Вы находитесь на странице: 1из 2

Di seluruh dunia dikenal lebih dari 2000 spesies ular, namun ular berbisa hanya dikenal 250 jenis.

Setiap tahunnya di seluruh dunia, ribuan orang meninggal akibat gigitan ular berbisa. Ciri-ciri dari ular yang berbisa adalah : 1. Bentuk kepala segi empat panjang 2. Gigi taring kecil 3. Bekas gigitan berupa luka halus berbentuk lengkungan Ciri-ciri ular yang tidak berbisa adalah : 1. Bentuk kepala segitiga 2. Memiliki dua taring besar di rahang atas 3. Luka gigitan utama akibat gigi taring Bisa ular (venom) terdiri dari 20 aau lebih komponen. 90%nya terdiri atas protein dan berbagai enzim. Sebagian bisa ular mengandung fosfolipase A yang menyebabkan neurotoksik presinaptik (meracuni saraf), rabdomiolisis (kerusakan otot), dan kerusakan endotel vaskular. Jenis bisa ular berdasarkan dampak yang ditimbulkannya yang banyak dijumpai di Indonesia adalah: 1. Hematotoksik (Racun terhadap darah). Jenis ularnya adalah ular hijau, ular tanah. Aktivitas bisa ular ini yakni menyebabkan perdarahan spontan dan kerusakan endotel. 2. Neurotoksik (Racun terhadap saraf). Jenis ularnya adalah ular welang, ular sendok, ular kobra, dan ular laut. Racun ini menyebabkan kelemahan otot dengan cara menempati reseptor asetilkolin atau mencegah pelepasan asetilkolin (neurotransmiter yang diperlukan untuk kontraksi otot). Selain itu, beberpaa spesies Viperidae dapat memproduksi rabdomiolisin dan menimbulkan nekrosis (kematian jaringan) pada tempat gigitan. Selain itu bisa ular juga dapat bersifat trombogenik (membentuk trombus), hemolitik (menghancurkan sel darah), sitotoksik (meracuni sel), antifibrin, antikoagulan, kardiotoksik (meracuni jantung), dan merusak pembuluh darah. Gambaran Klinis seseorang yang terkena bisa ular: 1. Gejala lokal: edema (bengkak), nyeri tekan, ekimosis (dalam 30 menit-24jam) 2. Gejala sistemik : penurunan tekanan darah, kelemahan otot, berkeringat, mual, mengigil, muntah, nyeri kepala, dll 3. Gejala khusus :

Hematotoksik : Perdarahan di tempat gigitan, paru, jantung, ginjal, hematuria (darah pada urin), dll Neurotoksik: hipertonik (kaku otot), fasikulasi, paresis, paralisis, dll Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah: Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, elektrolit, APTT, D-dimer, uji faal Pemeriksaan urin: Hematuria (darah pada urin), glikosuria (glukosa pada urin), proteinuria EKG Foto Polos dada

Penatalaksanaan: Sebelum dibawa ke rumah sakit


Istirahatkan Jangan berjalan ataupun minum alkohol Ikat daerah proksimal dan distal

Setelah tiba di rumah sakit


tatalaksana ABC Cek darah Berikan SABU (Serum Anti Bisa Ular)

Pedoman Terapi SABU didasarkan pada derajat gigitan ular


Derajat 0 : luka, tidak atau nyeri sedikit, dan edema < 3 cm/12 jam, tidak ada gejala sistemik Derajat 1 : luka, tidak atau nyeri sedikit, dan edema 3-12 cm/12 jam, tidak ada gejala sistemik Derajat 2 : luka, nyeri hebat, dan edema >12-25 cm/12 jam, ada gejala sistemik seperti mual, pusing, neurotoksik, syok Derajat 3 : luka, nyeri hebat, dan edema >25 cm/12 jam, ada gejala petekie, syok, ekimosis Derajat 4 : luka, nyeri hebat, dan bengkak pada lebih dari 1 eksremitas, disertai gejala gagal ginjal akut, koma, perdarahan.

Pada derajat 0 dan 1 tidak diberikan SABU dan evaluasi selama 12 jam. jika derajat 2 berikan 3-4 vial SABU, jika derajat 3 berikan 5-15 vial SABU, dan derajat 4 berikan 6-8 vial SABU. Teknik pemberian SABU 2 vial @ 5 ml IV dalam 500 ml NaCl 0,9% atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes/menit. Maksimal 20 vial. Indikasi pemberian SABU adalah bila timbul gejala sistemik dan edema (bengkak) yang hebat pada bagian luka. Sumber: Djunaedi D. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. 2009
http://www.berbagimanfaat.com/2012/05/pengobatan-gigitan-ular-berbisa-bisa.html

Вам также может понравиться