Вы находитесь на странице: 1из 48

PT.

SBA Wood Industries

Materi Surveying

Pengenalan Pemetaan Dasar

Materi Mapping Digital

Created By Planning Survey Section Distrik Teluk Pulai

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 1 Dari 60

UM UG

179 15 25

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Menentukan Pengukuran untuk pemetaan pada hakikatnya adalah untuk menentukan posisi baik planimetris (X,Y), maupun ketinggian (Z) dari suatu titik ke titik lain. Agar titik yang telah diukur dapat dihitung atau ditentukan kembali posisinya , maka unsur-unsur yang harus diketahui atau diukur adalah Jarak, sudut arah, beda tinggi dan luas. Dalam ilmu ukur tanah sudut arah atau sudut jurusan dihitung dari arah utara geografis ke arah timur berputar searah jarum jam. Sudut arah atau sudut jurusan ini juga dikenal dengah istilah Azimuth. Dalam peralatan ukur tanah, umumnya belum banyak alat yang menunjukkan atau mengukur sudut arah dari utara geografis secara langsung ke titik yang dibidik. Pada alat-alat yang dilengkapi dengan bousole atau kompas seperti halnya theodolit dengan offset bousole, theodolit (T0) dan BTM ( Bousole Trance Montagne ) dapat secara langsung mengukur sudut jurusan atau azimuth, namun bukan azimuth geografis akan tetapi azimuth magnetis. Perbedaan antara arah utara yang ditunjukkan oleh utara magnetis dan utara geografis disebut dengan Delinasi magnit atau salah tunjuk jarum magnit.

UG = Utara Geografis

UM = Utara Magnetis

= Deklinasi magnit

Gb.1 Deklinasi Magnit Besar kecilnya sudut deklinasi dipengaruhi oleh : 1. Tempat dimana dilakukannya pengamatan matahari, makin mendekati kutub makin besar, begitu juga sebaliknya. 2. Adanya atraksi lokal atau gangguan medan magnet setempat. 3. Adanya benda-benda yang terbuat dari logam ( besi, nikel dan lain lain ) pada tempat diadakannya pengamatan. 4. Kesalahan konstruksi alat tersebut seperti jarum magnet tidak seajar dengan 0 - 180 5. Dan lain-lain.

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 2 Dari 60

Az

A Cara membandingkan suatu arah yang diukur dengan kompas dan dengan pengamatan utara astronomis ( Pengamatan matahari ). Selisih arah yang di dapat merupakan besaran koreksi yang harus diberikan terhadap data hasil ukuran arah dengan kompas untuk mendapatkan arah yang benar. Macam-macam Azimuth. Pada alat ukur tanah yang menggunakan kompas, maka azimuth yang terbaca dengan menggunakan ujung utara magnit adalah azimuth magnetis. Pada alat-alat yang menggunakan kompas dalam pembacaan arah horizontalnya adanya ketentuan bahwa: Azimuth adalh besar sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan jarum magnit sampai objectif agaris bidik yang besarnya sama dengan angka pembacaan . Karena pengaturan arah angka-angka skala lingkaran horizontal ada yang kekanan atau searah jarum jam dan ada pula yang kekiri atau berlawanan arah dengan putaran jarum jam, demikian pula posisi teropong atau garis bidik ada yang sejajar dengan angka 0-180, dan ada pula yang sejajar dengan 180-0 pada skala lingkaran horizontal , maka dalam pembacaan akan didapat 4 ( empat ) macam kemungkinan azimuth atau Bearing. Sehingga sebelum dimulai pengukuran dengan alat-alat ukur yang menggunakan kompas perlu terlebih dahulu macam azimuth apa yang dibaca oleh alat tersebut. Adapun cara menentukan macam azimuth adalah sebagai berikut: 1. Tentukan garis skala yang berimpitan dengan ujung utara magnit. Angka tersebut menyatakan besar suatu busur yang dimulai dari nol skala dan diakhiri pada angka itu.. 2. Tentukan busur yang besarnya sama dengan dengan angka pembacaan dimulai dari titik nol. 3. Carilah suatu sudut yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnit utara atau selatan sampai garis bidik yang sama besarnya dengan busur lingkaran yang dinyatakan dalam angka pembacaan. Maka cara atau arah putaran dari sudut tersebut menyatakan macam azimuthnya. a. b.

