Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori Teori-teori tentang Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah. Aktifitas ini merupakan salah satu strategi yang dapat mengaktifkan dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran

Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio. Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Menurut Boud, felleti dan fogatry strategi belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar (Made Wena,Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,Jakarta :Bumi Aksara,2009:91) 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi ( bahkan dalam kandungan ) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adaya perubahan tingkah laku

11

12

dalam dirinya (Eveline Siregar dan Hartini Nara,Teori Belajar dan Pembelajaran,Jakarta,2010:3).Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (ibid 3 ). Secara garis besar Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni : Siregar dan Ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Eveline Hartini Nara, Teori Belajar dan

Pembelajaran,Jakarta:2010:9). Ranah kognitif yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal dari sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu: (1) pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari, (2) pemahaman, memahami makna materi, (3) aplikasi, penerapan penggunaan materi, (4) analisa, sebuah proses analisis

teoritis dengan menggunakan kemampuan akal, (5) sintesa, kemampuan memadukan konsep sehingga menemukan konsep baru, dan (6) evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi pengetahuan. Ranah afektif berkenaan dengan perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu yang terdiri dari lima aspek yaitu : (1) penerimaan, (2) pemberian respon, (3) pemberian nilai atau penghargaan, (4) pengorganisasian dan (5) karakterisasi. Ranah

13

psikomotorik berkenaan dengan perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang dan lain-lain. Menurut Dave hasil belajar psikomotorik dapat

diklasifikasikan menjadi lima aspek, yaitu : 1) Meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons, 2) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain, 3) Memantapkan : kemapuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons dengan kesalahankesalahan terbatas atau minimal , 4) Merangkai : koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yag tepat.,5) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi dan psikisyang minimal ,( Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,Jakarta:2010:11-12). Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulusstimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategorikategori . Gagne membagi kategori hasil belajar menjadi lima, diantaranya : a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

14

b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup, mempresentasikan

konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret antara definisi, kaidah, dan prinsip. c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitif individu sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d. Keterampilan Motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urutan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. Kemampuan bersikap adalah kemampuan untuk menerima atau menolak objek berdasarkan penelitian terhadap objek tertentu ( Dimyati dan Mujiono Belajar dan Pembelajaran

,Jakarta:PT.Rineka Cipta,2006:11-12 ). Menurut Reigeluth (1983) ada 3 variabel penting dalam

pembelajaran, yaitu: (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran . Hasil pembelajaran didefinisikan sebagai semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Pada tingkat yang umum, hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi 3, yaitu: (1) keefektifan, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.

15

Pengukuran keefektifan pembelajaran harus selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Ada 7 indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keefektifan pembelajaran, yaitu: (1) kecermatan penguasaan perilaku, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) kesesuaian dengan prosedur, (4) kuantitas unjuk kerja, (5) kualitas hasil akhir, (6) tingkat alih belajar, dan (7)Tingkat retensi. Efisiensi

pembelajaran diukur melalui rasio antara kefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar atau jumlah biaya pembelajaran dan sumbersumber belajar yang digunakan. Dengan demikian ada 3 indikator untuk menentukan tingkat efisiensi, yaitu: (1) waktu, (2) personalia, dan (3) sumber belajar. Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan pebelajar untuk tetap atau terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang studi. Namun demikian, daya tarik bidang studi, dalam penyampaiannya, akan banyak tergantung pada kualitas pembelajarannya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai seseorang baik dalam ranah kognitif, afektif atau psikomotorik sehingga terbentuk konsep pada dirinya yang dapat berupa informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan kemampuan bersikap yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi yang berbeda yang didapat dari sebuah proses pembelajaran.

16

2. Hakikat Mata Pelajaran Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Memahami Sifat Dasar Sinyal audio merupakan salah satu mata diklat program produktif bidang keahlian Teknik Audio Video di Sekolah Menengah Kejuruan yang diberikan kepada peserta didik SMK kelas X. Mata diklat Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio ini berisi materi yang sesuai dengan Kurikulum Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Isi (SI), namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. Penyusunan KTSP oleh sekolah mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

Lulusan(SKL).(Dhanay,kurikulumTingkatSatuanPendidikan ,http://blog.dhanay.com/2009/11/ktsp-kurikulum-tingkatsatuan.html,diunduh tanggal 02 April 2012 ).Sekolah yang memiliki kemampuan mandiri dapat menjabarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan (Dirjen Mendikdasmen,peraturan

