Вы находитесь на странице: 1из 101

Kimia Fisik III

Drs. Handoko D, DEA


Ciri- Ciri Mekanika Klasik Newtonian
Kehadiran partikel sebagai sesuatu yang
terkurung di dalam ruang -> ada batas yang jelas
antara materi dengan lingkungannya.
Common Sense -> hal-hal yg lazim/ umum
Sifat Deterministik (dapat ditentukan/dipastikan)
Contoh :
Sebuah benda dergerak dg lintasan, sbb :
r(t) = 2t
2
+ 1

Tentukan
A. Kedudukan/posisi awal benda
B. Kecepatan Benda tsb
C. Kedudukan benda pada t = 12 s
2
kin
v
F
1
E
2
p
panjang/jarak lintasan
dr
dt
ma
mv
mv
r
=
=
=
=
=
Masa Kini
Masa yg akan
datang
Masa yg lalu
Keelektronegatifan dan kemagnetan
Bila arus, i dialirkan dlm suatu penghantar kawat yg melingkar
(loop) dg jari-jari r, maka medan magnet pd pusat loop adalah :

1 2
2
0
1 2
0
1
Gaya Coulomb: F
4
1
Energi Potensial: V
4
q q
r
q q
r
tc
tc
| |
=
|
\ .
| |
=
|
\ .
0
2
i
B
r

=
B= Tesla

0
= Permeabilitas bahan

Gelombang Elektromagnetik
ket:
2
bilangan gelombang
frekuensi sudut 2
fasa gelombang
E = medan listrik
B = medan magnet
k
t

e tu
|
= =
= =
=
BLACK BODY RADIATION AND ENERGY QUANTIZATION
I. Fisika Klasik

- Mekanika klasik -> Newton dan Lagrange, Hamilton
- Teori kelistrikan, magnetik, maxwell, radiasi elektromagnetik

pd akhir abad 19 para ilmuwan yakin dan percaya bahwa teori fisika telah lengkap, namun ada
beberapa hasil experimen yg diperoleh tdk dpt dijelaskan dng fisika klasik. Ada 2 kegagalan fisika
klasik:
1. Perhitungan yg tdk tepat (salah) dari harga C
v,m
, yaitu: kapasitas panas pd volume tetap untk gas
ideal poliatomik yg diprediksi dg teori kinetik gas
2. Ketidakmampuan fisika klasik dlm menjelaskan fenomena distribusi frekuensi yg teramati dari
energi radiasi yg dipancarkan oleh padatan yg dipanaskan (a hot solid)

Jadi, Bila zat padat -> dipanaskan -> memancarkan cahaya. Menurut fisika klasik ->
cahaya -> dianggap sbg suatu gelombang yg terdiri dari medan listrik dan
medan magnet yg berosilasi (saling bergetar) dan satu sama lainnya -> dikenal
sbg gelombang elektromagnetik

Jadi, pd suhu yg sama, zat padat yg berbeda-beda akan memancarkan radiasi dg
laju berbeda pula.

Salah satu problem yg tdk dpt dijelaskan oleh mekanika klasik adalah : radiasi yg
dipancarkan oleh benda hitam.

Lanjutan
Benda Hitam
Menyerap radiasi dg sempurna
(Seluruh radiasi elektromagnetik)
Memancarkan radiasi dg sempurna
(Seluruh radiasi elektromagnetik)
Suatu rongga yg diberi lubang sangat kecil
Gambaran yg mendekati
1. Radiasi elektromagnetik yg terserap lewat
lubang yg amat kecil dipantulkan berulang-
ulang oleh dinding dlm rongga tsb, dan setiap
fraksi radiasi yg dipantulkan akan diserap oleh
dinding rongga tsb.

2. Bila dipanaskan, dinding yg semula menyerap
radiasi tsb akan memancarkan kembali radiasi
dlm bentuk cahaya, hanya sebagian kecil radiasi
yg lolos lewat lubang yg sangat kecil tsb.

Kesimpulan : laju radiasi yg dipancarkan tiap
satuan luas permukaan benda hitam hanya
merupakan fungsi temperatur saja, tetapi tdk
tergantung pd bahan material benda tsb.
A cavity with a tiny hole
I Hukum Rayleigh-Jeans
- distribusi radiasi benda hitam

(1)

Ket :
= densitas energi radiasi antara dan ( + d) pd T ( joule/m
3
)
K
B =
tetapan Boltzmann = 1.380658 x 10
-23
J K
-1
T = Temperatur absolut (K)
C = Cepat rambat cahaya 3 x 10
8
m s
-1

= Frekuensi radiasi ( s
-1
) yg dipancarkan.
The Dawn Of The Quantum Theory
2
3
8
( )
B
v
k T
T d d
C
t
u u u =
( )
v
T d u
Ket :
Hukum distribusi energi radiasi
benda hitam untuk Reyleigh-
Jeans hanya berlaku pada
frekuensi rendah.

Jadi: Makin tinggi T, makin
bergeser ke harga yg lebih
besar
4000 K
5000 K
6000 K
(2)
(1)
( )
v
T d u
1
14
( )
10
frekuensi s u

Luas area = energi total radiasi yg dipancarkan
Berlaku untuk rentang/ interval/ frekuensi yg lebar, dari rendah s/d tinggi pada semua suhu.

Ket : h = Tetapan Plank = 6.626 x 10
-34
joule.s
= dimensinya sama (Joule/m3) antara dan ( + d) pd T (joule/m
3
)

Karena
II Distribusi Radiasi Benda Hitam
( )
v
T d u
1
2
2
2
;
(3)
C
C C
d C
C
d
Cd
d
u u

= = =

= =

=
(2)
3
3
8
( )
1
B
B
v
h
T
k
k T d
T d
C
e
u
t u u
u
(
=
(
(

tanda emisi
radiasi/ pancaran
terjadi penuruan
harga pd
interval yg lebih
besar


Disubsitusikan ke dlm persamaan (2)
3 3 2
3
8 ( )
( )
1
B
B
v
h
T
k
k T C C d
T d
C
e
u

t
u

(

=
(
(

5
8
1
B
hC
T
k
hC d
e

t

(
=
(
(

(3)
( )
v
T d u
( )
v
T d u
= densitas energi radiasi antara dan ( + d) pd T (
joule/m
3
)
( )
v
T d u
(nm)
4000 K
5000 K
6000 K
500 1500 1000
3000 K
UV
Nb : makin tinggi T , bergeser ke
arah yg makin kecil

Visible : 400 nm 700 nm
IR : > 800 nm
UV : < 400 nm
Bila persamaan (3) diturunkan teradap diperoleh :
5
1
5
2
1
6
5
2
6
5
8
( )
1
8 1
( , )
1
( , ) 8 5
0
[ 1] ( 1)
5
( 1)
5 [
B
B
B
B B
B
B
B
v hc
T
k
hc
T
k
hc
T
k
B
hc hc
T T
k k
hc
T
k
B
hc
T
k
hc
B
k T d
T d
e
hc
T
e
hc
e
k T T hc
d
e e
hc
e
k T
e
hc e
k T

t
u

(
= (
(

(
= (
(

(
| |
( |
\ .
(
= + =
(

(
(

| |
|
\ .
=

= ]
1
B
B
T
k
hc
T
k
e

Bila :
h = 6.626 x 10
-34
joule s
c = 3 x 10
8
ms
-1
k
B
=1.380 x 10
-23
joule K
-1


Persamaan (5) dikenal dg The Wien Displacement Law maks adalah: panjang gelombang maksimum
pd saat harga densitas radiasinya maksimun.
Persamaan (5) digunakan untuk mempelajari temperatur permukaan bintang/planet

Makin tinggi suhu, maka dari radiasi yg dipancarkan akan bergeser ke harga maks yg makin kecil

Misalkan
5
1
x
x
B
hc e
x x
K T e
(
= =
(


5 5
5( 1)
x x
x x
e x e
e x e
=
=
1
5
x
x
e x
e

=
1
1 1
5 5
x
x
x x
e
e

= = +
Dgn mencoba-coba, didapatkan harga x= 4.965, shg diperoleh :
4.965 atau (4)
4.965
maks
maks B B
hc hc
T
K T K

= =
3
2.90 10 (5)
maks
T mK

=
III Fenomena efek fotoelektrik dari Einstein
Energi kinetik dari elektron yg terlempar dari permukaan logam dirumuskan sbb :
2
-31
-1
e
-1
0
0
1
(6)
2
:
terlempar 9,109x10 Kg
V = kec. gerak elektron (ms )
=frekuensi dari foton datang (s )
o=fungsi kerja permukaan logam (J/eV)
o=h (7)
ambang
kin e e
e
E M V h o
ket
M massa elektron
frekuensi
u
u
v
u
= =
/
=
/

/
=
-1
kin
2
kin 0 0
0
(s )
syarat : E elektron > 0 h o
1
E ( ) (8)
2
:
e e
M V h h h
syarat
u
u u u u
u u
>
/
= = =
>
1. E
kin
elektron tdk tergantung pd
besarnya intensitas cahaya yg datang
2. Fenomena fotoelektrik terjadi bila
foton yg datang lebih besar atau
sama dengan frekuensi ambang (
0
)
3. Tiap jenis logam memilki harga yg
berbeda-beda
e
-
e
-
e
- terlempar dr permukaan logam
h= energi foton datang
Permukaan logam
Spektrum emisi atom suatu unsur memiliki karakteristik yg spesifik, tergantung pd distribusi atau
tatanan elektron dlm atom, shg analisis yg lebih akurat dan teliti dari spektrum atom merupakan
langkah awal untuk mengenal atau untuk elusidasi struktur elektronik suatu atom

Sudah berlangsung beberapa tahun, para ilmuwan telah berusaha untuk menemukan pola panjang
gelombang () atau pola frekuensi () yg bersesuain dng spektrum garis atau hidrogen untuk dapat
dirumuskan secara metematis, namun mereka belum berhasil. Akhirnya pd th 1885 ilmuwan amatir Swiss
yg bernama Johann Balmer ,merumuskan secara matematis hubungan antara frekuensi dari spektrum
garis dari atom hidrogen sbb:


