Вы находитесь на странице: 1из 10

Penerapan Sila-sila Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

oleh :

YUNITA SASKIA 111610101078

UNIVERSITAS JEMBER 2012

Implementasi sila pertama dalam kehidupan sehari-hari Ibarat bangunan maka Pancasila itu berbentuk sebuah piramid. Sebagai lantai dasarnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa dan selanjutnya pada lapisan kedua ketiga keempat dan terakhir kelima adalah sila sila Pancasila yang lainnya sesuai dengan urutannya. Apabila bangsa ini memiliki keimanan yang kokoh maka akan lebih mudah baginya untuk bersikap kemanusiaan yang adil dan beradab. Tidak ada perlakuan diskriminasi antara sesama rakyat dalam pergaulan sehari hari, semua didasarkan atas persaudaran yang karib dan akrab. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain : - Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya; - Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah- NYA dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Sebegai generasi muda, kita dapat menerapkan sila ini dalam bentuk: 1. Membina Kerukunan Hidup Diantara Sesama Umat Beragama & Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan

sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesame pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya. 2. Saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun

diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat. 3. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya bersikap

merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas. 4. Tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur

nilai moralitas bangsa Indonesia. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan. Seandainya ada penyelewengan dalam beragama,

sesungguhnya itu merupakan penyalah tafsiran dari pihak tertentu saja.

Implementasi sila kedua dalam kehidupan sehari-hari Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral kemanusiaan antara lain dalam kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, dalam kehidupan bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral kemanusiaan untuk saling menghargai sekalipun terdapat suatu perbedaan karena hal itu merupakan suatu bawaan kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semenamena terhadap manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan Pendidikan berwarga negara di jenjang pendidikan formal haruslah dilakukan tidak hanya memberikan teori tetapi dengan praktek langsung. Karena teori cenderung hanya dianggap angin lalu saja, praktek toleransi antara individu satu dengan yang lainnya dapat memberikan gambaran langsung betapa pentingnya nilai-nilai kemanusiaan itu. Praktek langsung dari sebuah teori kewarganegaraan dapat dilakukan dalam interaksi sosial di dalam lingkungan pendidikan ataupun lingkungan tempat tinggal, di dalam

lingkungan pendidikan teori ini dapat dipraktikkan dengan cara sikap dan prilaku dalam lingkungan pendidikan. Pada era sekarang ini teramat sulit menemukan sikap penghargaan di lingkungan pendidikan, anak didik saat ini terbiasa dengan penggolonggan-penggolongan berdasarkan status sosial, ada si kaya dan ada si miskin. Sikap seperti itu menjadikan toleransi antara sesama menjadi sangat menyedihkan. Adanya penghargaan (sopan santun) dalam bertutur kata dan bersikap kepada orang lain diharapkan dapat menjadi cermin langsung bahwa sikap toleransi itu menjadi suatu hal yang penting dewasa ini. Bahwa penggolongan-penggolongan berdasarkan status sosial itu adalah hal yang merusak sifat-sifat kemanusiaan. Pendidikan berwarga Negara di dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara adanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup bernegara yang baik. Penyuluhan yang dilakukan tidak hanya dengan cara formil (mengajarkan cara menjadi warga Negara yang baik), tetapi dapat dengan cara-cara seperti gotong royong membersihkan lingkungan, siskamling dan cara-cara lain yang dapat mengajarkan secara langsung apa artinya tenggang rasa antara sesama manusia.

Implementasi sila kedua dalam kehidupan sehari-hari Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah-pecah, persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi suatu kebulatan. Persatuan Indonesia ini mencakup persatuan dalam arti Ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dengan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan daripada faham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta Kemanusiaan yang adil dan Beradab. Karena itu faham persatuan Indonesia tidaklah sempit, tetapi dalam arti menghargai bangsa lainsesuai dengan sifat kehidupan bangsa itu sendiri.

Nasionalisme Bangsa Indonesia mengatasi faham golongan, suku bangsa, dalam upaya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu negara yang padu, tidak terpecah-pecah. Hal ini sesuai dengan Alenia IV Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi : " Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.....".

Sebagai generasi muda, kita dapat menerapkan Sila ketiga dengan cara : 1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. 2. 3. 4. 5. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Cinta tanah air dan bangsa. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan tanah air Indonesia. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka

Tunggal Ika.

