Вы находитесь на странице: 1из 3

Kritik Seorang Kapitalis atas Kapitalisme Global Judul Buku Penulis Penerbit Edisi Tebal : Open Society: Reforming

Global Capitalism : George Soros : Yayasan Obor Indonesia , Jakarta : Cet.1, 2006 : LIII+408

Di Asia Tenggara, nama George Soros lebih dikenal sebagai spekulan berbahaya yang pernah menggoyahkan stabilitas ekonomi kawasan. Mahathir Mohammad, mantan perdana menteri Malaysia, menuduhnya sebagai biang kerok krisis moneter yang segera diikuti dengan krisis multidimensi tahun 1997 lalu. Krisis inilah yang menjadi salah satu pemicu keruntuhan rezim Soeharto. Sepak terjang Soros dalam pasar modal dunia memang melegenda. Reputasi Soros yang paling terkenal adalah ketika ia berhasil membobol Bank Sentral Inggris yang membuatnya dapat meraup keuntungan US$ 2 miliar dalam sehari. Karena reputasinya ini ia dijuluki the Man Who Broke the Bank of England. Namun Soros juga seorang filantropis yang banyak menyumbangkan kekayaannya untuk kerja-kerja sosial di banyak penjuru dunia. Proyek awalnya adalah membantu mahasiswa kulit hitam Afrika Selatan yang waktu itu masih menjalankan politik Apartheid untuk bisa masuk ke Universitas Cape Town. Ia juga membantu membangun infrastruktur dan institusi masyarakat sipil di negara-negara Eropa Timur dan Uni Sovyet pasca komunis. Tidak hanya itu, Soros juga dikenal sebagai seorang pemikir yang kerap mempublikasikan pandangan-pandangannya yang cukup kontoversial. Reputasinya dalam kancah intelektual mendapat pengakuan ketika ia dianugerahi doktor honoris causa dalam ilmu ekonomi oleh lembaga ilmiah yang sangat prestisius, New School for Social Research, Universitas Oxford pada tahun 1980 serta Budapest University dan Yale University pada tahun 1991. Buku ini adalah hasil refleksi Soros paling mutakhir atas sistem kapitalisme global yang mendominasi dunia saat ini. Keterlibatannya selama ini dalam sistem tersebut memberinya keuntungan besar. Ia paham betul cara kerja ekonomi global bukan hanya kekuatannya yang luar biasa tapi juga keretakan-keretakannya yang paling halus dan tersembunyi. Sejak komunisme bangkrut, seiring dengan runtuhnya Uni Soviet, ketangguhan kapitalisme memang tak terbantahkan. Kemenangan kapitalisme membuatnya saat ini menjadi satu-satunya sistem dominan yang mengendalikan dunia. Tidak salah jika menyatakan bahwa hampir seluruh aspek kehidupan kita telah dirasuki ideologi ini. Alasan-alasan non-ekonomi yang selama ini dianggap lebih penting bagi kehidupan manusia seperti nasionalisme, solidaritas sosial, patriotisme, religiusitas, atau bahkan rasa kemanusiaan kini banyak tergeser oleh motif-motif ekonomi. Karena ketangguhan dan dominasinya atas seluruh dunia, kapitalisme bahkan ditahbiskan oleh Francis Fukuyama sebagai ideologi pamungkas yang menandai berakhirnya sejarah manusia. Dalam bukunya yang terkenal, The End of History and the Last Man, Fukuyama hampir menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun ideologi lain yang mampu menggantikan kapitalisme sampai kapan pun.

