Вы находитесь на странице: 1из 32

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Suku Kewarganegaraan Agama Pekerjaan Status Pernikahan No. RM Tanggal Pemeriksaan

: Tn.M : Pria : 53 tahun : Cipedak, Jagakarsa, DKI Jakarta : Jawa : WNI : Islam : Petugas Keamanan : Menikah : 30.63.XX : 4 September 2012

ANAMNESIS Alloanamnesis oleh Istri pasien. KELUHAN UTAMA Pasien datang dengan hematoma pada mata sebelah kanan. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke UGD Rumiktal Marinir Cilandak pada tanggal 4 September 2012 pukul 00.10 WIB dengan keadaan sadar dan diantar dengan menggunakan mobil. Menurut keterangan istri pasien, pasien ditemukan oleh warga di tepi jalan dalam keadaan sadar dengan posisi terlungkup. Terdapat hematoma pada derah mata sebelah kanan dan luka robek pada kepala bagian kanan seluas kurang lebih 2 cm. Istri pasien mengatakan pasien sempat muntah satu kali yang berisi air dan makanan dan tidak tahu apakah pasien sempat pingsan atau tidak. Istri pasien mengatakan tidak tahu tentang kejadian terinci proses kejadian yang dialami pasien. Istri pasien hanya mengetahui bahwa pasien sedang melakukan pekerjaannya (patroli) sebagai petugas keamanan di sekitar tempat tinggal pasien

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 1

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

kemudian tertabrak oleh motor lalu terlempar dan jatuh dengan posisi terlungkup di pinggir jalan dalam keadaan sadar. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi, diabetes melitus, alergi, ataupun asma. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Istri pasien menyangkal bahwa dikeluarganya ada yang menderita hipertensi, penyakit jantung dan diabetes mellitus. RIWAYAT POLA HIDUP Pasien merokok tetapi tidak mengonsumsi minuman keras.

PEMERIKSAAN FISIK (4 September 2012) STATUS GENERALISATA Kesadaran Keadaan Umum Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu Berat Badan : Apatis, GCS E4M6Vx : Sakit berat : 110/70 mmHg : 76x/menit : 20x/menit : 36C : 50 kg

Kepala : Tampak luka robek pada daerah temporo-parietal dengan ukuran seluas kurang lebih 2 cm, tepi tidak rata dengan dasar jaringan subkutis, darah (+). Edema (+) Mata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung ++/++. Terdapat hematoma pada daerah periorbital dextra.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 2

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

THT : Tonsil dan Faring tenang, perdarahan (-). Gigi dalam keadaan baik, battle sign (-), sekret (-) Leher Thoraks trauma Jantung Abdomen (-) Ekstremitas Atas : Tidak ada tanda-tanda trauma. KGB tidak teraba. : Simetris, Retraksi (-), tidak ditemukan adanya tanda-tanda : S1S2 murni, reguler, murmur (-), gallop (-) : Supel, datar, BU (+), Nyeri tekan (-), jejas (-), cullen sign : akral hangat, edema (-)

STATUS LOKALIS Regio Temporoparietal dextra Look: tampak vulnus laseratum pada daerah temporoparietal dengan daerah seluas kurang lebih 2 cm, tepi tidak rata dengan dasar jaringan subkutis, darah (+)., corpus alienum (-). Feel: nyeri tekan (+) Regio Periorbital dextra Look: tampak vulnus contusum, hematom (+), batas tegas Feel : nyeri tekan (+)

STATUS NEUROLOGIS GCS : E4M6Vx SARAF KRANIALIS HASIL PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL Nervus I Tidak dapat dievaluasi Nervus II Tidak dapat dievaluasi Nervus III, Gerakan bola mata tidak dapat dievaluasi IV, VI N III pupil bulat, isokor 2mm/2mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 3

