Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 5 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. ANDI SUCI KUMALA SARI ( K1A109064 ) ALMINSYAH ( K1A110025 ) AULIA ULFA RAMDANI ( K1A110080 ) AULIA FADHILAH TASRUDIN ( K1A110068 ) ANDI FAHRIANTI ( K1A110012) DIAN SARI ENIMOSA (K1A110044 ) HARNITA ( K1A110056 ) LUCKY NURFITRIYAH ( K1A110050 ) NURFAJRYANTI RAMLI ( K1A110006 ) NUR INDRIA RESKY ( K1A110032 ) NOFRYANTI RESTU HANDAYANI ( K1A110074 ) SITTI NURSANTI ( K1A110038 ) VANIA TRSYA SILONDAE (K1A110062 ) ZUREZKY YUANA YAFIE ( K1A110019 )
SKENARIO
Seorang pria 48 tahun dibawa ke PUSKESMAS diantaar oleh polisi. Ia ditemukan tewas pagi ini sekitar pukul 7 pagi disekitar daerah dimana sehari sebelumnya polisi melakukan penggerebekan perjudian ilegal. Beberapa bunyi tembakan terdengar saat itu, namun tidak ada seorang punyang dilaporkan tertembak.
Kata/kaliat Kunci : 1. Laki laki 48 tahun 2. Ditemukan tewas pukul 7 pagi ini,disekitar daerah pengrebekan perjudian illegal. 3. Sehari sebelumnya polisi melakukan pengrebekan perjudian illegal 4. Beberapa tembakan terdengar , tidak ada seorangpun dilaporkan tertembak. Pertanyaan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bagaimana hubungan luka dengan histologi , fisiologi dari scenario ? Menjelaskan patomekanisme luka/trauma ? Karakteristik luka secara umum ? Menjelaskan karakteristik luka pada scenario ? Menjelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada scenario ? Menjelaskan waktu terjadinya luka/trauma ? Jelaskan apakah luka tersebut sebelum atau sesudah kematian ? Menetapkan penyebab kematian paling mungkin dengan pendekatan (PMA) ? Menjelaskan keparahan /derajat luka yang ditemukan sesuai hokum yang berlaku ?
Jawaban :
Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan : Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi SUBKUTIS Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber. VASKULARISASI KULIT Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis FISIOLOGI KULIT Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperature meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. PENYEMBUHAN LUKA Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas
adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini : a. Fase inflamasi Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen. b. Fase proliferasi atau fibroplasi Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjolperannya. Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi c. Fase remodeling atau maturasi Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik faktor luar maupun dalam.
sehingga lokasi luka memar letaknya mungkin jauh dari letak benturan (Budiyanto dkk 1997). Letak, bentuk, luas dan adanya luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti (Budiyanto dkk 1997 & Kumar et all 2007) : 1. Besarnya kekuatan - Semakin besar kekuatan yang diterima maka akan adanya luka memar lebih besar. 2. Kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak) - Semakin sedikit kandungan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak maka semakin mudah juga adanya luka memar. 3. Usia - Semakin usia tua maka lebih mudah adanya luka memar, karena pada usia tua lapisan kulit (epidermis dan dermis) lebih tipis, keelastisitas kulit, dan pembuluh darah pada usia tua sudah rapuh. 4. Jenis kelamin - Pada wanita lebih mudah untuk menimbulkan adanya luka memar, karena lapisan kulit pada wanita lebih tipis. 5. Corak dan Warna kulit - Memar akan mudah terlihat pada kulit yang berwarna lebihterang/putih. 6. Kerapuhan Pembuluh darah - Semakin rapuh pembuluh darah maka semakin mudah adanya luka memar, ini sejalan dengan bertambahnya umur. 7. Lokasi - Lokasi yang memiliki pembuluh darah lebih banyak semakin memudah adanya luka memar.
