Вы находитесь на странице: 1из 8

TRAGEDI BP MIGAS

BP Migas adalah lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 16 Juli 2002 sebagai pembina dan pengawas Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan pemasaran migas Indonesia. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) secara resmi dinyatakan inkonstitusional, tidak sesuai UUD 1945 oleh MK. Sejak hasil sidang judicial review atas UU Migas Nomor 22/2001 diputuskan, BP Migas yang diatur di dalamnya secara otomatis juga dinyatakan "bubar". Keputusan MK membubarkan BP Migas seolah menjadi keputusan yang terburuburu di saat Komisi VII DPR RI juga sedang membahas amandemen UU Migas. Seakanakan saat ini sedang terjadi insinergisitas antara lembaga legislatif dan yudikatif Indonesia. Mahkamah Konstitusi (MK) membuat gebrakan sangat penting. Dalam sidang putusannya. MK memutuskan bahwa pasal yang mengatur tugas dan fungsi Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas, bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki hukum mengikat. Keputusan pembubaran BP Migas ini bermula dari pengajuan Judicial Review UU No. 22/2001 tentang Migas yang diajukan oleh sejumlah organisasi dan perorangan. Mereka terdiri atas tokoh-tokoh nasional dan aktivis. Antara lain PP Muhammadiyah, Komaruddin Hidayat, Marwan Batubara, Adhie Massardi, dan M Hatta Taliwang. Para penggugat ini juga menghadirkan sejumlah saksi ahli, di antaranya mantan Menko Perekonomian Dr Rizal Ramli, Kwik Kian Gie, pakar migas Dr Kurtubi, pakar hukum tata negara Dr Margarito Kamis, dan lainnya. Para penggugat dan saksi ahlinya berpendapat, BP Migas tidak banyak memberi manfaat bagi negara dan rakyat Indonesia. Menurut penggugat, ada praktiknya, BP Migas justru lebih banyak menguntungkan kontraktor-kontraktor asing. Lewat perannya yang tidak jelas, BP Migas justru menjadi 'kepanjangan tangan' kontraktor asing, khususnya dalam soal persetujuan pembayaran cost recovery yang jumlahnya amat besar.

Selanjutnya, tugas dan fungsi BP Migas dikembalikan ke kementerian terkait, yakni Kementerian ESDM. Disamping itu, MK juga berpandangan, UU Migas telah membuka ruang bagi liberalisasi pengelolaan migas karena sangat dipengaruhi pihak asing. Dalang dibalik pembubaran BP migas Dalang-dalang ini sebenarnya ikut merumuskan pembuatan Undang-undang Nomor 22/2001 tentang Migas pada saat itu. Namun saat ini, mereka juga yang ikut membubarkannya. Dari delapan hakim MK, ada tiga hakim yang diduga berpotensi memiliki konflik kepentingan (conflict of interest). Sementara Ketua MK Mahfud MD yang merupakan mantan Menteri Pertahanan dan Menteri Hukum dan HAM di era Presiden Gus Dur juga diduga melakukan hal yang sama. Sementara dari anggota DPR, diduga ada nama anggota DPR yang ikut menyetujui Undang-Undang Migas nomor 22/2001 tersebut. Anggota DPR tersebut saat ini juga menjadi salah satu di hakim MK. Sedangkan dari saksi ahli, ada nama pejabat tinggi setingkat menteri yang ikut menandatangani Letters of Intent atau semacam surat penawaran dengan IMF yang kemudian menggulirkan Undang-Undang nomor 22/2001 tentang Migas. Alasan mengapa BP Migas harus dicabut Pertama, tata-kelola migas di bawah UU ini terbukti merugikan negara. Belum lagi, Indonesia terus-menerus menanggung biaya cost-recovery yang terus meningkat. Kedua, UU migas ini sangat pro-liberalisasi dan memihak kepentingan asing. Akibatnya, hampir 80-90% ladang-ladang migas di Indonesia dikuasai asing. Ketiga, UU migas ini melemahkan kedaulatan negara. Disamping negara kehilangan kontrolnya terhadap kekayaan SDA, UU migas ini juga mensejajarkan negara dan investor asing melalui pola business to government (B to G). Yang lebih prinsip, tata-kelola migas ala UU migas ini sangat bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945. Negara harus menegaskan kembali kontrolnya terhadap sumber daya atau kekayaan alam.

