Вы находитесь на странице: 1из 5

Bangsa yang maju adalah bangsa yang berbudaya.

Tidak disangkal lagi bahwa, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan aneka ragam budaya yang mengagumkan. Akan tetapi, budaya luhur yang telah diwariskan itu seperti habis ditelan roda zaman peradaban, salah satu penyebabnya adalah karena generasi penerusnya tidak gemar membaca dan mempelajari sejarah. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mempertahankan budaya luhur bangsa adalah dengan melahirkan generasi senang baca. Ada semacam hubungan yang kuat antara bangsa yang maju dengan tingginya minat baca. Artinya semakin tinggi kebiasaan membaca masyarakatnya maka semakin maju pula bangsanya. Jika ada pertanyaan, bagaimana sebuah bangsa masuk kategori maju atau terpuruk? Jawabannya, lihatlah mentalitas belajar masyarakatnya, dan buku merupakan jendela yang dapat membuka wawasan dan menciptakan perubahan. Untuk melahirkan generasi seperti itu diperlukan sarana pendukung, dan program pengadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah solusi terbaik yang bisa dilakukan. Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VIII pasal 35, menegaskan: Pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun peserta didik tidak didukung oleh sumber yang diperlukan, salah satu sumber yang sangat penting tetapi bukan satu-satunya adalah perpustakaan. Terkait dengan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar, dalam kacamata pendidikan peranannya cukup penting. Karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif jika sumber belajarnya tersedia. Melalui perpustakaan dengan sumber-sumber informasi yang ada di dalamnya dapat membantu dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan outputnya kelak. Banyak persepsi masyarakat yang muncul dan berkembang tentang perpustakaan. Perpustakaan dianggap hanya sebagai gudang buku-buku yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Kalangan lembaga pengelola perpustakaan juga dikesankan ekslusif karena perpustakaan dianggap kurang sosialisasi kepada masyarakat. Selanjutnya, persepsi yang berkembang adalah, perpustakaan hanyalah untuk kalangan civitas akademik (pelajar, mahasiswa, guru dan dosen). Berdasarkan latar belakang masalah ini, penulis mencoba mengusulkan satu paradigma baru untuk melahirkan generasi perpustakaan cerdas untuk bangsa Indonesia. Yakni, melahirkan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) disetiap kelurahan. Di setiap kelurahan di seluruh wilayah Indonesia terdapat TBM. TBM ini dikelola oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian, kesan ekslusif perputakaan yang hanya untuk kalangan terpelajar akan bisa diminimalisir. Pemerintah sebagai penguasa,