Secara histologi Kulit manusia terdiri atas 2 lapisan, yaitu epidermis yang merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dan dermis yang mempunyai korium berupa jaringan ikat (Paparo LL 1996).Lapisan kulit pada perempuan lebih tipis dibandingkan laki-laki (Snell RS2006).Dermis terdiri atas jaringan ikat padat yang mengandung banyak pembuluh darah, pembuluh limfatik, dan saraf.Dibawah bagian epidermis dan dermis terdapat hipodermis (Subkutan/Fasia superficial) / lapisan bawah kulit yang merupakan bukan bagian dari kulit, tetapi sebagai perluasan bagian dalam dermis yang mempunyai jaringan ikat longgar dan lemak (Paparo LL 1996).Dengan adanya jaringan ikat longgar ini memungkinkan keleluasaan gerak kulit diatasnya, kecuali pada telapak tangan dan kaki karena pada lokasi tersebut tergolong kulit tebal dan memiliki jaringan ikat longgar yang serat-seratnya saling mencekram sehingga keleluasaan gerak terbatas (Paparo LL 1996).Kepadatan dan susunan lapisan subkutanmenentukan morbilitas kulit dibawahnya (Paparo LL 1996).Jaringan ikat longgar berfungsi juga untuk melekatkan jaringan epitel ke struktur dibawahnya Sel lemak juga terdapat disini yang jumlahnya lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi jumlah sel lemak tergantung pada keadaan gizi (Sherwood 2001). Pada bayi, luka memar cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang longgar dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan penurunan struktur dan ketebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah mudah rapuh dan kurang terlindung (Budiyanto dkk 1997). Usia luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya (Budiyanto dkk 1997). Pada saat timbul, memarberwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari (Budiyanto dkk 1997). Itu semua disebabkan oleh aktivitas dari hemoglobin (Kumar et all 2007). Dimana hemoglobin ini akan keluar ke ruang ekstravaskular akibat dari kekerasan benda tumpul. Setelah itu Hb akan di fagositosis oleh makrofag dan degradasi yang berurutan dari Hb kemudian menjadi biliverdin lalu bilirubin dan terakhir menjadi hemosiderin (Who Do BruisesChange Colour ? and Other Question about Blood 2003). Dimana Hb ini akan memberikan warna merah pada memar, biliverdin memberikan warna hijau, bilirubin memberikan warna kuning, dan hemosiderin
memberikanwarna emas/warna coklat (Gordon, Sharon, and Varquis, N 2002). Selain itu juga perubahan itu disebabkan oleh faktor oksigen, dimana ketika perubahan dari merah ke biru disebabkan Hb yang kehilangan oksigen dan ketika hijau berubah menjadi kuning yangmerupakan disintegrasi dan penyerapan darah secara bertahap (Royston, Angela, FL 2004). Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian (Knight 1996). Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah dibawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman (Knight 1996). Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren (Knight 1996).Pada identifikasi forensik jenazah terkadang antara luka memar dengan lebam mayat sulit dibedakan, karena keduanya secara kasat mata terlihat berwarna merah kehitam-hitaman.Cara membedakannya adalah dengan melakukan penyayatan pada lokasi adanya luka memar ataupun lebam mayat (Budiyanto 1997).Setelah dilakukannya penyayatan maka langkah selanjunya adalah dengan mengaliri daerah luka memar ataupun lebam mayatnya dengan air yang mengalir (Budiyanto 1997). Maka pada luka memar penampang sayatan yang dialiri air akan tetap memberikan gambaran yang merah kehitam-hitaman dan darah akan tetap mengalir dikarenakan pada luka memar tumpukan darah terjadi di ruang ekstravaskular karena robeknya pembuluh darah, sedangkan pada lebam mayat setelah dialiri air maka, pada lebam mayat penampang sayatan akan terlihat bersih dan tidak ada darah yang mengalir dikarenakan pada lebam mayat tumpukan darah terjadi di ruang intravaskular karena warna merah kehitam-hitamannya hanya berasal dari tumpukan eritrosit di bagian terbawah tubuh di vena dan venulanya (Budiyanto 1997).
2. Luka Lecet Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.Misalnya pada kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression, impakabrasion), dan geser. 1. Luka Lecet Gores/Scratch : Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi. Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak menyobek bukan mengiris. 2. Luka Lecet Serut (Graze) : Adalah variasi dari luka gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. 3. Luka Lecet Tekan : Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dan sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati. 4. Luka Lecet Geser Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta korban pecut. 3. Luka Robek Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka robek disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit (Catanese 2010).Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Catanese 2010). Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,
tampak jembatan jaringan antar kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, seiring tampak luka lecet atau lukamemar di sisi luka, ujung luka tidak runcing, akar rambut tampak hancur atau tercabut.
