Вы находитесь на странице: 1из 12

Laporan Kerja Praktek PT.

PETROKIMIA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pabrik asam sulfat I berada di lokasi Unit Produksi I, selain itu PT. Petrokimia Gresik juga telah mendirikan pabrik asam sulfat di Unit Produksi III. Pendirian pabrik asam sulfat ini merupakan pabrik kedua dari pabrik asam sulfat yang didirikan pada tanggal 10 oktober 1984 oleh kontraktor Hitachi Zosen dari Jepang. Pabrik ini dikenal sebabagai pabrik SA II (sulphuric acid) dengan bahan baku belerang (S) serta udara kering. Kapasitas produksi 1800 ton/hari denga produk utama asam sufat (H2SO4) 98,5% sebagai pelengkap proses pembuatan H2SO4, pabrik ini memiliki service unit (SU) yang terdiri dari demineralisasi water, effuent treatment, cooling water, boiler dan bahkan dilengkapi dengan power gereration yang mampu membangkitkan energi listrik. Teknologi yang diterapkan pada pabrik ini adalah DCDA (Double Contact Double Absorption). Hal ini dilakukan karena pada tahap pembentukan SO3 dari SO2 terjadi dua kali tahap yaitu primary contact and secondary contact dalam converter dengan konfigurasi (3+1). Konfigurasi (3+1) artinya gas SO3 diabsorbsi pada tingkat intermediate absorption oleh asam setelah melewati tiga bed katalis Vanadium Pentaoksida (V2O5) dan melewati satu susunan katalis Vanadium Pentaoksida (V2O5) lagi sebelum masuk absorber (kedua). Double absorption yaitu absorbsi yang dilakukan secara bertahap sebanyak dua kali dengan media pengabsorbsi yaitu H2SO4 keuntungan menggunakan proses ini adalah dihasilkan konversi reaksi total 99,7% lebih tinggi dari pada single contact yang masih dingunakan di pabrik SA I. Tahap-tahap proses yang terdapat pada pabrik asam sulfat secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Peleburan belerang dengan menggunakan steam coil di dalam melter. 2. Pemurnian lelehan belerang dengan cara filtrasi 3. Pembakaran lelehan belerang dengan burner dengan mengunakan udara kering. Reaksi = S + O2 SO2 + Q 4. Konversi SO2 menjadi SO3 dalam konverter 4 tahap menggunakan katalis V2O5

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Reaksi = SO2 + O2 SO3 + Q 5. Absorbsi SO3 dengan asam sulfat pekat (98,5%) Reaksi = SO3 + H2O H2SO4 + Q Aliran produk SO3 dan sisa SO2 pada pabrik SA II yang telah melewati ketiga tahap (bed I, II, III) disebut I dari konverter diabsorbsi terlebih dahulu di kolom absorbsi I, kemudian gas sisa absorbsi dimasukkan kembali ke konverter (bed IV) disebut kontak II dan selanjutnya di kolom absorbsi II. 1.2 Perumusan Masalah Dalam tahap absorbsi pada pembuatan asam sulfat (H2SO4) yang berlangsung di T 1302, terjadi absorbsi sulfur trioksida dengan asam sulfat pekat (98,5%). Gas sisa masih mengandung SO3 sehingga gas tersebut dialirkan kembali ke konveter bed IV kemudian dimasukkan ke absorber kedua. Laju alir dan jumlah fraksi massa gas yang ada dilapangan setiap saat berubah membuat efisiensi penyerapan dari asam sulfat pekat untuk menangkap SO3 mengalami perubahan, sehingga perlu adanya evaluasi dalam pengoprasiannya dan masalah tersebut harus dipecahakan segera demi keancaran proses berikutnya. 1.3 Tujuan 1. Mengetahui system pengoprasian absorber T 1302. 2. Menghitung jumlah umpan masuk dan jumlah umpan keluar agar dapat menghitung efisiensi penyerapan gas SO3 oleh asam sulfat pekat dan mengetahui efisiensi dari absorber T 1302. 3. Mengevaluasi kinerja absorber T 1302 dengan membandingkan kondisi pabrik di lapangan dengan kondisi desain pabrik. 4. Mengevaluasi kinerja absorber T 1302 dengan membandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan kondisi gas gas yang masuk absorber dengan feed S funace konstan 789 ton/jam. 1.4 Manfaat 1. Mahasiswa dapat mengetahui system pengoprasian absorber T 1302. 2. Mahasiswa mampu menghitung jumlah umpan masuk dan jumlah umpan keluar agar dapat menghitung efisiensi penyerapan gas SO3 oleh larutan asam sulfat pekat dan mengatehui efisiensi dari absorber T 1302. 3. Mahasiswa dapat mengevaluasi kinerja absorber T 1302 dengan membandingkan kondisi pabrik di lapangan dengan kondisi desain pabrik.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