17

Pemerintah No.19 tahun 2005). Sedangkan Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam Standar Isi (SI) adalah: kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat atau semester. Standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang merujuk pada standar lulusan yang harus dicapai oleh sekolah untuk semua mata pelajaran. Di dalam satu mata pelajaran terdapat beberapa Standar Kompetensi. Standar Kompetensi (SK) merupakan kualifikasi kemampuan peserta didik pada satu mata pelajaran, di mana bertujuan agar siswa dapat mempunyai keterampilan tertentu setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Setiap Standar Kompetensi terdiri dari beberapa Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi

18

Dasar harus menunjang sesuai Standar Kompetensi yang telah ditentukan pada setiap mata pelajaran. Pada setiap Kompetensi Dasar (KD) mempunyai beberapa Indikator. Indikator adalah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pertemuan. Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio merupakan langkah awal dalam menentukan hasil belajar sifat dasar sinyal audio. Berdasarkan kompetensi yang telah ditentukan, Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio dibagi menjadi lima kompetensi (Silabus SMK Negeri 5 tahun ajaran 2011/2012:112) dasar yaitu: 1. memahami elemen, jenis-jenis, dan interaksi gelombang 2. menjelaskan atenuasi gelombang 3. memahami sifat dan kegunaan penguat 4. menjelaskan desibel 5. menjelaskan loudspeaker Dari lima kompetensi dasar yang telah diuraikan peneliti akan menerapkan kompetensi dasar pertama dan kedua. Dalam meningkatkan hasil belajar Sifat dasar Sinyal Audio dibutuhkan bahan ajar yang berisi materi tentang sifat dasar sinyal audio. Sifat dasar sinyal audio yang dipelajari meliputi elemen-elemen gelombang bunyi, jenis-jenis gelombang bunyi, interaksi gelombang bunyi yang merupakan dasar teori pada program keahlian teknik audio video. Khususnya untuk peralatan yang berhubungan dengan audio. konversi besaran listrik pada mikrofon dan

19

2.1.

Hasil Belajar Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku dalam diri individu pada hakekatnya merupakan hasil belajar. Pada dasarnya setiap mata pelajaran terdiri dari beberapa Standar Kompetensi (SK). Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan peserta didik pada satu mata pelajaran, di mana bertujuan agar siswa dapat mempunyai keterampilan tertentu setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Setiap Standar Kompetensi terdiri dari beberapa Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar harus menunjang sesuai Standar Kompetensi yang telah ditentukan pada setiap mata pelajaran. Pada setiap Kompetensi Dasar (KD) mempunyai beberapa Indikator. Indikator adalah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pertemuan. Berdasarkan silabus memahami sifat dasar sinyal audio merupakan mata diklat yang mempunyai tujuan pembelajaran pada ranah kognitif. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang ingin dicapai hanya pada pembelajaran kognitif pada level : (1) pengetahuan, (2) pemahaman. Indikator (Silabus SMK Negeri 5 tahun ajaran 2011/2012:112) yang akan diteliti meliputi : (a) Memahami gelombang bunyi, (b) Menyebutkan elemen elemen gelombang bunyi,

20

(c) Menyebutkan macam macam gelombang bunyi , (d) Menjelaskan perambatan gelombang bunyi, (e) Menjelaskan atenuasi gelombang, (f) Menjelaskan definisi akustik ruang, (g) Menjelaskan pemantulan bunyi , (h) Menjelaskan perlunya penataan ruang yang tepat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar memahami sifat dasar sinyal audio mempunyai tujuan pembelajaran pada ranah kognitif pada level pengetahuan dan pemahaman. Indikator yang akan diteliti meliputi : memahami gelombang bunyi, menyebutkan elemen elemen gelombang bunyi, menyebutkan macam-macam gelombang bunyi, menjelaskan atenuasi gelombang, menjelaskan definisi akustik ruang, menjelaskan pemantulan bunyi, menjelaskan perlunya penataan ruang yang tepat. 3. Hakikat Metode / Strategi Pembelajaran Strategi dapat diartikan sebagai a plan of operation achieving something rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu(Sumber:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254464-hakikat-modelpembelajaran/#ixzz1vk6VSPOJ). Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seseorang yang berperan mengatur dalam strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana

21

kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dan lain sebagainya. Selanjutnya ia juga akan mengumpulkan informasi kekuatan lawan, baik jumlah prajuritnya maupun keadaan persenjataanya. Setelah semuanya

diketahui, baru kemudian dia akan menyusun tindakan apa yang harus dilakukannya, baik tentang siasat perang yang dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang pas untuk melakukan suatu serangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik ke dalam maupun ke luar (Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses

Pendidikan,Jakarta Kencana,2007:123). Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (Ibid:124). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas yaitu : 1) Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.