1. Luka Iris (Incised Wound) Luka iris adalah luka yang panjang tetapi dangkal dengan pinggirluka yang rata Disebabkan gerakan menyayat dengan memakai benda tajam seperti pisau atau silet. Karena gerakan tersebut, luka biasa tidak dalam. Ciri-ciri luka iris: Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka Tepi luka rata, ujung luka runcing Rambut ikut teriris Tidak ada jembatan jaringan Perdarahan lebih banyak bila pembuluh darah ikut teriris Semua senjata bermata tajam berpotensi sebagai penyebab luka iris sehingga identifikasi alat tidak bermakna. 2. Luka Tusuk (Stab Wound)
Diakibatkan oleh benda tajam/benda runcing,mengenai tubuh dengan arah tegak lurus/kurang lebih tegak lurus. Merupakan luka terbuka, kedalaman luka lebih daripada panjang luka. Tepi luka biasanya rata dengan sudut luka yang runcing pada sisi tajam benda penyebab luka tusuk.
3. Luka Bacok (Chop Wound) Luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam atau agak tumpul, yang berat atau ukurannya besar, akibat suatu ayunan yang disertai tenaga yang besar.Contoh benda : golok, mandau, kapak, clurit, pedang, sabit, baling-baling kapal.Dapat memotong, merobek dan menghancurkan tulang.Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok. Ciri-ciri Luka Bacok: Ukuran luka biasanya besar Tepi luka tergantung pada mata senjata Sudut luka tergantung pada mata senjata Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang. Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan. Di sekitar luka dapat kita temukan luka memar (contussion) atau luka lecet (abrasion) atau aberasi.
1.
Luka Tembak Masuk: luka tembak tempel luka tembak jarak dekat luka tembak jarak jauh
Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar Luka tembak masuk Ukurannya kecil (berupa karena satu peluru Luka tembak keluar Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur masuk, dibandingkan karena luka tembak peluru
titik/stelata/bintang),
kecepatan
berkurang
hingga
menyebabkan
robekan jaringan. Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluru menmebus kulit dari luar Pinggiran luka mengalami abrasi Bisa tampak kelim lemak. Pakaian masuk kedalam luka, dibawa oleh peluru yang masuk. Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada Pinggiran luka tidak mengalami abrasi. Tidak terdapat kelim lemak Tidak ada Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru menuju keluar.
terbakar, kelim tato atau jelaga. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak bagus bentuknya. kerucut seperti gambaran mirip
Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada akibat adanya zat karbon monoksida. Disekitar luka tampak kelim ekimosis. Luka tembak masuk Perdarahan hanya sedikit. Tidak ada Luka tembak keluar Perdarahan lebih banyak
Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api : Jenis peluru Kecepatan peluru Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan 1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan kulit : Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk mengalami laserasi Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar. Rambut di sekitar luka hangus. Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata. Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih di sekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak terdapat bagian kehitaman pada kulit. 2. Tembakan jarak dekat Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit. Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus. 3. Tembakan jarak jauh Jaraknya adalah di atas 45 cm. Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru. Kehitaman atau kelim tato tidak ada
Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan pada lubang tempat masuk dan menyebabkan lecet, maka di sebut kelim lecet.
jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan tubuh lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
3.
ukuran dan bentuk lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya luka bakar lipatan kulit, utuh atau tidak tekanan ujung senjata grains powder deposit bubuk hitam, termasuk korona tattoo metal stippling
4.
Perubahan
6.
penetrasi organ arah kerusakan sekunder kerusakan organ individu titik penyembuhan tipe misil tanda identifikasi susunan
7.