Azimuth P 160 ST Azimuth P 320 UB

Gambar 2. Azimuth Selatan Timur dan Utara Barat

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 3 Dari 60

Az Az A. Skala lingkaran searah jarum jam, garis bidik sejajar 0 - 180 ( Gambar 2.a ) B. Skala lingkaran searah jarum jam, garis bidik sejajar 180 - 0 ( gambar 2.b )

a. b.

Azimuth P 210 SB Azimuth P 300 UT Gambar 3. Azimuth Selatan Barat dan Utara Timur C. Skala lingkaran berlawanan arah jarum jam, garis bidik sejajar dengan garis 0 - 180 ( Gambar 3.a) D. Skala lingkaran berlawan arah jarum jam, garis bidik sejajar dengan garis 180-0 ( gambar 3b )

Apabila dalam perhitungan selanjutnya diperlukan macam azimuth UtaraTimur maka macam Azimuth Utara- Barat, dan Selatan-Timur dikonversikan menjadi azimuth Utara-Timur. Adapun konversinya sebagai berikut:

360-Azimuth Utara-Barat = Azimuth Utara-Timur 180- Azimuth Selatan-Timur = Azimuth Utara-Timur Azimuth Selatan- Barat - 180 = Azimuth Utara-Timur B.Maksud dan tujuan Perlu diingat peta rupa bumi, topografi, geologi, iklim dll dipetakan berdasarkan utara geografis bukan utara magnetis Jadi tidak benar, kalau hasil pengukuran sistem kompas dan sudut langsung dipetakan tanpa dilakukabn pengamatan matahari dan pengolahan data terlebih dahulu. Maksud dan tujuan yang akan dicapai dari hasil pengukuran teretis dan pengamatan matahari adalah : 1. Meningkatkan ketelitian hasil pengukuran 2. Mengevaluasi dan menganalisa hasil pengukuran 3. Menjadi sumber informasi berbentuk dan hasil pengukuran yang terpercaya..

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 4 Dari 60

II. Pengetahuan Dasar.


Pada Pengukuran lahan unsur-unsur yang diukur adalah: 1. Jarak 2. Beda tinggi 3. Sudut ( Sudut Horizontal atau Vertikal ) 4. Dan Luas

Untuk menentukan besaran dari unsur-unsur tersebut diperlukan satuan ukuran, yaitu satuan ukuran panjang, satuan ukuran luas dan satuan ukuran sudut. A. Besaran ilmu ukur tanah 1. Jarak Dalam ilmu ukur tanah atau pengukuran lahan yang dimaksud dengan jarak antar dua titik adalah panjang garis mendatar dal lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Jarak dapat diketahui secara langsung dengan pengukuran mendatar dan secara tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan pengukuran sudut lerengnya.

A-B = Jarak = d

Gambar 4. Jarak 2. . Sudut

Terdapat dua macam sudut yaitu a. Sudut Mendatar b. Sudut tegak. a. Sudut mendatar

1. Sudut mendatar atau sudut horizontal adal sudut yang dibentuk

oleh dua garis pada bidang datar, apabila salah satu garis yang dijadikan patokan ( acuan ) adalah garis Utara maka sudut yang terbentuk adalah Azimuth. Jadi Azimuth adalah sudut mendatar yang diukur dan dihitung positif searah jarum putaran jarum jam yang dimulai dari arah utara magnetis atau geografis sampai arah garis bersangkutan, besarnya 0-360

2. Sedangkan sudut jurusan ialah sudut datar yang diukur dan dihitung positif searah putaran jarum jam, dimulai dari garis/ arah sumbu Y+ pada suatu sistem koordinat salib sumbu sampai arah/jurusan yang bersangkutan, besarnya dari 0 - 360.

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 5 Dari 60

1.2 = Azimuth = Sudut

A.B = Sudut Jurusan

b. Sudut Tegak Sudut tegak atau sudut vertikal ialah sudut yang dibentukoleh garis pada bidang vertikal dengan bidang horizontal. Ada dua sistem penentuan sudut tegak yang sering dipakai dalam pengukuran lahan untuk mengukur sudut lereng yaitu :

Gambar.6 Sudut Tegak

a. Sistem Zenith b. Sistem Horizontal ( Clinometer )

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 6 Dari 60

a. sistem Zenith adalah penentuan besarnya sudut tegakyang diukur dengan gerakan vertikal dimulai dari garis tegak yang melalui pusat lingkaran mendatar dan titik zenith sampai kesuatu garis yang menuju objek tertentu, disebut sudut zenith dan harganya selalu positif dari 0 - 180. b. Sistem horizontal adal penentuan besarnya sudut tegak yang diukur dengan gearakan vertikal dimulai dari garis mendatar yang sejajar muka air sanpai kesuatu garis yang menuju objek tertentu, disebut sudut miring yang bisa berharga positif ( Elevasi ) dari 0 - 90 dan negatif ( Depersi ) dari 0 - 90. c. Beda tinggi

Yang dimaksud beda tinggi ialah selisih ketinggian antara titik-titik dipermukaan bumi terhadap suatu permukaan datar acuan misalnya permukaan air laut rata-rata. Beda tinggi bisa diukur secara langsung melalui pengukuran barometris, menyipat datar atau secara tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan sudut lerengnya disebut cara pengukuran trigonometris.