5. Mahasiswa dapat mengevaluasi kinerja absorber T 1302 dengan membandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan kondisi gas gas yang masuk absorber dengan feed S funace konstan 789 ton/jam.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Absorber Absorber atau penyerap, dalam hal ini penyerapan gas adalah suatu operasi dimana cairan gas dikontakkan denga cairan untuk menyerap satu atau lebih komponen dalam campuran. Dalam peristiwa ini terjadi perpindaha massa dari gas ke cairan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorbsi kimia,juga disebut sorpsi kimia). Kecepatan absorbsi merupakan ukuran perpindahan massa antara fasa gas dan fasa cair, disamping pada perbedaan konsentrasi dan luas permukaan absorben.

2.2 Asam Sulfat

Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam. Bahan kimia ini dapat larut dengan air dengan segala perbandingan, mempunyai titik lebur 10,31 0C dan titik didih pada 336,85 0C tergantung kepekatan serta pada temperatur 300 0C atau lebih terdekomposisi menghasilkan sulfur trioksida. Asam sulfat (H2SO4) ini dibuat dari belerang (S). Pada umumnya asam sulfat diproduksi dengan kadar 78% -100% serta bermacam-macam konsentrasi oleum.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

2.3 Cara Kerja Absorber

1. Sulfur Handling Alat utamanya adalah Melter yang berfungsi utk melebur belerang dg pemanas steam tekanan 7 kg/cm2 temperatur 170C melalui coil Untuk meratakan panas & mengurangi kotoran pada dasar Melter dilengkapi pengaduk sedangkan untuk mengatasi terjadinya asam bebas ditambahkan serbuk kapur Sulfur cair yang terbentuk selanjutnya dialirkan ke Filter untuk disaring kotorannya dan ditambahkan diatomeceous (bahan precoating) supaya

penyaringan dapat baik dan mengcoating dari filter Sulfur cair dari Filter ditampung dalam storage tank yang dilengkapi dengan steam coil (4 kg/cm2) untuk mempertahankan suhu 130-140C . 2. Pembuatan Gas SO2 Peralatan utamanya adalah Furnace yang fungsinya membakar sulfur cair dengan udara kering sehingga akan terbentuk SO2 gas. Sulfur cair dari storage tank dialirkan secara spray kedalam Sulfur Furnace dengan ditambahkan udara kering dari Drying Tower, dengan persamaan reaksi sebagai berikut : S + O2 SO2 + Q

Gas panas yg dihasilkan 10,5% volume SO2 temperatur 1042 C dan dimanfaatkan untuk pemanasan WHB dan steam superheater Gas keluar dar steam superheater temperatur menjadi 430 C.