Balmer mencoba menganalisis frekuensi dari spektrum emisi garis atom H dalam daerah visible (tampak)
IV Spektrum atom Hidrogen spektrum garis
14 1
2
4
8.2202 10 1 (dalam atau ) (9) hz s
n
u

(
= >
(

14
2 2
1 1
8.2202 10 4 (dalam ) (10)
2
HZ
n
u
(
= >
(

n= 3,4,5, (bil. bulat)
Umumnya persamaan (10) dinyatakan dlm kuantitas
-1
atau Bilangan gelombang ( ) yg satuannya (m
-1
)
atau cm
-1
(cgs) (SI)
u
10 1
3 10
c
c c cm s u u


= = =
14
2 2
14
10 2 2
-1
2 2
1 1
8.2202 10 4
2
8.2202 10 4 1 1
3 10 2
1 1
109.680 dalam cm (11/ Balmer Formula)
2
c
n
n
n
u
u
u
(
=
(


(
=
(


(
= >
(

Keterangan : n= 3,4,5, (bil. bulat)
1/n
2
(n=2,4,5,)

Frekuensi
/10
14
(hz)
Ektrapolasi = 8.2202 x 10
14
Contoh :Dgn menggunakan Rumus Balmer, Hitunglah harga dari spektrum garis atom H dlm daerah
tampak!
Jawab :

2 2
4 -1
2 2
5 -1
7
4 -1
2 2
5 -1
1 1 1
; 109.680
2
1 1
3 109.680 = 1.523 10 cm
2 3
dan 6.565 10 cm 656.5 nm
(1 10 )
1 1
4 109.680 = 2.056 10 cm
2 4
dan 4.863 10 cm 486.3 nm

n
for n
cm nm
for n
for n
u u

(
= =
(

(
= =
(

= =
=
(
= =
(

= =
=
4 -1
2 2
1 1 1
109.680 = =109.680( )=2.742 10 cm
2 4
dan 364.7 nm panjang gelombang pd garis akhir spektrum garis deret Balmer ("Series Limit")
u u

(
=
(


=
656,5 nm
n=3
486,3 nm
n=4
434,2 nm
n=5
364,7 nm
n=
Johannes Rydberg seorang ahli spektrometri berkebangsaan Swedia, menghitung dan
menentukan seluruh garis-garis yg ada dlm spektrum atom H dan bedasarkan persamaan
Balmer, Rydberg merumuskan secara umum, bilangan gelombang dari spektrum emisi atom
H sbb: (syarat n
2
>n
1
)







R
H
= tetapan Rydberg yg nilainya secara tepat dan teliti sebesar 109.677,57 cm
-1
Selanjutnya ditemukan deret-deret spektrum dari atom H sbb:

2 2
1 2
1 1 1
(12) 109.680
n n
u

(
= > =
(

2 2
1 2
1 1 1
(13)
H
R
n n
u

(
= > =
(

Deret n
1
n
2
Daerah spektrum
Lymann 1 2,3,4, UV
Balmer 2 3,4,5, Visible
Paschen 3 4,5,6, Near IR
Bracket 4 5,6,7, IR
Karena cahaya menunjukkan perilaku sebagai gelombang pd kondisi tertentu dan juga dapat
berperilaku sbg partikel pd kondisi yg lain, yg dikenal dg Dualisme gelombang-partikel dari
cahaya. Untuk alasan tsb, maka th 1924, seorang ilmuwan muda Prancis bernama Louis de
Braglie mengajukan hipotesisnya, sbb:

Bila cahaya menunjukkan sifat ganda (dualitas sbg gelombang dan partikel, maka materi yg
merupakan suatu partikel dapat juga menunjukkan sifat-sifat sbg gelombang pd kondisi
tertentu.
Bila cahaya dt menunjukkan gejala seperti partikel pd suatu waktu, mengapa tidak materi
atau partikel dapat juga berkelakuan atau menunjukkan sifat-sifat seperti gelombang.
Jadi Bila partikel dg massa (m) bergerak dg kecepata (v) memiliki () de Braglie, yg ditentukan
sbb:


Ket : p= momentum partikel
!! Persamaan (14) hanya berlaku valid atau akurat bila partikel atau objek berdimeni
mikroskopik dg kecepatan gerak berdimensi 10
6
10
7
ms
-1


V Postulat dari Louis de broglie
h
= (14)
p
h
mv
= >
Contoh :
Hitunglah de broglie untuk :
a.Baseball dg massa 0.14 Kg yg bergerak dg kecepatan 40 ms-1
b.Elektron yg bergerak dg kecepatan 0.01 c (c= kecepatan cahaya)

Jawab

a.Objek makroskopik



kesimpulan:
baseball terlalu amat kecil shg tdk dapat diukur/undetectable, karena harga momentumnya sangat
besar.

b. Objek/partikel mikroskopik sub atomik





elektron sesuai/hampir sama dg sinar X
34
34
-1
6, 626 10 J s
= 1, 20 10 m
(0,14 Kg)(40 m s )
h
mv


= ~

34
31 8 -1
0
10
6, 626 10 J s
=
(9,109 10 Kg)(0, 01 3 10 m s )
2.43 10 m 243 pm atau 2,43 A
h
mv


=

~ ~ ~
Kesimpulan : terukur dan berkelakuan mirip dg sinar X, yg artinya elektron juga dapat mengalami
fenomena difraksi spt halnya sinar X, krn menunjukkan pola difraksi yg mirip, yg merupakan Sifat-sifat
gelombang.

d1
d2
d3
d2
(a)
Pola difraksi sinar X pd
lembaran Al
(b)
Pola difraksi berkas
elektron pd lembaran Al
Keterangan : Bila berkas sinar X dikenakan pd suatu zat kristalin, maka berkas sinar X tsb
akan mengalami hamburan atau mengalami fenomena difraksi karena adanya interaksi
antara sinar X dg atom-atom dlm zat kristalin tsb, shg menghasilkan pola-pola difraksi
berbentuk cincin (rings) yg memilki diameter berbeda-beda, sedangkan jarak diantara tiap
cincin bersesuain atau menunjukkan jarak atau ruang antar atom-atom dlm zat kristal
logam tsb, demikian halnya dg berkas elektron menunjukkan jg pola-pola difraksi yg
sangat mirip sinar X

No Partikel Massa(Kg) Kecepatan(ms
-1
) (pm)
1 Elektron yg dipercepat dg
potensial 100 vott
9,11 x 10
-31
5,9x 10
6
120
2 Elektron yg dipercepat dg
10.000 vott
9,29 x 10
-31
5,9 x 10
7
12
3 Partikel yg dilepaskan dari
isotop Ra
6,68 x 10
-27


1,5 x 10
7
0.0066
4 Peluru dari pistol

1,9 x 10
-3


3,2 x 10
2
1,1 x 10
-21*
5 Bola golf 0.045

30

4,9 x 10
-22*
Tabel de Broglie dari berbagai objects
Tahun 1911 Seorang fisikawan Denmark, bernama Niels Bohr menyampaikan teori atom hidrogen yg
memberikan penjelasan indah mengenai spektrum atom H tsb








Keterangan :
Fc = gaya elektrmagnetik Coulomb antara proton dg elektron pd jarak r

0
= permitivitas hampa = 8,854 x 10
-12
C
2
N
-1
m
-2



Fsg = gaya sentrifugal
Me = Massa elektron = 9,109 x 10
-31
Kg

V= Kecepatan linier elektron
r = Jarak antara elektron dg proton

Terjadi kesetimbangan antara Fc dg Fsg
VII. Teori atom Bohr dapat digunakan untuk menurunkan formula
Rydberg
r
Fc
Fsg e
-1
inti
2
2
0
2
(1)
4
(2)
e
Fc
r
MeV
Fsg
r
tc
=
=
2 2
2
0
(3)
4
e MeV
r r tc
=
Agar selama pergerakan e- mengelilingi inti (revolusi) berada dlm orbit yg stabil, ada beberapa syarat
yg harus dipenuhi :
a. Karena orbit berupa sirkuler (melingkar) maka keliling lingkaran orbit (2r), dirusmuskan sbb:



Bila () dari partikel elektron merupakan dari de Broglie, maka hubungannya sbb:







Jadi momentum anguler elektron =

Harus Terkuantisasi, artinya memilki nilai-nilai tertentu, yaitu :






2r = n ; n=1,2,3,
2

2
h
ket: =
2
h h
r n
MeV MeV
h
MeV r n n
t
t
t
| |
= =
|
\ .
| |
= =
|
\ .
Me V r
(n=1,2,3,...) MeV r n =
n
V
Me r
=

Disubsitusikan ke dlm persamaan (3) akan diperoleh


hubungan, sbb:
2 2 2
2 2 3
0
2 2 2 2 2
0
2
0
2
0
2
2 2
0
2
(4)
4
4
(5)
4
4
konstanta
h
Karena =
2
e Me n
r Me r
n e n
r
Me r Me e
Me e
h n
r
Me e
tc
tc
tc
tc
c
t t

= =

=

=

Kesimpulan : jari-jari lintasan orbit elektron/ yg dikenal dg orbit Bohr juga mrupakan besaran yg
terkuantisasi
12 34 2 2
o
11
31 19 2
4 (8.854 10 )(1.055 10 ) (1)
1 5.292 10 52.92pm 0.5292A
(9.109 10 )(1.6022 10 )
n r
t



= = ~ ~ ~

Energi Total dari elektron = E
tot
+ E
kin
+ V
potensial


2
0
2
2
2
0
( ) (6)
4
1
(7)
2
1
(8 )
2 4
kin
tot
e
V r
r
E MeV
e
E MeV a
r
tc
tc

=
=
=
Sesuai dengan persamaan (3)
2
2
0
4
e
MeV
r tc

=
2 2 2
0 0 0
1
(8 )
2 4 4 8
tot
e e e
E b
r r r tc tc tc
| |
= =
|
\ .
Bila kita subsitusikan harga r pd persamaan (5) ke dalam persamaan (8b), maka di
dapatkan hubungan :
2 4
2
2 2 2 2
0 0
0
2
(8 )
8
8
n
e Me e
E c
n h n h
Me e
c c
tc
t

= =
(
(


n= 1,2,3,
Artinya : tingkat-tingkat energi orbital elektron juga merupakan besaran yg Terkuantisasi
E =
.
4
8
2

= h
Posisi atau kedudukan dan momentum partikel subatomik tidak dapat ditentukan atau
dipastikan secara bersamaan dg keakuratan yg sangat tinggi.

