Вы находитесь на странице: 1из 45

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita closed fraktur clavicula sinistra dan closed fraktur cruris dextra, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 29 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita fraktur yang berada di Malang, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak hanya dari segi biomedis melainkan juga mempengaruhi faktor psikologis penderita dan keluarga, serta faktor sosioekonomi. B. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Suku Tanggal Periksa C. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Tak sadarkan diri 2. Riwayat Penyakit sekarang Penderita datang dengan tidak sadarkan diri akibat kecelakaan lalu lintas, pasien tertabrak mobil ketika sedang menyebrang jalan, setalah sadar penderita menggeluh nyeri dikepala, bahu kiri, serta kaki kanan. Nyeri bertambah sakit jika ditekan dan digerakkan berkurang ketika didiamkan. Pasien juga menggeluhkan nyeri sedang dikepala disertai pusing. : S1 : Kristen : Bumi Asri Sengkaling Q-7 Malang : Cina : 23 Januari 2011 : Tn. C : 29 tahun : Laki-laki : Guru Privat

Status Perkawinan : Belum Menikah

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat mondok (-) Riwayat Hipertensi (-) Riwayat Sakit Gula (-) Riwayat asma (-) Riwayat alergi obat/makanan (-) Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat penyakit TB 2 tahun yang lalu Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-) Riwayat asma (+) Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat sakit gula (-) Riwayat alergi obat dan makanan (-) Riwayat merokok (-) Riwayat minum alcohol (-) Riwayat olah raga, jarang berolahraga Riwayat pengisian waktu luang pasien jarang bersantai untuk mengisi waktu luang karena harus mengerjakan tugas. 6. Riwayat Sosial Ekonomi Tn. C adalah anak terakhir dari 4 bersaudara dimana kedua kakaknya telah menikah. Ayah dari pasien meninggal ketika dia masih kecil, pasien adalah sarjana tehnik elektro lulusan Universitas Brawijaya yang sekarang bekerja sebagai guru privat. Pasien tinggal bersama ibu, bibi, dan seorang kakak perempuannya yang belum menikah bekerja sebagai karyawan Bank swasta dimalang. Kakak sulungnya tinggal dan bekerja di Bali, sedangkan kakak yang no.2 tinggal dan bekerja di Surabaya. Hubungan pasien dengan ibu dan kakaknya sangat baik, saat pasien diRS keluarga bergantian menjaga dan menjenguknya, biaya RS ditanggung oleh kakak pasien.kesimpulan pasien termasuk ekonomi menenggah keatas.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

5. Riwayat Kebiasaan

7. Riwayat Gizi Penderita untuk makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi setenggah piring lauk pauk dengan, tahu, tempe dan makanan kesukaannya ayam kadangkadang daging, jarang makan buah-buahan dan susu, minum air putih 8 gelas perhari. Gizi kesan baik. D. ANAMNESIS SISTEM 1. Kulit 2. Kepala benjolan (-) 3. Mata 4. Hidung 5. Telinga 6. Mulut 7. Tenggorokan 8. Pernapasan 9. Kardiovaskuler 10. Gastrointestinal 11. Genitouterina 12. Neurologic 13. Psikiatrik 14. Muskuloskeletal 15. Extremitas atas pucat (-) 16. Ekstremitas bawah: bengkak (+), sakit (+), ujung jari kaki dingin (-), telapak kaki pucat (-) : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), : tersumbat (-), mimisan (-) : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-) : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-) : sakit menelan (-), serak (-) : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-) : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-) : mual (-), muntah (-), diare (-), nasfu makan turun, nyeri perut (-), : BAK lancar : kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-) : emosi stabil (+), mudah marah (-) : kaku sendi (+), nyeri pinggul (-), nyeri tangan kiri dan kaki : bengkak (-), sakit (+), ujung jari tangan dingin (-), telapak tangan ketajaman penglihatan berkurang (-) : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-) : sakit kepala (-), pusing (-), rambut tidak rontok, luka (+),

BAB tidak ada keluhan

kanan (+), nyeri otot (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum kesan baik 2. Tanda vital BB TB BMI Tensi Nadi Pernapasan Suhu : : 68 kg : 165 cm : BB / TB2 = 72/1652 = 24, 98 normal : 130/110 mmHg : 88x/menit,regular, isi cukup, simetris : 20x/menit : 36 0C : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (+), : Bentuk mesocephal, luka (+), rambut mudah dicabut (-), keriput (-), : cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi

