Вы находитесь на странице: 1из 17

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografis Kondisi wilayah kerja UPT Puskesmas Way Panji sebagian besar areal pertanian dan perkebunan, dan tidak ada daerah perbukitan maupun pegunungan. Jarak UPT Puskesmas Way Panji dengan kabupaten Lampung Selatan (Kalianda) 17 km dan 7 km dari jalan lintas Sumatera, sedangkan semua akses untuk menempuh wilayah kerja UPT Puskesmas Way panji melalui jalan darat. Adapun luas wilayah kerja UPT Puskesmas Way Panji 38,45 km2 yang meliputi 4 desa sejak tahun 2008. Daerah yang terluas adalah desa Sidoharjo dengan luas wilayah 13,13 km atau sekitar 34,1% dari luas total wilayah kerja UPT Puskesmas Way Panji , sedangkan Desa Sidomakmur merupakan daerah yang memiliki wilayah yang paling kecil yaitu seluas 5,35 km atau sekitar 13,9% dari luas total wilayah kerja UPT Puskesmas Way Panji. Wilayah administrative UPT Puskesmas Way Panji Kec. Way Panji Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas Titiwangi.

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas Way Urang.

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas Sidomulyo. 53

54

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan wilayah kerja UPT Puskesmas Bumidaya.

4.1.2 Topografi Wilayah kerja UPT Puskesmas Way Panji merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 100 m diatas permukaan laut, dengan keadaan tanah sebagian besar tanah persawahan sehingga dijadikan daerah perladangan untuk menanam palawija dan persawahan yang tergantung curah hujan. Pada umumnya seluruh wilayah kerja UPT Puskesmas Way Panji dapat dijangkau oleh kendaraan roda 2 dan 4. UPT Puskesmas Way Panji terletak di tengah-tengah desa Sidoharjo, jarak antara desa dengan Puskesmas yang terdekat adalah 0,5 km dan yang terjauh dusun Sumber Sari yang terletak di desa Balinuraga + 10-15 km. Jalan menuju ke Ibukota Propinsi dan Ibukota Kabupaten seluruhnya berupa jalan aspal, kecuali sebagian desa-desa yang berada cukup jauh dari Puskesmas, masih berupa jalan batu dan tanah. Jarak antara UPT Puskesmas Way Panji ke Ibukota Kabupaten + 17 Km sedangkan ke Ibukota Propinsi + 70 Km. 4.1.3 Demografi Jumlah Penduduk diwilayah UPT Puskesmas Way Panji tahun 2011 adalah sebesar 17.039 jiwa. Penyebaran penduduk diwilayah UPT Puskesmas Way Panji belum benar-benar merata. Wilayah terpadat di Desa Sidoharjo dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 7 jiwa per km. Sementara itu jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2011 terdapat di desa Sidoharjo dengan 9.444 jiwa atau sekitar 55,43% dari total jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Desa Sidoreno yaitu 1.992 jiwa atau sekitar 11,69 % dari total jumlah penduduk.

55

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Ratio jenis kelamin penduduk di wilayah UPT Puskesmas Way Panji pada tahun 2011 dengan seks ratio antara penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 2011 adalah sebesar 8.633 : 8.406. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Alat kontrasepsi yang digunakan oleh PUS Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi PUS Menurut Alat Kontrasepsi Yang Digunakan di Puskesmas Way Panji, Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012
Alat Kontrasepsi Yang Digunakan IUD Non IUD Total Frekuensi 16 160 176 Kasus Persentase (%) 9,1 90,9 100,0

Tabel diatas terlihat bahwa PUS di Wilayah Puskesmas Way Panji penggunaan Kontrasepsi Non IUD jauh lebih banyak dibandingkan dengan akseptor IUD yaitu sebesar 160 (90,9%) dan Akseptor KB IUD sebanyak 16 (9,1%). 4.2.2 Pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi PUS Menurut Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Di puskesmas Way Panji, Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012
Pengetahuan Baik Kurang Total Kasus Frekuensi Persentase (%) 117 66,5 59 33,5 176 100,0

56

Tabel diatas tergambar bahwa PUS di wilayah Puskesmas Way Panji memiliki pengetahuan baik yang lebih besar di banding pengetahuan yang kurang tentang alat kontrasepsi Spiral / IUD yaitu sebesar 66,5 % 4.2.3 Sikap PUS terhadap kontrasepsi IUD Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi PUS Menurut Sikap Terhadap Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Di puskesmas Way Panji, Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012
Sikap Positif Negatif Total Frekuensi 74 102 176 Kasus Persentase (%) 42,0 58,0 100,0