VII Prinsip ketidakpastian Heisenberg
1
(12)
2
1
(13)
2
x p
E t
A A >
A A >
keterangan :
ketidakpastian pengukuran posisi elektron
ketidakpastian pengukuran momentum elektron
ketidakpastian pengukuran waktu elektron
ketidakpastian pengukuran energi total elektron
x
p
E
t
A =
A =
A =
A =
H. Persamaan gelombang satu dimensi yg menggambarkan pergerakan getaran tali :




Perpindahan maskimum tali posisi kesetimbangan horizontal dinamakan sbg Amplitudo
yg disimbolkan dg
Persamaan gerak tali sbg fungsi posisi/kedudukan dan waktu, dirumuskan dgn persamaan
differensial derajat dua, sbb :
BAB II THE CLASSICAL WAVE EQUATION (PERSAMAAN
GELOMBANG KLASIK)
( , ) u x t
x
( , ) u x t
2 2
2 2 2
( , ) 1 ( , )
(1)
keterangan :
( , ) Amplitudo gelombang pd tali (variabel terikat)
v= kecepatan gerak gelombang pada tali
x dan t = posisi dan waktu (variabel bebas)
u x t u x t
x v t
u x t
| | c c
=
|
c c
\ .
=
Persamaan (1) dikenal sbg persamaan gelombang klasik yg dlm bentuk Persamaan
differential linier
Kondisi/syarat batas :
Harga amplitudo pd kedua ujung akhir tali, yaitu titik O dan l sama dg NOL


Metode pemisahan variabel, separation variable method untuk memecahkan bentuk
persamaan gelombang klasik digunakan metode pemisahan variabel

( , ) 0 dan ( , ) 0 u o t u l t = =
( , ) u x t
1. Fungsi dari posisi x X(x)
2. Fungsi dari waktu, t T(t)
( , ) ( ) ( ) (2) u x t X x T t =
Subsitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1), diperoleh hubungan sbb :
Selanjutnya kedua ruas kiri-kanan dlm pers (3) dibagi dg
Shgga dipeeroleh :




Krn ruas kiri=kanan, hanya ada satu cara agar ke 2 ruas sama nilainya, yaitu masing2 ruas
diberi nilai yg sama (K), sbb:






Ket : K dinamakan tetapan pemisahan dari persamaan (5a) dan (5b), dlm bentuk
persamaan, sbb:
2 2
2 2 2
( ) 1 ( )
( ) ( ) (3)
d X x d T t
T t X x
dx V dt
=
( , ) ( ) ( ) u x t X x T t =
2 2
2 2 2
1 ( ) 1 ( )
(4)
( ) ( )
d X x d T t
X x dx V T t dt
| |
=
|
\ .
2
2
2
2 2
1 ( )
(5 )
( )
1 ( )
(5 )
( )
d X x
K a
X x dx
d T t
K b
V T t dt
=
| |
=
|
\ .
Persamaan 6a dan 6b merupakan persamaan differential biasa
Keterangan : koefisien-keofisien tetapan pd persamaan (6a) adalah 1 dan K, sedangkan pd
persamaan (6b) adalah 1 dan -KV
2
, jadi harga K bisa negatif, positif atau nol!

Misal : diasumsikan K=0 keadaan I
2
2
2
2
2
( )
( ) 0 (6 )
( )
( ) 0 (6 )
d X x
K X x a
dx
d T t
K v T t b
dt
=
=
()

= 0 X(x) = a
2
x + b
2

()

= 0 T(t) = a
2
t + b
2

Ket : a
1
, b
1
, a
2
, b
2

Karena T(t) tidak sama dengan 0 certainly doesnt vanish for all t
Shg persamaan (7a) agar terpenuhi, haruslah syaratnya : a1=b1=0 artinya, X(x)=0 u(x,t)=0
untuk semua harga x. yg dikenal sbg Pemecahan trivial tidak ada arti fisisnya.

Keadaan II, bila harga K > 0
syarat batas :
u(o,t)= X(o) T(t)=0
u( ,t)= X( ) T(t)=0
X(o)=0 dan X( ) = 0
l l
l


2
2
2
2 2
2 2
( ) 0 (8)
( ) tetapan
( ) ( ) 0
( ) ( ) 0 (9)
x
d y
k y x
dx
y x e
y x k y x
k y x
o
o
o
o
=
= =
=
=
2 2
1 2 1 2
2
2
shg bisa 0
jd ada 2 persamaan : ( ) dan ( )
diperoleh hub sbb:
y(x)= C C (10) C koefisien PUPD
PUPD derajat dua:
1. 4 3 0
misal ( ) , maka persama
kx kx
kx kx
x
k k
y x e y x e
e e C
contoh
d y dy
y
dx dx
y x e
o
o o

( =

= =
+ =
+ =
=
2
2
3
1 2
annya menjadi :
4 3 0
4 3 0
( 3 0) atau ( 1 0)
=3 atau =1
maka general solutionnya : y(x)= C C
x x
y y y
e e
o o
o o
o o
o o
+ =
/ / /
+ =
= =
+
2
2
2
2
6
1 2
2
2
2. 6 0
misal ( ) , maka persamaannya menjadi :
6 0
6 0
( 6) 0
0 atau 6
maka general solutionnya : y(x)= C C
3. 5 6 0
misal ( ) , maka persamaannya menj
x
x
x
d y dy
dx dx
y x e
y y
e
d y dy
y y
dx dx
y x e
o
o
o o
o o
o o
o o

+ =
=
+ =
/ /
+ =
+ =
= =
+
+ =
=
2
2
2 3
1 2
adi :
5 6 0
5 6 0
( 2)( 3) 0
2 atau 3
maka general solutionnya : y(x)= C C
x x
y y y
e e
o o
o o
o o
o o
+ =
/ / /
+ =
=
= =
+
2 3
1 2
Bila syarat batas,
(0) 1
(0) 0
y(x)= C C
x x
y
y
e e
=
' =
+
0 x =
0 0
1 2
0 0
1 2
1 2
(0) C C
(0) C C
(0) C C 1 (1)
y e e
y e e
y
= +
= +
= + =
0 x =
0 0
1 2
1 2
y (0)= 2C 3C
y (0)= 2C 3C 0 (2)
e e ' +
' + =
1 2
1 2
metode eliminasi
C C 1
2
2C + 3C 0 1
+ =


=
1 2
1 2
2 2 -2
2 3 0
C C
C C
+ =
+ =
2 2
2, 2 C C = =
1 2 1
C C 1 2 1 C + = + =
1
C 3 =
2 3
y(x)= -3 2
x x
e e +
Keadaan III : Bila harga K<0, maka persamaan (6a) dan (6b) dalam bab III memilki bentuk
PUPD general, sbb: memiliki pemecahan sangat mirip dg Osilator Harmonis
Dlm formula Euler, kita menulis ulang bentuk e
ix
atau e
-ix
dg
persamaan sbb:
Persamaan (12) disunsitusikan ke persamaaan (11), maka:
Persamaan umumnya menjadi:
( )
2
2
2
2
2
1 2
( ) 0
( )
( ) ( ) 0
1 ( ) 0
:
1,
(bil.imaginer) 1
the general solution is:
( ) (11)
x
ix
ix
d y
y x
dx
bila y x e
y x y x
y x
solution is
i
i
y x C e C
o
o
o
o o

+ =
=
+ =
+ =
= =
=
= +
cos sin (12)
i
e i
u
u u

=
| | | |
( ) ( )
1 2
1 2 1 2
( ) cos sin cos sin
( ) cos sin (13)
y x C x i x C x i x
y x C C x iC iC x
= + + +
= + +
3 4
1 2
( ) cos sin (14)
( )
ix ix
y x C x C x
equivalent
y x Ce C e

= +
= +
Pemecahan umum persamaan differensial
2
2
2
1 2
1 2
1 2
1
( )
( ) 0 , sbb:
( ) cos sin
( ) sin( )
( ) cos( )
* ( ) sin cos cos sin (1)
* ( ) cos sin (2)
sin , cos
( ) cos cos sin sin (3)
cos
d x t
x t adalah
dt
x t C t C t
x t A t o
x t B t
x t A t o A t o
x t C t C t
C A o C A o
x t B t B t
C B
e
e e
e
e
e e
e e
e e

+ =
= +
= +
/
= +
= +
/ /
= +
= =
/ /
=
=
2
, sin C B =
A sin (t + ) berosilasi dg frekuensi, maka kita
mengganti t dg t+n; dimana = periode getaran
dan n= 1,2,3,..
2
sin
n
A t o
t
e
e
| |
(
+ +
/
|
(

\ .
( )
sin 2
sin( ) cos 2
cos( )sin 2
sin( )
A t o n
A t o n
A t o n
A t o
e t
e t
e t
e
= + + (
/

= +
/
+ +
/
= +
/
( )
2
1,2
1,2
( 1 ) ( 1 )
1 2
1 2
1 1
1 2
1
1 1 2
1
2 1 2
Bila keofisien dinyatakan dg bilangan kompleks =a bi
:
2 2 0
2 4 2 2
2 2
1
( )
( )
( ) cos sin
:
i i x
x ix x ix
x
contoh
i
i
y x C e C e
y x C e e C e e
y x e C x C x
ket
C C C
C iC iC
o o
o o
o
o
+