22

2) Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Strategi pembelajaran diperlukan untuk mengaktifkan keterlibatan siswa secara mandiri dalam proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada proses penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry). Kozna menjelaskan strategi pembelajaran sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu (Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran,Jakarta: Bumi

Aksara,2009:1) Menurut Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup dan urutan pembelajaran yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada peserta didik (Ibid:1). Sementara itu Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Wina Sanjaya, loc.cit). Senada dengan pendapat di atas, Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan

23

pembelajaran tertentu (Hamzah B. Uno.loc. cit).Dick dan Carey juga menyebutkan terdapat lima komponen strategi pembelajaran, yaitu : (1) Kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan (Ibid:3). Pemilihan strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya

bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada siswa mencapai tujuan pembelajaran. Namun, tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang berbeda walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Artinya dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik siswa dan situasi kondisi yang dihadapi. Dari penjelasan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang dapat dijadikan petunjuk umum yang terdiri dari kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai. 3.1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi

24

bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Problem Based Learning (PBL) adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. PBL mempunyai banyak variasai diantaranya terdapat lima bentuk belajar berbasis masalah yaitu : 1) permasalahan sebagai pemandu, 2) pemasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, 3) permasalahan sebagai contoh, 4) permasalahan sebagai fasilitas proses belajar, 5) permasalahan sebagai stimulus respon. Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Menurut Boud, felleti dan fogatry strategi belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open ended melalui stimulus dalam

25

belajar

(Made

Wena,

Strategi

Pembelajaran

Inovatif

Kontemporer,Jakarta: Bumi aksara 2009:91) Selain itu, strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Tiga ciri utama dari strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu : (1) strategi pembelajaran berdasarkan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, (3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. 3.2. Ciri-Ciri Pembelajaran dengan PBL

Sementara ciri-ciri strategi Pembelajaran dengan PBL menurut Baron adalah (Rusmono,Strategi Pembelajaran dengan PBL itu perlu,2012 :74). 1. Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata. 2. Pembelajaran dipusatkan pada pemecahan masalah. 3. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan; 4. Guru berperan sebagai fasilitator. Keterlibatan peserta didik dalam strategi pembelajaran dengan PBL meliputi kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan. Dalam kelompok siswa melakukan kegiatan-kegiatan : 1) Membaca kasus. 2) Menentukan masalah mana yang paling relevan dengan tujuan pembelajaran.

26

3) Membuat rumusan masalah. 4) Membuat hipotesa. 5) Mengidentifikasi sumber informasi, diskusi dan pembagian tugas. 6) Melaporkan, mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok dan presentasi di kelas (Ibid:75).

3.3.

Tahapan tahapan dalam PBL Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima

langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan dan analisis hasil kerja siswa. Penyajian untuk melaksanakan pembelajaran dengan strategi

pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat dari tabel 2.1:

Tabel 2.1

Tahapan-Tahapan pembelajaran dengan Strategi PBL

Tahap pembelajaran Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa kepada masalah

Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Perilaku guru Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri. Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu. Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.

27

Tahap 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka. Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah (Rusmono,Strategi Pembelajaran dengan PBL : 81) masalah, kelompok

Pada strategi pembelajaran berdasarkan

kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL. Diskusi kelompok kecil dalam PBL dapat menggunakan metode seven jumps yang terdiri : 1. Identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario. (sekretaris mencatat kata-kata yang masih belum dimengerti setelah didiskusikan) 2. Penentuan masalah. Setiap anggota memiliki bermacam perspektif masalah, akan tetapi harus dicari masalah yang disepakati bersama. (sekretaris mencatat daftar masalah yang telah disetujui). 3. Brainstorming. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki

28

(prior knowledge). Identifikasi area pengetahuan yang kurang. (sekretaris menulis yang didiskusikan). 4. Berdasarkan langkah 2 dan 3 maka disusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan sementara (tentative solution). (sekretaris mencatat penjelasan masalah sementara yang telah didiskusikan). 5. Penentuan Tujuan pembelajaran yang akan diraih. (Tutor

mengarahkan agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai, komprehensip dan sesuai dengan yang diharapkan.) 6. Belajar mandiri. Siswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran. 7. Setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi. (Tutor menilai jalannya proses ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan). Ada sejumlah tujuan dari Problem Based Learning ini. Berdasarkan Barrows, Tamblyn, dan Engel, Problem Based Learning dapat

meningkatkan kedisiplinan dan kesuksesan dalam hal : (1) adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan, (2) aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau yang akan datang, (3) pemikiran yang kreatif dan kritis, (4) kolaborasi tim yang sukses, (5) identifikasi dalam mempelajari kelemahan dan kekuatan, (6) apresiasi dari beragam cara pandang, (7) kemajuan mengarahkan diri sendiri, (8) kemampuan komunikasi yang efektif, (9) argumentasi pengetahuan, (10) kemampuan