3. Pengubah Gas SO2 Peralatan utamanya adalah Converter yang terdiri dari 4 bed dengan fungsi mengkonversi SO2 menjadi SO3 dengan bantuan katalis Vanadium Pentaoksida (V2O5), dengan reaksi sebagai berikut: SO2 + 1/2O2 SO3 + Q. Konversi yang terjadi pada bed 1 - 3 94% dengan temperature 450C dan didinginkan oleh BFW pada Economizer sampai 220C yang selanjutnya dimasukkan kedalam menara Absorber-1. Sisa-sisa gas gabungan dari Heat Exchanger masuk bed 4 dengan temperature 420C dan terjadi konversi sekitar 99,73%, dan sekeluar bed 4 masuk ke Economizer untuk didinginkan dengan BFW sampai 190C, kemudian masuk menara Absorber-2. 4. Pengeringan Udara & Peyerapan SO3
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Udara atmosfir dihisap oleh Air Blower lewat Drying Tower dan air yang terkandung diserap dengan H2SO4 98,5%, udara kering yang dihasilkan dengan suhu 110 C digunakan sebagai udara pembakar pada Sulfur Furnace.

Penyerapan gas SO3 dari bed 3 dan 4 dilakukan di Absorber Tower dengan H2SO4 98,5% merupakan rekasi Eksothermis : SO3 + H2O

H2SO4 + Q

Asam Sulfat dari Drying Tower dan Absorber Tower ditampung dalam tanki penampung, apabila konsentrasi asam sulfat masih terlalu tinggi maka ditambah air sehingga diperoleh H2SO4 98,5%

5. Penyimpanan & Loading Produk H2SO4 yang dihasilkan disimpan dalam Acid Storage Tank yang

berkapasitas 10.000 ton (masing-masing tanki) dan selanjutnya akan ditransfer ke unit-unit yang memerlukan serta sebagian lagi untuk product loading. Produk H2SO4 memiliki temperatur 45C, konsentrasi 98,5% berat (min.), kadar H2O 2,0% berat (max.), Fe 100 ppm dan SO2 150 ppm.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB III METODOLOGI 3.1 Pencarian Data Data yang dibutuhkan untuk perhitungan neraca massa dan neraca panas pada absorber di unit Asam Sulfat PT. petrokimia Gresik terdiri dari 2 macam: 3.1.1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperolah dengan mengadakan pengamatan langsung yang bersumber dari : 1. District Control System (DCS) 2. Pengamatan langsung di lapangan pada plant Asam Sulfat Produksi III 3. Sharing dengan operator plant Asam Sulfat, khususnya menyangkut masalah pada SO3 pada absorber 3.1.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, yaitu dari literature, bahan-bahan kuliah serta bahan lain yang akan membantu perhitungan neraca masssa dan neraca panas pada absorber T-1302. 3.2 Cara Mengolah Data Dari data yang diperoleh kita dapat menghitung neraca massa dan neraca panas absorber pada unit Asam Sulfat. Adapun langkah-langkah perhitungan laju alir SO3 pada absorber adalah sebagai berikut: 1. Menghitung neraca massa pada furnace, reaktor dan absorber. Karena laju alir masuk ke absorber belum terhitung dari data Control Room. 2. Menghitung laju gas keluar SO3 absorber 3.3 Neraca Masa konponen SO3 1. Menghitung laju alir SO3 yang masuk, keluar, bereaksi di absorber 2. Menghitung SO3 yang terserap oleh larutan Asam Sulfat 3. Menghitung kadar SO3 total dalam larutan Asam Sulfat 3.4 Efisiensi SO3 dalam Absorber % Efisiensi penyerapan SO3 = SO3 terserap x 100% SO3 gas umpan