+ + =

= =
=
= +
= +
( = +

= +
=
Kembali ke persamaan (6a) dan (6b) sbb :
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2 2
2 2
2 2
1 2
( )
( ) 0
( )
( ) 0
harga K>0 K=
( )
: ( ) ( ) 0
( ) ( ) 0
( ) ( ) 0
:
: ( ) (15)
x
x x
d X x
K X x
dx
d T t
K V T t
dt
bila
d X x
misal X x e X x
dx
X x X x
X x
jadi
shg X x C e C e
o
| |
|
|
o |
o |
o | o |

=
=

= =
=
=
= =
= +
2
2
2
2
harga K<0
( )
( ) 0 (16)
general solution is:
X(x)=Acos x+Bsin x (17)
kondisi batas
X(o)=0 A=0
X( )= Bsin 0 (18)
persamaan (18) diselesaikan dg 2 cara :
1. B=0, A=0 "Trivial soluti
bila K
d X x
X x
dx
shg
l l
|
|
| |
|
=
+ =

=
on"
2. sin 0
persamaan (17) menjadi sbb:
n x
X(x)= B sin (19)
l l n
shg
l
| | t
t
= =
| |

|
\ .
Jadi persamaan (19) persamaan fungsi posisi/kedudukan sja. Sedangkan
persamaan (6b) sbg fungsi waktu juga memerlukan pemecahan sbb:
Karena terdapat fungsi U(x,t) untuk setiap bilangan bulat,
maka nilai/harga F dan G juga tergantung pd nilai n.
shngga persamaan (22) shrusnya ditulis:
Karena setiap U(x,t) adalah pemecahan terhadap
persamaan differential linier :
2 2
2 2 2
( , ) 1 ( , ) u x t u x t
x V t
| | c c
=
|
c c
\ .
Maka penjumlahan U(x,t), memberikan general solution :
| |
1
( , ) sin (24)
n n n n
n
n x
u x t F Cos t G Sin t
l
t
e e

=
= +

u(x,t) = X(x).T(t)
dengan X(x) = fungsi posisi
T(t) = fungsi waktu
Persamaan (19) sebagai fungsi posisi dan
persamaan (21) sebagai fungsi waktu, maka
diperoleh
u(x,t) = .

. + .

.
= .

. +.


= .

. +.

(22)
Dimana : F =BD = tetapan
G = BE = tetapan
n = 1, 2, 3, ..............
u
n
(x,t) =

. +

(23)
Persamaan (24) adalah general solution
terhdp persamaan 1 dlm bab II
2 2
2 2 2
( , ) 1 ( , ) u x t u x t
x V t
| | c c
=
|
c c
\ .
Persamaan (24) dapat ditulis ulang dlm bntuk sbb:
u(x,t) =

. cos(

. +

<1

).

(, )

<1
(25)
Keterangan : A
n
= amplitudo gelombang

n
= sudut phase / fasa

n
= 2
n
=

2
= kecepatan sudut getaran gelombang

n
=

(2)
=

n
= frekuensi gerakan harmonik
v = kecepatan gerak gelombang sepanjang sumbu x
Untuk 2 dimensi
2 2 2
2 2 2 2
2 2 2
2 2 2 2
1 1
1 1
1
(26)
( , ) ( , ) 1 ( , , )
memiliki solution sbb:
( , , ) ( , , )
(27)
( , , ) ( ) sin sin
nm
n m
nm nm nm nm
n m
u u u
x y V t
u x t u y t u x y t
x y V t
u x y t u x y t
n x n y
u x y t u A Cos t o
a b
t t
e

= =

= =
c c c
+ =
c c c
c c c
+ =
c c c
=

| |
= +
/
|
\ .

x
y
b
a
Seperti halnya Hukum Newton II (F=ma), yg merupakan postulat dasar dari
mekanika klasik, maka persamaan schrdinger adalah postulat dasar atau
aksioma dari mekanika kuantum. Untuk menjabarkan persamaan shrdinger, yg
tidak tergantung waktu yg dikenal dg istilah Persamaan fungsi gelombang
keadaan lunak/stationer. Kita awali dari persamaan gelombang satu dimensi
sbb:


Persamaan (1) dpt diselesaikan dg metode pemisahan variabel:
U(x,t) = X(x) T(t) (2)

BAB III Persamaan Schrdinger
2 2
2 2 2
1
(1)
u u
x v t
c c
=
c c
fungsi gelombang klasik(pers.25) sbg variabel posisi dan waktu U(x,t) dpt dinyatakan sbb:
( , ) ( ) cos (3)
n x
ket: (x)=spatial amplitudo of wave (amplitudo ruang)=Asin
U x t x t
l
e
t

=
| |
|
\ .
2 2
2 2
2 2
2 2
2
tot
Bila pers(3) disubsitusikan ke pers (1), maka diperoleh
( )
+ ( )= 0 (4)
:
2
maka diperoleh pers (5) sbb:
( ) 4
( ) (5)
Energi total partikel/sistem
E ( ) (6)
2
:
( )
d x
x
dx v
ket
v
d x
x
dx
P
V x
m
ket
V x
e

e tu
u
t

=
=
+
= +
=
| | ( )
| | ( )
1/ 2
..
1/ 2
momentum partikel
2 ( ) (7)
dg Hipotesis de Br oglie, dirumuskan sbb:
h
= (8)
p
2 ( )
tot
tot
potensial
P mv
P m E V x
sesuai parikel
h
m E V x

= =
=
=

| | ( )
| | ( )
1/ 2
2
2
2 2
1/ 2
2
2 2
2
2 2
2
2 2
(8) disubsitusikan dlm pers (5), maka diperoleh hub sbb:
4 ( ) 2 ( )
( )
0
: ;
2
2 ( )
( )
( ) 0
dikalikan
2
( )
( ) ( ) ( ) 0
2
2
tot
tot
tot
Pers
x m E V x
d x
dx h
h
jika
m E V x
d x
x
dx
m
d x
E x V x x
m dx
d
m
t

+ =
=

+ =
| |
+ =
|
\ .

2
( )
( ) ( ) ( ) (9)
tot
x
V x x E x
dx


| |
+ =
|
\ .
Pers (9) dikenal sbg : Persamaan
Schrdinger tdk bergantung waktu atau
Fungsi gelombang keadaan stationer satu
dimensi
Bila pd suatu sistem khusus, dimana sistem tsb memiliki harga potensial, V(x)=0, maka
persamaan Shrdinger menjadi/ memilki bentuk/sbb:
2 2
2 2
2
2 2
2
2 2
( ) 2
( )
2
2 ( )
( )
2 ( )
( ) (10)
tot
tot
tot
d x m
E x dikali
m dx
mE d x
x
dx
mE d x
x
dx


| |
= >
|
\ .
=
=
Untuk sistem 3 Dimensi dengan harga V=0, pers. Shrdinger, sbb:
keterangan :

2
= del kuadrat = operator LAPLACE
=


Bila potensial. V sistem tidak sama dengan 0, maka pers. Shrdinger untk 3 dimensi, adalah Sbb:
2
2
( , , ) (12)
2
tot
V x y z E
m
V + =
Besaran-besaran mekanika klasik dinyatakan dg operator-
operator linier dlm mekanika kuantum
Operator adalah suatu simbol/tanda yg memerintahkan kita untuk melakukan/mengerjakan
sesuatu sesuai dgn yg diperintahkan/apa saja yg disuruh kerjakan oleh simbol/tanda tsb.
Biasanya, operator dinyatakan dg huruf besar dan diberi tanda ^ diatasnya.

Contoh : f(x) = g(x)
Ket : = Operator yg beroperasi pd f(x),
g(x) = hasil operasi berupa fungsi yg baru.
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2 2 2 2
2
2 2
2
:

.A(2 ), A

.A( ), A 2 3

.A( ), A

.A( ), A
:

.A(2 ), A (2 ) 0

.A( ), A ( ) 2 ( ) 3( )

A( ), A 2 2(2 ) 3

A( ), A 3
ikx
Contoh
d
a x
dx
d d
b x
dx dx
c xy
y
d
d e i
dx
jawab
d
a x x
dx
d d
b x x x x
dx dx
x x x
x x
=
| |
= + +
|
\ .
c
=
c
| |
=
|
\ .
= =
| |
= + +
|
\ .
= + +
=
2
3 3 2
2
4 2

.A( ), A 3

.A( ), A
ikx ikx ikx ikx
x
c xy xy xy
y
d
d e i e i k e k e
dx
+ +
c
( = =

c
| |
( = = =
|

\ .
Dalam mekanika kuantum, berlaku hanya untuk operator-
operator linier, operator dikatakan Linier, bila :
| |
| |
| |
1 1 2 2 1 1 2 2
1 2
1 1 2 2 1 2
1 1 2 2 1 1 2 2

A ( ) ( ) A ( ) A ( )
ket: C=tetapan
turunan dan integral operator juga bersifat linier
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
C f x C f x C f x C f x
d df df
C f x C f x C C
dx dx dx
C f x C f x dx C f x dx C f x dx
+ = +
+ = +
} + = } + }
Sebaliknya, operator kuadrat (square) SQR tidak bersifat linier,
tetapi nonlinier
| |
| |
2 2 2 2
1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2
2 2
1 1 2 2 1 1 2 2
( ) ( ) ( ) ( ) 2 ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
SQR C f x C f x C f x C f x CC f x f x
SQR C f x C f x C f x C f x
+ = + +
+ = +
Operator SQRT (Square root)= akar kuadrat juga bersifat
nonlinier
| | ( )
| |
1/ 2
1 1 2 2 1 1 2 2
1/ 2 1/ 2
1 1 2 2 1 1 2 2
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
SQRT C f x C f x C f x C f x
SQRT C f x C f x C f x C f x
+ = +
+ = +
Nilai Eigen suatu fungsi
(x) = a (x)
Ket : = Operator
(x)= fungsi Eigen
a=nilai eigen
Contoh :
1. Tunjukkanbahwa e
x
, adalahfungsieigendari operator (d
n
/dx
n
)
danberapakahharganilaiEigennya? (jawab : d
n
/dx
n
[e
x
]=
n
e
x
,
nilaieigennyaadalah
n
)
2. Bila operator momentum linier suatu partikel dinyatakan dengan

x
= -i(

) ,
tunjukkan bahwa e
ikx
adalah fungsi eigen dari operator momentum tersebut dan
berapakah nilai eigennya?

