Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
2
Ketika anda disodorkan brosur sebuah perguruan tinggi, maka pertanyaan pertama
yang harus anda sodorkan pada penyebar brosur tersebut adalah: berapa jumlah jurnal
ilmiah yang dihasilkan kampus ini yang telah terakreditasi Ditjen Dikti?
Pertanyaan ini barangkali terkesan konyol bahkan bagi kalangan kampus sendiri
namun beralasan mengingat, ternyata, Unesco memberikan predikat tertinggi dan
bergengsi bagi perguruan tinggi di belahan dunia manapun yang mampu menghasilkan
jurnal ilmiah yang terakreditasi dan sering dikutip (citation) oleh karya ilmiah lainnya.
Sementara, iming-iming rektor dari tokoh ini atau itu, ruang ber-AC, gedung megah,
dosen lulusan luar negeri, alumni yang berhasil menjadi tokoh ini atau itu, dan lain
sebagainya hanya dipandang sebelah mata oleh Unesco.
Buku yang ditulis dengan gaya bertutur ini mengalir lancar dari Dr. Wahyu
Wibowo, seorang dosen di salah satu PTS di Jakarta. Dia dengan sigap menegaskan fakta
tersebut seraya memberikan solusi bagaimana menulis jurnal ilmiah yang terakreditasi
secara utuh dengan menyertakan paradigma baru dalam menulis artikel ilmiah.
Kehidupan modern yang semakin mengarah kepada pemenuhan kebutuhan yang
serba cepat dan instan memang kerap mengaburkan arah tuju perguruan tinggi sehingga
gamang ketika harus menjalankan tri dharma perguruan tinggi.
Tidak sedikit perguruan di Indonesia seperti kehilangan pedoman dan gagap
ketika menghadapi tantangan industri. Seolah-olah, perguruan tinggi manut-manut saja
ketika dituntut oleh industri untuk mencetak tenaga petugas ticketing, pramugari, pelayan
restoran, atau pegawai bank, dsb. Padahal, perguruan tinggi dapat memainkan
pengaruhnya dengan menyarankan kepada dunia industri bahwa jika ingin menyerap
tenaga kerja yang hanya mengandalkan tenaga (“tukang”), sebaiknya industri menyerap
dari lulusan sekolah menengah kejuruan saja.
Sebab, perguruan tinggi (khususnya strata satu) sebenarnya dipersiapkan untuk
menghasilkan para pemikir yang kelak akan terus menerus mengembangkan paradigma
ilmu pengetahuan demi menjaga objektivitas kebenaran ilmu pengetahuan. Hasil
pemikiran dari para pemikir nanti inilah yang akan berguna untuk memperbaiki sistem
dalam industri, misalnya mengembangkan teknologi ticketing yang canggih, sistem
perbankan yang memenuhi syarat-syarat nilai-nilai kemanusiaan, dan mencerdaskan
sistem akuntansi keuangan pada perusahaan yang hingga hari ini masih berorientasi pada
ketertiban administrasi an sich ketimbang mendahului kewajiban memenuhi tanggung
jawab kepada sumber daya manusia yang tenaganya telah terlebih dahulu dimanfaatkan
oleh perusahaan.
Maka, jurnal ilmiah yang terakreditasi adalah kawah candradimuka sekaligus
muara dari segala akivitas para pemikir tersebut. Pada jurnal ilmiah, para pemikir
mendapat tempatnya yang bergengsi demi promosi diri, menelurkan hasil penelitian,
percobaan, atau perenungan akademik (x).
Namun, karena artikel pada jurnal ilmiah tidak hanya dimaksudkan sebagai
segmen pembaca yang sempit, tertentu, dan terbatas, sebuah artikel ilmiah harus tetap
3
RIKO, lahir di Jakarta, 29 Agustus 1978, bekerja sebagai Freelance Copywriter dan
Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Nasional, Jakarta. Artikelnya pernah
dimuat di koran Seputar Indonesia (mengenai Filsafat Bahasa).
4
Karya ilmiah dan penelitian yang pernah diterbitkan yaitu Nasionalisme Baru: Wacana
Kemerdekaan Pasca Reformasi (Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Labsospol UNAS) dan
Mendahulukan Yang Tertinggal 1 & 2 (Pusat Pemberdayaan Masyarakat UNAS bekerjasama
dengan Departmen Sosial).
Nomor sel: (021) 990 6 8877, 0852 852 86066 & surat-e: rikobidik@yahoo.co.id
www.ngobrol-hang-out.blogspot.com