Tabel diatas tergambar bahwa sikap PUS di wilayah Puskesmas Way Panji sebagian besar bersikap negatif terhadap kontrasepsi spiral / IUD yaitu sebesar 58,0%. 4.2.4. Hubungan pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan alat kontrasepsi Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012
Penggunaan Kontrasepsi IUD Non IUD n % n % 14 8,0 103 58,5 2 1,1 57 32,4 16 9,1 160 90,9 Total n 117 59 176 % 66,5 33,5 100,0 OR 95% CI 3.874 (1.85017.650)

Pengetahuan Baik Kurang Total

p-value

0,044

Tabel diatas diketahui PUS yang memiliki pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi IUD dan menggunakan alat kontrasepsi IUD sebanyak 14 (8,0 %). PUS yang memiliki pengetahuan yang kurang pada PUS pengguna IUD sebanyak

57

2 (1,1%) pada PUS pengguna alat kontrasepsi Non IUD sebanyak 103 PUS (58,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang alat kontrasepsi IUD dan sebanyak 57 (32,4 %) PUS yang bukan akseptor IUD memiliki pengetahuan yang kurang tentang kontrasepsi IUD. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0.044 yang berarti p < = 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD diPuskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung selatan Tahun2012. Dengan Nilai OR 3,874 berarti PUS dengan pengetahuan yang baik memiliki peluang 3,874 kali lebih besar untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD dibandingkan dengan PUS yang memiliki pengetahuan yang kurang. 4.2.5 Hubungan sikap PUS terhadap alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan alat kontrasepsi Tabel 4.5 Hubungan Sikap PUS Terhadap Alat Kontrasepsi IUD Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012
Sikap Positif Negatif Total Penggunaan Kontrasepsi IUD Non IUD n % n % 10 5,7 64 36,4 3 1,7 99 56,2 13 7,4 163 92,6 Total n 74 102 176 % 42,0 58,0 100,0 p-value 0.019 OR 95% CI 5.156 (1.367 19.456 )

Tabel diatas tergambar PUS yang memiliki sikap positif dan menggunakan IUD sebanyak 10 PUS (5,7%), PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi IUD namun memiliki sikap yang positif terhadap kontrasepsi IUD sebanyak 64 PUS (36,4%). PUS yang memiliki sikap negatif dan PUS tersebut merupakan akseptor KB IUD adalah sebesar 3 (1,7 %) dan sikap negatif terhadap kontrasepsi IUD

58

pada akseptor yang bukan menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 99 PUS (56,2 %). Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,019 yang berarti p< = 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Dengan nilai OR 5.156 berarti PUS dengan sikap yang positif memiliki peluang 5.156 kali lebih besar untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD

dibandingkan dengan PUS yang memiliki sikap negatif. 4.3 Pembahasan

4.3.1 Alat kontrasepsi yang digunakan Tabel 4.1 terlihat bahwa PUS di Wilayah Puskesmas Way Panji penggunaan Kontrasepsi Non IUD (Implan, Suntik, Pil dan Kondom) jauh lebih banyak

dibandingkan dengan akseptor IUD yaitu sebesar 160 (90,9%) dan Akseptor KB IUD sebanyak 16 (9,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green (2005), yang menyatakan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat sosial ekonomi masyarakat. Cakupan yang ada di wilayah kabupaten lampung selatan pada akseptor KB IUD adalah sebesar 11,56% ,jika dibandingkan di Puskesmas Way Panji jauh lebih kecil dari cakupan yang ada di kabupaten Lampung Selatan. Sehingga dapat terlihat bahwa untuk penggunaan kontrasepsi spiral masih tergolong rendah.

59

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Yuni Pratiwi, yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor Kb Tentang IUD Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD Di BPS Yosi Trihana Joton Jogonalan Klaten (2010) . Akseptor KB yang tidak memakai IUD sebanyak 166 orang (97,1%), namun tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Intan Agria Ratnaningtyas (2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang metode Kontrasepsi dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di RW III Desa Karang sari Ngawi, dengan hasil sebagian besar PUS menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 55,7% Fenomena penggunaan alat kontrasepsi Non IUD tersebut menurut analisa penulis berhubungan dengan cerita dari pengalaman seseorang dalam penggunaan kontrasepsi yang berdampak pada pola pikir dan proses dalam mengolah informasi serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketidaksamaan hasil penelitian dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain perbedaan karakteristik tempat/wilayah, waktu, PUS yang diteliti. 4.3.2 Pengetahuan PUS tentang kontrasepsi IUD Tabel 4.2 tergambar bahwa PUS di wilayah Puskesmas Way Panji memiliki pengetahuan baik yang lebih besar di banding pengetahuan yang kurang tentang alat kontrasepsi Spiral / IUD yaitu sebesar 66,5 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