Beda tinggi AB = t = tb tm Gambar. 7 Beda tinggi

d. Trigonometri dalam ilmu ukur tanah

Sudut BCA = 90

Perhitungan trigonometri yang sering digunakan dalam ilmu ukur tanah dapat dijelasakan secara singkat sebagai berikut : ( Perhatikan Segitiga siku-siku ABC diatas )

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 7 Dari 60

AB ABC Segitiga miring Sisi BC sudut didepan Sisi Sin = =

AB ABC Segitiga miring Sisi AC sudut disamping Sisi Cos = =

AB sudut disamping Sisi AC

sudut didepan Sisi Tg


= =
Cos AB AC Sin = = / ; Sin AB BC Cos = = / ;
Tg BC AC Tg / 1 / = =

Persamaan Segitiga ABC

Sin Cos Sin

e. Skala Cara pertama untuk menyatakan skala adalah dengan menuliskan angka perbandingan antara suatu jarak dipeta dengan jarak yang sma dengan ukuran sebenarnya dipermukaan bumi. Misalnya suatu jarak antara dua buah titik di peta 40 Cm, sedangkan jarak sebenarnya kedua titik tersebut dipermukaan bumi adalah 10 Km, maka skala tersebut 40 Cm : 1.000.000 Cm atau 1: 25.000. cara kedua untuk menyatakan skala peta ialah dengan menarik garis, dimana pada garis tersebut dibuat skala dengan bagianbagian yang menyatakan 0,1 Km, 1 Km di permukaan bumi

Gambar. 8 Skala Garis Cara ketiga menyatakan skala peta ialah dengan menuliskan bebarapa cm pada peta yang sama dengan 1 KM dipermukaan bumi, misalnya peta skala 1 : 25.000 berarti jarak 1 km dilapangan = 4 cm di peta maka dinamakan peta 4 cm. Peta skala 1 : 50.000 berarti jarak 1 KM dilapangan = 2 cm dipeta, maka dinamakan peta 2 cm. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan skala numeris ( dalam angka ) dan skala grafis dalam bentuk garis.

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section

Hal 8 Dari 60

f. Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu .bidang datar, dibuat menurut proyeksi tertentu dan skala tertentu dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta informasi lain yang diinginkan. Isi, ketelitian dan penggunaan peta mempunyai hubungan yang erat dengan skalanya. Suatu peta tanpa ada keterangan skalanya tidak dapat digunakan. Peta topografi dibuat untuk menentukan ciri-ciri alamiah dan buatan ukuran kedudukan horizontal serta elevasinya yang menggambarkan konfigurasi lapangan serta benda-benda alam dan buatan padanya. Peta geografi adalah peta yang dapat memberi penjelasan tentang keadaan permukaan bumi dalam daerah yang sangat luas. Suatu persetujuan interasional mengharuskan tiap negara untuk turut serta membuat peta dengan skala 1 : 1.000.000. B. Pengenalan alat Ukur Survey Alat ukur yang biasa digunakan untuk kegiatan pengukuran antara lain Pesawat ukur sudut ( BTM atau Theodolit ), Alat ukur jarak ( Meteran atau Rambu ukur ) serta Alat ukur Posisi ( Global Position System ) dan masih banyak lagi. B.1 Alat ukur sudut

B.1.1 Alat ukur sudut Horizontal

Alat ukur sudut Horizontal antara lain T-0 Wild, T-2 Wild, TH-10 Theoldolit , Compas sunnto, Surveying Compass dan masih banyak lagi. Data yang diambil yaitu Sudut Horizontal yang berupa Sudut atau Azimuth

Pesawat T-0 keluaran generasi baru Wild

Compass Sunto yang biasa digunakan untuk Navigasi

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 9 Dari 60

Surveying Compass Keluaran Ushikata

B.2 Alat ukur sudut Vertikal

Alat ukur sudut vertikal antara lain T-0 wild, T2 Wild, TH-10 Theodolit, Clino meter sunnto dan masih banyak lagi. Data yang diambil yaitu sudut vertikal untuk mencari ketinggian/ beda tinggi. Selain Alat ukur sudut pengambilan beda tinggipun dapat menggunakan Pesawat Sifat datar / Auto level