Luka keluar
lokasi karakteristik
berdasarkan data diatas maka deskripsi luka pada scenario adalah lokasi : tidak dapat ditentukan bentuk : bundar/seperti lingkaran warna : hitam ukuran : +/- 1 cm tepi : tidak rata luka tembak masuk dan luka tembak jarak jauh
Perubahan post mortem : Kulit wajah pucat : krn sirkulasi berhenti, darah mengendap terutama pembuluh darah besar Relaksasi primer : krn tonus otot tidak ada rahang bawah melorot Perubahan pada mata : pandangan mata kosong, refleks (-) 10-12 jam keruh kornea Penurunan suhu mayat (algor mortis): karena perpindahan panas ke dingin melalui konduksi, konveksi dan radiasi serta evaporasi
Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus Post Mortem Interval (PMI) oleh Glaister dan Rentoul : Formula untuk suhu dalam derajat Celcius PMI = 37 o C - RT o C +3 Formula untuk suhu dalam derajat Fahrenheit PMI = 98,6 o F - RT o F Perubahan biokimia Ada 3 contoh perubahan biokimia pada fase lanjut post mortem, yaitu : 1. Perubahan plasma, yaitu peningkatan kadar kalium, pospor, CO & asam laktat dan penurunan kadar glukosa & pH. 1. Perubahan humor vitreus yang berupa peningkatan kadar kalium yang terjadi antara 24 sampai 100 jam post mortem. 2. Perubahan jantung berupa adanya chicken fat clot (bekuan lemak ayam) yaitu bekuan darah post mortem menyerupai lemak ayam yang berwarna merah kekuningan. Bekuan ini biasanya kita temukan pada jantung mayat yang mati dengan proses kematian lama.
Perubahan pada kulit : Lebam mayat (livor mortis, post mortum lividity, post mortum suggilation, post mortum hypostasis) : terjadi karena pengendapan butir-butir ertirosit karena adanya gaya gravitasi sesuai dengan tubuh, berwarna biru ungu tetapi masih dalam pembuluh darah. Timbul 20-30 menit dan setelah 6-8 jam lebam mayat masih bisa ditekan dan masih bisa berpindah tempat. Suhu tubuh yang tinggi dapat mempercepat timbulnya lebam mayat.
Terbentuknya lebam mayat terjadi karena kegagalan sirkulasi, dan aliran balik vena gagal mempertahankan darah mengalir melalui saluran pembuluh darah kapiler akibatnya butir sel darahnya saling tumpuk memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan di tempat lain (fenomena kopi tubruk). Gaya gravitasi meyebabkan darah yang terhenti tersebut mengalir ke area terendah.
Korban meninggal peredaran darah berhenti stagnasi akibat gravitasi darah mencari tempat yang terendah terlihat bintik-bintik merah kebiruan. Timbul : 30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal (menjadi lengkap) setelah 8-12 jam post mortal. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah, jika posisi mayat
diubah, misalnya dari terlentang menjadi tengkurap. Namun setelahnya, lebam mayat sudah tidak dapat hilang (fenomena kopi tubruk). Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8 12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Atas dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi merubah posisi korban.
Lokalisasi : tempat yang terendah Kecuali : bagian tubuh yang - tertekan dasar - tertekan pakaian Perbedaan antara lebam mayat & hematom lihat bab traumatologi letak lebam mayat tidak berubah, bila posisi mayat tidak diubah.