60

indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Intan Agria Ratnaningtyas (2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang metode Kontrasepsi dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di RW III Desa Karang sari Ngawi, dengan hasil sebagian besar PUS memiliki pengetahuan cukup sebanyak 45,5%. Dan penelitian dari Nunung Yuni Pratiwi, yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor Kb Tentang IUD Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD Di BPS Yosi Trihana Joton Jogonalan Klaten (2010). Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan akseptor KB tentang IUD di BPS Yosi Trihana adalah cukup baik sebanyak 100 orang (58,5%), baik sebanyak 39 orang (22,8%), dan kurang sebanyak 32 orang (18,7%). Hasil yang didapat ini (pengetahuan yang baik tentang alat kontrasepsi spiral ) menurut peneliti bisa disebabkan karena banyak nya informasi tentang kontrasepsi IUD yang ada baik dari koran, berita di televisi, dan lain-lain. menambah pengetahuan PUS itu sendiri tentang kontrasepsi IUD selain informasi yang didapat dari petugas kesehatan yang ada. 4.3.3 Sikap PUS terhadap Kontrasepsi IUD Tabel 4.3 tergambar bahwa sikap PUS di wilayah Puskesmas Way Panji sebagian besar bersikap negatif terhadap kontrasepsi spiral / IUD yaitu sebesar 58,0%. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, sikap

61

merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Hasil penelitian ini berbeda dengan Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Yuni Pratiwi, yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor Kb Tentang IUD Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD Di BPS Yosi Trihana Joton Jogonalan Klaten (2010 ). Dengan hasil sebagian besar PUS memiliki sikap yang mendukung 60,7%. Hasil penelitian yang didapat ini menurut peneliti kemungkinan besar sikap negatif yang timbul pada penggunaan kontrasepsi IUD adalah informasi yang didapat salah seperti : pemasangan IUD yang susah karena harus menggunakan alat yang dimasukkan dalam rahim, sangat merepotkan, mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, kontrasepsi yang mahal, selesai pemasangan timbulnya komplikasi seperti sakit perut, perdarahan, hubungan sex yang menjadi tidak nyaman dan lain-lain maupun pengalaman buruk seseorang yang menggunakan alat kontrasepsi IUD sehingga

mempengaruhi sikap akseptor lain untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Ketidaksesuaian hasil pada bagian sikap ini antara peneliti dengan peneliti yang lain dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : karakteristik PUS, karakteristik tempat peneliti, wilayah peneliti, dan lain-lain. 4.3.4 Hubungan pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0.044 yang berarti p < = 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

62

pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD diPuskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun2012. Dengan Nilai OR 3.874 berarti PUS dengan pengetahuan yang baik memiliki peluang 3.874 kali lebih besar untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD dibandingkan dengan PUS yang memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan PUS yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green (2005), yang menyatakan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat sosial ekonomi masyarakat. Teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, masih pendapat Notoadmodjo (2007) Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Intan Agria Ratnaningtyas (2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang metode Kontrasepsi dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di RW III Desa Karang sari Ngawi, dengan hasil terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi dengan pemakaian

63

kontrasepsi dengan p_value = 0,027, namun berbeda dengan Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Yuni Pratiwi, yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor Kb Tentang IUD Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD Di BPS Yosi Trihana Joton Jogonalan Klaten (2010) tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan akseptor KB tentang IUD dengan pemakaian alat kontrasepsi IUD di BPS Yosi Trihana Joton Jogonalan Klaten ditunjukan dengan hasil analisa kendall tau p : 0,195. Hasil penelitian yang didapat ini menurut peneliti, banyak ataupun sedikitnya informasi yang didapat tergantung dengan orang tersebut bagaimana mengolah informasi yang di dapat, Sehingga walaupun informasi yang didapat cukup baik, namun belum tentu orang tersebut bersedia untuk menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhinya antara lain ; cerita dari pengalaman orang lain, adat istiadat/tradisi, umur, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan. 4.3.5 Hubungan sikap PUS terhadap alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,019 yang berarti p< = 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Dengan nilai OR 5.156 berarti PUS dengan sikap yang positif memiliki peluang 5.156 kali lebih besar untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD

dibandingkan dengan PUS yang memiliki sikap negatif.

