Вы находитесь на странице: 1из 18

PENYAKIT JANTUNG KORONER DISUSUN OLEH: RENALDY AZWARI DELMI I1B109005 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU, 2010

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya jua lah saya dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam tak l upa juga saya haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau da ri dahulu, sekarang, hingga hari akhir. Ucapan terima kasih juga tak lupa saya u capkan kepada dosen mata kuliah Fisiologi saya, dr. Huldani, yang telah memberik an bimbingan serta pengajaran kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan has il tutorial saya. Saya menyadari, meskipun saya telah berusaha dengan sebaik-bai knya dalam menyelesaikan makalah ini, tetapi, saya menyadari bahwa makalah ini j auh dari kesempurnaan. Karena itu, saya mohon kritik serta saran, yang kiranya d apat membangun bagi saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang lebih b aik lagi. Saya berharap makalah ini dapat memeberikan manfaat bagi seluruh pemba canya. Banjarbaru, 25 April 2010 Penyusun 2

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN .................................................................... .................... 4 BAB II PENYAKIT JANTUNG KORONER A. Aliran Darah Koroner Normal dan Variasinya .. .............................................. B. Pengaturan Aliran darah Korone r .................................................................... C. Penyak it Jantung Iskemik ............................................................. ................... D. Sebab-Sebab kematian Setelah Penyumbatan Koroner Akut ... ....................... E. Faktor Pemicu Penyakit Jantung Koroner .............. ......................................... F. Rasa Nyeri Pada Penyakit Koroner .. ............................................................... G. Pengobatan Pe nyakit Jantung Koroner ......................................................... ... H. Pemantauan Penyakit Jantung Koroner dengan Telemetry .................... ......... I. Rencana Tindakan Keperawatan ...................................... ............................... BAB III PENUTUP ................................ ..................................................................... DAFTAR PUS TAKA ........................................................................... ....................... 5 6 7 9 10 10 12 13 14 16 17 3

BAB I PENDAHULUAN PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang dise but pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun mem erlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Pasok an zat makanan dan darah ini harus selalu lancar karena jantung bekerja keras ta npa henti. Pembuluh darah koroner lah yang memiliki tugas untuk memasok darah ke jantung [1]. Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah ke jadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tah un 2000 melonjak menjadi 26,4% [2]. Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih s edikit sekali orang yang tahu tentang PJK ini. Terutama tentang faktor risiko ya ng menyebabkan terjadinya penyakit tersebut. Dalam ilmu epidemiologi, jika fakto r risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan ti ndakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik dari mengobati [2]. B anyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga upaya pencegahan harus be rsifat multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan c ara mengendalikan faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada penanganan PJK. Oleh sebab itu mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK. 4

BAB II PENYAKIT JANTUNG KORONER A. Aliran Darah Koroner Normal dan Variasinya a. Anatomi Fisiologis dari Aliran Darah Koroner Arteri koronaria utama terletak di permukaan jantung dan arteri-arteri kecil menembus ke dalam massa otot jantun g. Jantung menerima aliran darah nutritifnya hampir sepenuhnya melalui arteri-ar teri ini. Hanya massa otot di bagian dalam, setebal 0,5 mm atau kurang, dapat me mperoleh bahan gizi langsung dari darah di dalam kamar-kamar jantung [3]. Arteri koronaria sinistra terutama mendarahi ventrikel kiri, dan arteri koronaria deks tra terutama memperdarahi ventrikel kanan tetapi biasanya juga sebagian kecil da ri ventrikel kiri [3]. Kebanyakan aliran darah vena ventrikelkiri berjalan melal ui sinus koronarius, dan kebanyakan darah vena ventrikel kanan mengalir melalui vena kordis anterior yang kecil, yang langsung mengalir ke dalam atrium kanan da n tidak dihubungkan oleh sinus koronarius. Sejumlah aliran darah koroner kembali ke dalam jantung melalui vena-vena thebessian, yang langsung mengalir ke dalam semua kamar jantung [3]. b. Aliran Darah Koroner Normal Aliran darah koroner pada manusia yang sedang ber istirahat kira-kira 225 ml per menit, sekitar 0,8 ml per gram otot jantung, atau sekitar 4 sampai 5 persen dari curah jantung total [3]. Miokardium mendapat pen darahan dari arteri koronaria kanan dan kiri. Pada pria, 20% pendarahan lebih be sar dari arteri koronaria kiri, 60% pendarahan lebih besar dari arteri koronaria kanan, 30% seimbang. Umumnya, arteri koronaria kiri mendarahi ventrikel kiri da n separuh depan septum, arteri koronaria kanan mendarahi ventrikel kanan dan bag ian belakang septum. Aliran vena 90% ke dalam atrium kanan melalui sinus koronar ius. 10% ke dalam ruang-ruang lain [4]. 5

