Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2.
3. 4.
5.
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid ibn Muhammad ibn Ahmad Al-Ghazali. Di lahirkan pada tahun 450 H (1056 M) di Thus, suatu kota yang terletak di Khurasan Iran. Pendidikanya dimulai belajar fiqih dan ilmu-ilmu dasar dari Ahmad al-Radzkani di Thus. Dan Abu Nashr alIsmaili di Jurjan. Belajar Tasawuf kepada Yusuf alNassaj. Kemudian belajar di Madrasah Al-Nizhamiyah Naisabur di bawah bimbingan al-Juwaini. Pada tahun 488 H (1095 M) Al-Ghazali mengalami keraguan, skeptis terhadap ilmu-ilmu yang di pelajari (Hukum, Teologi, dan filsafat) selama 10 Tahun. Wafat pada tahun 505 H (1111 M) usia 55.
EPISTIMOLOGI
Dalam Epistimologi, Al-Ghazali ingin mencari kebenaran
benar adalah pengetahuan intuisi/makrifah yang disinari oleh Allah langsung kepada seseorang. Pengetahuan mistiklah yang membuat dia yakin dan merasa tenang setelah dia dilanda keraguan yang hebat.
Menurut Al Ghazali pengetahuan indrawi dan akal memiliki
Pengetahuan menurut Al Ghazali dibagi tiga tingkat, yaitu pengetahuan orang awam, pengetahuan kaum intelektual, dan pengetahuan kaum sufi. Lapangan Filsafat ada enam: Matematika, Logika, Fisika, Politik, Etika dan Metafisika.
2. METAFISIKA
Dalam pemikiran Metafisika, Al-Ghazali lebih banyak memberikan reaksi atau kritikan terhadap pemikiran AlFarabi dan Ibn Sina seperti yang terdapat dalam karyanya Tahafut al-Falasifah (Kekacauan Pikiran para Filsuf) Dalam pandangan Al-Ghazali, para pemikir bebas tersebut ingin menanggalkan keyakinan-keyakinan islam. Terdapat 20 kekeliruan dalam pemikiran para filusuf tersebut. Salah satu di antara 20 persoalan tersebut adalah tentang masalah Qodimnya alam, bahwa tuhan hanya mengetahui hal-hal yang besar saja, tetapi tidak mengetahui hal-hal yang kecil (juziat) dan Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.
3. MORAL
Filsafat moral dari pemikiran yang dituangkan oleh Al Ghazali, terdapat dalam kitab ihya ulumuddin yang berisi teori tasawuf Al-Ghazali. Ada tiga tujuan mempelajari akhlak,yaitu: a) Mempelajari akhlak hanya sekedar sebagai studi murni teoritis, yang berusaha memahami ciri murni kesusilaan (moralitas), tetapi tanpa bermaksud mempengaruhi prilaku orang yang mempelajarinya. b) Mempelajari akhlak sehingga meningkatkan sikap dan prilaku sehari-hari. c) Karna akhlak terutama merupakan subyek teoritis yang berkenan dengan usaha menemukan kebenaran tentang hal-hal moral, maka dalam mempelajari akhlak harus mendapat kritik terus-menerus menenai standar moralitas yang ada, sehingga akhlak menjadi suatu subyek praktis, seakan-akan tanpa maunya sendiri.
4. JIWA
Jiwa : suatu zat dan bukan suatu keadaan sehinga ia ada pada dirinya sendiri.