternal kota, serta mengupayakan sinergi pembangunan antar perkotaan dan pedesaan. Pembangunan perumahan dan permukiman yang harus mencerminkan perwujudan manusia seutuhnya dan peningkatan kualitas manusia meniadakan kecemburuan sosial dan secara positif menciptakan perumahan dan permukiman yang mencerminkan kesetiakawanan serta keakraban sosial. Pembangunan perumahan dan permukiman dalam PJPT II harus mencerminkan ke Indonesiaan, persatuan dan kesatuan bangsa, memadukan nilai-nilai arsitektur daerah dengan kemajuan teknologi konstruksi dibidang perumahan dan permukiman. Disamping itu harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kemampuan masyarakat serta berwawasan lingkungan. (Komarudin, 1997, 51) Hak atas perumahan di Indonesia tercantum dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23) yang berlaku mulai tanggal 10 Maret 1992 yaitu dalam pasal 5 ayat (1) dimana disebutkan bahwa : Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar (basic need) manusia, yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan oleh manusia untuk melindungi diri dari cuaca, iklim dan gangguan lainya. Adapun fungsi lain dari rumah adalah sebagai lingkungan tempat tinggal untuk mengembangkan

kehidupan dan penghidupan keluarga. Perumahan dan permukiman tidak dapat dilihat sebagai sarana kehidupan semata, akan tetapi merupakan proses berfikir dalam menciptakan ruang kehidupan untuk kehidupan masyarakat. Dengan demikian rumah dan permukiman mempunyai peranan yang sangat strategis untuk mewujudkan pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya. Pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman khususnya di kawasan perkotaan harus senantiasa memperhatikan penataan ruang yang berlaku di kota yang bersangkutan sehingga terdapat sinkronisasi atau kesesuaian antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan ruang kota. 2.2 Wewenang Kabupaten/Kota dalam Perencanaan Wilayah Kota Secara esensial ruang dan tanah merupakan modal dasar dan potensi sumber daya alam yang sangat mahal dan semakin langka. Hal tersebut disebabkan karena tanah dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk berbagai macam pembangunan. Tanah harus dapat dimanfaatkam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Agar ruang dan tanah dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam pemenuhan kebutuhan perumahan serta permukiman yang terus meningkat secara dinamis dan progresif, perlu dilakukan pembinaan serta pengelolaan ruang dan pertanahan secara terarah dan terkendali. Dengan memperhatikan hal hal diatas, maka jelas bahwa persoalan yang berkaitan dengan penataan ruang ini mengandung dimensi yang sangat luas, apalagi ruang itu sendiri meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara termasuk sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang sangat vital bagi kehidupan dan penghidupan. Oleh sebab itu aspek aspek Hukum Administrasi Negara Dalam Penataan Ruang sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 dianggap penting, karena persoalan penataan ruang tersebut, disamping mengandung aspek hukum lingkungan dan hukum agraria juga sangat berkaitan dengan wewenang dari Badan/Pejabat Administrasi Negara sebagai alat perlengkapan negara dalam menentukan arah kebijaksanaan pembangunan yang diatur dalam Hukum Administrasi Negara. Hal yang terakhir ini sekaligus mencerminkan adanya campur tangan pemerintah (alat alat Administrasi Negara) dalam kehidupan masyarakat sehari hari khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang dengan berbagai aspek yang terkandung di dalamnya. (B. Hestu Cipto Handoyo, 1995; 9). Dalam masalah perumahan dan permukiman yang merupakan kebutuhan hidup masyarakat, maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengaturnya.

2.3 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang .

Peran serta masyarakat dalam penyusunan tata ruang mulai dari penyusunan tata ruang wilayah nasional, tata ruang wilayah propinsi dan tata ruang wilayah kabupaten/kota, dengan adanya Undang Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004 yang telah memberikan otonomi seluas luasnya tersebut, memberikan peluang kepada masyarakat baik para cendekiawan ataupun anggota masyarakat pada umumnya untuk dapat berperan serta aktif dalam penyusunan tata ruang wilayah dengan sebaik baiknya. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang wilayah sangat penting kedudukannya, sehingga ada 3 (tiga) alasan utama mengapa peran serta masyarakat mempunyai sifat yang penting, yaitu : 1. Peran serta masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh suatu informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya, program pembangunan serta proyek proyek akan gagal; Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya; Yang mendorong adanya peran serta masyarakat umumnya di banyak negara karena anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan itu sendiri. (Conyers, 1994; 154)

2. 3.