64

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2007) berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Menurut Bloom (1956) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007) mengatakan agar seseorang dapat melakukan suatu prosedur yang baik harus sudah ada tingkat pengetahuan aplikasi. Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi yang sebenarnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang baik maka ibu akan mampu mengaplikasikan materi tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat sesuai denga kebutuhan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Green (2005) yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi; (2) faktor pendukung (enabling faktor)yang terwujud dalam ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindea, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta. Fasilitas pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan; (3) faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam faktor

65

sikap dan perilaku tokoh masyarakat (TOMA), tokoh agama (TOGA), sikap dan perilaku petugas kesehatan termasuk disini undang undang, peraturan peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan kesehatan. Untuk perilaku sehat, kadang kadang bukan hanya semata mata memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif dan dukungan fasilitas saja melinkan diperlukan perilaku acuan (contoh) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terutama petugas kesehatan. Oleh sebab itu intervensi pendidikan (promosi) dimulai dengan mendiagnosis tiga faktor penyebab kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut. Green (2005) berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Intan Agria Ratnaningtyas (2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang metode Kontrasepsi dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di RW III Desa Karang sari Ngawi, dengan hasil ada hubungan antara sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim dengan p-value 0,045. Menurut peneliti Peranan petugas kesehatan dalam memberikan informasi yang tepat tentang efektifitas alat kontrasepsi IUD pada dasarnya berhubungan dengan sikap dan pengetahuan ibu tentang masalah dan kebutuhan kesehatannya. Sebelum melaksanakan suatu tindakan atau kegiatan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungannya yang membutuhkan suatu penghayatan atau pengetahuan tentang obyek atau masalah tersebut. Disini faktor pengetahuan sangat diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang dilakukan karena kegiatan tersebut akan berakhibat pada dirinya sendiri.

66

Peneliti mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat bahwa dengan pengaruh dari orang orang terdekat dan lingkungan sekitar, pola komunikasi dan interaksi dengan orang terdekat dan para tetangga dapat mempengaruhi keyakinan dan sikap para PUS terhadap alat kontrasepsi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan para PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan. Pengetahuan dan sikap orang terdekat merupakan salah satu faktor yang cukup penting. Orang terdekat seperti suami dan orang tua berperan dalam memberi dorongan dan masukan bagi akseptor dalam menentukan alat kontrasepsi yang efektif dan sesuai kebutuhan. Pengetahuan yang baik dan sikap positif dari orang orang terdekat akseptor seperti suami, orang tua dan tetangga akan membentuk keyakinan dan sikap PUS. Selain itu pengalaman dari orang tua dan tetangga sekitar dapat dijadikan referensi dan rujukan sehingga akan memunculkan perilaku penggunaan alat kontrasepsi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan PUS.

67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Peneliti menyimpulkan bahwa Sebagian besar PUS di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan menggunakan alat kontrasepsi Non IUD, memiliki pengetahuan yang baik tentang alat kontrasepsi spiral (IUD), memiliki sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi spiral (IUD). Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang alat kontrasepsi IUD dengan penggunaan alat kontrasepsi di Puskesmas Way Panji Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Puskesmas Way Panji Hasil penelitian ini dapat digunakan : a. Untuk pengetahuan dapat dilakukan dengan cara : misalnya lebih

mengintensifkan lagi penyuluh tentang alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas, mengaktifkan kembali pelatihan kader tentang alat kontrasepsi IUD, penyuluhan melalui posyandu, strategi penyuluhan yang efektif sehingga menjadi tepat sasaran dimana lebih banyak diberikan gambar-gambar yang menarik , penyampaian materi yang tidak monoton lebih interaktif, sosialisasi tentang manfaat dan keuntungan memakai alat kontrasepsi IUD untuk mencapai derajat kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

70

68

b. Untuk Sikap negatif yang ada pada PUS dapat dilakukan dengan cara meluruskan kembali informasi-informasi yang salah dari informasi yang didapat, memberikan contoh langsung seperti akseptor KB IUD yang berhasil sehingga dapat memberikan efek sikap yang positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD, sehingga dapat membuat perubahan dari sikap negatif menjadi sikap yang positif yang akhirnya mendorong PUS tersebut untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Bekerja sama dengan berbagai sponsor atau instansi yang terkait untuk mengadakan program pemasangan kontrasepsi IUD yang tidak dipungut biaya sehingga PUS bisa langsung dapat memanfaatkan program tersebut. 5.2.2 Bagi obyek penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan referensi bagi akseptor KB dalam menentukan alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kesehatannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang sudah didapat oleh PUS dan juga dapat merubah sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi menjadi sikap yang positif. 5.2.3 Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengalaman, memperluas wawasan tentang penelitian tersebut dan keterampilan menganalisis, mengolah data secara kreatif dari hasil penelitian yang diperoleh sehingga dapat diterapkan dalam dunia nyata ditengah-tengah masyarakat.

69

5.2.4 Bagi Peneliti Lanjutan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang serupa namun dengan menggunakan variabel lain yang belum peneliti lakukan seperti : kepercayaan, keyakinan, perilaku dan sikap petugas kesehatan, informasi kesehatan, dukungan petugas kesehatan, peraturan kesehatan, fasilitas kesehatan, sarana kesehatan dan ketersediaan sumber daya.

Вам также может понравиться