Вы находитесь на странице: 1из 8

Author P.O.V Sudah seminggu berlalu sejak kekalahan Kyu. Ia lebih giat berlatih mencari berbagai teknik baru.

Sebenarnya, Ji Eun khawatir karena ia terlihat memforsir diri. Sudah seminggu ini makhluk-makhluk itu tidak muncul, bagaimana bisa mencoba teknik baru ?, gumam Kyu sambil memainkan PSP-nya. Sesaat kemudian ia merasakan energi hitam. Ia bergegas ke ruang depan untuk menemui Ji Eun. Ternyata Ji Eun sedang melakukan sesuatu. Kau sedang apa ?, tanya Kyu dengan tatapan bingung. Pemanasan., jawab Ji Eun singkat. Kau tahu kan, kali ini ada dua ?, lanjut Ji Eun serius. Eung. Lebih baik kita cepat, sebelum ada korban. Pemanasannya nanti saja, sambil lari (?)., ucap Kyu. Ayo !, ujar Ji Eun lalu mereka berlari secepat mungkin ke tempat asal energi itu. Setelah melewati berbagai jalan sepi, mereka sampai di jalan besar yang belum pernah mereka datangi. Lagi-lagi tempat sepi. Kenapa mereka selalu muncul di tempat sepi ?, pikir Ji Eun sambil melihat sekeliling. Ini bagus, jadi tidak akan ada korban, tapi aku ingin tahu kenapa., pikirnya. Sekarang, mereka sedang melihat dua makhluk aneh, seperti biasa. Keduanya memiliki postur tubuh seperti manusia, seperti biasa. Yang satu berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna putih. Tiba-tiba kedua makhluk itu berpencar, yang berwarna hitam terbang, sedangkan yang berwarna putih melompat jauh. Sepertinya kita harus berpencar., ucap Kyu. Aku akan melawan yang hitam., lanjut Kyu. Kalau begitu, aku yang putih., ujar Ji Eun. Kyu dan Ji Eun berpencar mengejar target masing-masing. Sebenarnya mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain karena terbiasa bersama. (cie cie... #plak) Kyu Hyun P.O.V Aku mengejar makhluk itu, ia terbang sangat cepat. Aku tidak bisa melihatnya, hanya dapat merasakan energinya. Sepertinya ia menuntunku ke suatu tempat sepi. Cukup bermain kejar-kejaran-nya., ucap makhluk itu. Suaranya seperti wanita. Memangnya makhluk seperti itu memiliki jenis kelamin ._. ? Akan ku selesaikan dengan cepat., lanjutnya.

Jangan sombong. Kau tidak tahu berapa banyak pendahulumu yang menjadi debu ?, tanyaku menantang. Aku bahkan sudah tidak ingat., lanjutku. Bukannya aku bangga, tapi hanya sombong sedikit (sama aja #plak). Aku mengambil ancang-ancang. Aku belum tahu kemampuannya. Aku juga tidak mau tahu (aku maunya tempe)., jawabnya santai. Ia terbang, sekarang posisinya sekitar 45o dari pandanganku. Aku sedikit mendongak lalu menembakkan api ke arahnya. Tiba-tiba ia berteriak. Seketika konsentrasiku terpecah, itu menyebabkan apiku tidak stabil dan menghilang begitu saja. Aku dapat melihat lampu-lampu jalan yang pecah dan debu-debu berjatuhan. Aku menutup telingaku untuk menghindari dampak yang fatal meski sepertinya tidak berguna. Ultrasonik ?, pikirku. Aku tidak menyangka ada yang memiliki kemampuan seperti ini. Bagaimana ? Kau suka suaraku ?, tanyanya. Masih bisa omong besar ?, lanjutnya. Ia kembali berteriak, refleks aku menutup telingaku kembali. Tiba-tiba ia menukik ke arahku. Aku menghindar secepat mungkin menggunakan ledakkan api di kakiku. Bahaya sekali jika terkena dari jarak dekat. Ia berhenti. Begitu, jadi ada jeda waktu sebelum tenaganya untuk berteriak kembali ? Kesempatan., pikirku. Rapid fire ball !, ku tembakkan bola-bola api ke arahnya. Ia kembali berteriak. Sial, apiku lenyap lagi. Teriakannya hampir tidak terdengar, namun terasa sangat menyiksa. Percuma saja kau menutup telingamu. Gelombang ultrasonik tidak hanya merusak telinga, namun juga tubuh., jelas makhluk yang terlihat sepert kelelawar itu. Aku tahu itu, kau pikir aku bodoh ? Ia terbang ke arahku dan berteriak lagi. Aku menghindar, mundur sejauh yang aku bisa. Sepertinya ia hanya bisa berteriak selama 3 detik. Tapi, 3 detik itu bisa membunuhku. Sial, suara ini benar-benar menyiksa., gumamku sambil berusaha berdiri tegak. Suara ? Benar, suara !, seruku dalam hati. Aku tahu kelemahannya ! Aku harus menunggu saat yang tepat. Aku segera bertolak dari tanah seperti roket dan berdiri di atas lampu yan tinggi. Kenapa ? Kau menyerah ?, tanya makhluk itu. Percuma saja kau menjauh, suaraku akan dapat menjangkaumu dengan cepat., jelasnya lagi. Ia mulai bertingkah seolah-olah tahu semuanya. Tapi dia lupa satu hal, aku adalah pengguna elemen api. Kau terlalu yakin., ujarku. Keyakinan yang beralasan., balasnya. Tanpa beranjak, ia berteriak lagi. SEKARANG ! Aku melompat dan melayang di udara menggunakan api di kakiku. Fire wall ! Maxim !, aku membuat dinding api super panas berbentuk bola di sekitarku. Seperti prakiraanku, suaranya jadi tidak berpengaruh, lebih tepatnya