Pada gerak badan yang berat, jantung meningkatkan curah jantungnya empat sampai enam kali lipat, dan ia memompa darah ini melawan tekanan arteri yang lebih ting gi daripada normal. Akibatnya hasil kerja jnatung dalam keadaan berat dapat meni nfkat empat sampai lima kali untuk memberikan bahan gizi tambahan yang diperluka n oleh jantung. Tak pelak lagi, peningkatan inti tidak benar-benar sebanyak peni ngkatan dalam beban kerja, yang berarti bahwa perbandingan aliran darah koroner dengan pengeluaran enersi jantung berkurang. Tetapi efisiensi kontraksi jantung meningkat untuk mengejar defisiensi relatif dari penyediaan darah ini [3]. Alira n darah melalui kapiler koroner dari ventrikel kanan mengalami perubahanperubaha n fasik yang serupa dengan perubahan dalam kapiler koroner dari ventrikel kiri s elama siklus jantung, tetapi, karena kekuatan kontraksi ventrikel kanan jauh leb ih sedikit daripada yang dari ventrikel kiri, perubahan fasik ini relatif ringan bila dibandingkan dengan yang di dalam ventrikel kiri [3]. B. Pengaturan Aliran darah Koroner a. Metabolisme Setempat sebagai Pengaturan Utama Aliran Koroner Aliran darah mel alui sistem koroner hampir seluruhnya diatur oleh reaksi vaskuler intrinsik terh adap kebutuhan otot jantung setempat akan bahan gizi. Mekanisme ini bekerja sama baiknya bila saraf ke jantung utuh atau diangkat. Bilamana kekuatan kontraksi b ertambah, tanpa menghiraukan penyebabnya, kecepatan aliran darah koroner meningk at dengan serentak, dan sebaliknya, menurunnya kegiatan disertai dengan berkuran gnya aliran koroner. Jelas bahwa pengaturan aliran darah setempat ini hampir sam a dengan yang terjadi di dalam jaringan lain, terutama di dalam otot rangka di s eluruh tubuh [3]. b. Faktor Faktor yang Menentukan Konsumsi Oksigen Karena kecepatan konsumsi oksi gen merupakan faktor utama yang menentukan aliran darah koroner, penting untuk m engetahui berbagai faktor yang dapat mengubah konsumsi oksigen miokardium [3]. P ada umumnya, kecepatan konsumsi oksigen jantung sangat berhubungan dengan kerja yang dilakukan oleh jantung. Faktor-faktor lain yang meningkatkan konsumsi oksig en 6

jantung adalah perangsangan jantung oleh epinefrin, norepinefrin, tiroksin, digi talis, ion kalsium, atau meningkatnya suhu jantung. Semua faktor ini meningkatka n kegiatan metabolik serabut-serabut jantung sendiri [3]. c. Pengaturan Saraf Aliran Koroner Distribusi serabut saraf parasimpatis (vagus) ke sistem koroner ventrikel sangat sedikit sehingga perngsangan parasimpatis me mpunyai efek langsung yang hampir dapat diabaikan terhadap aliran darah koroner. Sebaliknya, pembuluh koroner mempunyai persarafan simpatis yang ekspensif. Rese ptor alfa dan beta diketahui ada di dalam pembuluh koroner. Pada umumnya, pembul uh koroner epikardial mempunyai reseptor alfa dalam jumlah lebih banyak, sedangk an arteri intramuskular mempunyai reseptor beta yang lebih banyak [3]. C. Penyakit Jantung Iskemik Sebab tunggal tersering dari kematian adalah penyakit jantung iskemik, yang dise babkan oleh insufisiensi aliran darah koroner [3]. a. Aterosklerosis Sebagai Penyebab Penyakit Jantung Iskemik Sebab tersering dari berkurangnya aliran darah koroner adalah skelerosis, dimana kolesterol dan lema k secara berangsur-angsur ditumpukkan di bawah lapisan intima pada banyak tempat di dalam arteri. Kemudian daerah penumpukan ini dimasuki oleh jaringan fibrosa, dan mereka juga sering mengalami kalsifikasi. Hasil akhirnya adalah timbulnya daer ah-daerah ateroskelrotik dan dinding arteri sangat keras, tidakdapat berkonstriksi dan dilatasi [3]. b. Penyumbatan Koroner Akut Penyumbatan akut arteri koronaria sering terjadi pad a orang yang telah menderita penyakit jantung koroner arterosklerotik yang berat , tetapi hampir tidak pernah pada orang dengan sirkulasi koroner normal. Keadaan ini dapat disebabkan oleh salah satu dari beberapa macam efek, sebagai berikut [3]: 7