Alasan pembubaran BP Migas Kesalahan BP Migas: migas bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum sehingga harus dibubarkan, keberadaan BP Migas yang dianggap inkonstitusional, UU Migas yang menjadi payung hukum lahirnya badan tersebut dianggap membuka liberalisasi pengelolaan migas karena sangat dipengaruhi pihak asing. Dalam wawancara khusus dengan Kompas.com dan Tribunnews, Raden Priyono menjelaskan, ada fakta-fakta khusus di luar keputusan MK untuk membubarkan BP Migas. "Setidaknya ada tiga alasan mendasar mengapa menjadi begini. Pertama, Pertamina tidak pernah ikhlas untuk melepas BP Migas. Pertamina tetap ingin menguasai BP Migas seperti era 1970-an lalu. "Ini semacam ada pertarungan dengan Pertamina karena Pertamina tidak pernah ikhlas melepas Pertamina. Kedua, untuk mengamankan posisi di 2014. Sekadar catatan, selama menjadi lembaga pemerintah non-BUMN, BP Migas dinilai berkuasa untuk mengatur dan mendistribusikan minyak dan gas bumi di Tanah Air. Kewenangannya langsung berada di bawah Presiden. Ketiga, pertarungan antara yang ingin meningkatkan produksi dan pihak yang memang tidak ingin produksi minyak naik. "Importir minyak. Itu kan alamiah sekali. Tanggapan Orang Pasca Pembubaran BP Migas oleh Mahkamah Konstitusi tetap saja menuai pro dan kontra. Tidak terkecuali para ekonom yang memandang pembubaran tersebut terkesan buru-buru. Kendati BP Migas dinilai gagal menaikan produksi minyak RI dalam dua dekade terakhir. Bahkan pengelolaan dan eksplorasi sumberdaya migas lebih banyak diserahkan kepada asing. Salah satunya Ekonom UGM, Dr. Toni Prasetiantono, menyesalkan pembubaran BP Migas tersebut yang menurutnya terkesan buru-buru tanpa melibatkan pendapat dan diskursus di masyarakat. Kok begitu mudahnya dibubarkan istitusi penting, dibubarkan dalam satu malam. Toni menilai, Ketua MK Prof. Dr. Mahfud MD, sedikit bersikap arogan dalam memutuskan pembubaran BP Migas. Padahal keberadaan BP Migas sangat vital. BP

Migas itu mewakili negara dan pemerintah. Jika dianggap pro asing hanya pembuat kebijakannya yang salah bukan lembaganya, imbuhnya. Kendati pembubaran BP Migas tersebut memberikan dampak positif dalam pembenahan pengeloalaan sumberdaya migas dari produksi hulu hingga hilir namun menurutnya harus dipikirkan langkah selanjutnya karena tidak akan serta merta meningkatkan produksi minyak di masa mendatang. Apalagi saat ini Indonesia menjadi net importer minyak hingga 400 barrel per hari. Sedangkan produksi minyak Indonesia hanya mampu memproduksi 870 barrel per hari untuk memnuhi kebutuhan penduduk lebih dari 234 juta jiwa. Kalo dikatakan gagal iya. Tapi melanggar UUD tidak, karena liftingnya saja rendah. Itu menandakan kekuasananya besar (BP Migas) tidak berhasil menguatkan lifting, ungkapnya.

Solusi Hadapi Pembubaran BP Migas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan solusi terbaik atas pembubaran Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) adalah merevisi Undang-Undang (UU) Migas Nomor 22 tahun 2001 dengan merevisi UU Migas tersebut dapat menjadi sebuah solusi. Pasalnya, saat UU tersebut dicabut oleh Mahkamah Konstitusi (MK), MK pun tidak memberi solusi. "Kalau keputusan MK lebih bombastis, karena menyebutnya dibubarkan. Tetapi MK itu membubarkan tanpa ada solusi. Solusi itu justru ada direvisi UU Migas ini. Kalau bisa dipercepat itu lebih baik,"saat ini ada 10 poin yang direvisi dalam UU Migas tersebut dan sedang dibahas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam revisi tersebut telah diajukan pembentukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru atau Badan Hukum Milik Negara (BHMN), petroleum fund, Dana Bagi Hasil (DBH) ke daerah dan penentuan Participating Interest (PI) akan diperjelas. Badut Politik dalam Kasus Pembubaran BP MIgas dan UU MIgas tahun 2001 Oleh Lin Che WeiSabtu, 17 November 2012 17:32

