Вы находитесь на странице: 1из 12

Aborsi Dalam Kajian Psikologi dan Kesehatan

Yurika Fauzia W Weny Lestari Abstract : Abortions with non medics reasons in Indonesia are illegal acts. But the facts almost 11% death number of pregnancy and delivery women caused of illegal or unsaved abortions. And most of them happened to teen with unwanted pregnancy. Risk of unsaved abortions are pain and death, if they survive, there are other risks that they must take in the future. Risks on their health and psychological aspects. To Avoid unsaved abortions among teen, need hard work to create mutual atmosphere between government, society and individual. Recognized Health Reproductive Right through early education, to build access point that everyone could get the right information and service about sexual and reproductive health. Keyword : Abortion, health and psychological aspects, health reproductive rights. PENDAHULUAN Aborsi pun akhirnya menjadi buah simalakama di Indonesia.Di sisi lain aborsi dengan alasan non medik dilarang dengan keras di Indonesia tapi di sisi lainnya aborsi ilegal meningkatkan resiko kematian akibat kurangnya fasilitas dan prasarana medis, bahkan aborsi ilegal sebagian besarnya dilakukan dengan cara tradisonal yang semakin meningkatkan resiko tersebut. Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka kematian ibu hamil dan melahirkan, yang di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, sebuah angka yang cukup tinggi bahkan untuk ukuran Asia maupun dunia. Tapi ada satu hal yang perlu di garis bawahi mengenai hal ini.Angka kematian akibat aborsi itu adalah angka resmi dari pemerintah, sementara aborsi yang dilakukan remaja karena sebagian besarnya adalah aborsi ilegal. Praktek aborsi yang dilakukan remaja sebagaimana dilaporkan oleh sebuah media terbitan tanah air diperkirakan mencapai 5 juta kasus per tahun, sebuah jumlah yang sangat fantastis bahkan untuk ukuran dunia sekalipun. Dan karena ilegal aborsi yang dilakukan remaja ini sangat beresiko berakhir dengan kematian. DEFINISI ABORSI Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.

Kebanyakan

disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.(1) Ada tiga kenyataan tentang aborsi yang menyebabkan aborsi sebagai masalah kesehatan masyarakat yang harus mendapatkan perhatian, yaitu : (2) 1. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian wanita 2. Kebutuhan akan induksi aborsi merupakan kenyataan yang sering dan dijumpai terus menerus 3. Wanita tidak perlu meninggal karena aborsi yang tidak aman, oleh karena apabila induksi dilakukan secara benar dan higienis, maka tindakan aborsi akan aman DATA STATISTIK Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri khususnya di Amerika dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu hampir 2 juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika dari tiap-tiap perang adalah : (3)

Perang Vietnam 58.151 jiwa Perang Korea 54.246 jiwa Perang Dunia II 407.316 jiwa Perang Dunia I 116.708 jiwa Civil War (Perang Sipil) 498.332 jiwa Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah

orang yang meninggal dalam semua perang jika digabungkan sekaligus. Jumlah kematian karena aborsi melebihi semua kecelakaan Menurut James K. Glassman dari The Washington Post pada tahun 1996, jumlah kematian akibat aborsi 10 kali lebih banyak daripada semua kecelakaan yang masih ditambah kasus bunuh diri maupun pembunuhan. Data kecelakaan di Amerika menunjukkan: (3) Kecelakaan karena jatuh 12.000 Kecelakaan karena tenggelam 4.000 Kecelakaan karena keracunan 6.000 Kecelakaan mobil 40.000 Bunuh diri 30.000 Pembunuhan 25.000 Jumlah kematian karena aborsi selalu melebihi kematian karena kecelakaan, bunuh diri ataupun pembunuhan di seluruh dunia. Jumlah kematian karena aborsi melebihi segala penyakit Daniel S. Green dari Washington Post mengatakan bahwa pada tahun 1996, di Amerika setiap tahun ada 550.000 orang yang meninggal karena kanker dan 700.000 meninggal karena penyakit jantung. Jumlah ini tidak seberapa dibandingkan jumlah kematian karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di negara itu. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.(3) PELAKU ABORSI

Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapi gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam buku Facts of Life oleh Brian Clowes, Phd: Para wanita pelaku aborsi adalah: 1. Wanita Muda Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun. Usia Dibawah 15 tahun 15-17 tahun 18-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40 tahun keatas 2. Belum Menikah Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga. Waktu Aborsi Proses aborsi dilakukan pada berbagai tahap kehamilan. Menurut data statistik yang ada di Amerika, aborsi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi pada berbagai usia janin. (4) Usia Janin 13-15 minggu 16-20 minggu 21-26 minggu Setelah 26 minggu Kasus Aborsi 90.000 kasus 60.000 kasus 15.000 kasus 600 kasus Jumlah 14.200 154.500 224.000 527.700 334.900 188.500 90.400 23.800 % 0.9% 9.9% 14.4% 33.9% 21.5% 12.1% 5.8% 1.5%

ALASAN ABORSI

Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasanalasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja) Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah: Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain (75%) Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%) Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%) Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya. Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam kandungannya adalah boleh dan benar. Semua alasan-alasan ini tidak berdasar. Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita, yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.(5,6,7) TINDAKAN ABORSI 2 macam tindakan aborsi, yaitu: 1. Aborsi dilakukan sendiri. Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatanperbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin. 2. Aborsi dilakukan orang lain Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.

Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu: 1. kandungan 2. 3. 4. dan tidak tersisa 5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam

(1)

(2)

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.(8) KAJIAN KESEHATAN DAN PSIKOLOGI Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi: 1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2. Resiko gangguan psikologis Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu: 1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat 2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation) 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya 6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita) 7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) 8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 9. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya 11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)(9) Resiko Gangguan Psikologis Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami halhal seperti berikut ini: 1. Kehilangan harga diri (82%) 2. Berteriak-teriak histeris (51%) 3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 4. Ingin melakukan bunuh diri (28%) 5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%) 6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.(9) Selain kerugian stres psikologis yang telah disebutkan di atas, wanita yang melakukan aborsi juga mengalami kerugian waktu dan kerugian biaya dan beban individual yang lebih besar. Dalam keluarga, anak yang tidak memiliki ibu mungkin merupakan kondisi yang paling menyedihkan. Setiap tahun diperkirakan 1juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka (WHO, 2003). Anak-anak dengan ibu yang telah meninggal kurang mendapatkan perhatian dan perawatan dibandingkan dengan yang memiliki ibu yang masih hidup. Pro Live v.s Pro Choise Pada tahun 1996 terjadi peristiwa yang mengejutkan publik Amerika , Paul Hill seorang mantan pendeta Presbyterian menyerang klinik aborsi Ladies Center di Pensacola, Florida dan menembak mati dua orang dokter dan seorang perawat serta melukai beberapa orang lainnya. Peristiwa tersebut menandai titik ekstrim dari peseteruan kelompok pro live dan pro choise di Amerika Serikat. Isu aborsi yang terbagi dalam kedua mazhab besar ini bisa menyebabkan seorang politisi di Amerika Serikat naik atau terdepak dari kursinya. Perdebatan antara kedua kutub ini mulai terjadi ketika aborsi dilegalkan di Amerika Serikat pada tahun 1973. Pro Live berargumen bahwa setiap manusia termasuk yang belum lahir memiliki hak untuk hidup, dan hak seseorang untuk hidup merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia universal, sementara kelompok pro choise beranggapan bahwa seorang perempuan berhak menentukan pilihan atas tubuhnya, dan hak menentukan pilihan adalah hak asasi manusia yang harus dilindungi. Kubu pro choise semakin menguat bukan saja di Amerika melainkan juga di dunia pada masa Bill Clinton berkuasa. Kebijakan pemerintah Amerika Serikat pada waktu itu menguntungkan kubu pro choise diantaranya pengucuran dana pemerintah kepada klinik-klinik aborsi (yang kemudian dihentikan pada masa George W Bush berkuasa). Selain itu di dunia internasional pemerintah Amerika Serikat berhasil mensponsori dan mempengaruhi banyak negara di dunia untuk mendukung kebijakan yang condong ke kutub pro choise dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB dalam hal kependudukan, keluarga dan perempuan.(10) Kebijakan Aborsi di Indonesia Indonesia termasuk salah satu negara yang menentang pelegalan aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu kubu dengan negara-negara muslim dunia ,sebagian negara Amerika Latin dan Vatikan. Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas 8

alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh negara. Fatwa lembaga keagamaan pun rata-rata mendukung kebijakan pemerintah tersebut, misalnya fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa aborsi dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medik diharamkan. Akan tetapi bisakah Indonesia digolongkan dalam kubu pro live. Jawabnya bisa ya bisa tidak. Walaupun kebijakan pemerintah Indonesia dengan melarang parktek aborsi condong ke kubu pro live akan tetapi kebijakan lainnya justru mendorong terjadinya praktek aborsi. Diantaranya larangan bagi siswa/i yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan menengah untuk menikah. Kebijakan inilah yang mendorong terjadinya praktek aborsi, siswi yang hamil akan dikeluarkan dari sekolah dan dilarang untuk melanjutkan studynya, selain oleh karena tekanan orang tua, masyarakat dan lingku-ngan. Karena itulah aborsi menjadi pilihan terbaik dari yang terburuk yang bisa diambil oleh seorang remaja yang hamil di luar nikah. Analisis Pada bagian di atas, telah dijelaskan bahwa terdapat beberapa gangguan psikologis yang diakibatkan oleh aborsi. Selain ganguan-gangguan yang diakibatkan oleh aborsi, kia juga perlu memperhatikan bahwa dari sudut pandang psikologis aborsi juga merupakan suatu proses belajar. Media baik televisi, radio, maupun media cetak seringkali menjadi media pembelajaran dan pendorong bagi remaja untuk meakukan aborsi. Film dan televisi seringkali menampilkan bahwa orang yang telah melakukan aborsi tidak mendapatkan efek yang negative dari aborsi, bahkan aborsi digambarkan merupakan jalan yang terbaik dalam menyelesaikan permasalahan kehamilan di luar pernikahan. Beberapa kasus bahkan orang tua si anak yang menyuruh anak kandung mereka yang hamil di luar nikah untuk mengugurkan kandungannya. Alasan yang umum dan utama mengapa orang tua menyuruh anak mereka untuk melakukan aborsi adalah untuk menyelamatkan nama baik keluaga. Orang tua seringkali kurang empertimbangkan bahaya yang timbul akibat dari aborsi. Memang mencegah lebih baik daripada mengobati. Memberi pengetahuan mengenai beresikonya melakukan seks pra nikah atau sex bebas adalah salah satu metode paling tepat untuk menurunkan resiko kehamilan di luar nikah. Akan tetapi ketika nasi telah menjadi bubur apa tindakan kita. Apakah kita hanya terbatas pada menghukum dan menghakimi mereka saja. Kesalahan mereka tidak bisa dilepaskan dari kesalahan kita juga, baik sebagai orang tua, pendidik maupun komponen masyarakat lainnya. Oleh karena itulah perlu dicarikan sebuah solusi yang tepat dalam menangani masalah ini. Indonesia memang bukan 9

seperti negara maju, dimana mereka sudah berpengalaman dalam menangani masalahmasalah seperti ini dengan melibatkan semua pihak, baik orang tua, para guru, temantemannya di sekolah bahkan juga pemerintah. Sementara Indonesia yang merupakan negara yang bertransisi dari masyarakat tradisonalis ke masyarakat modern bahkan pra modern tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi persoalan ini. Sehingga aksi-aksi yang dilakukan pun lebih banyak merupakan aksi panik seperti halnya mengeluarkan siswi hamil tersebut. Resiko meningkatnya perilaku seks pra nikah dan seks bebas tidak dapat dihindari akibat perkembangan budaya modern dan meningkatnya usia pasangan nikah. Tapi sangat disayangkan apabila pemerintah dan juga kalangan pendidik dan komponen masyarakat tidak memiliki sebuah konsep yang terarah dan jelas untuk menghadap fenomena sosial ini. Peningkatan usia nikah harusnya juga diikuti dengan pembekalan mengenai sex pada kalangan remaja sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan menjauhi perilaku sex beresiko tersebut. Akan tetapi budaya sex tabu menempatkan kalangan remaja seperti anak kecil yang dipandang dan dianggap tidak perlu tau masalah sex. Selain itu perlu ada jaminan, bila memang pemerintah mengambil kebijakan pro live seharusnya diikuti kebijakankebijakan lain yang sifatnya melindungi hak kalangan remaja bila mereka mengalami kehamilan di luar nikah , diantaranya hak untuk meneruskan pendidikan, hak untuk mendapatkan fasilitas perawatan medis dan psikis yang memadai serta jaminan perawatan terhadap bayi yang akan dilahirkannya. Apabila jaminan-jaminan seperti ini tidak mampu disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat maupun komponen masyarakat lainnya termasuk orang tua dan pendidik, maka kebijakan pelarangan aborsi menjadi kontra produktif bagi remaja, dan pencegahan praktek aborsi ilegal oleh remaja menjadi sia-sia.(11) KESIMPULAN Tindakan aborsi seperti pisau bermata dua, seperti halnya pro-kontra yang terjadi antara pro life dan pro choise di dunia yang tidak ada titik temunya. Disatu pihak membela hak hidup janin yang dikandung apapun alasan keberadaan dia dan di pihak lain membela pilihan perempuan dalam hal ini adalah ibu untuk menentukan kehidupan yang lebih baik yang jauh dari stigma-stigma negatif yang biasa terjadi dikarenakan oleh kehamilan yang tidak diinginkan. Diluar itu tindakan aborsi yang tidak aman dapat mengakibatkan hal-hal yang berefek buruk secara kesehatan dan psikologis bagi sang ibu. Baik itu yang secara ekstrim bisa menyebabkan kesakitan dan kematian, maupun dampak-dampak jangka panjang bagi kesehatan fisik maupun psikologis. Untuk menghindari terjadinya kehamilan yang tidak 10