3. Kulit 4. Kepala Makula (-) 5. Mata 6. Hidung 7. Mulut 8. Telinga

spider nevi (-), petechie (-), eritem (-), venektasi (-) atrofi m. temporalis (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-), papul (-), nodul (-), : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),warna kelopak putih, : nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), deformitas : mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-), bibir kering (-), gusi : otorrhea (-), pendengaran berkurang (-), nyeri tekan mastoid (-),

radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-) hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-) berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-), papil lidah atrofi(-) cuping teling (-), serumen (-) 9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-), 10. Leher 11. Thorax : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar :bentuk normal, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi limfe (-), deviasi trakea (-), tortikolis (-) suprasternal (-),retraksi sela iga (-) spidernevi (-), sela iga melebar (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)

Cor: Inspeksi Palpasi Perkusi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis tidak kuat angkat : Batas kiri atas Batas kanan atas Batas kiri bawah Pinggang jantung : SIC II Linea para sternalis sinistra : SIC II Linea para sternalis dekstra : SIC V medial lineo medio clavicularis sinistra : SIC IV linea para sternalis sinistra (batas jantung kesan tidak melebar) Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-) Suara tambahan jantung : Bj 3 (-), Bj 4 (-), Klik (-), Opening snap (-), Pericardial friction rub (-) Pulmo : Statis (depan dan belakang) Inspeksi Palpasi Perkusi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri, : fremitus raba kiri sama dengan kanan : sonor/sonor

Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-), stridor (-) Dinamis (depan dan belakang) Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,irama regular, otot bantu nafas (-), pola nafas abnormal (-), usaha bernafas normal. Palpasi Perkusi : fremitus raba kiri sama dengan kanan : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-). Abdomen : Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-) Palpasi Perkusi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tdk teraba, turgor baik, massa (-), asites (-) : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

12. System Collumna Vertebralis : Inspeksi Palpasi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) : nyeri tekan (-) 13. Ekstremitas : palmar eritem (-) Akral dingin

Oedem

14. Sistem genitalia : dalam batas normal 15. Pemeriksaan neurologic: Kesadaran : compos mentis fungsi luhur: dalam batas normal fungsi vegetatif : dalam batas normal fungsi sensorik N N N N

fungsi motorik

N N

N N 5

5 A N

N A

Kekuatan

Tonus

RF

RP

16. Status lokalis Regio skull parietal - Look : Edema (+), deformitas (-), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (-) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio clavicula sinistra - Look : Edema (-), deformitas (-), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema tidak ada, deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) 17. Pemeriksaan psikiatri Penampilan : perawatan diri baik Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis Afek : appopriate Proses pikir : bentuk : realistik Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah lengkap Tanggal 23 januari 2011 Hb Leukosit LED Trombosit Ht Eritrosit Hitung jenis Eos Bas St Seg Lym Mo :2 :4 :: 36 : 51 :7 : 18,6 g/dL : 14.600 L : 8 mm/jam : 296.000 L : 56,2 % : 5,22 juta/mm3

2. Pemeriksaan Tanggal 24 januari 2011 Masa pendarahan Masa pembekuan Hb Leukosit LED Trombosit Ht Eritrosit Hitung jenis Eos :1 : 130 : 3

Tanggal 25 januari 2011 : 12,8 g/dL : 11.600 L : tidak cukup : 182.000 L : 38,2 % : 4,35 juta/mm3