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Nervus V Nervus VII

Tidak dapat dievaluasi Inspeksi : Wajah pasien kanan dan kiri asimetris dikarenakan terdapat hematom pada daerah periorbital dextra. Motorik: Tidak dapat dievaluasi Nervus VIII Tidak dapat dievaluasi Nervus IX, X Arkus faring simetris kanan dan kiri Uvula ditengah Nervus XI Tidak dapat dilakukan Nervus XII Tidak daapt dievaluasi TES SENSIBILITAS (SENSORIK) Eksteroseptif Propioseptif TES MOTORIK Inspeksi Palpasi : Posisi lengan dan tungkai simetris kanan dan kiri. Tidak terdapat atrofi maupun fasikulasi : Tidak ditemukan hipotonus maupun hipertonus : tidak dapat dievaluasi : Sisi kanan dan kiri baik

Kekuatan Motorik : tidak dapat dievaluasi REFLEKS FISIOLOGIS tidak dapat di evaluasi REFLEKS PATOLOGIS Kanan Babinski Chaddock Oppenheim Gordon Schaffer Kiri -

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 4

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

RESUME Pasien berusia 53 tahun datang ke UGD Rumkital Marinir Cilandak dengan keadaan sadar dan diantar dengan menggunakan mobil. Dari alloanamnesis oleh istri pasien, didapatkan keterangan bahwa pasien tertabrak oleh motor dan jatuh terlungkup di pinggir jalan dalam keadaan sadar saat sedang melakukan patroli di sekitar rumah pasien. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial. Pada pemeriksaan awal didapatkan kesadaran apatis, tanda-tanda vital dalam batas normal, terdapat hematama pada daerah periorbital dextra dan vulnus laseratum pada daerah temporoparietal dextra. Pemeriksaan saraf kranialis III, IX, X, dan refleks patologis dalam batas normal, pemeriksaan neurologis lainnya tidak dapat dievaluasi karena pasien tidak kooperatif. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM (4 September 2012)
o o o o o o o o o o

Hb Ht WBC Trombosit

: 9.0 g/dl : 30% : 12,2/ul : 169.000/mm

Clotting Time : 6 menit Bleedint Time : 3 menit GDS SGOT SGPT Ureum darah : 38 : 0.82 : 130 : 57 : 34

o Creatinin darah

EKG (4 September 2012)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 5

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 6

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

DIAGNOSIS Diagnosis Kerja

: Trauma Capitis suspect Epidural Hemorrhage Hemorrhage, Subarachnoid Hemorrhage,

Diagnosis Banding : Subdural Intracranial Hemorrhage. TATALAKSANA Medikamentosa IVFD RL 20 tpm Mannitol 4 x 125 cc Transamin 1 ampule Vit.K 1 amp Ketorolac 1 amp OPERATIF

Kraniotomi Dilakukan kraniotomi pada tanggal 4 September 2012

Teknik Operasi
1. Pasien ditidurkan dalam posisi supinasi dengan anestesi umum, dengan

kepala rotasi ke sisi kontralateral. Untuk ini pasang ginjal di bawah pundah sisi hematom. 2. Dilakukan asepsis dan antisepsis 3. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril 4. Sayatan pertama : sayatan linear daerah temporal, pada batas rambut. Sayatan tandas ke tulang, 3 4 cm. 5. Rawat perdarahan 6. Pasang retraktor luka. 7. bebaskan perios dengan elevator 8. buatlah lubang bor, perdarahan dari tulang segera dihentikan dengan bone wax. 9. Bila (+), benar terdapat EDH, segera tampak gumpalan darah (hematoma) tersebut keluar spontan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 7

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

10. Perluas lubang bor tersebut dengan tang. 11. Evakuasi hematoma dengan penghisap dan irrigasi (spoel) 12. Perdarahan dari cabang-cabang a.meningea media dihentikan dengan koagulasi listrik 13. Lakukan beberapa hitch stitches 14. Perdarahan yang tak jelas bleeding pointnya, biasanya merata di permukaan duramater, ditampon dengan spongostan. 15. Tutup lapis demi lapis.