2 2
2
Operator Hamiltonian

H ( ) (13)
2
maka pers(9), dg sederhana dpt dinyatakan,

H ( ) ( ) (14)
Bila pers (13), potensial (V( )) = 0, maka Energi totalnya
adalah berupa energi kinetik, s
tot
d
V x
m dx
x E x
x

(
= +
(

=
( )
2 2
x
2
ehingga operatornya adalh

K 15
2
d
m dx
(
=
(

Dalam satu dimensi, pada sumbu-x
Secara klasik, energi kinetik ada hubungnnya dg momentum linier yg dinyatakan dg pers, sbb :
2
2
2
2
P
K P m K
m
= =
Shg kuadrat dari operator momentum memilki hubungan dg operator energi klasik sbb:
2
2 2 2
2 2
2 2
2
2 2
2 2 2 2
2 2

2

(2 ) (16)
2
:

x x
x
x
x
P mK
d d
P m
m dx dx
cara lain
P i
x
d d
P i i
x dx dx
=
( | |
/ = =
/
| (
/
/
\ .
c
| |
=
|
c
\ .
| | | | | c |
| |
= = =
| | | |
c
\ .
\ . \ . \ .
No Operator Simbol Operasi Matematis
1 Posisi Dikalikan dg X
2 Momentum
linier




3 Enegi
Kinetik




4 Energi total






5 Momentum
Angular





X
x

P ( dimensi)

P (3 dimensi)
satu
i
x
i
x y z
c | |

|
c
\ .
( c c c
+ +
(
c c c

x

K ( dimensi)

K (3 dimensi)
satu
2 2
2
2 2 2 2
2 2 2
2
2
m x
m x y z
| | c

|
c
\ .
( c c c
+ +
(
c c c

x

H ( dimensi)

H (3 dimensi)
satu
2 2
2
2 2 2 2
2 2 2
( )
2
( , , )
2
d
V x
m dx
V x y z
m x y z
| |
+
|
\ .
( c c c
+ + +
(
c c c

x
y
z

L
i y z
z y
i z x
x z
i x y
y x
| | c c

|
c c
\ .
c c | |

|
c c
\ .
| | c c

|
c c
\ .
Fungsi gelombang () memiliki peranan sangat penting dan harus memiliki arti fisis, bila
tdk memiliki arti fisis, maka tersebut tidak bernilai apa-apa. Krn dlm mekanika
kuantum dpt mendiskripsikan berbagai besaran kuantum (dlm sifat keadaan partikel),
sbb:
a. Untuk menentukan probabilitas sebuah kejadian atau peluang untuk mendapatkan
partikel dlm suatu ruang pd selang waktu
b. Untuk menentukan harga momentum, tingkat-tingkat energi, harga harap dll.

Maka diperlukan syarat-syarat atau aturan-aturan agar memiliki arti fisis, minimal ada 3
syarat, yaitu :
1. sebagai gelombang, harus memiliki nilai berhingga/tertentu dan bernilai tunggal
(x
i
,t
i
) = C
Turunannya terhadap posisi, harus merupakan fungsi kontinue, bukan sebuah
konstanta
d/dx = f(x,t)
2. , sbg partikel, agar memilki arti fisis haruslah :
- dapat berupa bilangan kompleks, dg * adalah kompleks konjugasinya.
- = A + iB
-*= A- iB
-*=||
2
= (A + iB)(A - iB)= A
2
+ B
2
Syarat/aturan fungsi gelombang dlm mekanika kuantum
menyatakan probabilitas mendapatkan partikel antara posisi x dan x + dx, pada waktu t
||dx = peluang menemukan partikel pd posisi x dan x+dx pd waktu t
|| = fungsi kerapatan probabilitas (PDFProbability density function) interprestasi
statistik Brn.
dx A B C
||
2
Posisi +
Question :
1. Berapakah probabilitas menemukan partikel pd daerah yg diarsir, pd interval X1
dan X2 (X2 = X1 + dx)?
2. Dari semua kemungkinan posisi partikel, dimanakah kemungkinan terbesar
partikel akan ditemukan ?
Jawab :
1



2. Pd daerah x=A krn nilai ||2 terbesar, nilai A tersebut dinamakan sbg
expectation value = nilai harapan.


Nilai expectation dari semua kemungkinan posisi, dinyatakan dg pers sbb:








2
1
2
| |
x
x
P dx =
}
2
( ) ( )
| |
*
x x
x x dx
x x dx

< >=
< >=
}
}
3. Partikel harus ada = didapatkan
Karena total dari semua kemungkinan posisi yang ada = 1





Namun ada kalanya yg kita peroleh dari solusi persamaan gelombang tdk memberikan nilai
probilitas = 1, maka agar teratasi, harus dikalikan dg suatu faktor N (faktor Normalisasi)






2
| | 1 dx
+

=
}
2 2 2
| | | | 1 N dx =
}
syarat mutlak agar interprestasi statistik Brn bermakna
Contoh perhitungan :
Densitas atau daya pancar energi radiasi benda
hitam

v
(T) d =
8

;1
makin besar harga
frekuansi () maka suku (
/

1) pertambahan
harganya juga makin besar, sehingga nilai
v
(T) d
makin kecil, bila harga makin besar
keterangan : h = 6,626 x 10
-34
joule.s
c = 3 x 10
8
m.s
-1

k
B
= 1,380658 x 10
-23
joule.K
-1

T = K (temperatur)
= frekuensi radiasi (s
-1
)
= 3,14
dimensinya :
v
T d =
..
.
=


Misal : = 3 x 10
14
s
-1
pada frekuensi yang sama
T
1
= 4000 K
T
2
= 6000 K
Berapakah harga
v
T ?

v
T =
8(3,14)(6,626 10
;34
)
(3 10)
(3 10)

3,5994
;1

= 4,6785 x 10
-16
joule.s/m
3
pada 4000 K
Catatan :

(6,626 10
;34
)(3 10
14
)
(1,380658 10)(4000)
= e
3,5994
= 36,5763

(6,626 10
;34
)(3 10
14
)
(1,380658 10)(6000)
= e
2,3996
= 11,0188

v
(T) =
8(3,14)(6,626 10
;34
)
(3 10)
(3 10)

2,3996
;1

= 16,6133 x 10
-16
joule.s/m
3

pada 6000 K
Jadi pada yang sama
v
T pada 6000
K >
v
T pada 4000

Khusus untuk suhu 4000 K

2
= 5 x 10
14
s
-1

v
(T) = 14,3872 x 10
-16
joule.s/m
3

3
= 8 x 10
14
s
-1

v
(T) = 2,14145 x 10
-17
joule.s/m
3

= 0,214145 x 10
-16
joule.s/m
3

4
= 10
15
s
-1

v
(T) = 3,7952 x 10
-18
joule.s/m
3

1
<
2
<
3
<
4

<

>>

>>


-2E-16
0 5E+14 1E+15 1.5E+15

v
(T)
(s)

v
(T)
maksimal
Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa
fungsi gelombang dalam mekanika
kuantum, memiliki persyaratan-persyaratan
tertentu, agar fungsi gelombang tersebut
mempunyai ARTI FISIS. Problem yang kita
hadapi sesungguhnya adalah mencari
suatu persaan gelombang dari sebuah
sistem. Pola yang umum persamaan
gelombang dalam suatu sistem dalam
kehidupan sehari-hari adalah salah
satunya Persamaan Gelombang
Schrodinger dalam bentuk persamaan
differensial LINIER derajat dua.
Persamaan Schrodinger, secara umum
tergantung pada posisi dan waktu. Untuk
sistem satu dimensi dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan, sebagai berikut :
i
(,)

= -

2
(,)

+ V
(x)
(x,t) (1)
Pemecahan persamaan tersebut dapat
diselesaikan dengan menggunakan Teknik
Pemisahan Variabel (Separation of
Variable)
Fungsi gelombang yang merupakan fungsi posisi
dan waktu dapat dipisahkan menjadi 2 buah
fungsi yang tidak bergantung satu sama lainnya,
yaitu : yang pertama fungsi yang tergantung pada
waktu saja dan yang lainnya fungsi yang hanya
tergantung pada posisi saja
(x,t) = (x).f(t) (2)
(x) = fungsi posisi saja
f(t) = fungsi waktu saja
untuk solusi yang terpisahkan kita peroleh :
(,)

= (x)
()

(3.a)
(,)

= (t)
()

(3.b)
Persamaan (3.a) dan (3.b) disubstitusikan dalam
persamaan (1) sehingga diperoleh :
()
()

= -

2
()

.f(t) + V
(x)
(x).f(t) (4)
Bila kedua ruas persamaan (4) dibagi dengan
(x).f(t), akan diperoleh persamaan sebagai
berikut :
i
1
()
()

= -

2
.
1
()
()

+ V
(x)
(5)
Kedua suku pada persamaan (5) memberikan
harga yang sama, biasanya diberikan harga E
= energi total sistem
SUKU KIRI i
1
()
()

= E (6.a)
()

=
.()

= -
()


df(t) = -

()
()
= -


ln f(t) = -

+ konstanta
f(t) =
;

= exp

(6.b)
SUKU KANAN -

2
()

+ V
(x)
= E (6.c)
ATAU
() = -

2
()

+V.(x) (6.d)
Persamaan (6.d) dikenal sebagai Persamaan Schrodinger Tidak Bergantung Waktu /
Keadaan Tunak / Stasioner. Dalam beberapa kasus, termasuk menjelaskan model
atom, struktur atom, kita gunakan persamaan (6.d). Kita tidak bisa mencari solusinya, bila
atau kecuali kita mengetahui fungsi dari Energi Potensialnya [V(x)]. Jadi masalah umum
dalam mekanika kuantum adalah mencari bentuk yang benar dari potensial sebuah
sistem
Sehingga persamaan (2) dapat ditulis ulang, sebagai berikut :
(x,t) = (x).
;

(7)
SPHERICAL COORDINATES
z
x
y
r.sin


x = r.sin .cos
y = r.sin .sin
z = r.cos
r


d
r
.
s
i
n


r.sin d
dr
r d
d = dV = r
2
sin dr.d.d (1)
Syarat : 0 r a
0
0 2
V =
2
sin d
2
0

0

=
1
3

.
0

.
0
2

=
1
3

3
.2.2 =
4
3

V =
2
sin d
2
0

0

=
2
.
0

.
0
2

=
2
.2.2 = 4r
2
dr
4r
2
= surface area of the spherical shell
dr = thickness

dA = r
2
.sin .d.d
dA = diferensial luas area spheris
A = r
2
. sin d
2
0

0

A = r
2
.2.2 = 4r
2

A = the area of the surface of sphere
of radius (r)
Bentuk Umum
I = , , . . . . .
2
0

0

I = . . . . . (, , )
2
0

0


Contoh :
Fungsi F(r,,) dinyatakan dengan
F(r,,) =
1
32
.r
2
.e
-r
.sin
2
.cos
2

Tentukan apakah fungsi tersebut
TERNORMALISASI?