1. Daerah aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekuan darah setempat, disebut trombus, ynag sebalikya menyumbat arterti tersebut. 2. Sering suatu arteri nutri sia kecil dekat daerah arterosklerosis pecah dan mengeluarkan darah sehingga men gakibatkan penonjolan. Penonjolan ini dapat menurunkan aliran darah arteri. 3. S pasme setempat suatu arteri koronaria dapat juga menyebabkan penyumbatan tibatib a. c. Infark Miokardium Segera setelah penyumbatan koroner akut, aliran darah berhn eti di dalam pembuluhpembuluh koroner di luar penyumbatan tersebtu, kecuali untu k sejumlah kecil aliran kolateral pembuluh-pembuluh sekitar. Daerah otot yang sa ma sekali tidak mempunyai aliran darah atau alirannya sedemikian kecil sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung dikatakan mengalami infark. Selur uh proses itu disebut suatu infark miokardium [3]. Otot jantung memerlukan kirakira 1,3 ml oksigen per 100 gram jaringan otot per 100 gram jaringan otot per me nit hanya untuk mempertahankan kehidupannya saja. Oleh karena itu, bila masih ad a 10 sampai 15 persen saja dari aliran darah koroner waktu istirahat normal, oto t tersebut tidak akan mati. Tetapi, di bagia tengah dari suatu infark yang besar , aliran darah biasanya lebih sedikit sehingga ototnya benar-benar mati [3]. d. Infark Miokardium yang Disebabkan oleh Iskemia Miokardium tetapi Tanpa Penyum batan Koroner Diduga telah terjadi suatu lingkaran setan, sebagai berikut [3]: 1 . Perfusi koroner dari suatu daerah jantung yang terisolasi menjadi demikian ren dah sehingga beberapa otot jantung menjadi tidak berfungsi. 2. Otot yang tidak b erfungsi menyebabkan berkurangnya pompa ventrikel dan berdilatasi dan mencuri al iran darah dari otot sekitar. Sebagai akibatnya, karena kebutuhan oksigen yang l ebih besar tetapi penyediaan oksigen yang lebih sedikit, 8

otot sekitar ini juga tidak berfungsi jika ia juga mempunyai aliran darah korone r yang terbatas. 3. Proses tersebut berlangsung terus sampai semua otot jantung di dalam daerah di mana penyediaan darahnya buruk menjadi tidak berfungsi dan me ngalami infark. D. Sebab-Sebab kematian Setelah Penyumbatan Koroner Akut a. Menurunnya Curah Jantung Bila beberapa serabut otot jantung tidak berfungsi s ama sekali dan serabut-serabut lain terlalu lemah untuk berkontraksi dengan tena ga yang besar, seluruh kemampuan pompa ventrikel yang terkena juga berkurang [3] . Bila jantung tidak dapat berkontraksi dengan kekuatan cukup untuk memompa dara h kedalam percabangan arteri, terjadi kegagalan jantung dan kematian jaringan pe rifer sebagai akibat iskemia perifer. Keadaan ini disebut syok koroner, syok jan tung, atau kegagalan dengan curah jantung rendah [3]. b. Pembendungan Darah di Dalam Sistem Vena Bila jantung tidak memompa darah ke d epan, harus ada darah yang terbendung di dalam sistem vena dari sirkualsi paru-p aru atau sirkulasi sistemik. Bila bendungan tersebut menjadi sangat hebat, kemat ian sering disebabkan oleh udem paru-paru atau, kadangkadang oleh gejala-gejala bendungan sistemik [3]. c. Rupturnya Daerah Infark Beberapa hari setelah infark yang besar, serabut-sera but otot yang mati mulai mengalami degenerasi, dan otot jantung yang yang mati t ersebut menjadi sangat tipis. Jika ini terjadi, tingkat regangan sistolik menjad i makin besar sampai akhirnya jantung tersebut ruptur [3]. Bila suatu ventrikel ruptur, keluarnya darah ke dalam rongga perikardium cepat menyebabkan timbulnya tamponade jantung, yaitu penekanan jantung dari luar oleh darah yang terkumpul d i dalam kavum perikardium. Karena jantung tertekan, darah tidak dapat 9