INSTRUKSI POST-OP Pro ICU Tidur datar dengan elevasi kepala 45 Puasa sampai dengan BU (+) Cek DL, AGD, Elektrolit IVFD RL 20tpm Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Ketorolac drip 1 x 1 amp Transamin 3 x 500 mg iv Vit.K 3 x 1 amp Serfac 2 x 500mg FOLLOW UP 4 September 2012 (Hari ke-I di ICU) S O Keluhan (-) Kesadaran : tidak dapat dievaluasi TD : 138/69 mmHg Nadi : 77x/menit RR : 19x/menit Suhu : 360C Kepala: Luka jahit tertutup kassa, rembes (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 8

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU (-) normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-) Pemeriksaan Laboratorium Hb Ht Leukosit Trombosit LED Basofil Eosinofil : 5.2 gr/dL : 16 % : 7.600/ul : 95.000/ul : 20 mm/jam : 0% : 2%

Neutrofil batang : 2% Netrofil Segmen : 80% Limfosit Monosit Na+ K+ Cl: 10% : 6% : 132 mmol/L : 4,37 mmol/L : 103.5 mmol/L

Analisa Gas Darah pH pCO2 : 7.466 mmHg : 41 mmHg

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 9

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

pO2 (HCO3) TCO2 Base Excess SatO

: 175,3 mmHg : 29.8 mmol/L : 31.1 mmol/L : 29,6 mmol/L : 99.2 %

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 1 O2 NC 3 lpm IVFD RL 20tpm Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Ketorolac drip 1 x 1 amp Transamin 3 x 500 mg iv Vit.K 3 x 1 amp iv Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Transfusi dengan WB 2 bag kemudian lanjutkan dengan PRC 2 bag 4 Jam post transfusi Cek Hb ulang, jika Hb < 10 gr%, transfusi PRC lagi sampai Hb 10 gr%

5 September 2012 (Hari ke-2 di ICU) Keluhan (-) mual (-) muntah (-) BAB (-) Kesadaran : E4M6V4 TD : 150/68 mmHg Nadi : 73x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36.20C

S O

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-), drain : 40cc Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 10

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-) Pemeriksaan Laboratorium Hb Ht Leukosit Trombosit : 9.9 gr/dL : 30 % : 15.300 /ul : 92.000 /ul

Balance cairan/16 jam Intake : Ent : 50 cc Part : 10 cc IVFD : 1000 cc Transfusi : 708 cc Total: 1768 cc Output : Urine : 500 cc IWL : 333 cc Total : 833 cc Ratio balance/ 16 jam = 1768cc - 7833cc = 935 cc/16 jam Diuresis /16jam = 0.6 cc/ kgBB/jam

A P

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 2 O2 NC 3 lpm IVFD RL 14 tpm Inj. transamin dan Inj vit.K stop Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 11

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Inj. Furosemide (Lasix) extra 1 amp Sangobion 2 x 1 Capsul Diet Bubur Biasa Besok Nasi Biasa

6 September 2012 (Hari ke-3 di ICU) S O Keluhan (-), pasien masih belum bisa mengingat kejadian kecelakaan secara terinci Kesadaran : Compos Mentis TD : 116/64 mmHg Nadi : 63x/menit RR : 15x/menit Suhu : 36.80C Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-), drain : 50cc Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-) Pemeriksaan Laboratorium Hb Ht Leukosit Trombosit : 10.3 gr/dL : 32 % : 9.300 /ul : 86.000 /ul

Hasil Pemeriksaan Elektrolit

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 12

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Na+ K+ Cl-

: 131.9 mmol/L : 3,46 mmol/L : 104.8. mmol/L

Balance cairan/24 jam Intake : Intake: 1924 cc Transfusi : 193 cc Total: 2117 cc Output :

Output : 1450 cc IWL : 500 cc Total : 1950 cc Ratio balance/ 24 jam = 2117 cc 1950 cc = 167 cc/24 jam Diuresis /24 jam = 1.2 cc/ kgBB/jam

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 3 O2 NC 3 lpm IVFD NaCl 0.9% 14 tpm Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Ketorolac oral 3 x 1 tab Tramadol (Tramal) supp (k/p) Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Sangobion 2 x 1 Capsul Capsul garam 3 x 500mg Aff drain Diet bebas Mobilisasi bertahap Besok pindah ruangan

7 September 2012 (Hari ke-4 di ICU) S Keluhan (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 13

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Kesadaran : Compos Mentis TD : 108/62 mmHg Nadi : 61x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36.10C