George Soros tidak sepenuhnya sepakat. Sekalipun ia dikenal sebagai spekulan kelas wahid seantero bumi, dan karena itu penggerak terdepan sistem kapitalisme global yang terutama bersandar pada gerak modal, ia tidak sepenuhnya percaya pada kapitalisme. Baginya, kapitalisme global seperti yang ada sekarang banyak memiliki kelemahan yang bisa menjerumuskannya dalam keruntuhan. Soros setidaknya menyebut tiga kelemahan fundamental kapitalisme. Pertama, keyakinan akan konsep laissez-fire. Keyakinan untuk menyerahkan tatanan ekonomi pada hukum pasar menurut Soros dilatarbelakangi mitos yang keliru bahwa pasar cenderung pada keseimbangan. Menurutnya, fakta tidak bisa ditolak bahwa selalu muncul ketidakstabilan dalam pasar global. Kedua, Darwinisme sosial. Karena membiarkan ekonomi dikendalikan oleh pasar, kapitalisme mengantarkan dunia pada persaingan kanibalistik. Yang kuat makan yang lemah. Hanya yang kuat saja yang bisa bertahan. Darwinisme sosial ini menyebabkan munculnya satu hukum yang secara terang-terangan maupun sembunyi diterapkan oleh negara-negara maju, yaitu kekuatan adalah kebenaran (might is right). Kepentingan negara-negara kuat selalu diposiskan sebagai terbaik dan paling tepat sementara negaranegara lemah harus mengikuti kepentingan negara kuat tersebut. Tatanan semacam ini tidak pernah bisa membawa dunia pada hubungan yang harmonis berdasarkan kerjasama. Ketiga, realisme-geopolitik yang menyatakan bahwa negara itu hanya punya kepentingan dan tidak punya prinsip. Kebijakan ini terutama dianut oleh Amerika Serikat. Realisme geopolitik mengisyaratkan bahwa kesejahteraan bersama seluruh umat manusia di seluruh dunia hanyalah ilusi karena masing-masing negara pada dasarnya selalu mengutamakan kepentingan nasionalnya. Dalam konteks hubungan internasional, kebijakan ini membuat Amerika Serikat hanya mengenal kepentingan nasional bukan perbaikan kehidupan umat manusia. Sebagai negara super power dan penjaga terdepan kapitalisme global, realisme geopolitik Amerika akhirnya menciptakan tatanan dunia yang penuh ketegangan dan ketidakadilan. Solusi yang ditawarkan Soros adalah dengan mengkampanyekan visi masyarakat terbuka (open society) yang ia dapatkan landasan teoritisnya pada buku Karl Popper Open Society and Its Enemies (1945). Masyarakat terbuka adalah sebuah masyarakat yang selalu memandang diri tak sempurna hingga membuka diri terhadap perbaikan. Pada masyarakat terbuka ini, tujuan semua perbaikan adalah kesejahteraan umat manusia. Dipandang dari perspektif masyarakat terbuka, kapitalisme global dengan ketiga cirinya tersebut dikategorikan Soros sebagai ideologi tertutup. Ideologi tertutup adalah musuh utama masyarakat terbuka. Contoh ideologi tertutup adalah fasisme dan komunisme. Keduanya sama-sama mengklaim memiliki kebenaran tertinggi dan terakhir (ultimate truth). Karena tidak mungkin ada kesempurnaan dalam hidup, untuk mempertahankan kebenaran yang sempurna itu tidak ada jalan lain kecuali memaksakannya melalui penindasan. Kapitalisme global juga mengklaim kebenaran akhir dan cenderung memaksakan kebenaran itu dengan kekerasan dan kekuatan Agar tidak menjadi ideologi tertutup, kapitalisme global saat ini harus menerima kenyataan bahwa tidak ada kesempurnaan yang absolut dalam sistem perekonomian global. Segala sesuatunya berjalan dalam ketidakpastian dan setiap saat bisa berubah. Karena itu kapitalisme global harus menerima solusi-solusi alternatif dan perbaikanperbaikan demi kesejahteraan umat manusia di muka bumi.

Jaringan institusi-institusi masyarakat sipil dalam lingkup nasional maupun internasional dalam hal ini berperan penting dalam mengkontrol dan memaksakan perbaikan pada sistem kapitalisme global. Karena hanya institusi-institusi masyarakat sipil demikian ini yang masih mampu mengemban misi perbaikan kesejahteraan seluruh umat manusia di muka bumi melawan kepentingan ekonomi korporat dan para nasionalis yang cenderung chauvinistik. Bagi Soros, di tangan institusi-institusi masyarakat sipil yang memiliki jaringan nasional maupun internasional inilah masa depan masyarakat terbuka akan terjamin.

Вам также может понравиться