Pasca Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan BP Migas dibubarkan, serangkaian pandangan pro dan kontra bermunculan kepermukaan. Salah satu pandangan berpolemik dilontarkan pendiri Independent Research & Advisory Indonesia Lin Che Wei mendapat perhatian berbagai macam kalangan. Lin Che Wei dalam tulisannya berjudul Badut Politik dalam Kasus Pembubaran BP MIgas dan UU MIgas tahun 2001 tersebar luas melalui media jaringan sosial. Berikut tulisan asli tanpa edit yang ditulis oleh Lin Che Wei
------------------------------------------

Badut Politik dalam Kasus Pembubaran BP MIgas dan UU MIgas tahun 2001 (Oleh Lin Che Wei) Babak-1 Proses pembahasan dan pengundang-undangan UU Migas 2001 terjadi antara tahun 1999 sampai 2001. UU Migas di undang-undangkan pada bulan November 2001. UU Migas ini merupakan produk pembahasan antara Pemerintah pada masa itu dan DPR pada masa itu. Marilah Kita melihat siapa saja aktor politik tersebut. ~ Ketua MPR- Amien Rais (Mantan ketua Muhammadiyah - dari PAN) ~ Ketua DPR - Akbar Tanjung (Golkar - Mantan Aktivis HMI) ~ Ketua Komisi VIII - DPR - Irwan Prajitno (dari Partai Keadilan) Pada saat itu Poros Tengah (Koalisi dari beberapa partai berbasis islam seperti PAN, PKB, PBB, PPP) sedang naik daun dan sangat berpengaruh di Parlemen karena mereka adalah 'king maker' dari naiknya Gus Dur menjadi Presiden. Yang menarik di dalam pembahasan tersebut dan perundang-undangan UU MIgas tersebut... adalah : Semua Fraksi di DPR (kecuali satu fraksi kecil), semua partai berbasis islam (termasuk Partai Keadilan, PAN, PPP, PBB, PKB) dan juga partai besar (PDI-P dan Golkar) mendukung ratifikasi dari UU Migas. Sangat ironis karena satu-satunya partai yang justru menyatakan keberatan adalah Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa (Partai kecil yang berbasis agama kristen).

Pada saat tersebut (1999-2001 periode - periode pembahasan dan ratifikasi): Kwik Kian Gie adalah Menko Perekonomian (PDI-P) dan kemudian menjadi Ketua Bappenas. Rizal Ramlie adalah mantan Menkeu/Menko Perekonomian waktu zaman Gus Dur. Mahfud MD adalah Menteri Pertahanan dan sempat menjadi Menteri Hukum dan Perundangan-Undangan zaman Gus Dur. Semua komponen pemerintah dan parlemen pada waktu itu setuju untuk meratifikasi UU Migas 2001 dan melahirkan BP Migas. Berdasarkan rekomendasi dari Kwik Kian Gie, ketika terjadi penggantian Dirut Pertamina, Martiono Hadianto (yang menentang RUU Migas pada saat itu). Kwik sangat merekomendasi Baihaki Hakim untuk menggantikan Martiono. Di masa Baihaki inilah Pertamina melepaskan wewenangnya dan

mengalihkannya ke BP Migas. Babak ke 2 Adegan Mahkamah Konstitusi tahun 2012. Para Pemohon di pengadilan konstitusi : 1. Muhamadiyah 2. Hasyim Muzadi dari NU 3. Ormas-ormas islam seperti Hizbut Thahir. 4. Kwik Kian Gie 5. Rizal Ramlie dan yg lain-lain.....menuntut UU Migas 2001 Ketua Mahkamah Konstitusi : Mahfud MD (mantan Menteri Pertahanan era Gus Dur). Putusan : 7-1, MK menyatakan UU Migas 2001 cacat dan BP Migas dibubarkan. BP Migas tidak sesuai dengan UU.

Daftar Pustaka: WWW.GOOGLE.COM file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/pro-dan-kontrapembubaran-bp-migas.htm file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/tragedi-bp-migas.htm file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/pembubaran-bpmigas.html file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/3.Alasan.Pembubaran.B P.Migas.Versi.Raden.Priyono.htm file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/Dalang.di.Balik.Pembub aran.BP.Migas.htm file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/369117-fakta-tokoh-dibalik-putusan-pembubaran-bp-migas.htm file:///D:/tugas/semester 3/pembangunan/bp migas/index.php.htm file:///D:/tugas/semester%203/pembangunan/bp%20migas/ini-dia-solusi-terbaikhadapi-pembubaran-bp-migas.htm

Вам также может понравиться