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-) Hasil Pemeriksaan Elektrolit Na+ K+ Cl: 133.6 mmol/L : 4,31 mmol/L : 100.0 mmol/L

Balance cairan/24 jam Intake : Enteral : 800 cc Parenteral : 8 cc IVFD : 1208 cc Total: 2016 cc Output :

Urine : 1550 cc IWL : 500 cc Total : 2050 cc

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 14

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Ratio balance/ 24 jam = 2016 cc 2050 cc = -34 cc/24 jam Diuresis /24 jam = 1.2 cc/ kgBB/jam A

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 4 O2 NC 3 lpm IVFD NaCl 0.9% 14 tpm Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Ketorolac oral 3 x 1 tab Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Sangobion 2 x 1 Capsul Capsul garam 3 x 500mg Mobilisasi bertahap, boleh duduk. Acc pindah ruangan Bladder training terasa aff catheter

8 September 2012 (Hari ke-5 di Bangsal Perawatan Bougenville) S O Keluhan (-) Kesadaran : Compos Mentis TD : 120/70 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 18x/menit Suhu : 36.50C

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 15

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-)

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 5 IVFD NaCl 0.9% 14 tpm Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Ketorolac oral 3 x 1 tab Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Sangobion 2 x 1 Capsul Capsul garam 3 x 500mg

9 September 2012 (Hari ke-6 di Bangsal Perawatan Bougenville) S O Keluhan : nyeri kepala (+) , demam (+) Kesadaran : Compos Mentis TD : 130/80 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 18x/menit Suhu : 38.80C

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/-

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 16

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-) Pemeriksaan Laboratorium Hb Ht Leukosit Trombosit : 10.3 gr/dL : 31 % : 9.900 /ul : 127.000 /ul

Hasil Pemeriksaan Elektrolit Na+ K+ Cl: 133.8 mmol/L : 4.31 mmol/L : 100.0 mmol/L

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 6 Aff infus vemplon Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Ketorolac oral 3 x 1 tab Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Extra PCT dan Novalgin drip Capsul garam 3 x 500mg

10 September 2012 (Hari ke-7 di Bangsal Perawatan Bougenville) S O Keluhan : nyeri kepala (+) Kesadaran : Compos Mentis TD : 120/80 mmHg Nadi : 76x/menit RR : 18x/menit

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 17

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Suhu : 36.50C

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) membaik Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-)

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 7 Novalgin drip 1 ampule extra Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Capsul garam 3 x 500mg Tramadol 2 x 50mg

11 September 2012 (Hari ke-8 di Bangsal Perawatan Bougenville) S O Keluhan : nyeri kepala (+) , Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg Nadi : 84x/menit RR : 20x/menit Suhu : 360C

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 18

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) membaik Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-)

A P

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 8 Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Tramadol 2 x 1 tab Capsul garam 3 x 500mg

12 September 2012 (Hari ke-9 di Bangsal Perawatan Bougenville) S O Keluhan : nyeri kepala (+) , Kesadaran : E4 M6 V4 TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36.10C

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) membaik Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 19

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-)

A P

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 9 Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv Citicolin (Serfac) 2 x 500 mg iv Nimodipine (Nimotop) tab 4 x 60mg Tramadol 3 x 1 tab Kapsul garam 3 x 500mg

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 20

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

13 September 2012 (Hari ke-10 di Bangsal Perawatan Bougenville) S Keluhan : nyeri kepala (+) Kesadaran : E4 M6 V4 TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36.60C

Kepala: Luka jahit tertutup kassa, tenang, rembes (-) O Mata : CA-/- SI -/- RC +/+ pupil isokor, hematom periorbital dextra (+) membaik Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Thorax: Simetris, retraksi (-) C : S1 S2 normal murmur gallop P : Vesikuler Rh -/- Wh -/Abdomen : supel, timpani, BU + normal, Nyeri tekan Ekstremitas : akral hangat, edema (-), lateralisasi (-)

A P

Post Kraniotomi e/c Epidural Hemorrhage Day 10 Boleh pulang


Citicolin (Neulin) 2 x 500mg Tramadol 2 x 1 Tab Ceftriaxone 2 x 1 g Piracetam 2 x 1.2g

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 21

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

EDUKASI Edukasi keluarga pasien tentang kondisi pasien yang membutuhkan tindakan operasi segera Menjelaskan kemungkinan yang dapat dialami pasien setelah operasi. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien harus melakukan total bed rest agar perdarahan yang ada di otak dapat diserap oleh tubuh dengan sendirinya.

