Вы находитесь на странице: 1из 5

BLUMEA BALSAMIFERA (L) DC Asteraceae

Nama daerah Sumatera : sembung. Capa (Melayu). Jawa : sembung. Sembung utan (sunda) sembung gantung, sembung gula, sembung kuwak. Sembung legi . sembung iningsah (jawa) kamandhi (Madura). Indonesia : sembung Klasifikasi Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (Tumbuhan) : spermatophyta ( menghasilkan biji ) : angiospermae : dicotyledonae : asterales : compositae : Blumeae : Blumeae balsamifera

Khasiat Daun Blumeae balsamifera berkhasiat sebagai obat demam, obat batuk, melancarkan keluarnya keringat dan sebagai anti nyamuk. Kandungan kimia Daun dan kulit batang Blumeae balsamifera mengandung alkaloida, disamping itu daunnya juga mengandung tannin dan minyak atsiri. Kulit batang dan akarnya mengandung polifenol Morfologi Perdu tumbuh tegak, tingginya sampai 4 m. Bagian-bagian dari tanaman ini bila diremas berbau kamfer. Daun-daun yang letaknya dibawah bertangkai, sedangkan daun yang letaknya paling atas berupa daun duduk. Bentuk daun bundar telur sampe lonjong, pada bagian pangkal dan ujungnya lancip. Tepinya bergigi atau bergerigi, pannjang 8-40 cm, lebar 2-20 cm.

Terdapat 2-3 daun tambahan pada tangkai daunya. Permukaan bagian bawahnya berbulu rapat dan halus seperti beludru dan bagian atasnya agak kasar. Perbungaan berupa malai, keluar di ujung cabang. Bentuknya lancip menyerupai sudut, berbulu halus sperti beludru lebarnya sampai 50 cm. Bonggolnya banyak, pada tiap-tiap bonggol 7-8 mm, bunga cawan terdapat 8-25 bunga. Panjang tabung bunga 5-7 mm, tak berbulu. Buah longkah, sedikit melengkung, bersudut, berusuk 5-10 yang tak jelas, panjangnya 1mm.Terdapat bulu-bulu pendek, tipis, warnanya putih. Papus warnanya kemerahan. Keanekaragaman Keanekaragaman kecil. Ekologi dan penyebaran Tumbuh di India, Filipina, semenanjung Malaya, Australia, dan tersebar di seluruh Indonesia. Tumbuh di tempat yang terbuka, sampai tempat yang agak terlindung, di tepi sungai, tanah pertanian, hutan bambu, jati dan hutan sekunder. Dapat tumbuh pada tanah berpasir, tanah, dan juga pada tanah yang agak basah, pada ketinggian 0-2200 m di atas permukaan laut.

Budidaya Tumbuhan ini belum di budidayakan di Indonesia. Tumbuhan dapat diperbanyak dengan biji atu dengan sobekan tanaman yang tumbuh dari akarnya.

Persyaratan Simplisia Blumeae folium ( daun sembung )

Daun sembung adalah daun Blumeae balsamifera. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,19 % v/b. Pemerian : Bau mirip kamfer, rasa mirip kamfer dan agak pahit, Makroskopik : daun tunggal, bertangkai, pada tangkai daun terdapat beberapa pasang daun kecilo berbentuk lidah tombak. Helai daun berbentuk bulat telur atau lidah tombak sampai bulat panjang, dengan ujung dan pangkal daun runcing, panjang helai daun 10-30 cm, lebar 2,5-12 cm; tepi daun umunya bergigi tajam tidak beraturan kadang-kadang bergerigi. Permukaan daun berambut; permukaan bawah berambut sangat rapat dan terasa seperti beludru, warna kelabu kehijauan; permukaan atas kasar, warna hijau tua-hijau coklat kelabu. Diantara rambut penutup

terdapat banyak sekali rambut kelenjar yang halus, bentuk bulat berwarna kuning coklat jelas terlihat pada pembesaran 50x Mikroskopik: Epidermis atas terdiri dari selapis sel yang agak besar, terentang tangensial, pada penampang tangensial, tampak berbentuk polygonal, dinding samping berombak atau agak berombak. Epidermis bawah terdiri dari sel yang lebih kecil, terentang tangensia, pada penampang tangensial tampak berbentuk polygonal, dinding samping berombak. Stomata tipe anomositik, panjang 2535 m, terdapat sangat sedikit di epidermis atas dan sangat banyak di epidermis bawah. Rambut penutup terdapat pada kedua epidermis, lebih banyak pada epidermis bawah ; terdiri dari 210 sel yang tersusun dalam satu deretan panjang, bentuk rambut penutup mirip benang berujung runcing dengan sel pangkal lebih besar, dinding tipis, panjang rambut 400m - 1000m. rambut kelenjar tipe asteraceae (compositae) tersusun dari dua deretan sel, masing- masing deret terdiri dari 4 6 sel, gelembung kutikula pada puncak rambut terbentuk pada sel yang ke 3 atau sel yang ke 4, berisi minyak berwarna kuning kuning kecoklatan. Jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel dan mengandung zat penyamak. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel yang tersusun agak mendatar sedikit mengandung zat penyamak. Di dalam tulang daun terdapat 1 5 kelompok berkas pembulu, disertai serabut sklerenkim, pembuluh kayu dengan penebalan spiral dan tangga. Di dekat kelompok tulang daun utama, terdapat beberapa saluran sizogen berisi zat sekresi yang pada penambaan sudan III LP menjadi berwarna jingga. Serbuk warna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah rambut berlindung tipis; pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan spiral serabut sklerenkim; fragmen mesofil; fragmen epidermis atas ; fragmen epidermis bawah.

Identifikasi a) Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat kehijauan. b) Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna hijau c) Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan Na Hidroksida P 5 % b/v ; terjadi warna kuning kehijauan d) Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v ; terjadi warna kuning kehijauan. e) Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25% ) P; terjadi warna kuning kehijauan. f) Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v ; terjadi warna hijau. g) Mikrodestilasikan 25 mg serbuk daun pada suhu 240o selama 90 detik menggunakan tanur TAS, tempakan hasil mikrodestilasi pada titik pertama dari lempeng KLT silica gel GF254P. Timbang 300 mg serbuk daun campur dengan 5 ml methanol P dan panaskan

dalam tangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan methanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik kedua dari lempeng KLT tutulkan 20 l filtrat dan titik ketiga tutulkan 5 l zat warna I LP. Eluasi dengan dikloroetana P dengan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida asam sulfat LP, panaskan pada suhu 110o selama 10 menit, amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Pada kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut:

No hRx Dengan sinar biasa Tanpa pereaksi 1. 2. 3. 4. 5 6 16 23 30 35 44 50 57 65 88 97 115 122 Dengan pereaksi Coklat Merah Ungu Ungu Ungu kemerahan Dengan sinar UV 366 nm Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Coklat Merah Ungu Kuning kemerahan Kuning kemerah merahan Kuning kemerah merahan

Biru muda

154 161

Ungu

8. 180 - 191 Ungu Ungu Catatan : Harga hRx dihitung terhadap bercak warna merah dari kromatogram zat warna II LP

Kadar abu. Tidak lebih dari 10%. Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 2,6%. Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 18%. Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6,3%. Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%. Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada penetapan kadar minyak atsiri. Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik. Isi simplisia Tanin Penggunaan simplisia Astringen

Вам также может понравиться