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB IV HASIL TUGAS KHUSUS 4.1 Hasil Perhitungan Dari data DCS Asam Sulfat, laju alir gas dari reaktor (bed 3) menuju ke absorber T 1302 tidak terhitung. Sehingga perhitungan laju alir dimulai dari feed furnace, dan telah didapat laju alir gas dari bed 3 sebesar 7631,61 kgmol/jam. Dari perhitungan neraca massa pada absorber T 1302 didapat nilai efisiensi yang tetap dari tanggal 19-23 September 2012 adalah 99,95%. Ini dikarenakan saat perhitungan laju alir Asam Sulfat dari tanggi D 1301 juga memakai beberapa data aktual. Dapat dibandingkan data desain dan data aktual, terdapat perbedaan efisiensi absorber yang diunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Perbandingan Nilai efisiensi Data Aktual dengan Data Desain waktu efisiensi aktual (%) efisiensi design (%) 19-Sep-12 99,95 99,90 Perbandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan kondisi gas gas yang masuk absorber dengan feed S funace konstan ditunjukkan tabel dibawah ini. Tabel 4.2a Perbandingan laju outlet asam sulfat dengan perbedaan kondisi gas gas furnace in furnace out = reaktor in waktu feed S udara kering SO2(kgmol/j) O2(kgmol/j) N2(kgmol/j) (ton/j) (Nm3/h) 19-Sep-12 789 859,82 827,68 6348,21 180000 20-Sep-12 789 898,04 864,46 6630,36 188000 21-Sep-12 789 281,83 271,29 2080,80 59000 22-Sep-12 789 874,15 841,47 6454,02 183000 23-Sep-12 789 907,59 873,66 6700,89 190000 Tabel 4.2b Perbandingan laju outlet asam sulfat dengan perbedaan kondisi gas gas reaktor out (bed 3) = absorber in (kgmol/j) waktu SO2 SO3 O2 N2 19-Sep-12 51,90 807,92 423,57 6348,21 20-Sep-12 54,20 843,83 442,40 6630,36 21-Sep-12 17,01 264,82 138,84 2080,80 22-Sep-12 52,76 821,39 430,63 6454,02 23-Sep-12 54,78 852,81 447,10 6700,89 Tabel 4.2c Perbandingan laju outlet asam sulfat dengan perbedaan kondisi gas gas Absorber in waktu absorber out (kgmol/j) (kgmol/j)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

19-Sep-12 20-Sep-12 21-Sep-12 22-Sep-12 23-Sep-12

H2SO4 32,04 33,47 10,50 32,58 33,82

H2O 0,09 0,09 0,03 0,09 0,09

SO2 51,90 54,20 17,01 52,76 54,78

SO3 0,42 0,44 0,14 0,43 0,44

O2 423,57 442,40 138,84 430,63 447,10

N2 6348,21 6630,36 2080,80 6454,02 6700,89

H2SO4 834,46 871,55 273,52 848,37 880,82

H2O 1,00 1,05 0,33 1,02 1,06

Setelah melakukan perhitungan didapatkan nilai Qloss pada tabel beriku ini : Tabel 4.3 Data Qloss waktu Qloss (j/h) 19-Sep-12 39384508575,08 20-Sep-12 41970750405,66 21-Sep-12 9645712529,55 22-Sep-12 40861031468,59 23-Sep-12 43056570163,67

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB V PEMBAHASAN TUGAS KHUSUS 5.1 Kinerja Absorber Efisiensi merupakan salah satu indikator untuk menentukan kinerja dari suatu alat yang digunakan. Dari perhitungan neraca massa di absorber didapatkan nilai efisiensi yang konstan untuk 5 hari berturut-turut, ini dikarenakan saat perhitungan laju alir Asam Sulfat dari tanggi D 1301 juga memakai beberapa data aktual. Grafik perbandingan efisiensi absorber data aktual dengan data desain pada tanggal 19 28 september 2012 dapat dilihat pada gambar 5.1.