tidak terdengar. Aku langsung membuat lingkaran api di atas makhluk itu di saat ia tidak bisa bergerak, Burning stream ! Maxim !, aku membakarnya dari atas. Ia menghindar ke kiri namun kaki kanannya masih terkena sedikit. (Reader bingung ? Oke, akan segera dijelaskan #plak) #Mulai Mode Penjelasan Versi Kyu# (anggap saja Kyu yang bicara) Dinding api (Fire Wall Maxim) yang ku buat di sekitarku meningkatkan suhu secara tiba-tiba dan sangat drastis. Itu menyebabkan udara memuai dengan sangat cepat sehingga tercipta keadaan hampa udara yang singkat di sekitar api tersebut. Gelombang suara termasuk gelombang ultrasonik butuh medium/perantara agar bisa didengar, karena aku sedang terbang maka tidak ada medium lain kecuali udara yang bisa digunakan. Jika aku membuat keadaan hampa udara, maka tidak ada medium yang akan menghantarkan teriakan kelelawar itu. Itu sebabnya aku tidak terpengaruh oleh teriakannya. #Akhir Mode Penjelasan Versi Kyu# Aku merasakan angin bergerak di sekitar tubuhku bahkan angin yang paling pelan sekalipun. Aku merasa tubuhku seperti dilingkupi angin. Tangan kiriku mengeluarkan cahaya kehijauan. Aku membuka genggaman tangan kiriku dan melihat lingkaran bermotif dengan warna hijau muda yang agak transparan di telapaknya, lalu lingkaran itu meghilang. Apa ini ?, pikirku. Aku merasakan semua pergerakan udara. Aku menoleh ke belakang dan mendapati kelelawar itu telah melayang-layang di belakangku. Gunakan kemampuan udaramu ! Ruang hampa !, seru sesuatu dari dalam pikiranku. Ini bukan suara Fox. Tangan kirimu !, serunya lagi. Kelelawar itu membuka mulutnya dan sepertinya bersiap untuk berteriak. Aku mengangkat pergelangan tangan kiriku hingga sejajar dengan dada lalu fokus. Muncul lingkaran besar berwarna sama seperti lingkaran yang tadi ada di telapak tangan kiriku. Diameternya sekitar empat meter, aku berada di pusatnya. Sepertinya kelelawar itu sudah berteriak, mulutnya terbuka lebar. Aku melihat kaca-kaca dan lampu-lampu jalan yang letaknya sangat jauh pecah, tapi aku tidak mendengar apa-apa. Ia berteriak jauh lebih lama dari yang sebelumnya. Teriakannya berhenti. Apa ini, kemampuan udara ?, tanyaku dalam hati sambil menatap lingkaran hijau di tangan kiriku. Menarik., gumamku. Akan ku coba, bagaimana jika aku membuat ruang hampa di area makhluk itu terbang ? Vacuum area !, ku arahkan ke makhluk itu. Dan sesuai prakiraan, makhluk itu jatuh menghantam tanah. Meskipun kau bukan makhluk dari dunia ini, kau harus mengikuti fisika hukum dunia ini. Kau terbang dengan prinsip Bernoulli, tanpa udara kau tidak dapat terbang., jelasku sambil mendekatinya. Ada yang salah dari penjelasanmu., kata makhluk itu. Suaranya terdengar padahal di sekitarnya ruang hampa. Sepertinya merambat melalui medium tanah. Mugnkin kemampuan baruku membuatku dapat merasakan