Baso Stab Segmen Lym Mono 3. Radiologi -

:1 :: 77 : 21 :Skull sinistra AP Lateral Thorax PA Cruris dextra AP Lateral

F. RESUME Pasien di bawa ke IGD tanggal 23 januarri 2011 dengan tidak sadarkan diri diri akibat kecelakaan lalu lintas, pasien tertabrak mobil ketika sedang menyebrang jalan. setalah sadar penderita menggeluh nyeri dikepala, bahu kiri, serta kaki kanan. Nyeri bertambah sakit jika ditekan dan digerakkan berkurang ketika di diamkan. Pasien juga mengeluhkan nyeri sedang dikepala disertai pusing, pasien mempunyai riwayat penyakit TB 2 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, compos mentis, status gizi kesan baik. Tanda vital dengan BMI 24, 98 kg/m2 memberikan kesan normal, status lokalis pada pada daerah Regio skull parietal Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+),Nyeri Tekan (+), Gerak aktif/pasif terbatas, nyeri gerak (+), pada regio clavicula Edema (-), deformitas (-), nyeri tekan (+), krepitas (+), Gerak aktif/pasif terbatas, nyeri gerak (+). Dan regio cruris dextra Edema (+), deformitas (+), nyeri (+), krepitasi (+), Gerak aktif/pasif terbatas, nyeri gerak (+). G. DIAGNOSIS HOLISTIK Tn. C dengan usia 29 tahun adalah penderita vulnus apertum skull parietal, closed fraktur clavikula sinistra dan closed fraktur cruris dextra, yang mempunyai riwayat TB sebelumnya yang tinggal dalam Extended Family. Hubungan Tn. C dengan keluarganya harmonis, dalam kehidupan sosial, Tn. C adalah seorang guru privat dalam kehidupan

kemasyarakatan. 1. Diagnosis dari segi bioligis : a. Vulnus Apertum skull parietal b. closed fraktur clavikula sinistra c. closed fraktur cruris dextra 2. Diagnosis dari segi psikologis Hubungan Tn. C dengan ibu dan saudaranya harmonis, saling mendukung, saling perhatian, dan saling pengertian. Hubungan dengan bibinya pun akrab. 3. Diagnosis dari segi social Penderita sebagai anggota masyarakat biasa dalam kehidupan masyarakat dilingkungannya. H. PENATALAKSANAAN 1. Non medikamentosa a. Imobilisasi b. Rehabilitasi 2. Rencana ORIF (Open Reduction and Fixation) 3. Medikamentosa Medikamentosa pre ORIF a. Antrain Medikamentosa post ORIF a. Antrain b. cephaflox inj. 2x1 gr c. ketorolac inj. 3x3 gr d. Ranitidin inj. 2x50 mg e. f. g. Primperan inj. 3x10 mg tramal inj. 3x100 mg cairan RD5 : D5 = 3 : 2

I. FOLLOW UP Tanggal 23 januari 2010

: nyeri kepala, nyeri bahu kiri, dan kaki kanan Tanda Vital : T N BB Status Generalis Status Lokalis : 130/90 mmHg : 88x/menit : 68 kg : dalam batas normal : RR S : 20x/menit : 36 C

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

Regio skull parietal - Look : Edema (+), deformitas (-), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (-) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio clavicula sinistra - Look : Edema (-), (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema tidak ada, deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Status Neurologik : E4V5M6 cukup Status Mentalis A P : dalam batas normal : Fraktur cruris dextra closed + fraktur clavicula sinistra : medikamentosa dan non medikamentosa dikonsulkan kedr.Spesialis orthopedi

Tanggal 24 januari 2010 S O : pasien menggeluh nyeri bahu kiri, dan kaki kanan, perut terasa perih : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda Vital : T N BB Status Generalis Status Lokalis : 130/90 mmHg : 80x/menit : 68 kg : dalam batas normal : RR S : 20x/menit : 36 C

Regio clavicula sinistra

- Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Status Neurologik : E4V5M6 cukup Status Mentalis A P operasi+1gr di OK b. Ranitidin 1 ampul Non medikamentosa Tanggal 25 januari 2010 S O : pasien tidak mengeluh adanya muntah, nyeri post opersi : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda Vital : T N BB TB Status Generalis Status Lokalis : 130/90 mmHg : 88x/menit : 68 kg : 165 cm : dalam batas normal : post ORIF RR S : 20x/menit : 36 C : dalam batas normal a. chephaflox 2g, 1 gr/1 jam sebelum : Closed Fraktur cruris dextra + closed fraktur clavicula sinistra : Medikamentosa =

Regio clavicula sinistra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Status Neurologik : E4V5M6 cukup

Status Mentalis A P : medikamentosa

: dalam batas normal

: Closed Fraktur cruris dextra + closed fraktur clavicula sinistra a. cephaflox inj. 2x1 gr b. cetorolac inj. 3x3 gr c. Ranitidin inj. 2x50 mg d. Primperan inj. 3x10 mg e. tramal inj. 3x100 mg f. cairan RD5 : D5 = 3 : 2 Non medikamentosa imobilisasi