mengalir ke dalam atrium kanan dengan mudah, dan penderita meninggal karena menu runnya curah jantung dengan tiba-tiba [3]. d. Fibrilasi ventrikel setelah infark Miokardium Kecenderungan terjadinya fibril asi sangat besar setelah suatu infark yang besar, tetapi kadang-kadang fibrilasi terjadi setelah suatu penyumbatan kecil saja [3]. Paling tidak ada empat macam faktor yang menimbulkan kecenderungan untuk terjadinya fibrilasi jantung [3]. 1. Hilangnya penyediaan darah ke otot jantung secara akut menyebabkan keluarnya ka lium dengan cepat dari daerah otot yang iskemik. 2. Iskemia otot menyebabkan sua tu injury current . 3. Refleks simpatis yang kuat timbul setelah infark masif, terutama karena jantung tidak memompa volume darah yang memadai ke dalam percabangan art eri. 4. Infark miokardium sendiri sering menyebabkan ventrikel berdialtasi secar a berlebihan. E. Faktor Pemicu Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung, stroke, dan penyakit pe riferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Keti ga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang bany ak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup [5]. Faktor-faktor pemicu sera ngan jantung adalah antara lain [5]: 1. Merokok 2. Mengkonsumsi makanan berkoles terol tinggi 3. Kurang gerak 4. Malas berolahraga 5. Stres 6. Kurang istirahat 10

Faktor resiko dari penyakit jantung koroner, seperti hipertensi, dislipidemia, k egagalana toleransi glukosa, dan ketidaknormalan vaskular, ternyata juga telah a da pada anak yang kelebihan berat badan [6]. F. Rasa Nyeri Pada Penyakit Koroner Biasanya, orang tidak dapat merasakan jantungny a, tetapi otot jantung iskemik benar-benar menimbulkan perasaan nyeri. Sebab pasti nyeri ini tidak diketahui, t etapi dianggap bahwa iskemia menyebabkan otot melepaskan zat-zat asam seperti as am laktat atau produk-produk lain yang menimbulkan nyeri seperti histamin dan ki nin [3]. a. Angina Pektoris Pada kebanyakan orang yang mengalami konstriksi prig resif dari arteri koronarianya, nyeri jantung, yang disebut angina pektoris, mul ai timbul bilamana beban terhadap jantung menjadi terlalu besar dibandingkan den gan aliran darah koroner. Nyeri ini biasanya dirasakan di bawah bagian atas ster num dan sering juga dipindahkan ke permukaan tubuh, paling sering ke lengan krir dan bahu kiri tetapi juga seringnn ke leher dan wajah atau ke lengan dan bahu sisi yang berlawanan [3]. Terdapat 3 tipe angina, yaitu [7]: 1. Angina stabil, terjadi iskemi otot jantung dan hipoks ia yang bersifat sementara yang tidak menimbulkan kerusakan berarti. Arterti kor oner mengalami penyempitan akibat ateroskelorosis. 2. Angina tidak stabil terjad i bahkan saat istirahat, dengan episode-episode yang lebih berat dalam hal freku ensi, keparahan, dan durasi, dibandingkan dengan angina stabil, dan kadang menim bulkan kerusakan otot jantung yang permanen. 3. Angina variant adalah hipoksia d an iskemi otot jantung akibat vasopasme arteri koroner secara temporer. Vasospas me bisa terjadi di daerah yang aterosklerotik maupun di darah saat arteri korone r yang normal. Bila seseorang terkena serangan angina, pada umumnya ia mempunyai kemungkinan sangat besar untuk mengalami penyumbatan koroner yang akut. 11

