Вы находитесь на странице: 1из 4

Ice Cream

La..illaha illallah. La.. illaha illallah, suara tahlil yang semakin mengeras. Hua...! Hu hu.. hu..! Tangisan seorang Ibu yang menjadi-jadi di sebuah kamar. Kenapa? Kenapa mesti dia, ya Allah.? Hu. hu! Kenapa..? semakin mengeras Hentikan tangis mu itu! Dia sudah tiada! Kau tidak perlu lagi menangis, kata sang suami yang tidak mengeluarkan air mata iba sedikit pun. Kau memang tak punya perasaan! Dia itu anakmu, Mas! Kini dia sudah mati! sambil menunjuk-nunjuk ke arah mayat. Anak? Itu bukan anakku! Itu adalah anak harammu, dan semua keluarga tahu akan hal itu. Lihat saja sendiri, tidak ada sama sekali dari pihak keluarga kita yang datang untuk menghadiri kematian anakmu itu! kata suami membentak. Hiks Keterlaluan! Janjimu dulu, kau mau merawat anak kiita sampai iya tumbuh dewasa dan menikah, tapi Tapi aku tidak pernah berjanji untuk mengakui bahwa itu anakku! Bantah suami. Arrr. ! Mengambil sebuah guci keramik kecil dan membantingnya. Cettarr..!! suara keramik yang pecah menggema sampai ke penjuru rumah. Astagfirullah! (mengelus dada) Ada suara apa itu Wan? terkejut Danto di tengah tahlilan. Mana aku tau, Tok Ah, sudah lanjutkan saja. Kita ini sedang tahlilan, ayo kembali kota khusyk. Ajak Danto seolah tak mau tahu. Hmmm! (mikir sejenak) iya, ya. dengan wajah bodoh La..illaha illallah. La.. illaha illallah, lanjut membaca tahlil yang juga semakin keras.

Oh, jadi kau sekarang mau menghancurkan semua isi rumah? Oke, hancurkan saja sampai kau puas, percuma aku berbicara denganmu! Keluar kamar dan menutup pintu dengan keras, karena kesal.

Hiks hiks! Menahan isak tangis di dalam kamar sendirian sambil memandang foto sang anak. Setelah satu jam kemudian, semua para pentahlil pulang. Akhirnya rumah pun hening dan sepi. Angin malam yang meradang dengan rintik hujan yang membasahi bumi menjadi saksi bisu di dalam rumh itu. Hanya tinggal sesosok mayat yang terbaring kaku dengan kain kafan putih yang menyelimutinya. Assalamualaikum.., sapa seorang pemuda dari luar rumah. Walaikum salam ! dari kejauhan di dalam rumah. Oh.. Bara, masuk lah nak, kata sang pemilik rumah. Menyalami tangan Pak Wani. Pak, boleh saya lihat dia? Tanya Bara sambil melihat kea rah mayat. Iya, silahkan. Bara mendekat perlahan, tampak sedikt ragu untuk membuka kain kafan Aldi. sedikit demi sedikit ia buka, dan Masya Allah ! Aldi! (menahan tangis dan mentup mulut) mengapa jadi seperti ini..? kembali menutup kain kafan dengan perlahan. Tubuh sang mayat terlihat begitu kurus, dan matanya melolot. seolah tiada lagi daging yang tersisa di tubuhnya, hanya tinggal tubuh kaku yang diselimti daging tipis. Pak, mana Ibu? Boleh saya berbicara sebentar? Tanya Bara. Oh, ada di kamar. sebentar ya, tunggulah di sini. berjalan menuju kamar memanggil sang istri, lalu keluar tampak dengan wajah sedih dan mata yang sembab akibat tangisan yang panjang. Lalu mereka semua duduk di lantai. Sebenarnya ada apa, Bara? Tanya sang suami.

Ini, Bu, (memberikan sebuah buku harian) buku itu tertinggal di bangku Aldi seminggu yang lalu. kata Bara. Apa ini ? (membuka buku) Ya Allah, ini semua tentang cerita hari-hari Aldi.. matatampak berkaca-kaca. Buku itu saya temukan dan saya juga sempat membacanya. Awalnya saya ragu untuk menjelaskan ini pada kalian, tapi sepertinya saya harus bercerita kepada kalian. kata Bara. Apa sebenarnya yang terjadi, Bara? Tanya sang istri yang penasaran. Begini, Hari di mana ia meninggal, adalah hari ia bercerita untuk terakhir kali padaku. Saat itu ia dalam keadaan linglung dan sepertinya dia mabuk. Kedua pasangan itu tampak memperhatikan. Aldi saat itu sedang duduk di belakang kampus. Aku mendatanginya dan melihat ternyata ia sedang menggunakan sabu-sabu. dan di sebelahnya ada sebotol miras. ungkap Bara. Lalu aku menegurnya dan menasihatinya, tapi ia malah tertawa dan menangis semakin lama tangisannya semakin meringis. Aku ingin pergi, tapi tak jadi, karena aku penasaran, lalu dia berkata dalam tangisnya,Ice cream.! Ice cream! Ice cream Bara! Ice cream! Aku pun pergi dan membelikannya Ice cream, dan memberikannya. Ia tampak tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadaku, tapi saat itu aku menemukan buku hariannya di sebelahnya. terdiam sejenak. Saat kubuka buku itu, akhirnya aku mengerti apa yang ia rasakan. Ice cream, aku salah memaknainya. Ice Cream yang ia katakan artinya, ia ketakutan, dan selalu ketakutan ungkap Bara. Hiks. ini salahku Aku tak pernah tahu akan terjadi hal seperti ini dan tidak memikirkan perasaan Aldi, Mas. kata istri sambil menangis. Sudahlah, ini adalah salah kita berdua, aku juga minta maaf padamu telah berlaku kasar. Kita menjadi orang tua yang gagal, dan kita seharusnya minta maaf pada anak kita, karena kita terlalu keras padanya sehingga ia terjerumus dan terpenjarat oleh narkoba. kata suami menenagkan suasana.

Iya.. Mas Mereka pun menekati dan meminta maaf di depan mayat anaknya dan sambil menangis. Bara tampak berkaca-kaca melihatnya. Ketika semua sedang berduka, Cetarrrrrrrr!!! seseorang melepar bati dan memecahkan kaca jendela dan berteriak, Aldi. Keluarlah mari kita minum bersama.., aku tau kau masih di dalam!! Aldi !! Oy Aldi! aku bawa banyak barang kesukaanmu dan pesananmu ini!! Kita adalah saudara, bukan? Hahahaha dengan nada sempoyongan. Suasana malah semakin histeris, kegaduhan malam malah timbul dalam duka yang tak berujung di antara gerimis hujan yang membisu. Mayat yang terbungkus kaku tak akan bisa menjawab panggilan kosong dari semua orang di sekitar. Bara, dan kedua pasangan itu terlihat kaget dan tak tau harus bertindak apa.

Karya: Ahmad Badarudin (2010112094) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Palembang. No. Hp. 08982377898.

Вам также может понравиться