Jawab :
I =
1
32

4
.
;
. .
3
. . .
2
0

0

= ...... ??
.
2
0
=



3
.

0
=
2
. sin

0
= -
1
2

;1
1
= 2 -
2
3
=
4
3

Misal : x = cos
dx = -sin .d
sin = 1 - cos sin = 1 - x


4
.
;
.

0
= 4! = 1 x 2 x 3 x 4 = 24
Rumus umum :

.
;
.

0
= n!
Sehingga I =
1
32
..
4
3
.24 = 1
Jadi fungsi F(r,,) dapat dinormalisasi
Bila fungsi F hanya merupakan fungsi Radial (r) saja,
maka persamaan Harga I menjadi sebagai berikut :
I = . . . . . ()

2
0

0

I = f r . 4r

0

Contoh : Fungsi gelombang orbital 1s dari atom
hidrogen adalah :

100
= f(r) =
1
(.)
1/2
.e
-r/a

Keterangan : a
0
= jari-jari Bohr atom H
Tunjukkan bahwa kuadrat fungsi tersebut
dinormalisasikan!
Jawab : f(r) =
1
(.)
1/2
.e
-r/a

I = f r . 4r

0

=
4
.
. r

; 2/

0
=
!

:1

=
4

.
2!
2

3
=
4

.
.2
8
= 1
TERNORMALISASIKAN
Untuk Atom Hidrogen

nlm
(r,,) = R
nl
(r).Y
l
m
(,)
Fungsi angular : PUPD derajat dua ()

+ m = 0
Solusinya () = A
m
.


() = A
-m
.
;

Contoh : Tentukan harga tetapan A
m
pada fungsi

m
() = A
m
.


Sedemikian sehingga fungsi tersebut dapat
dinormalisasikan
Jawab :


2
0
. = 1 Normalisasi

= A
m
.

= A
m
.
;

2
.
0

2
0
= 1

2
.
2
0
= 1

2
.(2) = 1
A
m
=
1
2
= (2)
-1/2

m
() =
1
2
.


Fungsi angular ()
Persamaan Legendre : 0
Harganya -1 x +1
P
l
|m|
(x) = ()
m = 0, + 1, + 2, + 3
x = cos


menjadi sebagai berikut :


Keterangan : l = 0, 1, 2, .............
P
l
|m|
(x) ada tabelnya fungsi Legendre

P
l
|m|
(x) Fungsi Legendre
P
0
0
(x) 1
P
0
1
(x) x = cos
P
1
1
(x) (1-x)
1/2
= sin
P
2
0
(x)
1
2
.[3x
2
-1] =
1
2
.[3cos
2
-1]
P
2
1
(x)
3x.[1-x
2
]
1/2
= 3cos .sin
........... dst
Fungsi radial R
nl
(r)
R
nl
(r) = -
;;1 !
2.[ : !]
1/2
.
2
.
:3/2
.r
l
.e
-
(Z.r)/n.a
.L
n:l
2l:1
2
.

KONDISI NORMALISASI

0
= 1
Probabilitas mendapatkan elektron dalam orbital atom Hidrogen hanya fungsi Radial
P =


2
.

0

Contoh : fungsi radial orbital 1s dari atom Hidrogen dinyatakan dengan
R
1s
(r) =
2

3/2
.
;/

[R
1s
(r)]
2
=
4

3
.
;2/
; n =1, l =0
Hitunglah probabilitas untuk mendapatkan elektron dalam orbital 1s pada daerah 0 r a
0

Jawab : P =
4

3
. .

0

;2/
dr
Misal : x =

r= ax dr = adx
P =
4

3
.
3

2
.
1
0

;2
dx
= 4.
2
.
1
0

;2
dx
= 1 - 5e
-2
= 0,323 = 32,3 %
Harga Harap Posisi Elektron Atom Hidrogen
<r> = .
2
. sin. .
1

, , .
1
, ,
2
0

1s
=
1
.
1/2
.e
-r/a

FAKTOR NORMALISASI
Cara mencari Tetapan Normalisasi (N)
N
2

*
(x).(x)dx = 1 sistem Koordinat satu dimensi
Untuk Sistem Hidrogen Koordinat Spheris
N
2

*
.d = 1 d = dv = r
2
.sin .dr.d
Contoh :
1s
atom H e
-r/a

Keterangan : a
0
= jari-jari atom Bohr = 53 pm = 0,53
Tentukan : persamaan yang Ternormalisasi untuk orbital 1s dari atom H tersebut
Jawab : N
2
.
;/

0
.
;/
.r
2
sin .d.d = 1
N
2
. .
;2/

0
dr. sin

0
.
2
0
= 1
N
2
.
2!
2

3
.2.2 = N.
1
4
a.4 = 1
.N.a = 1 N =
1
.
1/2

sehingga persamaan
1s
yang ternormalisasi :
=
1
.
1/2
.e
-r/a

NB : dalam ruang N =
1


d = dv = rsin dr.d.d
Persamaan Fungsi Gelombang Atom Hidrogen

nlm
(r,,) = R
nl
(r).

(,)
FungsiRadial
1
()
.

.
()

-
2

(V
elektrik
- E
tot
).R(r) = l(l+1) (1)
keterangan : V
elektrik
= -
1
4


L = bilangan kuantum azimuth = 0, 1, 2, ..
Persamaan (1) ditata ulang, sehingga menghasilkan :

.
()

-
2

(V - E
tot
).R(r) = l(l+1).R(r) (2)
Misalkan : u(r) = r.R(r) R(r) =
()


()

()

;()


r
2
.
()

= r
()

- u(r)

.
()

= r
()

(3)
Persamaan (3) disubstitusikan ke dalam persamaan (2)
r
()

-
2

.V
elektrik
.
()

+
2

.E
tot
.
()

= l(l+1)
()


kedua ruas dikalikan dengan

2
.r
()

- rV.
()

+ r.E
tot
.
()

2
[l(l+1)]
()


r.V.u(r) +

2
[l(l+1)]
()

2
.r
()

= r.E
tot
.u(r)

kedua ruas dibagi dengan r
V.u(r) +

2
[l(l+1)]
()

2
()

= E
tot
.u(r)
atau
-

2
()

+ V +

2
(:1)

.u(r) = E
tot
.u(r) (4)

Fungsi Radial [R(r)] tergantung pada Harga bilangan kuantum n dan l
R
nl
(r) = -
;;1 !
2[ : !]
1/2
.
2
.
:3/2
.r
l
.e
-Zr/n.a
.
:
2:1
2
.

keterangan : n = bilangan kuantum utama = 1, 2, 3, ......
l = bilangan kuantum azimuth = 0, 1, 2, ....
a
0
= jari-jari Bohr = 0,53
Z = nomor atom unsur untuk Hidrogen Z = 1
n l L
n:l
2l:1
x
n = 1 (1s) l = 0 L
1
1
x = -1
n = 2 (2s) l = 0 L
2
1
x = -2!(2-x)
n = 2 (2p) l = 1 L
3
3
x = -3! = -(1.2.3) = -6
n = 3 (3s) l = 0
L
3
1
x = -3(3 - 3x +
1
2
x
2
)
n = 3 (3p) l = 1 L
4
3
x = -4!(4-x)
n = 3 (3d) l = 2 L
5
5
x = -5! = -(1.2.3.4.5) = 120
n = 4 (4s) l = 0
L
4
1
x = -4!(4 - 6x + 2x
2
-
1
6
x
3
)
n = 4 (4p) l = 1
L
5
3
x = -5!(10 - 5x +
1
2
x
2
)
n = 4 (4d) l = 2 L
6
5
x = -6!(6 - x)
n = 4 (4f) l = 3 L
7
7
x = -7!
Tabel Polinomial Laguerre Terassosiasi
Contoh : fungsi Radial [R(r)] dari orbital 1s atom Hidrogen
Bagaimana bentuk persamaannya?
Jawab : 1s n = 1; l = 0 L
1
1
x = -1
R
nl
(r) = -
1;0;1 !
2 1 [ 1:0 !]
1/2
.
2

3/2
.r
0
.e
-r/a
.(-1)
R
nl
(1s) = -
0!
2 1!
1/2
.
2

3/2
.1.e
-r/a
.(-1)
R
nl
(1s) =
1
2
1/2
.
2

3/2
.e
-r/a

R
nl
(1s) = 2
-1/2
.2
3/2
.a
0
-3/2
.e
-r/a

R
nl
(1s) = 2
1
.a
0
-3/2
.e
-r/a

R
nl
(1s) =
2

3/2
.e
-r/a

Contoh : R
nl
(2p) atom Hidrogen n = 2; l = 1 L
3
3
x = -3!
R
nl
(2p) = -
2;1;1 !
2 2 [ 2:1 !]
1/2
.
2
2
1:3/2
.r
1
.e
-r/2a
.(-3!)
R
nl
(2p) = -
0!
4 3!
1/2
.
1

5/2
.r.e
-r/2a
.(-6)
R
nl
(2p) =
1
864
1/2
.(6)
1

5/2
.r.e
-r/2a

R
nl
(2p) =
6
12 6
1

5/2
.r.e
-r/2a

R
nl
(2p) =
1
2 6
1

5/2
.r.e
-r/2a

R
nl
(2p) =
1
2 6
1

3/2
1

.r.e
-r/2a

Contoh : R
nl
(2s) n = 2; l = 0 L
2
1
x = -2!(2-x)
L
2
1
x = -2! 2
2
2
= -(1.2) 2

= -4 +
2


R
nl
(2s) = -
2;0;1 !
2 2 [ 2:0 !]
1/2
.
2
2
3/2
.r
0
.e
-r/2a
. 4 +
2


R
nl
(2s) = -
1!
4 2!
1/2
.
1

3/2
.(1).e
-r/2a
. 4 +
2


R
nl
(2s) = -
1
32
1/2
.
1

3/2
.1.e
-r/2a
. 4 +
2


R
nl
(2s) =
1
2
.
1

3/2
.e
-r/2a
-
1
2 2
.
1

3/2
.