getaran di udara yang berasal dari tanah. Kami, juga berasal dari dunia kalian., lanjutnya. Aku terkejut, sangat. Tidak mungkin., jawabku. Apa yang tidak mungkin ?, tanyanya sarkastik. Kalian, manusia sangat mempercayai dan mengetahui apa yang kalian terima melalui panca indera. Kau ingin tahu apa yang kau tidak tahu ?, tanyanya. Silakan saja !, aku ingin mendengar sedikit penjelasannya. Kalian, manusia lah yang memulai ini. Kalian lebih dahulu menyerang kami., jelasnya. Aku menjadi jauh lebih bingung. Tidak mungkin., gumamku. Apa yang kau tahu ? Kau belum lahir. Bahkan nenek dari nenek moyangmu pun belum lahir., jelasnya. Namun aku telah hidup sejak saat itu, sejak manusia menyerang kami., ia terlihat sangat marah. Dendam tersirat jelas pada ekspresinya. Kami hanya ingin membuat manusia merasakan rasa sakit itu., lanjutnya. Berhenti membual !, seruku. Dulu, kami sangat mempercayai manusia. Percaya bahwa manusia dapat berubah dari buruk menjadi baik. Percaya bahwa mereka percaya pada kami... , apa mungkin ? namun mereka memanfaatkan kelengahan kami dan menyerang., lanjutnya. Ia melompat ke belakang, menjauhi area hampa udara yang ku buat dan segera terbang. Lalu, seandainya perkataanmu benar, apa masuk akal membalas dendam pada manusia yang tidak tahu apa-apa ?, tanyaku geram. Hah ? Kau tidak akan mengerti., jawabnya. Ia kembali membuka mulutnya. Vacuum area !, ia kembali jatuh. Api tidak bisa menyala di ruang hampa. Tubuhku pun tidak akan meledak di ruang hampa., ujarnya. Ia benar. Memangnya siapa yang akan melakukan itu ?, tanyaku. Tubuhnya tergores perlahan lalu terkoyak. Aku dapat menentukan bagian mana yang hampa dan bagian mana yang tidak. Jadi aku masih bisa menggunakan kemampuan udaraku., lanjutku. Apapun alasannya, kalian tidak punya hak membunuh manusia yang tidak bersalah., ujarku dengan lantang. Ji Eun P.O.V Kemampuan makhuk putih ini, banyak sekali. Sword and shield !, aku membuat pedang es di tangan kananku dan perisai di tangan kiri. Dia pengguna serangan jarak dekat, aku harus bersiap. Dia datang lalu menghantam pedangku dengan tinjunya.