Tanggal 26 januari 2010 S O : pasien mengatakan tidak muntah, menggeluh nyeri post operasi : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda Vital : T N BB Status Generalis Status Lokalis : 130/90 mmHg : 80x/menit : 68 kg : dalam batas normal : post ORIF RR S : 20x/menit : 36 C

Regio clavicula sinistra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Status Neurologik : E4V5M6 cukup Status Mentalis A P medikamentosa : dalam batas normal : Closed Fraktur cruris dextra + closed fraktur clavicula sinistra : Medikamentosa dilanjutkan ditambah Antrain juga non

Tanggal 27 januari 2010 S O :pasien menyatakan kakinya masih nyeri post operasi. : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda Vital : T N BB TB Status Generalis Status Lokalis : 140/100 mmHg : 70x/menit : 68 kg : 165 cm : dalam batas normal : post ORIF RR S : 20x/menit : 376 0C

Regio clavicula sinistra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema tidak ada, deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Status Neurologik : E4V5M6 cukup Status Mentalis A P S O : dalam batas normal : Closed Fraktur cruris dextra + closed fraktur clavicula sinistra : Medikamentosa dan non medikamentosa dilanjutkan : mengatakan tidak mual : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda Vital : T N BB TB Status Generalis Status Lokalis : 150/120 mmHg : 76x/menit : 68 kg : 165 cm : dalam batas normal : post ORIF RR S : 20x/menit : 37 0C

Tanggal 28 januari 2010

Regio clavicula sinistra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+)

- Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Regio cruris dextra - Look : Edema (+), deformitas (+), elastic perban (+), - Feel : NT (+), krepitasi (+) - Move : Gerak aktif/pasif terbatas, NG (nyeri gerak) (+) Status Neurologik : E4V5M6 cukup Status Mentalis A P : dalam batas normal : Closed Fraktur cruris dextra + closed fraktur clavicula sinistra : Medikamentosa dan non medikamentosa dilanjutkan

J. TABEL FLOWSHEET Nama Diagnosis


No 1. Tanggal 23-1-2011

: Tn. C : Closed Fraktur cruris dextra + closed fraktur clavicula sinistra


Vitalsign T:130/90 mmHg N:88 x/ menit BB : 68 kg RR:20x/ menit S : 36o C BB/TB 68/165 BMI 24, 98 Status lokalis Regio skull parietal, Regio clavicula sinistra, Regio cruris dextra Keluhan Nyeri kepala, nyeri bahu kiri dan kaki kana Rencana Medikamentosa Antrain Pemeriksaan DL Radiologi = skull APlat, thorax PA, cruris APlat Konsulkan ke dokter spesialis orthopedi =

2.

24-1-2011

T : 130/80 mmHg N : 80x/ menit BB : 68 kg RR : 22x/ menit S : 36,5o C

68/165

24, 98

Regio skull parietal, Regio clavicula sinistra, Regio cruris dextra

Nyeri bahu kiri dan kaki kanan

Medikamentosa dan non medikamentosa dilanjutkan

3.

25-1-2011

T : 140/70

68/165

24, 98

Post ORIF

Post ORIF

cephaflox inj.2x1 gr

mmHg N :70 x/ menit BB :68 kg RR : 18x/ menit 4. 26-1-2011 S : 36,8o C T: 150/120 mmHg N : 80 x/ menit BB: 68kg RR: 20x/ menit S: 37o C 5. 27-1-2011 T: 140/100 mmHg N : 80 x/ menit BB: 68kg RR: 20x/ menit 6. 28-1-2011 S: 36o C T: 30/60 mmHg N : 76 x/ menit BB: 68kg RR: 20x/ menit S: 37o C 68/165 24, 98 68/165 24, 98 68/165 24, 98

clavicula sinistra dan cruris dextra

Nyeri bahu kiri dan kaki kanan

cetorolac inj.3x3 gr Ranitidin inj.2x50 mg Primperan inj. 3x10 mg tramal inj. 3x100 mg cairan RD5 : D5 = 3 : 2 RO post ORIF