PROGNOSIS Ad vitam Ad fungsionam Ad sanactionam : bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

ANALISA KASUS Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien mengalami kecelakaan. Pasien ditemukan dalam posisi terlungkup dan masih dalam keadaan sadar, dengan darah disekitar kepala dan leher. Oleh karena informasi mengenai proses terjadinya kecelakaan tidak diketahui secara pasti, maka berdasarkan keterangan tersebut dapat diasumsikan bahwa pasien dapat menderita multiple injury yang meliputi trauma kepala dan leher, fraktur tulang-tulang ekstremitas atas dan bawah, serta abdominal internal bleeding. Pasien kemudian dibawa dalam keadaan sadar ke UGD RSMC untuk dievaluasi lebih lanjut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bahwa pasien dalam keadaan sadar dan gelisah. Terdapat hematoma pada daerah periorbital dextra dan edema serta luka robek pada daerah temporoparietal dextra. Pada daerah thorax dan abdomen tidak ditemukan jejas trauma ataupun tanda-tanda perdarahan. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya trauma pada thorax dan abdomen yang bersifat emergensi seperti pneumothorax, hematothorax, cardiac tamponade, intraabdominal bleeding akibat laserasi hati dan limpa. Dari hasil pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasien mungkin saja mengalami fraktur tulang kepala yang dapat mengakibakan perdarahan di dalam kepala. CT Scan kepala dilakukan untuk memastikan perlukaan dan trauma

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 22

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

yang terjadi. Hasil dari pemeriksaan tersebut adalah ditemukan adanya lesi hiperdens yang berbentuk bikonveks pada os temporoparietalis dextra. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi hematoma epidural pada sisi tersebut dan perlu penanganan segera untuk mengvakuasi hematoma tersebut. Pada pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kelainan berarti. Tidak didapatkan tanda-tanda lateralisasi yang berupa penurunan kekuatan motorik dan saraf sensorik, pupil masih reaktif terhadap cahaya. Refleks patologis yang berupa refleks Babinsky negative. Hal ini menandakan bahwa hematoma yang terjadi belum sampai menyebabkan penekanan yang dapat megakibatkan herniasi otak atau brain injury yang dapat mengakibatkan defisit neurologis. Istri pasien mengatakan pasien sempat muntah sekali, namun tidak diketahui apakah muntah tersebut bersifat proyektil atau tidak. Oleh karena itu, tidak dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan intrakranial atau tidak. Penanganan pertama di UGD RSMC diberikan IVFD RL 20 tetes per menit, Mannitol 4 x 125 cc, Transamin, dan Vit.K. Infus ringer lactat diberikan guna mencegah terjadinya shock hipovolemik akibat perdarahan yang terjadi. Sesuai dengan kebutuhan cairan pada orang dewasa yaitu sebesar 1500 2000ml/hari, maka tetesan yang diberikan adalah antara 20 28 tetes per menit. Mannitol 4 x 125 cc diberikan guna mencegah terjadinya peningkatan intrakranial. Transamin dan Vit.K diberikan untuk membantu menghentikan perdarahan yang terjadi. Ketorolac digunakan untuk membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. Pada pasien ini dilakukan tindakan kraniotomi sito guna mengevakuasi hematoma dan mencegah timbulnya defisit neurologis. Hal ini dilakukan karena epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena progresifitasnya yang cepat karena duramater melekat erat pada sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak yang menyebabkan mudah terjadinya herniasi trans dan infratentorial.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 23