.e
-r/2a

R
nl
(2s) =
1
2
.
1

3/2
. 1
1
2

.e
-r/2a

Fungsi Angular ()
0 2
1
()

= - m (1)

+ .m
2
= 0 (2)
NB : m = bilangan kuantum magnetik
Solution is
() = A
m
.e
im
(3.a)
() = A
-m
.e
-im
(3.b)

(+2) = () (4)
A
m
.e
im(+2)
= A
m
.e
im
A
m
.

.
.2
=
A
m
.e
im

.2
= 1 (5.a)
A
-m
.e
-im(+2)
= A
-m
.e
-im

;.2
= 1 (5.b)
Gabungan (5.a) dan (5.b) menghasilkan :

.2
= 1 (5.c)
Deret Euler

= cos x i.sin x
cos 2m i. sin (2m) = 1
m = 0, 1, 2, 3, ...........
karena harga cos 2m = 1
sin 2m = 0
Sehingga persamaan (3.a) dan (3.b) hanya
dituliskan dalam bentuk satu persamaan saja,
yaitu :

m
() = A
m
.e
im
(6)
m = 0, 1, 2, 3, ...........

Kesimpulan : jadi fungsi angular hanya
tergantung pada harga bilangan kuantum
magnetik saja (m)
Berapakah harga A
m
, apabila diketahui kondisi Normalisasi sebagai berikut :


2
0
= 1
Keterangan : () = A
m
.e
im

*
() = A
m
.e
-im
kompleks konjugasi

2

0

2
0
= 1

2

2
0
= 1

2
(2) = 1
A
m
=
1
2

Sehingga persamaan umum fungsi angular , adalah sebagai berikut :

m
() =
1
2
.e
im
(7)
m = 0, 1, 2, 3, ...........

KHUSUS
Sehingga untuk orbital-orbital dengan harga m = 0

m
() =
1
2
.e
0
=
1
2

m l
P
l
m
(x)
0 0 P
0
0
(x) = 1
0 1 P
1
0
(x) = x = cos
1 1 P
1
1
(x) = 1
1/2
= sin
0 2
P
2
0
(x) =
1
2
(3
2
1) =
1
2
(3
2
1)
1 2 P
2
1
(x) = 3x 1
1/2
= 3.cos .sin
2 2 P
2
2
(x) = 3(1-x) = 3.sin
0 3
P
3
0
(x) =
1
2
(5 3) =
1
2
(5 3 cos )
1 3
P
3
1
(x) =
3
2
5 1 1
1/2
=
3
2
5 1 . sin
2 3 P
3
2
(x) = 15x(1-x) = 15.cos .sin
3 3 P
3
3
(x) = 15 1
3/2
= 15.sin
Tabel Fungsi LEGENDRE Terassosiasi
Contoh :
1. Untuk m = 0; l = 0 P
0
0
(x) = 1
() =
(1)
2
.
0;0 !
0:0 !
1/2
(1) =
1
2
1/2
=
1
2

2. Untuk m = 0; l = 1 P
1
0
(x) = cos
() =
(2:1)
2
.
1;0 !
1:0 !
1/2
.cos =
3
2
.cos

nlm
(r,,) = R
nl
(r).
ml
().
m
()
Contoh : fungsi gelombang lengkap atom Hidrogen
1. Untuk orbital 1s n = 1, l = 0, m = 0
R
1s
(r) =
2

3/2
.e
-e/a


m
() =
1
2

() =
1
2


100
=
2

3/2
.
;/
1
2
1
2


100
=
2

3/2
.
;/
1
2
1
2
1



100
=
1

3/2
.
;/


100
=
1

3/2
.
;/
atau
100
=
1
.
1/2
.
;/

2. Untuk orbital 2p n = 2, l =1, m = 0
R
2p
(r) =
1
2 6
1

3/2

.
;/2


m
() =
1
2

() =
3
2
.cos

210
=
1
2 6
1

3/2

.
;/2
1
2
3
2
. cos

210
=
1
2 6
1
2
1

3
2
1

3/2

.
;/2
.

210
=
3
2 6 2
1

3/2

.
;/2
.

210
=
3
3 32
1

3/2

.
;/2
.

210
=
1
32
1

3/2

.
;/2
.
Harga Rata-Rata Elektron Dalam Atom Hidrogen
Harga Harap Posisi / Jarak
<r> =
*
(r,,). .(r,,)d
dengan :
= operator posisi
d = r.sin .dr.d.d

Contoh : Perkirakanlah jarak (posisi) rata-rata elektron dalam orbital 1s dari atom Hidrogen
terhadap inti atomnya!
Jawab :
100
(1s) =
1

.
1

3/2
.
;/

100
(1s) =
1
.
1/2
.
;/

<r> =
1
.
1/2
.
;/
. .
1
.
1/2
.
;

0
. . sin. . .
2
0

0

<r> =
1
.
. .
;2/
. . sin.
2
0

0

<r> =
1
.
.
3!
2

3:1
. 2 . [2]
<r> =
1
.
.
6.
4
16
. [4] =
24.
16
=
3.
2
= 0,795


Contoh : Berapakah jarak rata-rata elektron dalam orbital
210
untuk atom Hidrogen?
Jarak/Posisi yang Paling Mungkin (Most Probable Distance / r
mp
) dimana elektron dalam
orbital 1s dari atom yang seperti atom Hidrogen dengan nomor atom Z dapat diperoleh

1s
=
1

3/2
.
;./

Keterangan : Z = nomor atom

Harga Jarak/Posisi yang Paling Mungkin diperoleh, dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :

4
1
2
= 0

1
2
=

.
.
;2../

4

.
.
;2../
= 0
4

.
2.
;2../

2

.
2
.
;2../
= 0
2.

;2../
=
2

2
.
;2../

= Z.r
mp

r
mp
=



Kesimpulan : makin besar nomor atom (Z) maka Harga r
mp
makin kecil / menurun dalam
orbital 1s
Contoh-contoh Penentuan Faktor Normalisasi dari
Fungsi Gelombang Orbital dalam Atom Hidrogen

Diketahui 2 buah fungsi gelombang atom Hidrogen
yang belum dinormalisasikan, yaitu :
= 2

.
;/2.

= r.sin .cos .
;/2.

Tentukan : Faktor Normalisasinya!
The Probability Densities Function (PDF) untuk Fungsi Radial dinyatakan
dengan :

()
2
. .
menyatakan Probabilitas mendapatkan elektron pada daerah r dan r+dr. Grafik
yang menyatakan hubungan antara r.

()
2
terhadap jarak (r) elektron dari
pusat inti atom, untuk orbital 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 3d, dapat digambarkan sebagai
berikut :
node radial = n-l-1
node = daerah yang kerapatan elektronnya nol
PARTIKEL DALAM KOTAK dan FAKTOR NORMALISASI

1. Dalam Kotak Satu Dimensi
(x) =
2

1
2
. sin


0 x L
(0) = 0 pada batas tepi kotak tidak ada partikel
(L) = 0 pada batas tepi kotak tidak ada partikel
L = panjang kotak satu dimensi
Rumus umum : Probabilitas mendapatkan partikel pada daerah sumbu x, a, dan b
P(a,b) = ()

dx
Untuk n = 1 (ground state of wave function) P(a,b) =
;


1
2
sin
2

sin
2



Contoh :
Tentukan probabilitas mendapatkan partikel dalam kotak satu dimensi yang
panjangnya 10 nm pada daerah antara 4,95 nm dan 5,05 nm!

Jawab :
P(4,95;5,05) =
5,05;4,95
10

1
2
sin
2.5,05
10
sin
2.4,95
10

= 0,02 = 2%
2. Harga Rata-Rata (Harap) Posisi Partikel dalam
Kotak Satu Dimensi
0 x a

<x> =

. .

0

Keterangan : = operator posisi

=
2

1
2
. sin

=
1
2

1
2
cos
2


= -
1
2
. cos
2

0

<x> =
2

. cos

0

<x> =
2


4

.sin
2


cos
2


Rumus Umum : tergantung pada batas daerah sumbu x dalam kotak
satu dimensi
3. Harga Rata-Rata (Harap) Momentum Linier Kotak
Satu Dimensi
0 x a

<P
x
> =

0

Keterangan :

=
2

1
2
. sin

= - i

= operator momentum linier



Contoh :
a. Tentukan harga rata-rata momentum linier partikel dalam kotak satu
dimensi pada daerah 0 dan a!
b. Tentukan harga rata-rata momentum linier partikel dalam kotak satu
dimensi pada daerah 0 dan
1
2
a!
4. Harga Rata-Rata Energi Total Partikel dalam Kotak Satu Dimensi

<E
x
> =

0

Keterangan :

= -

= operator energi Hamiltonian


Karena di dalam kotak V = 0
<E
x
> =

1
2
. sin

.
2

1
2
. sin

0

<E
x
> =
;

. sin

. sin

0

<E
x
> =

. sin

0

<E
x
> =

.
1
2

1
2

0

<E
x
> =

2
.
0


<E
x
> =

2

Dengan =

2

<E
x
> =

2
=

2
.