Kau pikir mainan kecil itu cukup ?, ucap makhluk itu. Kekuatannya bertambah. Pedangku pecah, aku segera menghalangi tinjunya dengan perisai. Hanya ini kemampuanmu ?, ucapnya. Aku mengubah ujung perisai menjadi bergerigi. Spinning saw !, ku putar perisai yang telah berubah menjadi gergaji itu, memotong tangan makhluk itu. Ia melompat mundur. Kau tidak tahu ungkapan size does not matter ?, ucapku. Berhasil, tanpa tangan, mungkin ia akan melemah. Lumayan. Ku pikir ini akan membosankan, ternyata tidak., ujarnya. Dia masih terlihat tenang. Lengannya bergerak-gerak. Lalu... Astaga ! Makhluk apa dia ini ? Tangannya tumbuh lagi, persis seperti semula. Iceberg !, ku buat lingkaran di bawah makhluk itu, akan ku kunci dia dalam es. Tapi, kenapa tidak terjadi apa-apa ? Ckckck, kesalahan besar !, ucapnya, ia menyentuh lingkaran airku dengan cepat. Aku merasa sesuatu dariku seperti terhisap, rasanya sakit sekali. Seperti rambutku dicabut satu per satu. Aku jatuh berlutut. Apa yang kau lakukan ?, tanyaku. Akan ku beritahu, toh kau pun akan segera mati., ucapnya sombong. Aku dapat mengambil kemampuan khusus., jelasnya. Aku tidak percaya, ada kemampuan seperti itu. Jadi itu sebab mengapa kemampuannya beragam. PENCURI ! Aku berdiri, menahan sakit yang masih tersisa. Sekarang hanya tersisa perisai bergerigi di tangan kiriku, bagaimana mengalahkannya hanya dengan ini ? Akan ku selesaikan dengan cepat. Ini adalah salah satu koleksi kemampuan yang ku suka., ucapnya. Mau apa dia ?, ucapku dalam hati. Ia meletakkan telapak tangannya di atas tanah, terlihat seperti membaca mantra. Muncul lubang berwarna hitam. Keluarlah, goblin !, serunya. Raksasa berhidung besar dan membawa banyak pedang di punggungnya, keluar dari dalam lubang itu lalu berdiri di sebelah Si Pencuri Kemampuan. Jangan terkejut dulu, ini belum selesai., ucap Si Pencuri. Ini akan sangat merepotkan., gumamku. Goblin-goblin kecil bermunculan dari dalam lubang yang sama. Mereka, goblin-goblin kecil itu mulai menyerangku. Berkali-kali ku tampar mereka dengan perisaiku namun serangan mereka tidak berkurang sedikit pun. Aku melempari mereka dengan kerikil dan batu yang ada di tanah. Menyedihkan hahaha. Aku ingin mencoba itu., apa maksud perkataannya ? Keluarlah !, serunya. Aku tersentak.

Eria !, seruku. Sial, makhluk ini tidak mau bergerak. Hey ! Bodoh !, ejeknya pada Eria. Ia memukul-mukul kepalanya. Hentikan !, seruku lantang. Raksasa goblin itu mendekatiku. Menyerahlah ! Agar kau tidak menderita., ujarnya. Beraninya kau memukul kepala Eria., ujarku sembil menggenggam erat kerikil terakhir yang tersisa. Mati saja kau dan akan ku dapatkan jiwamu !, serunya. Tidak akan ada yang mati. Kau lah yang akan lenyap., ucapku lantang. Raksasa goblin itu menghampiriku, menghunuskan pedangnya ke arahku. Aku melemparkan kerikil ke arah raksasa itu, tepat mengenai pedangnya. Arrgghhh... (?), geram raksasa itu (maaf, author bingung soal SFX). Pedang raksasa itu patah dan kerikil yang ku lempar menembus tubuh raksasa itu. Aku tidak tahu kalau lemparanku sekuat itu. Apa yang tadi ku lempar itu berlian ? ._. Rasanya, tiba-tiba tubuhku terisi sesuatu. Rasanya sama seperti saat aku mendapat kemampuan air. Apa tidak bisa renungannya ditunda ? Majikan raksasa itu sedang bergerak., ucap seseorang atau sesuatu dari dalam otakku. Siapa kau ?, tanyaku dalam hati. Getaran apa ini ?, pikirku. Aku merasa sesuatu mendekat dan sedang menghunuskan pedang ke arahku, dari belakang. Entah bagaimana aku bisa tahu, namun refleks membuatku menghindarinya. Kemudian mendorong bagian perutnya dengan telapak tangan kananku. Srak.. sreeee......tt (SFX) Makhluk putih itu terdorong jauh, terguling-guling, lalu punggungnya menabrak pohon besar. Sesuatu yang ada di otakku, kau dapat menjelaskannya ?, tanyaku. Nanti saja. Setelah ini beres., jawabnya. Aku dapat merasakan makhluk itu bangkit dan mendengarnya bicara. Padahal jarak kita hampir dua puluh meter. Kau, matilah !, serunya pelan sambil terengah-engah. Goblin !, serunya. Raksasa goblin dan ratusan goblin berlarian ke arahku dari arah depan. Ikuti perintahku !, seru sesuatu di dalam diriku. Arahkan telapak tangan kirimu ke arah mereka !, ucapnya. Aku mengikutinya. Tembak mereka dengan batu !, serunya. Eotteohke haeyo ? (Bagaimana melakukannya ?), tanyaku bingung. Aku bahkan tidak memegang batu., lanjutku.

