Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi Surveilans
WHO : pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
Pengumpulan
Pengolahan
Penyajian
Analisis
Pengambilan keputusan
Tujuan Surveilens
1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak) 2. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan & pengendalian penyakit 3. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi, & alokasi sumber daya kesehatan 4. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasii dampak penyakit di masa mendatang 5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut
12 10
8 Jml Kasus
6 4
2
Masalah gizi masih merupakan masalah yang berat di Indonesia, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi dan juga masalah gizi lebih Besaran masalah gizi masing-masing wilayah dan waktu juga berbeda-beda Analisis situasi yang terus menerus, baik dalam bentuk besarnya masalah maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut, perlu dilakukan mulai dari tingkat administrasi terendah di tingkat desa sampai dengan tingkat nasional. Dengan demikian Surveilans gizi diperlukan agar sasaran (target) penduduk yang berisiko rawan gizi dapat diketahui untuk kepentingan intervensi.
Penyebab langsung
Penyakit Infeksi
BBLR
Pelayanan Kesehatan kurang memadai Konsumsi tidak seimbang Gizi janin tidak baik
BALITA KEP
Konsumsi gizi tidak cukup, pola asuh kurang
Konsumsi Kurang
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA KEP BALITA Gangguan Pertumbuhan Anak Usia Masuk Sekolah KEK WUS & Bumil Masalah Gizi Lebih Orang Dewasa KVA Anemia Gizi Gaki Konsumsi
1. Surveilans BBLR
a)
b)
c)
d)
e)
Indikator : Prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir hidup Trigger level : Prevalensi BBLR > 15% Sumber data : Puskesmas (Kompilasi laporan kohor bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari Puskesmas-2 di kecamatan bersangkutan) Frekuensi : Sekali setahun (dihitung pada tengah tahun) Tujuan : Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak
b)
c) d) e)
Indikator : 1. % N/(D-O-B) dengan kondisi (D/S >= 80%). Bila D/S belum >=80% upayakan untuk ditingkatkan. 2. % BGM/D Trigger level : 1. % N/(D-O-B) < 60% 2. % BGM > 1% Sumber data: Puskesmas (Kompilasi laporan SKDN) Frekuensi : sekali sebulan Tujuan : Evaluasi keadaaan pertumbuhan balita untuk tindakan preventif terhadap memburuknya keadaan gizi
Prevalensi gizi kurang > 20%, atau Prevalensi gizi buruk > 1%
Sumber data: Pemantauan Status Gizi (PSG) d) Frekuensi : Sekali setahun e) Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi balita untuk perencanaan program dan perumusan kebijakan
c)
b)
c) d)
e)
f)
Indikator: prevalensi pendek (TB/U<-2 SD) Trigger level : Prevalensi pendek >20% Sumber data: Pemantauan TBABS --- DepKes Frekuensi :Sekali dalam 5 tahun Tujuan : Evaluasi perkembangan keadaan gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan efektivitas upaya perbaikan keadaan gizi masa balita
5. Surveilans KEK Wanita Usia Subur (WUS) USIA 15 45 Th dan Ibu Hamil
a.
Indikator :
1. 2.
KEK: Indeks massa tubuh (IMT) Resiko KEK: Lingkar Lengan Atas (LILA) KEK: IMT < 18,52 Resiko KEK: LILA< 23,5 cm
b.
Cut-off:
1. 2.
Sumber data : Survei cepat dan Surkesnas (KEK WUS) dan Susenas (Resiko KEK) d. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun e. Tujuan : Evaluasi perkembangan keadaan gizi kelompok wanita usia subur f. Pengguna :Resiko KEK (Propinsi & Pusat) KEK WUS (Pusat)
c.
d.
e.
f.
Indikator : Prevalensi IMT>25 Trigger level : Prevalensi IMT (IMT>25) >10% Sumber data : Survei cepat IMT Depkes Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun Tujuan : Manajemen penanganan masalah gizi lebih pada orang dewasa. Pengguna : Propinsi---Pusat.
7. Surveilans KVA
Indikator : Prevalensi X1B dan Prev.Serum Retinol <20mcg/dl b. Trigger level :
a.
1. 2.