mempunyai peran penting untuk melaksanakan program ini, dengan mewajibkan program ini menjadi program kerja pejabat kelurahan. Taman Bacaan masyarakat (TBM) memang bukan barang baru, tapi pengadaan TBM untuk setiap kelurahan adalah paradigma baru yang belum dilaksanakan. Lalu, apa bedanya perpustakaan dan TBM? Mengapa mesti TBM? Pentingnya membaca semakin terasa dalam abad informasi ini, yaitu satu abad yang ditandai dengan ledakan informasi, yang mengacu pada keadaan dimana terjadi produksi informasi secara besar-besaran karena pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Secara gamblang, Dian Sinaga menjelaskan dalam artikelnya Peranan Gambar dan Ilustrasi Dalam Membina Minat Baca, bahwa eksistensi perpustakaan sebenarnya merupakan sarana informasi, sarana pendidikan, penelitian, sekaligus sebagai sarana hiburan. Perkembanagan ilmu pengetahuan dan informasi di segala bidang telah mengubah kebudayaan manusia dan tidak dapat dipungkiri ada kaitannya dengan perpustakaan. Perpustakaan adalah salah satu sarana untuk menyimpan informasi tersebut. Kehadiran perpustakaan bukanlah hal yang baru di kalangan masyarakat. Dimana-mana telah diselenggarakan perpustakaan seperti sekolah baik umum, Islam maupun kejuruan. Keberadaan perpustakaan adalah untuk menunjang sarana belajar mengajar. Itulah perpustakaan dan perannya. Masalahnya, perpustakaan itu terletak di dalam lembaga pendidikan dan hanya orang-orang yang berada di dalamnya yang akan terberdayakan. Bagaimana dengan masyarakat umum? Masyarakat desa? Keberadaan mereka berada diluar lembaga pendidikan, yang sangat jarang ditemui mereka masuk perpustakaan lembaga tertentu. Terlebih lagi, ternyata permasalahan yang terjadi di masyarakat bukan hanya masalah edukasi dan minat baca, tapi pengangguran, buta aksara, anak terlantar, moral, bahkan pemahaman seadanya tentang agama adalah juga menjadi hal-hal mendasar yang membuat permasalahan sosial kemasyarakatan menjadi berkembang dan perlu penanganan yang serius. Oleh karena itu, melahirkan Taman Bacaan masyarakat (TBM) sebenarnya masalah urgent yang harus segera direalisasikan. Fungsi TBM sebagai pengikis buta aksara diharapkan dapat berjalan maksimal. Apalagi, Indonesia masih memiliki target pemberantasan buta aksara yang cukup tinggi. Pada 2000 lalu, angka buta aksara masih 15,4 juta orang. Masih ada 12,7 juta warga usia 15 tahun ke atas yang belum melek huruf. Pada 2009 ini, pemerintah menargetkan angka buta aksara bisa berkurang hingga 7,7 juta orang (www.depdiknas.go.id), bukan jumlah yang sedikit dan bukan pula pekerjaan mudah.

Dalam hal ini, sebenarnya bukan semata-mata beban pemerintah, masyarakat juga semestinya ambil bagian membangun minat baca untuk meminimalisir buta aksara tersebut. Lalu, bagaimana solusinya? Ketika seseorang merasa lapar, ia akan mencari warung makan. Ketika ingin browsing, mencari data dan informasi di dunia maya, ia akan mencari warung internet. Dengan adanya TBM, diharapkan ketika seseorang ingin belajar (membaca) ia akan ingat warung baca/TBM. Membaca. Sebuah kegiatan yang menuai manfaat besar bagi pelakunya. Mungkin kita bisa berijma(mufakat) bahwa membaca memang penting, membaca bisa menghantarkan kita ke pintu gerbang pengetahuan dan kearifan. Keluasan ilmu, sebagian besar didapat dengan rakusnya membaca. Apapun itu, baik buku, majalah, artikel, koran, dan setiap tulisan yang melintas di depan mata. Ketika kita membaca, neuron-neurondalam otak kita akan berteriak karena bahagia, neuron-neuron itu saling berkoneksi (bersilaturahmi) satu sama lain. Dan kemudian ilmu meluncur deras ke dalam diri kita. Ilmu bisa didapat jika kita benar-benar cinta kepada buku. Keadaan ini akan menjauhkan kita dari kesempitan langkah dan kepicikan wawasan. Kegiatan ini akan mengiringi umur kita dalam kebaikan. Sastrawan kondang Mesir, Abbas Mahmud Al-Aqod berkata dalam salah satu bukunya yang berjudul, Pedang dan Buku, sebagai berikut: Membaca bagi kita adalah bagaikan sebuah sihir yang mampu mengantarkan banyak manusia mengetahui tugas-tugasnya dan menjadikan dirinya orang yang bermanfaat. Dan, membaca bagi peradaban manusia modern adalah sebagai sebuah kemuliaan dan kemajuan seseorang. Meminjam moto Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), gemar membaca, bangsa maju dan unggul. Hal ini bisa difahami bahwa bangsa yang unggul adalah bangsa yang memiliki fondasi kokoh yang dicerminkan dengan tingginya minat baca masyarakatnya. Ada dua masalah soal minat baca di masyarakat, terutama di pedesaan. Pertama, langkanya buku yang dapat mereka (wagra desa) akses dengan mudah dan murah. Kedua, masih rendahnya budaya baca. Ini terkait erat dengan faktor pertama. Kedua masalah tersebut bisa diatasi. Kita bisa menggelar sejumlah program, seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Taman Bacaan Anak (TBA), perpustakaan desa, ataupun memberdayakan perpustakaan keliling yang tak hanya menyentuh warga kota, tetapi juga desa. Dari semua program itu, tampaknya TBM menjadi pilihan tepat karena lebih menyentuh aspek kemasyarakatannya.

