Вы находитесь на странице: 1из 2

KODE ETIK WARTAWAN INDONESIA

Dewan Pers dalam rapat koordinasi dengan 26 organisasi wartawan di Bandung (5-7 Agustus 1999), dalam salah satu bahasanya berhasil menyepakati 7 butir Kode Etik Wartawan Indonesia. Dari ke 26 organisasi wartawan yang menyepakati KEWI itu adalah:PWI, AJI, ALJI, AWAM,AWE, HIPSI, HIPWI, HPPI, IJTI, IPPI, IWARI, IWI, KEWADI, KOWAPPI, KOWRI, KWI, KWRI, PEWARPI, PJI , PWPI , SEPENAS, SERIKATPEWARTA, SOMPRI dan SWII. Sedangkan yang tidak turut menandatangani KEWI hanya HIWAMI dan SWAMI. Isi Kode Etik Tersebut: 1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. 2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. 3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. 4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadisdan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila. 5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahgunakan profesi. 6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan. 7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab. Warta PWI No.01

tahun I / Juli - September 1999

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin; b. Bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa; c. Bahwa pers nasiponal sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asa, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindunga hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun;

Memaksimalkan Fungsi Pers


Salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat adalah adanya kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat, yang keberadaannya dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat tersebut adalah melalui usaha pers, yang meliputi media cetak, elektronik dan media lainnya. Agar pers berfungsi maksimal sebagaimana diamanatkan pasal 28 UUD 1945, maka perlu dibentuk UU Pers. Fungsi maksimal itu diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Untuk itulah, Presiden BJ Habibie atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mensahkan Undang-Undang (UU) No. 40/ 1999 tentang pers. UU yang dikeluarkan akhir bulan September 1999 menyebutkan, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalisti meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunya hak mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi . Pers nasional

berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan d. Bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian masyarakat serta asas praduga tak bersalah. abadi dan keadilan sosial; Dalam UU pers itu dinyatakan, pers nasional mempunyai peranan antara lain, memenuhi hak e. Bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 masyarakat untuk mengetahui , menegakkan nilai-nilai tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang hukum dan hak asasi manusia serta menghormati Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah dengan Undang- kebhinekaan. undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai Pers nasional juga mengembangkan pendapat dengan tuntutan perkembangan zaman. umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar, melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dan e, perlu umum, serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran. dibentuk Undang-Undang tentang Pers; Di samping itu, hal yang terpenting adalah pers melaksanakan kontrol sosial untuk mencegah terjadinya Mengingat : penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme maupun penyelewengan dan penyimpangan. 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), pasal 27, dan UU yang memuat sepuluh bab dan 21 pasal itu Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 juga menggariskan, dalam melaksanakan fungsi, hak kewajiban, dan peranannya, pers menghormati hak asasi 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat republik setiap orang, karena itu dituntut pers yang profesional Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi dan terbuka dikontrol oleh masyarakat. Manusia; Selengkapnya (Buletin Warta Perundang-undangan 07

Oktober 1999)

Вам также может понравиться