Clinometer Pada Pengukuran Tinggi Pohon

Autolevel keluaran Topcon untuk Pengukuran beda tinggi

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 10 Dari 60

B.2 Alat ukur jarak Alat ukur jarak antara lain yaitu mistar, meteran Spec 50 m 100 m, Meteran baja, Rambu ukur untuk pengambilan dengan metode Optis

Rambu ukur untuk Pembacaan Jarak Optis

Mistar plastik 30 cm

Meteran Fiber 50 m

B.3 Alat ukur Posisi Alat ukur posisi yaitu GPS ( Global Position System )

yang sakarang ini banyak digunakan untuk aplikasi survey selain data Koordinat yang dapat diketahui secara langsung hasil data GPS dapat ditransfer ke Komputer untuk pembuatan peta kerja ataupun GIS ( Geographic information system )

GPS Geo Explorer 3 keluaran Trimble

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 11 Dari 60

C. Pedoman Perhitungan 1. Rumus penentuan Koreksi bousole ( metode Pengamatan matahari ) Sebelum dilaksanakan pengukuran, terlebih dahulu diperlukan besarnya koreksi bousole dari alat yang digunakan dengan cara pengamatan matahari. Maksud dan tujuan diadakan koreksi bousole yaitu untuk mengetahui berapa besar penyimpangan besaran utara magnetis dari alat tersebut, sesuai tidak dengan nilai akurasi dari alat tersebut. Misalnya alat tersebut mempunyai nilai akurasi 20 ternyata penyimpangan 30 berarti alat tersebut mempunyai penyimpangan 10 dari nilai koreksi. Apabila terjadi penyimpangan sampai derajat, alat tersebut harus dikalibrasi/ perbaikan. Rumus C = A Am

Dimana C = Besarnya koreksi bousole A= Azimuth matahari/ azimuth sesungguhnya hasil pengolahan data Am= Azimuth matahari hasil pembacaan jarum magnet.

Untuk menghitung azimuth matahari dari pengamatan matahari digunakan rumus :


Cos

A=
Sin

DSin

Q.
Sin

Cos

Q. Cos t Dimana A= Azimuth matahari D = Deklinasi matahari Q = Lintang pengamatan t = Tinggi/ sudut mirirng rata-rata Sedangkan azmiuth yang digunakan adalah azimuth perbaikan antara azimuth magnet ditambah dengan koreksi bousole Rumus A = Am + C
Dimana A = Azimuth Perbaikan

Am = Azimuth hasil pembacaan alat ukur C = Koreksi bousole

Cat A= Azimuth ( perbaikan ) - Azimuth dari hasil pembacaan ke muka

A = Am + C - Azimuth dari hasil pembacaan belakang

A = ( Am 180 ) + C

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 12 Dari 60

+ + Y

X + Y X Y X + Y X

2. Penentuan koreksi bousole dengan menggunakan titik Koordinat Rumus

Y Ya Yb X Xa Xb Tg) (Inv = =

Perhitungan Kwadran

- Kwadran I Jika =

, maka hasil tetap

- Kwadran I Jika =

, maka hasil 180 -

- Kwadran I Jika =

, maka hasil 180 + , maka hasil 360 +

- Kwadran I Jika =

Gambar.9 Kwadran

Dimana : = Azimuth Geografis

Xa
= Koordinat X awal

Xb
= Koordinat X awal Ya = Koordinat Y awal Yb

= Koordinat Y akhir
X

= Selisih Koordinat X
Y

= Selisih Koordinat Y

Contoh hitungan

Diket :

Xa
= 565.041

Ya
= 9.674.000 Xb = 565.201 Yb = 9.674.200 Azimuth Magnetis = 38 0 3

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 13 Dari 60

200 000 . 674 . 9 200 . 674 . 9 160 041 . 565 565.201 ) ( = Tg Inv

Perhitungan

Karena 160 + dan 200 +, maka termasuk kwadran I sehingga tetap

) ( Tg Inv

= 160 = 0,8

200

Inv

= 38,659

= 38 39 35 Koreksi Bousole = Azimuth Geografis Azimuth Magnetis

38 39 35 38 0 3 = 0 39 32

Gambar 10. Koreksi Bousole 3. Jarak Datar ( D )

Rumus : D = 100 x ( Ba Bb ) x Sin


2

xZ Dimana :

D = Jarak datar 100 x ( Ba Bb ) = Hasil pembacaan rambu ukur

Sin
2

x Z = Pembacaan sudut Vertikal

Rumus ini berlaku bila kita memakai alat ukur theodolit sumbu rangkap dan sumbu tunggal dengan hasil pembacaan jarak optis/ langsung pada rambu ukur.