Sebuah Taman Bacaan Masyarakat akan dinilai baik jika memiliki dua unsur. Yakni, memiliki fasilitas penunjang dan miliki program kerja yang baik. Penerapan teknologi informasi yang tepat di perpustakaan akan sangat membantu manajemen dan pengelolaan perpustakaan. Transaksi peminjaman dan pengembalian buku dilakukan secara otomatis. Pengunjung dapat menggunakan program katalog untuk mencari buku berdasarkan kode, judul, pengarang ataupun penerbit. Program ini akan melakukan pencarian dan menunjukan informasi buku, lokasi rak, status pinjam, dan jadwal buku dikembalikan. Setelah ditunjang dengan fasilitas teknologi, untuk memaksimalkan fungsi TBM, penting adanya program kerja yang baik, tidak hanya menjadi tempat duduk, baca, diam dan pulang. Program kerja-program kerja berikut ini mungkin akan cukup membantu untuk menghidupkan sebuah Taman Bacaan Masyarakat. Yakni program beasiswa pembaca teladan, kelompok usaha kecil mandiri, pemberdayaan kaum perempuan, program sukses ujian nasional (UN), bina baca quran, pelatihan public speaking, silaturahim dan kompetisi, kemah juara, belajar sambil bermain di museum IPTEK, cake house atau bisnis kuliner, program siaga gizi, pelatihan dai, klinik kesehatan, satu keluarga satu sarjana, kepedulian sosial, seperti pengumpulan dana untuk korban bencana alam, seminar-seminar (training cerdas mengelola keuangan, seminar kesehatan, pelatihan parenting, dan lain-lain) dan lain-lain. Untuk menarik minat baca masyarakat, pengelola perpustakaan diharapkan lebih kreatif mengemas ide, seperti dengan mengadakan perlombaan untuk siswa dan masyarakat umum, workshop, pelatihan-pelatihan ketrampilan yang lebih variatif agar minat baca dan kreatifitas anak anak lebih tergali. Perputakaan masyarakat (TBM) diharapkan tidak hanya berperan di lingkungan sekitar, tetapi lebih menyentuh pada objek yang lebih membutuhkan buku, seperti terjun ke sekolah-sekolah yang keadaan perpustakaannya yang kurang memadai. Kegiatan-kegiatan pada momen-momen bersejarah juga sangat penting, seperti 17 agustus, hari besar keagamaan dan lain-lain. Jika perlu, ajarkan tentang administrasi perpustakaan kepada masyarakat agar tercipta keinginan untuk memiliki perpustakaan pribadi. Melihat manfaat membaca yang begitu besar, penulis sangat yakin akan efektifitas pengadaan TBM untuk setiap kelurahan ini. Semoga setelah lahirnya tulisan ini, mampu menggerakan setiap hati pembaca untuk berpartisi aktif meningkatkan minat baca masyarakat di sekitarnya. Dan semoga niat ini (lahirnya TBM disetiap kelurahan) dapat terealisasi sehingga transfer ilmu pengetahuan dan informasi bisa merata. Jika hal ini terwujud, maka kesimpulan kita adalah, agen perubahan masyarakat sesungguhnya adalah lahirnya

Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Melalui koleksi buku dalam TBM, masyarakat akan membaca dan terbiasa membaca. Penulis: Rian Hidayat El-Padary Guru, dan Pustakawan TBM Irtiqo Foundation-Tangerang

http://www.pemustaka.com/template-opacslims-pemustaka-1.html

Вам также может понравиться