Post ORIF clavicula sinistra dan cruris dextra

Post ORIF Nyeri kaki kanan, mengatakan Tidak ada muntah

Medikamentosa dan non medikamentosa dilanjutkan

clavicula sinistra cruris dextra dan

Post ORIF menyatakan kaki kanan masih nyeri, tidak ada muntah

Medikamentosa dan non medikamentosa dilanjutkan

Medikamentosa dan non medikamentosa dilanjutkan

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga ini terdiri dari istri ( Tn) dengan 4 orang anak salah satunya Tn. C anak bungsu. Ny. S dan kakak dari Tn. CA menganggap closed fraktur clavicula sinistra dan closed fraktur cruris dextra yang diderita Tn. C adalah penyakit yang berbahaya sehingga perlu perhatian tindakan cepat dan khusus dimana keluarga segera menyetujui rencana operasi selanjutnya dari dokter. 2. Fungsi Psikologis Hubungan Tn. C dengan ibu dan kakaknya saling mendukung, saling memperhatikan saling pengertian. Hubungan antara bibi dengan Tn. C kurang akrab. 3. Fungsi Sosial Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini mengikuti beberapa kegiatan di lingkungannya. Hubungan dengan tetangga baik dan rukun. Tn. C sangat menghargai budaya dan tradisi Jawa, hal ini dapat dilihat pada pergaulan mereka sehari hari yang menggunakan bahasa Jawa, tata krama Jawa, dan kesopanan sehari hari masih diperhatikan.

B. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN ALAT AFGAR SCORE Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. AFGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga lain. APGAR score meliputi: 1. Adaptation Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain. 2. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. 3. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4. Affection Menggambarkan Hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. 5. Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata < 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 baik. Dimana score untuk masing-masing kategori adalah 1 2 3 : sering/selalu : kadang-kadang : jarang/tidak sama sekali Tabel 4 APGAR score An. C terhadap keluarga A P APGAR An.A terhadap keluarga Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya 2 1 0

a. Tn. C (29 tahun)

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll. Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama. 1. Adaptation

Tn.C selalu mendapat dukungan, saran dan bantuan dari keluarganya jika menghadapi suatu masalah dan memerlukan bantuan. Tn.C biasanya menceritakan masalahnya kepada ibu dan kakaknya. Score: 1 2. Partnership Hubungan Tn.C dengan keluarganya cukup akrab, Tn.C seringkali membicarakan masalah yang dihadapinya kepada ibu dan kakaknya. Score: 2 2. Growth Tn.C selalu mendapat dukungan dari anggota keluarganya untuk melakukan hal-hal baru yang positif karena masing-masing anggota keluarga yang saling memperhatikan. Score : 2 3. Affection Antara anggota keluarga saling menyayangi dan saling memberikan perhatian Score: 2 4. Resolve Tn.C jarang menghabiskan waktu bersama dengan ibu dan kakaknya karna pekerjaan masing-masing. Tapi kadang-kadang menghabiskan waktu bersama diwaktu senggang. Score: 1 Total APGAR score Tn.C = 9 (fungsi keluarga dalam keadaan baik)

b. Ny. S (65 thn) APGAR score Ny. S terhadap keluarga APGAR Ny. S terhadap kaluarga A P G 2 1 0

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersamasama

A R

Untuk Ny. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adaptation Ny. S selalu mendapat dukungan, saran dan bantuan dari keluarganya jika menghadapi suatu masalah dan memerlukan bantuan. Tn.M biasanya menceritakan masalahnya kepada anak-anaknya terutama anak ketiganya. Score: 1 2. Partnership Hubungan Ny. S dengan keluarganya cukup akrab, Tn.M seringkali membicarakan masalah yang dihadapinya kepada anak-anaknya. Score: 2 5. Growth Ny. S selalu mendapat dukungan dari anggota keluarganya untuk melakukan hal-hal baru yang positif karena masing-masing anggota keluarga yang saling memperhatikan. Score : 2 6. Affection Antara anggota keluarga saling menyayangi dan saling memberikan perhatian

Score: 2 7. Resolve Ny. S kurang merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diberikan oleh keluarganya untuknya. Karena anak-anaknya sibuk dengan pekerjaan walaupun dalam waktu senggang kadang menghabiskan waktu bersama Score: 1 Total APGAR score Ny. K = 9 (fungsi keluarga dalam keadaan baik) c. Ny. M ( 60 thn) APGAR score Ny. M terhadap keluarga APGAR Ny. M terhadap kaluarga A P G Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama- sama 2 1