b. Obat Untuk Mengatasi Angina Angina dapat diobati dengan organik nitrat dan za t pengeblok beta-adrenergik dan khas oleh nyeri sesak berat pada dada. Tujuan ut ama mencegah dan mengurangi angina adalah untuk membatasi keperluan oksigen jant ung sedemikian jumlah persediaan oksigen oleh arteri stenosi dicukupi. Ester nit rat seperti nitrogliserin menurunkan tekanan darah arteri, dan gilirannya, menur unkan kerja ventrikel kiri. Aksinya ditimbulkan oleh kekuatan efek vasodilator d ari aksi nitrat langsung pada sistem arteri dan bahkan berkembang lebih besar, p ada sistem venus. Hasilnya merupakan penurunan tekanan pengisis jantung dan ukur an ventrikuler dan menurunkan keperluan oksigen, membiarkan sistem koronari memu askan permintaan oksigen jaringan miokaridal dan mengurangi nyeri angina [8]. G. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner a. Modern Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner antar lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi K oroner (yang sering dikenal sebagai Kateterisasi) [9]. Dengan pemeriksaan ECG da pat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung Anda dengan tingkat ketep atan 40%. Kemudian bila dianggap perlu, akan dianjurkan untuk melakukan pemeriks aan Treadmill Echokardiografi [9]. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kemung kinan akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner (Kateteri sasi) yang mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi (99 - 100%) untuk memastika n apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung koroner [9]. Kateterisasi Jantung merup akan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, t ermasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sserta pembuluh darah jantun g termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh dar ah jantung yang tersumbat [9]. Bila hasil dari film tersebut diketahui adanya pe nyempitan pembuluh koroner, maka dokter akan memberitahukan tindakan pengobatan selanjutnya apakah cukup dengan obat atau dengan tindakan pelebaran bagian pembu luh darah jantung yang menyempit atau 12

tersumbat dengan menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, Percutaneous Transl uminal Coronary Angioplasty, di singkat PTCA atau akhir akhir ini disebut Percut aneous Coronary intervention yang disingkat PCI; atau harus dilakukan Operasi Ja ntung Terbuka (Open Heart Surgery) untuk memasang pembuluh darah baru menggantik an pembuluh darah jantung yang tersumbat Coronary Artery Bypass Surgery disingka t CABG [9]. Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya tek nik teknik baru, pada umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tida k ada resiko [9]. Tindakan "peniupan" atau "balonisasi" atau "Angioplasti" bertu juan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter kh usus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat dite mpat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut me njadi terbuka [9]. Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang - kadang dipe rlukan tindakan lain yang dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan ri ng atau cincin penyanggah (Stent), pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (Rot ablation) atau pengerokan kerak pembuluh darah (Directional Atherectomy) [9]. b. Tradisional Berikut resep tradisional racikan dari Prof. H.M. Hembing Wijayakus uma [5]: 1. 1-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang di cuci dan dipotong-potong, kemudian diblender dengan air secukupnya dan direbus hingga mendidih. Tambahkan madu secukupnya, lalu diminum. 2. 2-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang dicuc i bersih dan dipotong-potong + 10 butir angco, dibuang bijinya. Semua bahan dibl ender dengan air secukupnya, tambahkan 10 gram bubuk umbi daun dewa (thien chi). Aduk rata, lalu diminum. 3. 2 buah mengkudu/pace/noni yang matang, dicuci dan d ipotong-potong + 30 gram daun dewa direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Saring, tambahkan madu secukupnya. Aduk rata lalu diminum. Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur. Resep tersebut untuk membantu proses penyembuh an [5]. 13