2
=

2
=

4
4

4

2
=
2


4
4
. sin

.

4

4
. sin

2
=
2

4

4
4
. sin

2
=

4
2
5
.
1
2

1
2

2
=

4
2
5
1
2

0

2
=

4
4
4


Karena :

2
=

2
=

4
4
4

2
2

2
= 0
Untuk Kotak 3 Dimensi
sumbu x = Length of a
sumbu y = Length of b
sumbu z = Length of c

8
.


n
x
= n
y
= n
z
= 1, 2, 3, ................
a b c

Bila kotak berupa Kubus a = b = c

8
.



Bila harga n
x
= n
y
= n
z
= 1 Ground State

,,
=
3
8

1 1 1
=
3
8
(NON
DEGENERATE)
0 x a
0 y b

()
=
2

1
2
. sin

()
=
2

1
2
. sin


n
x
= 1, 2, 3, .............
n
y
= 1, 2, 3, .............
5. Kotak 2 Dimensi : Penentuan Probabilitas
Mendapatkan Partikel dalam Kotak
0
b
a a/2
b/2
Y
X

(,)
=
,

.
(,)
.
/2
0
/2
0


Fungsi Gelombang 2 Dimensi (x,y)

,
(, ) =
2

1
2
. sin

.
2

1
2
. sin

,
(, ) =
,

(, ) =
4

1
2
. sin

. sin

(,)
=
4

sin

. sin


/2
0
/2
0


o sin


/2
0
=
1
2

1
2
cos
2

/2
0

sin


/2
0
=
1
2
.
/2
0

sin


/2
0
=
1
2

0
/2
=

4


o sin


/2
0
=

4

Sehingga,
(,)
=
4


4

4
=
1
4
= 25%
Berapakah / bagaimanakah persamaan tingkat Energi Kinetik partikel dalam Kotak 2 Dimensi
dalam kasus tersebut?

,
=
()

/2
0
.

.
()
+
()

/2
0
.

.
()

,
=
2

. sin

sin

+
2

. sin

sin


/2
0
/2
0

,
=

2
2
3

0
/2
+

2
2
3

0
/2

,
=

2
4
2
+

2
4
2

,
=

2
4

2
+

2

dengan =

2
=

,
=

2
16

2
+

2
=

2
16

2
+

2

Harga n
x
= 1, 2, 3, .............
n
y
= 1, 2, 3, .............

bila n
x
= n
y
= 1 GROUND STATE

(,)
=

2
16
1

2
+
1

2

6. Kotak 3 Dimensi

where is a = b = c KUBUS












(,,)
=
()
.
()
.
()

(,,)
=
8

1/2
sin

. sin

. sin



Contoh :
Tentukan probabilitas mendapatkan partikel dalam kubus dengan batas-batas

4
dan
3
4
!

()
=
2

1
2
. sin

()
=
2

1
2
. sin

()
=
2

1
2
. sin


c
b
Y
Z
X
a
partikel
7. Penentuan Tetapan Normalisasi (N) Fungsi
Gelombang dalam Kotak 3 Dimensi










(,,)

=
(,,)
=

. sin

. sin

. sin

()
=

. sin

()
=

. sin

()
=

. sin


c
a
b
Normalisasi
,,

.
(,,)
. .

0
= 1

2
. sin

2
. sin

2
. sin

0
= 1

sin

0
=
1
2

1
2
cos
2

0

sin

0
=
1
2

0
=
1
2

0

2


sin

0
=
1
2

1
2
cos
2

0

sin

0
=
1
2

0
=
1
2

0

2


sin

0
=
1
2

1
2
cos
2

0

sin

0
=
1
2

0
=
1
2

0

2
.

2
.

2
.

2
.

2
.

2
= 1

2
=
8

= N =
8

1/2
Faktor Normalisasi
Teori Pertubasi Tidak Tergantung Waktu

=
(0)
+
(1)
+
2

(2)
+ ............... (1)
H = H
(0)
+ H
(1)
(2)
E = E
(0)
+ E
(1)
+
2
E
(2)
+ ............... (3)

H. = E. (4.a)

(0)
+ .
(1)

(0)
+ .
(1)
+.
(2)
+. . . =

(0)
+.
(1)
+ .
(2)
+. . .
(0)
+ .
(1)
+.
(2)
+. . .

atau

(0)
.
(0)
+ .
(1)
.
(0)
+
(0)
. .
(1)
+.
(0)
.
(2)
+.
(1)
.
(1)
+. . . =
(0)
.
(0)
+ .
(0)
.
(1)
+
.
(1)
.
(0)
+ .
(2)
.
(0)
+ .
(1)
.
(1)
+ .
(0)
.
(2)
(4.b)

(0)
.
(0)
+
(1)
.
(0)
+
(0)
.
(1)
+
(0)
.
(2)
+
(1)
.
(1)
+. . . =
(0)
.
(0)
+
(0)
.
(1)
+
(1)
.
(0)
+

(2)
.
(0)
+
(1)
.
(1)
+
(0)
.
(2)


Ada 3 keadaan :
Order Nol :
0

(0)
.
(0)
=
(0)
.
(0)
(5)
Order Satu :
1

(1)
.
(0)
+
(0)
.
(1)
=
(0)
.
(1)
+
(1)
.
(0)
(6)
Order Dua :
2

(0)
.
(2)
+
(1)
.
(1)
=
(2)
.
(0)
+
(1)
.
(1)
+
(0)
.
(2)
(7)
Persamaan Schrodinger Ground State untuk Sistem Tidak Mengalami Pertubasi

(0)
.
0
(0)
=
0
(0)
.
0
(0)
(5)

Persamaan Schrodinger Ground State untuk Koreksi Order Satu

(1)
.
0
(0)
+
(0)
.
0
(1)
=
0
(0)
.
0
(1)
+
0
(1)
.
0
(0)
(6)

0
(1)
Koreksi Order Satu Merupakan Kombinasi Linier untuk Sistem Unpertubed

0
(1)
=

(0)

(7)

(1)
.
0
(0)
+

.
(0)
.

(0)

.
0
(0)
.

(0)

+
0
(1)
.
0
(0)
(8)
Dikalikan dengan
0
0
dan diintegralkan seluruh ruang

0
0
.
(1)
.
0
(0)
+

.
0
0
.
(0)
.

(0)

0
(0)
.
0
0
.

(0)

+
0
(1)
.
0
0
.
0
(0)

0
(1)
=
0
0
.
(1)
.
0
(0)
(9)
Cara Mencari Koefisien C
n
, adalah sebagai berikut :

(1)
.
0
(0)
+

.
(0)
.

(0)

.
0
(0)
.

(0)
+
0
(1)
.
0
(0)


Dikalikan dengan

0
dan diintegralkan seluruh elemen volume ruang

0
.
(1)
.
0
(0)
+

0
.
(0)
.

(0)

0
(0)
.

0
.

(0)

+
0
(1)
.

0
.
0
(0)

jika k = n
Maka diperoleh :

0
.
(1)
.
0
(0)
+

(0)
=

0
(0)

0
.
(1)
.
0
(0)

0
(0)
;

(0)

Syarat :
k 0
k n
Catatan :

0
.
(1)
.

(0)
bila k = n, maka hasilnya adalah :

(0)


Koreksi Terhadap Tingkat Energi Order Dua dirumuskan sebagai berikut :

0
(2)
=

0
.
(1)
.
0
(0)

0
(0)
;

(0) 0

Вам также может понравиться

  • 1 Pendahuluan
    1 Pendahuluan
    Документ26 страниц
    1 Pendahuluan
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Bab5 Penduduk Dunia
    Bab5 Penduduk Dunia
    Документ24 страницы
    Bab5 Penduduk Dunia
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Metab
    Konsep Dasar Metab
    Документ28 страниц
    Konsep Dasar Metab
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Optika Fisis
    Optika Fisis
    Документ35 страниц
    Optika Fisis
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Batang SMP
    Batang SMP
    Документ65 страниц
    Batang SMP
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • 1 Pendahuluan
    1 Pendahuluan
    Документ26 страниц
    1 Pendahuluan
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Aplikasi Fe Dalam Bidang Industri
    Aplikasi Fe Dalam Bidang Industri
    Документ29 страниц
    Aplikasi Fe Dalam Bidang Industri
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Bab 4. Kerja & Energi
    Bab 4. Kerja & Energi
    Документ30 страниц
    Bab 4. Kerja & Energi
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • BTG Antum Baru
    BTG Antum Baru
    Документ33 страницы
    BTG Antum Baru
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • 1 Pendahuluan
    1 Pendahuluan
    Документ26 страниц
    1 Pendahuluan
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Nano Fluida
    Nano Fluida
    Документ10 страниц
    Nano Fluida
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • KF Part 1
    KF Part 1
    Документ18 страниц
    KF Part 1
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktikum
    Laporan Praktikum
    Документ1 страница
    Laporan Praktikum
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Struktur Dan Reaktivitas
    Struktur Dan Reaktivitas
    Документ11 страниц
    Struktur Dan Reaktivitas
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Asam Karboksilat
    Asam Karboksilat
    Документ20 страниц
    Asam Karboksilat
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Sensor Kimia Potensiometri Membran Polimer Oke
    Sensor Kimia Potensiometri Membran Polimer Oke
    Документ24 страницы
    Sensor Kimia Potensiometri Membran Polimer Oke
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • KUL 1 Toksikologi
    KUL 1 Toksikologi
    Документ48 страниц
    KUL 1 Toksikologi
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Kimia Fisik III
    Kimia Fisik III
    Документ59 страниц
    Kimia Fisik III
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Validasimetode Modif
    Validasimetode Modif
    Документ16 страниц
    Validasimetode Modif
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет
  • Grafik Brominasi Aseton
    Grafik Brominasi Aseton
    Документ4 страницы
    Grafik Brominasi Aseton
    Luthfiani Widyawati Dwi Antari
    Оценок пока нет