A R

Untuk Ny. M APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adaptation Ny.M selalu mendapat dukungan, saran dan bantuan dari keluarganya jika menghadapi suatu masalah dan memerlukan bantuan. Ny.M biasanya menceritakan masalahnya kepada kakaknya. Score: 1 2. Partnership Ny.T sering membicarakan masalah yang dihadapinya dengan keluarga

Score: 2 3. Growth Ny.T selalu mendapat dukungan dari anggota keluarganya untuk melakukan hal-hal baru yang positif karena masing-masing anggota keluarga yang saling memperhatikan. Score : 2 4. Affection Antara anggota keluarga saling menyayangi dan saling memberikan perhatian Score: 2 5. Resolve Ny.M merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diberikan oleh keluarganya untuknya. Karena keluarga ini sering menghabiskan waktu bersama dirumah. Score: 2 Total APGAR score Ny.T = 9 (fungsi keluarga dalam keadaan baik) d. Nn. V (30 thn) APGAR score Ny. V terhadap keluarga APGAR Ny. V terhadap kaluarga A P G Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama- sama 2 1 0

A R

Untuk Nn. V APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adaptation

Nn. V selalu mendapat dukungan, saran dan bantuan dari keluarganya jika menghadapi suatu masalah dan memerlukan bantuan. Ny. V biasanya menceritakan masalahnya kepada ibu, kadang kepada temannya. Score: 1 2. Partnership Hubungan Nn. V dengan keluarganya cukup akrab, Nn. V seringkali membicarakan masalah yang dihadapinya kepada ibu. Score: 2 8. Growth Nn. V selalu mendapat dukungan dari anggota keluarganya untuk melakukan hal-hal baru yang positif karena masing-masing anggota keluarga yang saling memperhatikan. Score : 2 9. Affection Antara anggota keluarga saling menyayangi dan saling memberikan perhatian Score: 2 10. Resolve Nn. V merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diberikan oleh keluarganya untuknya. Karena keluarga ini sering menghabiskan waktu bersama dirumah. Score: 2 Total APGAR score Tn. C = 9 (fungsi keluarga dalam keadaan baik) Kesimpulan: Total APGAR score keluarga Tn.C adalah : (9+9+9+9):4 = 9 Fungsi fisiologis keluarga Tn.C BAIK C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM Fungsi patologis dari keluarga Tn. C dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut : Tabel 9. SCREEM Keluarga Tn. C

Sumber Social Culture Religious Ikut berpartisipasi adat dalam istiadat kegiatan Jawa di dalam lingkungannya Menggunakan

Patologis -

kehidupan sehari hari Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah. Economic Penghasilan keluarga yang relatif cukup tetapi penghasilan Tn. C tidak stabil perbulan kurang dari UMR Educational Tingkat pendidikan keluarga tergolong tinngi, yaitu Tn.C dan Nn.V pendidikan terakhir sampai S1. Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Tn.C pergi ke Rumah Sakit atau Balai pengobatan. -

Kesimpulan : Dalam keluarga Tn. C ditemukan tidak ditemukan fungsi patologis yang meliputi : 1. Ekonomi: Penghasilan Tn. C perbulan kurang dari UMR dan relatif tidak stabil karna bekerja sebagai guru privat. Kehidupan Tn.C ditanggung sendiri karna belum menikah penghasilan cukup untuk diri sendiri, biaya operasi dari Tn.C ditanggung kakakkakaknya.

Tn. C

D. GENOGRAM KELUARGA Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. C

Tn.