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

TINJAUAN PUSTAKA EPIDURAL HEMATOMA

I. PENDAHULUAN Epidural hematoma adalah keadaan dimana terjadi penumpukan darah di antara duramater dan tabula interna tulang tengkorak. Umumnya ini disebabkan karena trauma tumpul pada kepala, yang mengakibatkan terjadinya fraktur liner. Lokasi yang paling sering adalah di bagian temporal atau temporoparietal (70%) dan sisanya di bagian frontal, oksipital, dan fossa serebri posterior. Sumber perdarahan yang paling lazim adalah dari cabang arteri meningea media, akibat fraktur yang terjadi dibagian temporal tengkorak. Namun kadangkala dapat pula dari arteri atau vena lain, atau bahkan keduanya. Hematoma yang sumber perdarahannya dari vena, umumnya tidak besar, sebab tekanan yang ditimbulkan tidak besar. Hal ini berbeda dengan sumber perdarahan dari arteri yang bertekanan kuat, yang bahkan mampu mendesak perlekatan duramater pada tulang tengkorak. Walaupun umumnya tulang tengkorak mengalami fraktur (80%), namun didapatkan pula kasus dimana tidak didapatkan fraktur, terutama pada kelompok penderita anak-anak. Pada keadaan ini benturan yang terjadi tidak cukup kuat untuk menyebabkan fraktur, namun cukup kuat untuk menyebabkan robeknya pembuluh darah di permukaan dalam saat tulang melekuk ke dalam. Hematoma epidural yang tidak disertai fraktur tulang tengkorak akan memiliki kecenderungan lebih berat, karena peningkatan tekanan intrakranial akan lebih cepat terjadi.

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan hematoma epidural dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat. Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh. 60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1. Tipe- tipe : 1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri. 2. Subacute hematoma (31%) 3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 24

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Perdarahan ini jarang terjadi pada pasien usia di atas 60 tahun, kemungkinan karena duramater melekat lebih kuat ke tabula interna. Hal ini pula menerangkan bahwa kebanyakan hematoma epidural terjadi di bagian temporal, karena pada lokasi tersebut perlekatan duramater pada tulang tengkorak lebih lemah dibanding pada lokasi lainnya. Sedangkan pada anak dan bayi lebih sering terjadi hematoma epidural bifrontal yang berasal dari vena. Beberapa literatur mengatakan hematoma epidural relatif jarang terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, dan tampaknya hal ini disebabkan karena pada usia tersebut tulang tengkorak relatif lebih lentur dari orang dewasa.

III. ETIOLOGI Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah. IV. ANATOMI OTAK Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di perbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari dan di temukan secepatnya dari tim medis untuk menghindari rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian. Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa, padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membrane dalam yang mengandung pembuluh-pembuluih besar. Bila robek pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan diploika. Pembuluhpembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas memperlihatkan betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit kepala yang seksama bila galea terkoyak. Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di sebit tabula eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut tabula interna. Struktur demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang lebih ringan . Tabula interna mengandung alur-alur yang berisikan arteria meningea anterior, media, dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 25

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan terkoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan arterial yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati dengan segera. Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan meninges adalah dura mater, arachnoid, dan pia mater. Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dua lapisan: Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteum yangmembungkus dalam calvaria. Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat yangberlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater spinalis yang membungkus medulla spinalis. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai sarang laba-laba. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak pembuluh darah.

V. PATOFISIOLOGI Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan durameter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital. Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan dan os.temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar. Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis. Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteria yang mengurus formasi retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif. Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan. Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 26

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar. Sumber perdarahan : Artery meningea ( lucid interval : 2 3 jam ) Sinus duramatis Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan vena diploica. Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infratentorial. Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.

VI. GAMBARAN KLINIS Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien dengan kondisi seperti ini sering kali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti ini harus di observasi dengan teliti. Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala. Gejala yang sering tampak : Penurunan kesadaran, bisa sampai koma Bingung Penglihatan kabur Susah bicara Nyeri kepala yang hebat Keluar cairan darah dari hidung atau telinga Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala. Mual