Dalam peran serta masyarakat tersirat makna, dan integritas keseluruhan dari proyek tata ruang yang merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain, peran serta berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu proyek tata ruang sehubungan dengan kehidupan masyarakat. Peran serta adalah kesadaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak pihak lain untuk suatu kegiatan. Peran serta sebagai sarana pembangunan dimaksudkan agar tersaranakan potensi dan kemungkinan dari peran serta itu sendiri.

DATA REKAPITULASI PENCAPAIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN SWADAYA SULTRA NO. LOKASI RUMAH SWADAYA MURNI Peningkatan Kualitas Pembangunan Baru 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Buton Utara Konawe Selatan Konawe Utara Buton Wakatobi Bombana Konawe Kendari Kolaka Muna Kolaka Utara SULTRA 760 940 499 20.062 590 5.443 5.212 44.210 11.725 875 565 90.881 1300 1025 950 15.500 186 12.127 11.777 12.522 19.675 1.095 1.405 77.562 Total 2.060 1.965 1.449 35.562 776 8.464 3.222 56.732 31.400 4.015 1.970 147.615

Sumber data : data BAPEDA provinsi SULTRA

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah rumah swadaya murni pada peningkatan kualitas dan pembangunan baru yang paling banyak terdapat pada daerah kendari yakni sebesar 56.732 unit dan yang paling sedikit terdapat di daerah wakatobi yakni sebesar 776 unit. Serta total jumlah rumah swadaya murni dari semua daerah di sultra yakni sebasar 147.615 unit.

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: Perkembangan laju pertumbuhan penduduk di Sulawesi tenggara mengalami peningkatan terutama kendari pada tahun 1990-2007 yakni1,48% menjadi 2,79 %
1)

2) Pembangunan perumahan dan permukiman yang harus mencerminkan perwujudan manusia seutuhnya dan peningkatan kualitas manusia meniadakan kecemburuan sosial dan secara positif menciptakan perumahan dan permukiman yang mencerminkan kesetiakawanan serta keakraban sosial. Peran serta masyarakat dalam penyusunan tata ruang mulai dari penyusunan tata ruang wilayah nasional, tata ruang wilayah propinsi dan tata ruang wilayah kabupaten/kota, dengan adanya Undang Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004 yang telah memberikan otonomi seluas luasnya tersebut, memberikan peluang kepada masyarakat baik para cendekiawan ataupun anggota masyarakat pada umumnya untuk dapat berperan serta aktif dalam penyusunan tata ruang wilayah dengan baik baiknya

5.2 Saran.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan kepada seluruh aspek yang terkait dengan hal ini untuk dapat memperhatikan perkembangan laju pertumbuhan penduduk karena apabila penduduk makin bertambah sementara sarana pemukiman berkurang akan menimbulkan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

J. Dwi Narwoko Bakong Suyanto, 2006:305 Rasidi, B, 2007.Pertumbuhan laju penduduk di Indonesia Daldjoeni H, 1986, Masalah penduduk dalam fakta dan angka, alumni bandung

B Burhanuddin, dkk.1987.kependudukan sultra Sanusi sri rahayu, SKM, M. kes, masalah kependudukan di Negara Indonesia http://mediasauna.multiply.com/journal-pertumbuhan penduduk/item/8 http://id.wikipedia.org/wiki/pertumbuhan-penduduk http://www.kebunhikmah.com/article.php?catid=9 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

10

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan I.3 Latar Belakang................................................................................................... 1 I.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2 I.3 Tujuan makalah.................................................................................................. 2 BAB II Pembahasan 2.1 tinjauan terhadap pengembangan wilayah perumahan dan pemukiman dalam rangka pembangunan berkelanjutan................................................................. 3 2.2 Wewenang Kabupaten/Kota dalam Perencanaan Wilayah Kota. 3 2.3 Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang ... 4

BAB III Penutup 5.1 Kesimpulan........................................................................................................... 7 5.2 Saran..................................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA

11

TUGAS

EKONOMI PERKOTAAN

Oleh:

12

ISMAYANTI
B1A1 06066

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2009

Вам также может понравиться