Warna lebam mayat: - Normal - Keracunan CO - Keracunan CN - Keracunan nitrobenzena - Asfiksia : Merah kebiruan : Cherry red : Bright red : Chocolate brown : Dark red
Warna Lebam Mayat Lebam mayat sering berwarna merah kebiru-biruan, tetapi bervariasi, tergantung oksigenasi sewaktu korban meninggal. Bila terjadi bendungan, hipoksia, mayat memiliki warna lebam yang lebih gelap karena adanya hemoglobin tereduksi dalam pembuluh darah kulit. Lebam mayat merupakan indikator kurang akurat dalam menentukan mekanisme kematian, dimana tidak ada hubungan antara tingkat kegelapan lebam mayat dengan kematian yang disebabkan asfiksia. Sering kematian sebab wajar oleh karena gangguan koroner atau penyakit lain memiliki lebam yang lebih gelap. Terkadang
area lebam mayat berwarna terang dan dilanjutkan dengan area lebam mayat berwarna lebih gelap. Hal ini akan berubah seiring memanjangnya interval post mortem. Sering kali warna lebam mayat merah terang atau merah muda. Kematian yang disebabkan hipotermia atau terpapar udara dingin selama beberapa waktu, seperti tenggelam, dimana warna lebam mayat dapat menentukan penyebab kematian, tetapi relatif tidak spesifik oleh karena mayat yang terpapar udara dingin setelah mati (terutama bila mayat yang di dalam lemari es mayat) dapat terjadi perubahan lebam dari merah padam menjadi merah muda. Mekanismenya belum pasti, tetapi sangatlah jelas merupakan hasil dari perubahan hemoglobin tereduksi menjadi oksihemoglobin. Hal ini dapat dimengerti pada kasus hipotermia, dimana metabolisme reduksi dari jaringan gagal mengambil oksigen dari sirkulasi darah. Diketahui bahwa lebam mayat yang merah padam berubah menjadi merah muda pada batas horizontal anggota tubuh bagian atas, warna lebam pada anggota tubuh bagian bawah tetap gelap, sehingga perubahan secara kuantitatif lebam dapat ditentukan, dimana hemoglobin lebih mudah mengalami reoksigenasi karena eritrosit kurang mengendap pada bagian lebam. Perubahan lainnya pada warna lebam lebih berguna. Pada keracunan gas karbonmonoksida, lebam mayat akan berwarna merah bata atau cherry red, yang merupakan warna dari karboksi-hemoglobin (COHb). Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang. Oleh karena kadar oksi hemoglobin (HbO) dalam darah vena tetap tinggi. Pada keracunan zat yang dapat menimbulkan methemoglobinemia, seperti pada keracunan kalium khlorat, kinine, anilin, asetanilid dan nitrobensen, lebam akan berwarna coklat-kebiruan (slaty) oleh karena adanya methemoglobin yang berwarna coklat serta adanya sianosis. Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban berada pada suhu lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang dekat letaknya dengan tempat yang bersuhu rendah, akan berwarna merah terang. Ini disebabkan karena suhu yang rendah akan mempengaruhi kurva dissosiasi dari oksi-hemoglobin. Kematian yang disebabkan sepsis dimana Clostridium perfringens sebagai agen infeksi, bercak berwarna pucat keabuan dapat terkadang terlihat pada kulit, Walaupun hal ini tidak timbul pada lebam. Pemeriksaan laboratorium sederhana yaitu test resistensi alkali dapat juga dilakukan, yaitu dengan menetesi contoh darah yang telah diencerkan dengan NaOH/KOH 10%. Pada CO, warna tetap beberapa saat oleh karena resistensi, sedangkan pada CN, warna segera menjadi coklat oleh karena terbentuknya hematina alkali. Pada anemi berat, lebam mayat yang terjadi sedikit, warna lebih muda dan terjadi biasanya lebih lambat. Begitu juga pada kematian dengan perdarahan yang banyak, maka warna lebam mayat akan berwarna lebih muda. Pada poliasitemia sebaliknya lebam mayat lebih cepat terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan lebam mayat adalah: viskositas darah, termasuk berbagai penyakit yang mempengaruhinya, kadar Hb, dan perdarahan (hipovolemia).
Kepentingan mediko-legal Secara medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah letak dari warna lebam itu sendiri dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat ini terlalu besar variasinya untuk digunakan
sebagai indikator dari penentuan saat mati. Sehingga lebih banyak digunakan untuk menentukan apakah sudah terjadi manipulasi posisi pada mayat.
Kegunaan lebam mayat pada kedokteran forensik yaitu: 1. Merupakan tanda pasti dari kematian. 2. Dapat dipakai untuk menaksir saat kematian. 3. Dapat menentukan apakah posisi jenasah pernah dirubah atau tidak 4. Kadang kadang dapat untuk menduga sebab kematian.