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 27

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Pusing Berkeringat Pucat Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar. Gangguan kesadaran yang terjadi langsung setelah cedera umumnya bukan karena terjadinya hematoma epidural, melainkan karena teregangnya serat-serat formasio retikularis di dalam batang otak. Mekanisme ini merupakan mekanisme yang sama yang terjadi pada hilangnya kesadaran saat terjadi komosio serebri. Setelah beberapa saat, dimana hematoma yang terjadi telah mencapai sekitar 50 cc barulah gejala neurologis akibat hematoma bermanifestasi. Gejala neurlogis ini muncul terutama karena efek penekanan massa terhadap jaringan otak, bukan efek terjadinya iskemia jaringan otak. Penekanan hematoma menyebabkan pendorongan otak dan menimbulkan herniasi yang menekan batang otak. Setelah efek regangan pada serat formasio retikularis di batang otak telah pulih, umumnya pasien akan segera sadar kembali sampai akhirnya hematoma yang terjadi sudah cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya defisit neurologis, termasuk penurunan kesadaran. Masa dimana penderita sadar sebelum kemudian mengalami penurunan kembali ini disebut masa interval lusid. Walaupun lucid interval kerap dianggap ciri klasik dari hematoma epidural, tetapi sesungguhnya bukan merupakan hal yang patognomik, dan hanya dijumpai pada sepertiga kasus. Pada dasarnya lucid interval dapat saja dijumpai pada setiap cedera kepala yang disertai lesi intrakranial yang memberikan efek massa, yang menekan jaringan otak secara progresif. Hematoma yang terjadi di daerah temporal akan menyebabkan gejala neurologis yang cukup progresif. Pasien akan semakin menurun kesadarannya, seperti hendak tidur terus tetapi tidak dapat dibangunkan. Hematoma yang semakin besar akan mendorong jaringan otak ke bawah, ke arah insisura tentorii, sehingga terjadilah herniasi jaringan otak yang menekan nervus okulomotorius pada sisi yang sama. Sebagai dampaknya, akan terjadi miosis beberapa saat, yang kemudian midriasis, pada mata sisi ipsilateral dengan hematoma yang tidak lagi berespon terhadap cahaya, dan terjadilah anisokoria. Defisit neurologis lainnya yang dapat dijumpai dapat berupa hemiparesis, kejang, muntah, dan pada pemeriksaan fisik dapat pula dijumpai refleks Babinsky kontralateral yang positif. Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil kontralateral jugamengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 28

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

rostrocaudal batang otak. Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur.

VII. GAMBARAN RADIOLOGI Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala lebih mudahdikenali. Foto Polos Kepala Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai epidural hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi yang mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong sulcus arteria meningea media. Computed Tomography (CT-Scan) Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang akut ( 60 90 HU), ditandai dengan adanya peregangan dari pembuluh darah.

Gambar 1. Epidural Hematoma

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 29

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Spinal EDH VIII. DIAGNOSIS BANDING 1. Hematoma subdural Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura mater dan arachnoid. Secara klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan dengan hematoma epidural yang berkembang lambat. Bisa di sebabkan oleh trauma hebat pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh parenkim otak mengenai tulang sehingga merusak a. kortikalis. Biasanya di sertai dengan perdarahan jaringan otak. Gambaran CT-Scan hematoma subdural, tampak penumpukan cairan ekstraaksial yang hiperdens berbentuk bulan sabit. 2. Hematoma Subarachnoid Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluh-pembuluh darah didalamnya.

IX. PENATALAKSANAAN Penanganan darurat : Dekompresi dengan trepanasi sederhana Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 30

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Terapi medikamentosa Elevasi kepala 30 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan meningkatkan drainase vena. Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20% (dosis1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi. Akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Trihidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum 3-4mg %.

Terapi Operatif Operasi di lakukan bila terdapat : Volume hamatom > 30 ml Keadaan pasien memburuk Pendorongan garis tengah > 3 mm Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergency. Biasanya keadaan emergency ini di sebabkan oleh lesi desak ruang. Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume : > 25 cc = desak ruang supra tentorial > 10 cc = desak ruang infratentorial > 5 cc = desak ruang thalamus Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 31

LAPORAN KASUS EPIDURAL HEMORRHAGE EGA JAYA 07120060064

2012

Penurunan klinis Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan klinis yang progresif. Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan klinis yang progresif.

X. PROGNOSIS Prognosis tergantung pada : Lokasinya ( infratentorial lebih jelek ) Besarnya Kesadaran saat masuk kamar operasi.. Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma sebelum operasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RS Marinir Cilandak Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 27 Agustus 03 November 2012

Page 32

Вам также может понравиться