29

dalam kepemimpinan, (11) pemanfaatan sumber-sumber yang bervariasi dan relevan (Eveline Siregar dan Hartini Nara, op. cit. : 121) 3.4. Karakteristik Pembelajaran dengan PBL Strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) memiliki beberapa Karakteristik seperti yang dikutip Wena yang diungkapkan Savoie dan Huges antara lain sebagai berikut: a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa. c. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu. d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsungproses belajar mereka sendiri. e. Menggunakan kelompok kecil. f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja (Made Wena,Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,Jakarta : Bumi Aksara,2009:91-93). Sementara menurut Yazdani yang dikutip Rusmono, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran dengan PBL ditandai dengan karakteristik: 1. Siswa menentukan isu-isu pembelajaran. 2. Pertemuan-pertemuan pelajaran berlangsung open-ended atau

berakhir dengan masih membuka peluang untuk berbagi ide tentang

30

pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam satu kali pertemuan. 3. Tutor adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak sebagai pakar yang merupakan satu-satunya sumber informasi. 4. Tutorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBL yang berpusat pada siswa (Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning/PBL Itu Perlu,2012 :82). 3.5. Kelebihan dan Kekurangan PBL Pembelajaran Berdasarkan Masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya yaitu sebagai berikut: a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. b. Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain. c. Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. d. Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Selain memiliki kelebihan strategi pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki kekurangan, sebagai berikut : a. Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBL. b. Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode ini tidak dapat tercapai sesuai dengan harapan pengajar c. Membutuhkan banyak waktu dan dana

31

d. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. Adapun langkah-langkah dalam strategi PBL terlihat pada gambar 2.1 :

2. PENDAHULUAN (a) Pemberian motivasi 3. Pembagian Kelompok (b) (c) Informasi Tujuan Pembelajaran 4.

5. (a) (b) 6. (c) 7. (d) (e) 8.

PENYAJIAN Mengorientasikan siswa kepada masalah Mengorganisasikan siswa untuk belajar Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya Menganalisis dan mengevaluasi

PENUTUP 9. (f) Merangkum materi yang telah dipelajari 10. Melaksanakan tes dan pemberian pekerjaan rumah (g)

Gambar 2.1 Prosedur strategi pembelajaran dengan PBL (Ibid:83).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu lingkungan belajar dimana masalah mengendalikan proses belajar. PBL berorientasi kepada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing. PBL

32

menawarkan kebebasan kepada siswanya untuk mengakses informasi dari berbagai sumber belajar. 3.6. Kerangka Berpikir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab mencetak sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademis, berkualitas dan

mempunyai keahlian khusus. Dan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Guru bertanggung jawab mengatur dan mengarahkan siswa untuk

melaksanakan pembelajaran. Sementara itu proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru umumnya masih menggunakan metode pembelajaran secara konvensional atau metode ceramah. Akibat yang ditimbulkan oleh situasi tersebut adalah monotonnya proses pembelajaran sehingga menurunkan minat siswa dalam belajar dan menurunnya kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru dituntut dapat

mengembangkan dan menciptakan strategi pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran demi tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan strategi pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi antara guru dengan siswa sehingga siswa dapat lebih mudah dan cepat memahami informasi yang disampaikan. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan salah

33

satu startegi pembelajaran dimana guru berperan sebagai fasilitator dan peserta didik diharuskan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah diharapkan membuat peserta didik akan terbiasa dengan permasalahan-permasalahan dan dapat memecahkan setiap masalah yang diberikan. Selain itu peserta didik dapat belajar secara berkelompok, menentukan informasi apa saja yang dibutuhkkan untuk dapat memecahkan masalah dan dapat mencari informasi dari berbagai sumber. Sehingga dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah di dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar mereka. B. Hipotesis Tindakan Kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah: hasil belajar Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio kelas X Audio Video 2 tahun ajaran 2011-2012 di SMKN 5 akan meningkat dengan penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning. Dengan menggunakan Strategi pembelajaran PBL dalam Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio Kelas X audio Video 2, maka hasil belajarnya akan meningkat.

Вам также может понравиться