Implementasi sila ke-empat dalam kehidupan sehari-hari Sila ke-empat yang mana berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sebuah kalimat yang secara bahasa

membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi. Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis yang diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, secara lahiriyah sila ini menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam menjalankan setiap tindakan pemerintah. Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri. Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya, setiap apapun langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur dari, oleh dan untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang seharusnya terangkat ke permukaan sehingga menjadi realita yang membangun bangsa.

Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun sebagai generasi muda, kita dapat menerapkan sila ke-4 dari pancasila adalah; 1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. 2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. 3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil keputusan musyawarah. 4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain. 5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam musyawarah.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama. 8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.

Implementasi sila ke-lima dalam kehidupan sehari-hari Sila ke-5 ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan dan kebutuhan spiritual rohani sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Implementasi sila ke 5 ini dapat berupa: a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. Setiap manusia diharapkan berbuat baik satu sama lain sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi segala larangannya. b. Bersikap adil. Tidak pilih kasih, sesuai dengan kebutuhan manusia untuk hidup layakdan tidak diskriminatif terhadap sesama manusia yang akan ditolong. c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Manusia Indonesia diharapkan jangan hanya mendahulukan haknya saja seperti hidup bebas, perlakukan yang sama dan sebaginya, tetapi harus menyadari juga kewajibannya seperti membantu sesama, berhubungan baik dengan sesama. Jika hak dan kewajiban tersebut dapat berjalan dengan seimbang maka hidup damai dan rukun akan tercipta. d. Menghormati hak-hak orang lain. Diharapakn dalam butir ini setiap manusia dapat menghormati hak orang lain dan memberikan peluang atau kesempatan pada orang lain untuk memperoleh haknya. Contoh perbuatan yang tidak menghormati hak orang lain antara lain merusak tempat ibadah, mencuri, menyiksa orang dan lain sebagainya.

e. Suka memberi pertolongan pada orang lain. Butir ini adalah wujud dari pengembangan sikap dan budaya bangsa yang saling tolong menolong dan gotong royong. Banyak contoh yang bisa diambil dari sikap ini, anta lain membantu orang buta menyeberang jalan, memberi makan anak yatim dan orang miskin dan sebagainya. Sikap tersebut dapat menjauhkan diri dari sikap egois dan individulistis. f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. Ada istilah yang menyebutkan Homo Hominilupus yang artinya manusia dgn manusia lain memiliki sifat seperti serigala atau dengan kata lain manusia memakan manusia lain. Butir ini menghendaki supaya manusia Indonesia Bukanlah Homo Hominilupus tersebut. Contohnya antara lain melakukan perampokan, memberikan bunga terlalu tinggi dalam pinjaman, tidak memberikan upah yang layak pada buruh atau pekerja yang dipekerjakan dan lain sebagainya. g. Tidak bersikap boros. Pemborosan akan menguras sumber daya, menimbulkan banyak utang, dan menciptakan beban berat bagi masa depan. h. Tidak bergaya hidup mewah. Jangan bergaya dengan kemewahan tapi secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Ukuran mewah memang relatif tapi dapat disejajarkan dengan tingkat kehidupan dan keadilan pata setiap strata kebutuhan manusia. i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Setiap warga negara Indonesia diharapkan dapat menjaga kepentingan dan prasarana umum. Banyak perbuatan yang merugikan kepentingan umum seperti merusak telepon umum, merusak rambu lalu lintas dan lain sebagainya. j. Suka bekerja keras. Masyarakat Indonesia diharapkan dapat bekerja keras, berusaha secara maksimal dan jangan semata-mata pasrah dengan takdir. Harus ada usaha yang maksimal, setelah itu doa / berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa, seperti contoh : saat mau ujian, usaha keras seorang mahasiswa harus belajar terlebih dahulu, dan lain sebagainya.

k. Menghargai karya orang lain. Mengharagai karya orang lain adalah bagian dari penghargaan atas hak cipta, karena proses penciptaan membutuhkan suatu usaha yang keras maka harus dihargai. Contoh pelanggaran hak cipta atau tidak menghargai karya orang lai adalah pembajakan VCD, memfotokopi buku tanpa seizin pengarang atau penerbit, dan lain sebagainya. l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Keberhasilan tidak dapat dicapai dengan usaha sendiri, namun usaha bersama-sama akan menjamin pencapaian keberhasilan dan memperkecil resiko kegagalan..

Вам также может понравиться