Efisiensi(%) Vs Waktu
99.96 99.95 99.94 99.93 99.92 99.91 99.9 99.89 0 2 4 6 WAKTU (5 hari beturut-turut)

Efisiensi

efisiensi aktual (%) efisiensi design (%)

Gambar 5.1 Grafik perbandingan efisiensi absorber data aktual dengan data desain pada tanggal 19 28 september 2012 Evaluasi perbandingan penyerapan SO3 pada absorber T 1302 data aktual (99,95%) dan data desain (99,90%). Dapat disumpulkan kinerjana absorber T 1302 masih cukup baik. Efisiensi data aktual tersebut didasarkan ada perhitungan neraca massa pada absorber T 1302. Gas yang masuk absorber T 1302 akan mengalami kontak dengan larutan asam sulfat sebagai media peyerap sehingga terjadi difusi masa SO3 dalam larutan asam sulfat karena adanya beda kelarutan, sehingga kadar SO3 dalam gas berkurang dan terjadi perubahan massa SO3 dalam gas yang masuk absorber. Akumulasi SO3 yang terserap dalam larutan asam sulfat merupakan parameter untuk mengetahui efisiensi peyerapan SO3. Kinerja Absorber juga dipengaruhi oleh umpan gas - gas yang masuk absorber (gas yang berasal dari reaktor). Dengan data feed Sulfur pada furnace konstan 798 ton/jam selama 5 hari dan feed udara kering yang berbeda-beda dihasilkan laju gas (SO2, N2, O2) yang berbeda-beda pula. Dan gas hasil dari pembakaran akan dikonversi dalam reaktor menjadi gas - gas (SO3, SO2, N2, O2) yang kemudian diteruskan ke
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

absorber. Perubahan feed udara kering pada furnace mempengaruhi umpan gas masuk absorber yang nantinya gas SO3 akan diabsorbsi air kanduangan dari asam sulfat dan menjadi asam sulfat (98,5%). Berikut garafik perbandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan kondisi gas gas yang masuk absorber.

Waktu Vs Laju
8000.00 7000.00 6000.00 5000.00 4000.00 3000.00 2000.00 1000.00 0.00 0 1 2 3 4 5 6 Waku (5 hari berturut-turut) Laju (kgmol/jam)

SO2 SO3 O2 N2 H2SO4

Gambar 5.2 Grafik perbandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan kondisi gas gas yang masuk absorber. Dari perhitungan neraca panas, di dapatkan adanya panas yang hilang ke lingkungan (Qloss). Hal ini disebabkan karena pada proses absorber terjadi penurunan suhu (suhu gas) dan peningkatan suhu (suhu larutan asam sulfat).

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan a. Berdasarkan hasil rekalkulasi terhadap proses penyerapan SO3 pada absorber T 1302 dengan menggunakan data actual sesuai kondisi pabrik didapat jumlah umpan gas masuk adalah 7631,31 kgmol/jam, laju alir gas keluar 6824,10 kgmol/jam dan laju alir larutan asam sufat yang masuk 32,13 kgmol/jam, laju alir larutan asam sufat keluar 835,46 kgmol/jam. b. Berdasarkan hasil rekalkulasi terhadap proses penyerapan SO3 pada absorber T 1302, dengan data actual didapat efisiensi rata-rata penyarapan SO3 pada SO3 absorber sebesar 99,95% sedangkan untuk data design absorber T-1302 memiliki efisiensi rata-rata sebesar 99,90%. c. Perbandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan kondisi gas gas yang masuk absorber dengan feed S funace konstan 789 ton/jam. d. Berdasarkan hasil rekalkulasi terhadap proses penyerapan SO3 pada absorber T 1302 panas rata-rata yang hilang saat proses absorbsi sebesar 34983714628,51 joule/jam. 6.2 Saran a. Analisa komposisi larutan asam sufat yang masuk dan keluar absorber, agar dapat mengetahui tingkat penyerapan SO3 dan kejenuhan larutan asam sulfat terhadap SO3. b. Penyesuaian kondisi operasi yang meliputi suhu, tekanan dan konsentrasi masingmasing komponen agar didapatkan hasil input dan output yang seimbang. c. Sebaiknya dilakukan maintance peralatan secara rutin, karena asam sulfat bersifat korosif.

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Вам также может понравиться