Prev X1B > 0,5% Prev Serum Retinol (<20 mcg/dl) > 5%
Sumber data : Survei Vitamin A (SUVITA) Depkes d. Frekuensi : Sekali dalam 10 tahun e. Pengguna : Propinsi---dan---Pusat
c.
Prevalensi KVA
b.
Secara klinik : dengan memeriksa kelainan mata untuk menentukan adanya tanda-tanda xeroptalmia Secara sub klinik : dengan cara memeriksa kadar vit A dalam darah
Berdasar indikator klinik (xeroptalmia), masalah KVA di Indonesia sejak th 1980-an dapat ditanggulangi, Th 1978 (1,18%) pada th 1995 turun menjadi 0,33% KVA dianggap tidak menjadi masalah bila angka xeroptalmia prevalensinya < 0,5% Ditinjau dari indikator sub klinik (pemeriksaan kadar serum retinol) ternyata >50% balita tergolong sub kilinik Secara sub klinik KVA dianggap bukan masalah bila prevalensinya < 5%
Bayi
3. WUS
2. 3.
4. Lansia 5. Nakerwan
Trigger level : belum ada ketentuan c. Sumber data : Badan Litbang Kes (+ BPS), Surkesnas d. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun e. Tujuan : Evaluasi perkembangan masalah anemia gizi untuk perencanaan program, perumusan kebijakan penanganannya.
b.
cadangan Fe dlm hati menurun tetapi belum pd tahap yg parah & jml Hb-nya masih normal Nutrional anemia (anemia Gizi Besi = AGB) terjadi bila penurunan cadangan Fe dlm hati sangat parah dan jml Hb darah di bawah normal Penurunan (deplesi) tingkat ringan: diukur dengan serum feritin yang menurun (pada tahap ini belum mengakibatkan gangguan faal tubuh) Deplesi yang lebih parah sehingga dapat mengganggu pembentukan Hb tetapi kadar Hb masih normal diukur dengan penurunan transferin saturation. Terjadinya AGB diukur dengan kadar Hb yang lebih rendah dari standar normal
a.
Indikator :
1.
9. Surveilans GAKI
Prevalensi GAKY (Total Goiter Rate=TGR) anak sekolah 2. Eksresi Yodium Urin (EYU) pada anak sekolah 3. Konsumsi garam beryodium rumahtangga
b.
Trigger level:
TGR > 5% 2. EYU 100 mcg/dl > 50% 3. Konsumsi garam beryodium (>=30 ppm) < 80% rumahtangga
1.
GAKI LANJUTAN.
c.
Sumber data:
1. 2.
TGR dan EYU : Survei nasional pemetaan GAKY Konsumsi garam beryodium: Susenas dan monitoring garam beryodium oleh Kabupaten
d.
Frekuensi:
TGR dan EYU : Sekali 5 tahun, 2. Konsumsi garam beryodium: Sekali 3 tahun (Susenas) dan sekali setahun (monitoring oleh Kabupaten) Tujuan: Memberikan gambaran tentang masalah GAKY untuk manajemen program perbaikan GAKY (distribusi kapsul dan garam beryodium)
1.
e.
Prevalensi gondok total (Total Goitre Rate = TGR) yaitu jumlah orang yang mengalami pembesaran kelenjar thyroid dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa
TGR = IA + IB + II + III X 100% Jml org yg diperiksa
Prevalensi gondok tampak (Visible Goitre Rate = VGR) yaitu jumlah orang yang mengalami pembesaran kelenjar thyroid yg mulai tampak mata (IB ke atas) dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa
VGR = IB + II + III X 100% Jml org yg diperiksa
Indikator : Prevalensi defisit energi dan protein serta zat gizi mikro (Vit.A, zat Besi, Kalsium dan Vit. B1) Trigger level :
1. 2. 3.
Prev.rumah tangga dengan konsumsi energi (<70% RDA) >30%Prev rumah tangga dengan konsumsi protein (<70% RDA) >30% Lainnya dengan melihat besaran & perkembangan dari waktu ke waktu.
c. d.
e.
Sumber data: Pemantauan Konsumsi Gizi Depkes Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun Tujuan : Evaluasi perkembangan masalah dan untuk analisa faktor-faktor yang berkaitan, dan juga memberikan masukan bagi instansi yang berkaitan dengan ketersediaan pangan.