Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. ( http://www.pengertian.net/pengertian-kesehatan.html). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut pada anakanak merupakan faktor penting yang harus diperhatikan sedini mungkin, sebab Kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak-anak, dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya. Selain itu masa anak merupakan awal dari pembentukan perilaku, oleh sebab itu diharapkan mendidik anak untuk berprilaku yang benar terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. pemeliharaan kesehatan gigi pada anak semestinya melibatkan interaksi berbagai pihak, dalam hal ini anak itu sendiri, orangtua, dan dokter. Pengetahuan, sikap, dan perilaku dari seluruh komponen tersebut mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut pada anak. Pada anak-anak, pengaruh dari orangtua sangat kuat. Sikap dan perilaku orang tua, terutama ibu, dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh terhadap sikap dan perilaku anak (Anitasari, 2005).

Berdasarkan teori Blum yang dikutip oleh Anitasari (2005), status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung. Perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun, masa bersekolah dalam periode ini sudah menampakkan kepekaannya untuk belajar sesuatu yang baru sesuai dengan sifat ingin tahu anak (Supartini, 2004) Perilaku memiliki peran penting untuk mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Peran penting dalam perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan . Pengetahuan dan sikap merupakan hasil dari indera dan peran penting dari satu tindakan. Meningkatkan pengetahuan dan sikap akan meningkatkan kesadaran kesehatan (Astoeti, 2011) Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapatdiperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak. (Eriska, 2005). Selain itu menurut Eriska (2005) figur pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Maka dari itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh

sang anak. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak. Namun tahu saja tidak cukup, perlu diikuti dengan peduli dan bertindak.Kesehatan gigi dan anak perlu diperhatikan sedini mungkin. Pembentukan gigi pada anak sudah dimulai sejak ia masih dalam kandungan. Faktor gizi ibu hamil sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin, tak terkecuali bagian gigi dan mulutnya. Kalsium, fluor dan fosfor adalah elemen penting dalam pembentukan gigi janin. Begitu juga vitamin C dan D. Holt RD, dkk (2007) melakukan penelitian tentang efek pendidikan kesehatan gigi yang diberikan ibu kepada anaknya yang berusia 5 tahun di London. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan bebas karies, dan angka gingivitis (radang gusi) yang lebih rendah daripada anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya. Karies gigi dapat terjadi sangat dini, begitu gigi sudah tumbuh dan terekspos ke lingkungan mulut maka ia berpotensi untuk mengalami karies. Ibu dapat membantu membersihkan gigi anaknya yang masih batita dengan menggunakan kasa atau kapas bersih yang disapukan ke permukaan gigi. Untuk mengetahui apakah masih terdapat plak di permukaan gigi, dapat dioleskan disclosing solution yang akan memberi warna merah pada bagian permukaan yang ditutupi plak. Jadi bisa ketahuan apakah gigi memang sudah benar-benar bersih atau belum. (http://www.equator-news.com/mingguan/sehat/perilaku-ibu-dan-

kesehatan-gigi-anak).

Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar 2011, hanya 29,6% yang mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan gigi dari 23,4% kasus penyakit gigi dan mulut. Hanya sebesar 7,3% dari 91,1% masyarakat Indonesia berumur diatas 10 tahun yang sudah menggosok gigi setiap hari, telah menggosok gigi secara benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Tingkat prevalensi penderita karies adalah sebanyak 43,4% dan hanya terdapat 5,5%

masyarakat Indonesia yang memeriksakan kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi. Indonesia menetapkan indikator derajat kesehatan gigi masyarakat yang harus dicapai pada tahun 2011, dimana pada kelompok umur 12 tahun ke atas indikatornya DMF-T atau Indeks yang menyatakan jumlah gigi (Tooth=T), Gigi tetap yang berlubang (Decay=D), Gigi tetap yang sudah dicabut (Missing=M), Gigi tetap yang sudah ditambal (Filled=F) perorang adalah 1 gigi. Artinya dalam mulut seseorang maksimal 1 gigi yang yang berlubang/sudah dicabut/sudah ditambal. Namun keadaan kesehatan gigi penduduk Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan bahwa status kesehatan gigi kelompok umur 12 tahun masih melebihi batas sasaran 2010, dengan indeks DMF-T = 1,1 (Depkes, 2011). Menurut laporan Puskesmas Lampeuneuret Aceh Besar Dari Bulan Januari hingga Desember tahun 2011 bahwa kebersihan gigi anak usia sekolah pada umur 10-11 tahun, memiliki Oral Hygiene buruk sebanyak 83 orang, sedangkan pada Januari hingga November 2012 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 106 orang. Berdasarkan observasi dan pemeriksaan yang dilakukan peneliti pada 20 orang murid kelas V dan VI di SD Mesjid Lheu Desa Lagang Kecamatan Darul

Imarah Aceh Besar, bahwa 13 dari 20 orang murid memiliki status Oral Hygiene buruk dengan kategori 1,9 3,0 . Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya perhatian ibu terhadap kebersihan gigi dan mulut anak usia sekolah di SD Mesjid Lheu Desa lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan 10 orang ibu di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar maka diperoleh hasil, yaitu dari 10 ibu yang memiliki anak usia sekolah, 7 orang diantaranya masih sangat kurang memahami tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak usia sekolah. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang prilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2013.

B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana prilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2013 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui prilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2013.

2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2013. b. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2013. c. Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar di Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar Tahun 2013. D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai media untuk proses pembelajaran terhadap riset, dapat menerapkan disiplin ilmu yang telah didapat dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perilakuibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar. 2. Bagi ibu Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai masukan atau bahan informasi dalam meningkatkat kesehatan gigi dan mulut anak. 3. Bagi institusi pendidikan. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengembangan kurikulum.

4. Bagi peneliti lain. Dapat di jadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut di bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku (PKIP).

Вам также может понравиться