Perubahan pada otot Rigor mortisberasal dari bahasa latin Rigor berarti stiff atau kaku, dan mortis yang berarti tanda kematian (sign of death). Livor mortis terjadi karena adanya kelenturan otot setelah mati karena adanya metabolisme tingkat selular masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogenenergiADP ATP. Selama masih ada energiaktin miosin masih regang. Jika glikogen otot habis dan energi tidak ada maka ADP tidak bisa jadi ATP ADP . Menurut Szent-Gyorgyi di dalam pembentukan rigor mortis peranan ATP sangat penting. Rigor mortis terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian proses metabolisme tidak terjadi sehingga tidak ada produksi ATP. Karena kekurangan ATP sehingga kepala miosin tidak dapat dilepaskan dari filamen aktin, dan sarkomer tidak dapat berelaksasi. Karena hal ini terjadi pada semua otot tubuh maka terjadilah kekakuan dan tidak dapat digerakkan.ATP dibutuhkan untuk mengambil kembali kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma dari sarkomer. Untungnya ketika otot berelaksasi, kepala miosin dikembalikan keposisinya, siap dan menunggu untuk berikatan dengan sisi dari filamen aktin. Sebab tidak ada ATP yang bisa digunakan, pelepasan ion kalsium tidak dapat kembali ke retikulum sarkoplasma. Ion kalsium bergerak melingkar di samping sarkomer dan menemukan cara untuk berikatan dengan sisi filamen tebal dari protein regulator.
Timbul : 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24 jam, dimulai dari otot kecil : rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan anggota bawah kemudian kaku lengkap. Menurun setelah 24 jam. Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis, yaitu : o Aktivitas fisik pra kematian / pre mortal. Pada orang yang melakukan aktivitas yang berlebihan sebelum kematiannya, rigor mortis akan terjadi lebih cepat. Onset dari rigor mortis menjadi cepat dan durasinya menjadi singkat juga dapat terjadi pada penyakit yang menyebabkan kelelahan otot yang sangat sehingga katabolismenya meningkat seperti kolera, cacar, tifus abdominalis, tuberkulosis, kanker, uremia, penyakit ginjal kronis, tetanus, serangan epilepsi, hidrofobia, skorbut, rematik akut, meningitis, septikemia, piemia dan penyakit abdomen lainnya. Pada keadaan ini rigor mortis hanya berlangsung 1 2 jam saja, sehingga sering tidak terlihat oleh pemeriksa. Pada kasus tersambar petir, dimana rigor mortis terjadi secara cepat dan menghilang secara cepat sering tidak terlihat pada waktu pemeriksaan. Keracunan striknin dosis kecil, racun slinal, natrium salisilat, racun penyebab kejang, alkaloid, karbon monoksida, dinitroortocresol (DNOC) pentachlorphenol, dan penghambat cholinesterase, luka gorok pada leher, luka listrik dan luka tembak menyebabkan onset dari rigor mortis yang berlangsung cepat dan mempunyai durasi yang berlangsung singkat. Suhu tubuh tinggi. Konstitusi berupa tubuh kurus. Suhu lingkungan tinggi.
o o o
Pada lingkungn yang bersuhu tinggi dan lembab, seperti pada daerah tropis, onset rigor mortis berlangsung cepat dan durasinya pun berlangsung singkat. Sebaliknya pada lingkungan bersuhu rendah dan kering, onset rigor mortis ini berlangsung lambat dan durasinyapun berlangsung lebih lama. Pada daerah yang sangat dingin, rigor mortis dapat terhambat munculnya secara tak terbatas dan bila sudah muncul dapat menetap sampai lebih dari 3 minggu o Umur yaitu anak-anak dan orang tua. o Gizi yang jelek. Kekakuan yang menyerupai kaku mayat : 1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor) o o o akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal kaku mayat timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer, mayat langsung mengalami kekakuan secara terus-menerus sampai terjadi relaksasi sekunder Terlihat pada kasus : bunuh diri dengan pistol atau senjata tajam, mati tenggelam, mati mendaki gunung, pembunuhan dimana korban menggenggam robekan pakaian pembunuh.
Tabel. Perbedaan Rigor Mortis dan Cadaveric Spasm Pembeda Waktu timbul Rigor Mortis Dua jam setelah meninggal. Rigor mortis lengkap setelah 12 jam. Faktor predisposisi Etiologi Kelelahan, emosi hebat, ketegangan, dll. Habisnya cadangan glikogen pada otot setempat. Kaku otot pada satu kelompok otot tertentu. Cadaveric Spasm Sesaat sebelum meninggal (intravital) dan menetap.
Habisnya cadangan glikogen secara general. Sentripetal, dari otot-otot kecil kemudian otot besar.