Rumus : D = L x Sin Z

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 14 Dari 60

Dimana :

D = Jarak datar

L = Jarak hasil pembacaan pita ukur

Sin Z = Sudut Vertikal

Rumus ini berlaku bila kita memakai alat ukur theodolit sumbu rangkap dan sumbu tunggal dengan hasil pembacaan dengan pita ukuran / meteran.

Rumus : D = L x Cos M

Dimana :

D = Jarak datar

L = Jarak hasil pembacaan pita ukur

Cos M = Sudut Zenit / Kemiringan lereng

Rumus ini berlaku bila kita menggunakan clinometer dengan pembacaan jarak menggunakan pita ukur / meteran. 4. Mencari sudut ( ) Rumus 1 = Pembacaan Azimuth belakang 2.1 Bacaan Azimuth muka 2.3 ( untuk sudut dalam ( + ) 180 gbr 11.1 atau

2 = Pembacaan Azimuth muka 2.3 Bacaan Azimuth belakang 2.1 ( untuk sudut luar ( + ) 360 gbr.11.2 Contoh

Gambar 11.1 Sudut luar ( terbuka ) Gambar 11.2 Sudut dalam ( Terbuka )

Catatan : Untuk sudut luar seandainya bacaan muka lebih kecil nilainya dari bacaan belakang, bacaan muka harus ditambah 360 dan untuk sudut dalam seandainya bacaan belakang lebih kecil nilainya dari bacaan muka harus ditambah 180.

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 15 Dari 60

2 / ) Vertikal biasa Bacaan 1.2 biasa luar Bacaan 360 ( 1.2 V + =

) t ( t

Z Sin x Z Cos
t

Z Sin x Z Cos

4. Mencari sudut rata- rata

Rumus
2

= ( 360 Bacaan 2.1 - Bacaan biasa 2.3) + ( 360

Bacaan luar biasa 2.1 - Bacaan luar biasa 2.3 ) / 2 Contoh Perhitungan

B3 113 32 52 156 25 36 2B 1 269 58 28 156 25 22

LB 3 293 32 52

LB 1 89 58 00 156 25 08

Dimana : B = Bacaan biasa horizzontal titik 2.3

B = Bacaan biasa horizontal titik 2.1

LB = Bacaan luar biasa horizontal titik 2.3

LB = Bacaan luar biasa horizontal titik 2.1

5. Rumus koreksi sudut

Rumus K 1.2 = K

Dimana K 1.2 = Koreksi untuk setiap titik K = Kesalahan seluruh titik

n
= Jumlah titik yang diukur 6. Rumus lereng rata-rata Rumus 7. Rumus Beda tinggi

Rumus : Dimana

1.2 = 100 x ( Ba Bb ) x

= Beda tinggi 1.2 100 x ( Ba Bb ) = Pembacaan jarak di rambu

= Bacaan sudut Vertikal Rumus ini berlaku bila ukuran tinggi alat theodolit sama dengan bacaan benang tengah di rambu.

Pelatihan Survey & Pemetaan


Created by Planning Survey Section Hal 16 Dari 60

Meter ) Ba Ta ( Z Sin x Z Cos x ) Bb Ba ( x 100 1.2 t +

"position:absolute;top:545;left:190">

Dimana K 1.2 = Koreksi untuk setiap titik K = Kesalahan seluruh titik

n
= Jumlah titik yang diukur 6. Rumus lereng rata-rata Rumus 7. Rumus Beda tinggi

Rumus : Dimana

1.2 = 100 x ( Ba Bb ) x

= Beda tinggi 1.2 100 x ( Ba Bb ) = Pembacaan jarak di rambu

= Bacaan sudut Vertikal Rumus ini berlaku bila ukuran tinggi alat theodolit sama dengan bacaan benang tengah di rambu.

Pelatihan Survey & Pemetaan

Created by Planning Survey Section Hal 16 Dari 60

Meter ) Ba Ta ( Z Sin x Z Cos x ) Bb Ba ( x 100 1.2 t + =

Z Sin x Z Cos ) ( 100 Bb Ba

Вам также может понравиться