Вы находитесь на странице: 1из 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA A. KONSEP DASAR TEORI 1.

Pengertian Hernia adalah penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal ( Do rland, 1998 : 504) Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui s uatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara congenit al atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bi asa melalui dinding tersebut ( Mansjoer, 2000). Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ di tempatnya yang norm al melalui sebuah defek congenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246) Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/sebagian dari orga n melalui lubang pada struktur disekitarnya. Klasifikasi hernia: Ada banyak penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan prose s terjadinya. Berikut penjelasannya: Macam macam hernia menurut letaknya: a. Ingunalis. Terbagi lagi menjadi: Indirek/lateralis. Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan mele wati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Umumnya terjadi pada pria dan wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sa ngat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, b urut atau kelingsir tau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Direk/medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan o tot, tidak melalui kanal seperti pada hernia ingunalis. Umumnya pada lansia. b. Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita da ri pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membes ar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandu ng kemih masuk ke dalam kantung. c. Umbilikal: pada orang dewasa umumnya pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien gemuk dan wanita multipara. Berdasarkan terjadinya, a. Hernia bawaan atau congenital b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) yakni hernia yang ti mbul karena berbagai faktor pemicu. Menurut sifatnya, terdiri dari: a. Hernia reponibel/reducible, yaitu herni dapat keluar masuk. Usus keluar jika mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak ada kelu han nyeri atau gejala obstruksi usus. b. Hernia ireponible, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalika n ke dalam rongga. c. Hernia strangulate atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepi oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya berupa gangguan pasase atau vask ularisasi. 2. Etiologi

a. Ketidakpatensian rongga yang tidak nyaman. b. Timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat t ekanan rongga perut yang meninggi. c. Cacat bawaan d. Anomaly congenital atau karena sebab didapat. e. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka. f. Genetik g. Proses menua. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia lanjut usia lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. h. Akitivitas fisik berat. Pekerjaan berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut ( Oswani. 2000 : 217).

3. Patofisiologi Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti t ekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau b atuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan s uatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari pros es perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung da lam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan ker usakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat da lam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berb ahaya dan dapat menyebabkan ganggren. 4. Manifestasi klinis a. Berupa benjolan keluar masuk/keras. b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang beris i kandung kencing . 5. Penatalaksanaan medis a. Secara konservatif ( non operatif) 1. Reposisi hernia. Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung de ngan tangan. 2. Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, m isalnya pemakaian korset. b. Secara operatif 1. Hernioplasty. Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, herniopla sty sering dilakukan pada anaka anak. 2. Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperku at dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa 3. Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilak ukan pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis. B. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Sirkulasi. Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edemapulmonal, penyaki t vascular perifer, atau statisvascular ( peningkatan resiko pembentukan thrombu s) Integritas ego. Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor fa ktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Makanan/ cairan. Gejala : Insufiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hi poglikemia/ketoasidosis), malnutrisi ( termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering ( pembatasan pemasukan/ periode puasa praoperasi). Pernapasan. Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok. Keamanan. Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan. Defisiensi imun (peningkatan resiko infeksi sistemik dan penundaan penyembuhan) ; munculnya kanker/ terapi kaker terbaru ; riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; riwayat penyakit hepatic ( efek dari detoksifikasi o bat oabatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse. Penyuluhan dan pembelajaran. Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipetensi, kardiotonik, glokosid, antidisritmia, bronchodilator , diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan dan obat obat l ainnya yang di jual bebas. 2. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d diskontuinitas jaringan akibat tindakan o

perasi. 2. 3. 4. 3.

Resti infeksi b/d luka insisi bedah/operasi. Gangguan pola tidur b/d nyeri post operasi Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum. Rencana asuhan keperawatan

Dx keperawatan I: Gangguan rasa nyaman nyeri b/d diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan nyeri hilang atau berkurang. Kriteria hasil : a. Klien mengatakan rasa nyeri berkurang b. Tanda tanda vital dalam batas normal c. Pasien tampak rileks dan tenang. Intervensi : 1. Observasi tanda tanda vital 2. Kaji pengalaman nyeri pasien, intensitas/skala nyeri 3. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur 4. Atur posisi pasien senyaman mungkin 5. Ajarkan teknik nonfarmakologik : relaksasi dan napas dalam. 6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik. Dx keperawatan II: Resti infeksi b/d luka insisi bedah/operasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan tidak ada tanda infeksi. Kriteria hasil : a. Tidak da tanda tanda infeksi seperti pus b. Luka bersih, tidak lembab dan kotor c. Tanda tanda vital normal. Intervensi : 1. Pantau tanda tanda vital 2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic. 3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse, kateter, dra sinase luka dll. 4. Jika ditemukan tanda tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah se perti Hb dan leukosit. 5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic. Dx keperawatan III : Gangguan pola tidur b/d nyeri post operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan pasien dapat tidur dengan nyaman. Kriteria hasil : a. Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur. b. Pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur c. Kualitas dan kuantitas tidur normal. Intervensi : 1. Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan pa da siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari. 2. Hindari penggunaan pengikatan secara terus menerus 3. Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai perkembangan hari demi hari. 4. Lengkapi jadwal tidur dan ritual secara teratur. Katakan pada pasien bah wa ini adalah waktu untuk tidur 5. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung 6. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi. Dx keperawatan IV : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total. Kriteria hasil : a. Perilaku menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri b. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa diba ntu. c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik.

Intervensi : 1. Rencanakan periode istirahat yang cukup 2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap 3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan 4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respon pasien. Daftar pustaka: Poppy Kumala dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC, 1998. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI. Jakarta,2000.

Вам также может понравиться