Ny.S

Tn.K

Ny.F Nn.V Tn.C

Keterangan diagram : : laki laki : penderita

: perempuan Kesimpulan :

atau

: telah meninggal

Closed fraktur clavikula sinistra dan closed frakur cruris dextra E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Tn. C

Keterangan : : hubungan baik : laki - laki

: hubungan jelek

: perempuan

Kesimpulan : Hubungan Tn. C dengan keluarganya harmonis Hubungan Tn. C dan Ny. M harmonis

BAB III A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NONPERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga


a. Pengetahuan Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan karna tingkat pendidikan yang tinggi, menurut pendapat anggota keluarga, yang dimaksud kondisi patah tulang itu adalah suatu kegawat daruratan yang segera mungkin diatasi agar penderita dapat mengembalikan fungsi atau memperbaiki fungsi patah tulang dengan operasi pemasangan plane. b. Sikap Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama ini keluarga penderita menganggap bahwa penyakit Tn. C penyakit yang harus memerlukan perhatian khusus. c.Tindakan Keluarga segera menyetujui tindakan operasi yang disarankan dokter untuk penanganan fraktur.

2. Faktor Non Perilaku


Faktor nonperilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada di sekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat, yaitu lingkungan biologi; lingkungan fisik; lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial (Entjang, 2000). Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Perumahan yang terlalu rapat dan sempit mengakibatkan tingginya kejadian penyakit, kecelakaan dan lain-lain. Rumah yang sehat menurut Winslow adalah yang mampu memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, menghindari terjadinya kecelakaan, dan menghindari terjadinya penyakit (Sukarni, 1994).

Pengetahuan :

Lingkungan :

Keturunan : Sikap : Rumah memenuhi syarat kesehatan Pelayanan Kesehatan : Keluarga cukup memahami penyakit penderita Tindakan : K Tidak ke faktor keturunan Keluaga peduli terhadap penderita eluarga Tn.C W berobatada Balai pengobatan atau Rumah Sakit Jika sakit, Ny. antarkan Tn.C untuk kontrol penyakitnya ke balai pengobatan

a. Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini terletak diperumahan yang agak jauh dari jalan utama sehingga tidak bising, tenang, dan sejuk. Walaupun rumah minimalis tetapi sudah cukup memadai, luas bangunan yang tidak terlalu besar cukup menampung anggota keluarga yang tidak banyak, pencayaan ruangan dan ventilasinya cukup. Sumber air dari sumur bor, listrik ada, kamar mandi dan jamban ada, dapur satu bersam dengan tempat cuci. b. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter, apotek, dan lain sebagainya, tergolong dekat dengan rumah keluarga Tn.C sehingga sebenarnya, Tn.C dan keluarga sangat mudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan tepat. Jika sakit, Tn.C juga memilih berobat ke Balai Pengobatan atau Rumah Sakit. e. Keturunan Tidak ada faktor keturunan dalam keluarga Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Keterangan : : Faktor Perilaku Kesimpulan : Identifikasi faktor perilaku dan non perilaku keluarga Tn.C mendukung kesehatan Tn.C, yaitu memahami penyakit penderita, kepedulian keluarga terhadap penderita, anggota keluarga mengantar penderita kontrol ke balai pengobatan, lingkungan rumah memenuhi syarat kesehatan, penderita mampu memeriksakan diri ke rumah sakit dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama sebelumnya. B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH 1. Gambaran Lingkungan Luar Rumah Penderita tinggal bersama dengan ibunya (Ny. S) yang merupakan sebuah rumah dengan tipe 45. Rumah ini tidak memiliki halaman, karna halaman sudah terpakai sebagai garasi rumah dengan pagar pendek. Untuk pembuangan limbah, di belakang rumah ada selokan maupun saluran pembuangan limbah. Untuk pembuangan sampah rumah tangga, anggota keluarga ini membawanya ke bak pembuangan sampah yang tidak begitu jauh dari lingkungan rumahnya. 2. Gambaran Lingkungan Dalam Rumah Rumah keluarga ini memiliki dinding yang sudah permanen dari batu bata, disemen dan dicat, lantai ditekel. Rumah terdiri dari Garasi depan, ruang tamu, tiga buah kamar tidur, sebuah dapur dan tempat cuci, satu kamar mandi. Atap menggunakan genting. Ventilasi baik, jendela terdapat pada ruangan depan sedangkan ruangan lain memiliki lubang ventilasi untuk pertukaran udara. Untuk pencahayaan baik. Kebersihan dalam rumah ini baik, sampah kering dan basah dibuang ditempat sampan yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah yang kemudian sampah itu diangkut tiap hari oleh petugas kebersihan dikompleks : Faktor Non Perilaku