H. Pemantauan Penyakit Jantung Koroner dengan Telemetry Ada kalanya pasien dengan P JK/ACS saat dirawat di rumah sakit cukup memerlukan perawatan di ruang stabil, seperti di ruang rawat medikal/surgikal ta npa harus dirawat secara intensif di CCU. Disini ada satu alat yang digunakan un tuk memonitor irama jantung/sinus rytme dan gambaran rekaman EKG jantung pasien yang dikenal dengan nama telemetry [10]. Alat ini berukuran sebesar ponsel umumn ya diletakkan di dada pasien, dan dapat dimasukkan saku dengan tali pengikat yan g dikaitkan dengan elektroda (5 6 kabel). Telemetry dilekatkan melalui kabel , den gan tempat sama seperti saat meletakkan patch alat monitor jantung. Sehingga mes kipun pasien selalu dianjurkan untuk bedrest/tirah baring bagi penderita PJK/ACS , namun dengan telemetry pasien tidak selalu memerlukan cardiac monitor yang sta tis [10]. Sehingga jika pasien tersebut ingin ke toilet ataupun melakukan latiha n/exercise, pasien dapat selalu termonitor kondisi jantungnya dengan monitor dar i ruang telemetry/CCU. Telemetry bersifat portable dan tidak menyakitkan pasien. Namun apabila pasien ingin mandi atau melakukan prosedur khusus (CT, X-ray, Ech ocardiogram, dsb), maka telemetry perlu dilepas, karena terdapat rangkaian elekt rik dan hantaran gelombang suara yang dapat mengganggu pasien [10]. Telemetry me rupakan alat komunikasi wireless (gelombang suara) yang merubah gelombang suara kedalam bentuk data. Prinsip dasar telemetry adalah menangkap parameter dalam fr ekuensi gelombang, yang kemudian dirubah kedalam data. Setelah itu data ini dapa t ditransfer ke media lain, seperti telepon, jaringan komputer atau melalui sera t optic [10]. Alat ini dalam bidang kesehatan dikenal dengan istilah Bio telemet ry atau The Wireless Medical Telemetry Service (WMTS), yang umum dimonitor dari ruang CCU (Coronary Care Unit). Telemtery digunakan pada pasien di ruang medikal /penyakit dalam atau surgikal/bedah , untuk merekam abnormalitas irama/denyut ja ntung. Pasien dipasang telemetry (dengan 5 6 kabel patch), yang dapat langsung mer ekam dan mengintreprestasikan data irama jantung pasien. Alat ini sangat berguna untuk diagnosis 14

awal kondisi patologi jantung oleh dokter dan membantu perawat melihat kondisi p enyakit pasien jantung koroner akut atau kritis [10]. I. Rencana Tindakan Keperawatan Sebagai seorang perawat, juga perlu diketahui rencana tindakan apa yang harus di lakukan pada pasien dengan penyakit jantung koroner, baik itu ketika serangan an gina, atau pun setelahnya, yaitu [11]: 1. Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina 2. Kaji catat respon pasien / efek obat 3. Tinggikan kepala tem pat tidur bila klien sesak 4. Pantau kecepatan irama jantung 5. Pertahankan ling kungan tenang, nyaman, batasi pengunjung bila perlu 6. Pantau perubahan seri EKG 7. Berikan makanan lembut, biarkan klien istirahat selama 1 jam setelah makan. 8. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi 9. Berikan anti-angina sesuai indikasi 15

BAB III PENUTUP . Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh arteriosklerosis yang merupakan proses de generatif meskipun di pengaruhi oleh banyak faktor. Penyebab penyakit jantung ko roner adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke otot jantung. Salah satu cir i dari penyakit jantung koroner yaitu angina, yang merupakan nyeri yang biasanya dirasakan di bawah bagian atas sternum dan sering juga dipindahkan ke permukaan tubuh, paling sering ke lengan krir dan bahu kiri tetapi juga sering ke leher d an wajah atau ke lengan dan bahu sisi yang berlawanan. Gejala ini sangat perlu d iketahui, sehingga deteksi adanya penyakit jantung koroner dapat lebih dini. Men gingat bahwa penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang cukup m ematikan, maka, perlu diketahui faktor-faktor penyebabnya, seperti merokok, meng konsumsi makanan berkolesterol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stress, dan kurang istirahat. 16

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.gizi.net/ diakses tanggal 25 April 2010. 2. http://www.kulinet.com / diakses pada tanggal 25 April 2010. 3. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi k edokteran edisi 5 bagian 1. Jakarta: EGC. 1990. 4. Scratcherd, T. Segi praktis ilmu faal. Jakarta: Binarupa Aksara. 1990 5. http://www.penyakitjantungkoroner.com/ diakses tanggal 25 April 2010. 6. Jenn ifer L. Baker, Lina W. Olsen,and Thorkild I.A. Srensen. Childhood body-mass index and the risk of coronary heart disease in adulthood. The New England Journal of Medicine. December 6, 2007 vol. 357 no. 23. 7. Anonymous. Diktat farmakologi kep erawatan. Banjarbaru: FK UNLAM. 2010. 8. Doerge, Robert F. Buku teks wilson dan gisvold, kimia farmasi dan medisinal organik. Semarang: IKIP Semarang Press. 198 2. 9. http://www.medistra.com/ diakses tanggal 25 April 2010. 10. http://inna-pp nior.id/ diakses tanggal 25 April 2010. 11. http://www.scribd.com/doc/13417068/A suhan-Keperawatan-Pada-Jantung-Koroner diakses pada tanggal 25 April 2010. 17

Вам также может понравиться