Untuk menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Biasanya pada kasus pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan. Hangat. Tidak ada. Tidak ada
primer Timbulnya Lamanya Koordinasi otot Lokasi otot Rangsangan sel. Kaku otot. Lambat Cepat hilang Kurang Cepat Lambat hilang (dipertahankan) Baik
2. Heat stiffening : kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut,membentuk sikap petinju (pugilistic attitude) pada kasus mati terbakar 3. Cold stiffening o terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot o o
Pembusukan : a. Autolisis o Tubuh membentuk enzim merusak sel dari nukleussitoplasmadindinghancur b. Mikroorganisme : bakteri patogen dalam sekum o Setelah mati daya tahan tubuh turun karena leukosit menurun kuman mudah masuk ke pembuluh darah media baik untuk tumbuh kuman hancurkan darah dan bentuk amonia dan H2S pertama kali terlihat didaerah kanan pada fossa iliaka kanan tepatnya disekum terlihat warna ungu (livide) yang merupakan reaksi Hb dan H2S methsulf Hb. o Gas pembusukan masuk ke pembuluh darah pembuluh darah melebar sehingga perut menggembung pecahnya kapiler di alveoli keluar darah lewat hidung. o Pembusukan dimulai 48 jam postmortem, belatung pada 36 jam kemudian. Proses pembentukan belatung: Mayat dihunggapi lalatlalat bertelur di mayat larva belatung. c. Pembusukan dapat dikenali dari adanya warna hijau kemerah-merahan pada dinding perut bagian kanan bawah berlanjut dengan terbentuknya gelembung-gelembung yang berisi cairan kehitaman tubuh menggelembung, lidah keluar, bibir membengkak dan mencucur, bola mata menonjol keluar, kulit ari mngelupas pecahnya dinding perut dan hancurnya bagian tubuh yg lunak.
Tabel . Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan mayat Faktor dari dalam Umur Bayi yang belum makan apa-apa paling lambat terjadi pembusukan Konstitusi tubuh Suhu optimal Faktor dari Luar Mikroorganisme/sterilitas
Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada yaitu 21-380C (70-1000F) mempercepat tubuh kurus pembusukan. Berhenti pada suhu 2120F
Kelembaban udara
dan sepsis mempercepat Kelembaban udara yang tinggi mempercepat Dehidrasi memperlambat pembusukan
Sifat medium.
Wanita baru melahirkan (uterus post partum) Hukum Casper Udara : air : tanah = 8 : 2 : 1 lebih cepat mengalami pembusukan (di udara pembusukan paling cepat, di tanah paling lambat). kaedaan mayat setelah 1 minggu di udara terbuka sama dengan 2 minggu di dalam air sma dengan 8 minggu keadaan mayat di dalam tanah atau kuburan
Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan terjadi pembusukan : a. cepat : otak, lambung, usus, uterus hamil/post partum b. lambat : jantung, paru, ginjal, diafragma c. paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamil Tabel. Perbedaan Bulla Intravital dan Bulla Pembusukan Bulla Intravital Kecoklatan Perbedaan Bulla Pembusukan
Kuning
Kadar albumin & klor Bulla Dasar bulla Jaringan yang terangkat Reaksi jaringan & respon darah
Rendah atau tidak ada Merah pembusukan Antara epidermis & dermis Tidak ada
Variasi-variasi pembusukan: a. Mummifikasi o Terjadi bila temperatur turun, kelembaban turun dehidrasi viceral sehingga kuman-kuman tidak berkembang tidak terjadi pembusukan mayat mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman, struktur anatomi masih lengkap sampai bertahun-tahun. o Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan o Syarat terjadinya mummifikasi : Suhu relatif tinggi Kelembaban udara rendah Aliran udara baik Waktu yang lama (12-14 minggu) o Yang terlihat pada mummifikasi adalah penyusutan bentuk tubuh, kulit padat hitam seperti kertas perkamen b. Adipocare o Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam palmitat, asam stearat, asam oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh yang relatif padat . o Suhu tinggi kelembaban tinggi lemak asam lemak pH turun kuman tidak bisa berkembang asam lemak dehigrogenase penyabunan mayat menjadi kebalikannya mumifikasi. o Syarat terjadinya adiposera : Suhu rendah, kelembaban tinggi Lemak cukup Aliran udara rendah Waktu yang lama Perkiraan Saat Kematian Perubahan pada mata : Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca mati Perubahan dalam lambung : Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan terakhir, misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.Kecepatan pengosongan lambung ini dipengaruhi oleh penyakitpenyakit saluran cerna, konsistensi makanan dan kandungan lemaknya. Perubahan rambut : Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari Pertumbuhan kuku : Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari
Perubahan dalam cairan serebrospinal : Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam Metode Entomologik : Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva Sarcophaga cranaria mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari ke-10 dan menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 12 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari. Reaksi supravital : Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi kelenjar sampai 60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati 7. Jelaskan apakah luka tersebut sebelum atau sesudah kematian ?