diinginkan yang kemudian memicu terjadinya aborsi yang tidak aman, diperlukan kerjasama yang baik dari seluruh komponen mulai dari pemerintah, masyarakat maupun individu, untuk memberikan pendidikan reproduksi yang benar terhadap remaja agar mereka mengetahui hakhak reproduksinya dengan benar dan tidak melakukan hal-hal yang cenderung merugikan bagi kehidupan mereka kelak. Dan pemerintah harus memberikan jaminan-jaminan akan ketersediaan fasilitas yang berkaitan dengan pendidikan reproduksi dan fasiltas kesehatan reproduksi yang menjamin keterjangkauan dari masyarakat khususnya remaja untuk mendapatkan akses dan informasi yang benar akan kesehatan reproduksinya. Masyarakat juga seharusnya membantu remaja untuk menciptakan kehidupan sosial dengan kontrol sosial yang benar sehingga remaja tidak sampai terjerumus dalam kehidupan seks bebas yang memicu terjadinya tindakan aborsi yang tidak aman. Pada akhirnya masing-masing individu remaja sendiri juga harus mengetahui dengan benar akan hak-hak kesehatan reproduksinya dengan cara mencari akses untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai hal tersebut. Dengan teredukasinya masyarakat dan individu remaja akan kesehatan reproduksi kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan menjadi terminimalisir, hal ini juga akan mengurangi angka kejadian aborsi yang tidak aman yang dapat menyebabkan resiko-resiko kesehatan fisik dan psikologis, disamping kesakitan dan kematian. DAFTAR PUSTAKA 1. ---, Definisi Aborsi, http://www.aborsi.org/definisi.htm 2. Burns A,Lovich R., 2000, Bahaya Aborsi dan Komplikasi Aborsi, Sandi Norman, editor, dalam judul Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan, Yayasan Esensial Medica, Penerbit Andi, Yogyakarta 3. ---, Data Statistik, http://www.aborsi.org/statistik.htm 4. ---, Pelaku Aborsi, http://www.aborsi.org/pelaku.htm 5. ---, Alasan Aborsi, http://www.aborsi.org/alasan.htm 6. Coeytaux F, Leonard A, Bloomer C, 1997, Aborsi, Kolinsky M, Timyan J, Gay J, editors, dalam judul, Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 7. Djaja, Sarimawar, Kebijakan dalam Kesehatan Reproduksi, Jaringan Epidemologi Nasional (JEN) dan Ford Foundation (ff), Jakarta 8. ---, Tindakan Aborsi, http://www.aborsi.org/tindakan.htm 9. ---, Resiko Aborsi, http://www.aborsi.org/resiko.htm

11

10. Soe

Tjen,

Aborsi

Pro

Life

atau

Pro

Choice,

http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0307/08/080509.htm 11. ---, Seks Remaja dan Aborsi, http://www.aborsi.org/artikel15.htm

12

Вам также может понравиться