Ya ! Aku bilang tembak bukan lempar., ucapnya. Kenapa dia jadi sewot ? Mungkin ini seperti kemampuan airku. Konsentrasi Ji Eun ! Aku menutup mataku. Anehnya dan untungnya, aku dapat merasakan setiap hal dengan jelas, makhluk putih itu, goblin, pohon, bahkan cacing yang ada di dalam tanah. Bidik mereka semua, Ji Eun !, seruku pada diriku sendiri. Bagus ! Aku membuka mata. Jarak mereka sekitar sepuluh meter. Muncul lingkaran berwarna coklat tanah dan bersimbol unik di punggung tanganku. Benar dugaanku. Lalu lingkaran-lingkaran bermotif sama muncul di atas kepalaku, mereka bergerak-gerak seperti machine gun yang sedang membidik musuh. Sekarang, jarak para goblin itu sekitar lima meter. Sekarang, seluruh goblin itu telah terbidik sempurna. Tiga meter. Tembak !, seru sesuatu di dalam diriku. Satu meter. Shoot !, seruanku mengiringi tembakan bertubi-tubi ke arah para goblin itu. Waw, daebak., seruku namun terdengar seperti bisikkan karena aku bahkan tidak percaya apa yang sedang ku lakukan. Aku sedang membombardir mereka, tidak terkecuali raksasa dan makhluk putih sialan yang memukul kepala Eria. Raksasa itu meraung lalu tumbang dan menghilang bersama para goblin kecil. Makhluk putih itu tersenyum sambil berkata, Kau semakin menarik. Sampai jumpa !, kemudian ia berubah menjadi debu hitam dan tertiup angin malam. Sampai jumpa ? Apa maksudnya, bukankah ia telah lenyap ?, gumamku. Sesaat kemudian, aku merasa ada sesuatu merasukiku. Eria, kau kembali ?, tanyaku dalam hati. Ne., jawab Eria. Kedengarannya senang. Apa ada yang sakit ?, tanyaku lagi. Gwaenchanhayo., jawabnya. Baguslah., jawabku. Kita harus segera pergi sebelum ada orang datang karena keributan tadi. Mungkin besok, tempat ini akan masuk berita di TV., lanjutku sambil berlari ke arah energi Kyuhyun. ********** Kyu Hyun P.O.V Aku dan Ji Eun telah sampai di rumah. Gwaenchanhayo ?, tanyaku pada Ji Eun.

Ne, gwaenchanha., jawabnya singkat. Apa kau mengalami kesulitan tanpa aku ?, tanyanya lalu terkekeh. Sebenarnya, bukan kesulitan tetapi hanya khawatir padamu, sedikit. Tidak sama sekali., jawabku. Meskipun melawan pengguna ultrasonik, aku dapat mengalahkannya karena otakku sangat encer. Bahkan aku mendapat kemampuan baru., lan jutku lalu terkekeh bangga. Namun ia justru menatapku, tidak tersenyum sedikit pun. Ikut aku !, serunya pelan sambil menarik tanganku menuju kamar mandi utama rumah ini. Untuk apa ke kamar mandi ?, tanyaku dalam hati. Ultrasonik dapat merusak sel-sel makhluk hidup. Aku tahu itu. Tubuhmu mungkin terlihat baik-baik saja, tapi untuk berjaga-jaga, sebaiknya kau diobati., ucapnya. Masuklah ke bathtub !, serunya. Aneh sekali dia, sejak kapan ia perlu bathtub ? Ne, nona dokter., aku menurut saja. Kemudian Ji Eun menyalakan kran air. Ini juga aneh, dia kan bisa menggunakan airnya sendiri, kenapa butuh air kran ? Apa dia sedang malas ? Tenggelamkan kepalamu sebentar., ucapnya. Aku menurut. Setelah kepalaku sudah tenggelam selama sekitar lima detik, tangannya bersinar biru artinya ia mulai menyembuhkanku. Lama sekali, biasanya aku tidak perlu menunggu. Pasti ada yang aneh. Pasti ! Ji Eun-ah, neon, jinjja gwaenchanhayo ?, tanyaku. Sudah selesai., ucapnya lalu hendak beranjak. Aku menarik lengan kirinya. Ah, sakit !, serunya. Sakit ?, ucapku bertanya namun seperti berseru. Hanya dengan itu dia kesakitan ? Jawab !, perintahku. Ji Eun hanya diam. Eria ! Ji Eun kenapa ? Aku tahu kau bisa mendengarku !, bentakku.

To Be Continued...

Вам также может понравиться