Luka intravital dan postmortem Pada luka di tubuh jenazah perlu ditentukan apakah luka tersebut terjadi sebelum atau sesudah kematian sehingga perlu dicari adanya tanda-tanda intravital. Tanda intravital merupakan tanda yang menunjukkan bahwa : Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma. Gambaran secara umumnya berupa: Retraksi jaringan Reaksi vaskuler Reaksi mikroorganisme/infeksi Reaksi biokimiawiang hidup akan menimbulkan perdarahan
Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi. Gambaran secara umumnya berupa: Perdarahan hebat Emboli udara Emboli lemak Pneumotoraks Krepitasi kulit 1 Retraksi jaringan pada luka intravital terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya.1 Pada luka akibat trauma biasanya terjadi reaksi vaskuler berupa memar atau contusio. Pada luka yan terjadi pada korban yang masih hidup luka akan berwarna merah kecoklatan atau kekuningan sedang luka yang terjadi setelah korban meninggal akan terlihat nerwarna abu-abu muda atau kuning.1,2 Infeksi dapat terjadi pada korban dalam keadaan hidup yang mendapatkan trauma terbuka.Luka yang mengalami infeksi akan menunjukkan cirri-ciri sebagai berikut: Warna kemerahan Bengkak
Pus Jaringan granulasi pada luka lama Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga darah rang terpompa akan terus keluar lewat luka tersebut. Pada luka postmortem darah hanya keluar secara pasif karena pengaruh ravitasi sehingga darah yang keluar hanya sedikit1 Tattoase merupakan reaksi pada luka tembak jarak menengah yang hanya terjadi pada luka intravital. Karena itu tattooase dapat digunakan untuk membedakan apakah luka tersebut merupakan luka intravital atau posrmortem. Pada luka tembak intravital jarak sedang tattoase akan berwarna merah kecoklatan atau merah kekuningam. Pada luka postmortem mesiumenimbulkan luka yang berwarna abuabu muda atau kekuningan.2
Pendarahan berlebih Kerusakan syaraf perifer Terpapar lingkungan Stimulasi neurotransmitter (histamine, prostaglandin, bradikinin)
9. Menjelaskan keparahan /derajat luka yang ditemukan sesuai hukum yang berlaku ?
Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu: - Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut (NB : semua luka tembus yang mengenai kepala, dada atau perut dianggap membawa bahaya maut) - Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya - Hilangnya salah satu panca indra korban - Cacat besar - Terganggunya akan selama > 4 minggu - Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
DAFTAR PUSTAKA 1. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007; p.77-80. 2. Di Maio, Vincent. Gunshot wounds. 2nd Edition. New York: CRC Press
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara. 2. Amir, Amri. 2010. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan: Ramadhan. 3. Budiyanto, A. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 4. James, Jason Payne at all.2005. Encylopedia of Forensic and Legal Medicine. First Edition. London: Elsevier. 5. Satyo, Alfed C. 2004. Traumatologi, edisi II (revisi) cetakan III. Medan: UPT Penerbitan dan percetkan Universitas Sumatera Utara. 6. Anonim. 2002. Romans Forensic. Edisi 20. Diterjemahkan oleh Syaulia Andirezeki. Pdf . 7. Satyo, Alfed C. 2006. Aspek Medikolgal Luka. Jakarta: Majalah Kedokteran Nusantara. 8. Chadha, P. Vijay.1995. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Widya Medika. 9. Wully, W. Traumatologi Forensik diunduh dari: www.google.com. diakses 10 Juni 2011.