tersebut. Diagram 4. Denah Rumah Keluarga Tn. C 0100090000031602000002009601000000009601000026060f002203574d464301000000000 00100af690000000001000000000300000000000000030000010000006c0000000000000000 000000350000006f00000000000000000000008c290000bb1f000020454d460000010000030 0001000000002000000000000000000000000000000ec130000c8190000d800000017010000 0000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a000000100 0000000000000000000000900000010000000cf0900007f0700005200000070010000010000 00a4ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c006900620 07200690000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000000000000000000000000000000000000001200c098120010000000249c1200a4991200 fd51136e249c12001c991200100000008c9a1200089c12009451136e249c12001c9912002000 00009f71576a1c991200249c120020000000ffffffff1c3873021a72576affffffffffff0180ffff018 03fff0180ffffffff0000010000080000000800004300000001000000000000005802000025000 000372e90010000020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f0000000 0000000430061006c00690062007200000000000000dc05e49912008a27576a30fe386b449d 1200509912009c2d506a07000000010000008c9912008c991200087a4e6a07000000b499120 01c3873026476000800000000250000000c00000001000000250000000c0000000100000025 0000000c00000001000000120000000c00000001000000180000000c0000000000000254000 000540000000000000000000000350000006f0000000100000088878740d145874000000000 57000000010000004c000000040000000000000000000000d10900007f07000050000000200 0001a3600000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffffcf090000800 70000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e0000 80250000000c0000000e0000800e00000014000000000000001000000014000000040000000 3010800050000000b0200000000050000000c02e6002d01040000002e0118001c000000fb02 f5ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000 000000000000000000000000040000002d010000040000002d010000040000002d01000004 00000002010100050000000902000000020d000000320a0a00000001000400000000002d01 e600200006001c000000fb020200010000000000bc02000000000102022253797374656d000 04d53205368656c6c20446c67000000000000000000000000040000002d010100040000002

Kesimpulan: Lingkungan rumah cukup memenuhi syarat kesehatan.

BAB IV DAFTAR MASALAH

A. MASALAH MEDIS 1. Vulnus apertum 2. Closed fraktur clavicula sinistra 3. Closed fraktur cruris dextra B. MASALAH NON MEDIS 1. Jarang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga yang lain

aktur clavicula sinistra+ closed fraktur cruris dextra 2. Tn.C sering begadang dan kurang beristirahat

C. DIAGRAM PERMASALAHAN KELUARGA Diagram 5. Diagram Permasalahan Keluarga Tn. C

D. MATRIKULASI MASALAH Dari berbagai permasalahan yang ada dalam keluarga Tn. C, perlu diketahui adanya prioritas masalah dengan menggunakan matrikulasi. Indikator yang digunakan dalam membuat meatrikulasi masalah antara lain adalah : 1. Importancy : yaitu pentingnya masalah. Dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Prevalence (besarnya masalah) b. Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) c. Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) 2. 3. Technology : yaitu teknologi yang tersedia Resources : yaitu sumber daya yang tersedia. Dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Man (tenaga yang tersedia) b. Money (sarana yang tersedia) c. Material (pentingnya masalah) Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, yaitu :

0 1 2 3 4

= tidak penting = agak penting = cukup penting = penting = sangat penting

(Azwar A, 2003).

Tabel 10. Matrikulasi Masalah JUMLAH NO DAFTAR MASALAH I T M n R IxT xR P Jarang menghabiskan waktu 1. bersama 4 3 5 2 3 3 4 4320 (5) 2. Tn.C sering begadang dan kurang beristirahat 4 3 5 2 3 3 4 (5) 4320 S SB M o M a

Keterangan : I : Importancy T : Technology R : Resource P : Prevalency S : Severity Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.C adalah SB : Sosial Benefit Mn : Man Mo : Money Ma : Material

sebagai berikut : 1. Jarang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga yang lain 2. Tn.C sering begadang dan kurang beristirahat

BAB V HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN CLOSED FRAKTUR CLAVIKULA SINISTRA, CLOSED FRAKTUR CRURIS DEXTRA

A. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN CLOSED FRAKTUR CLAVIKULA SINISTRA Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.

Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena : 1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran ataupun penarikan. 2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal. 3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor.

Etiologi Faktur Klavikula Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 1016 % dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa

sekitar 2,65 %. PATOFISIOLOGI Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula bergabung dengan acromion dari skapula membentuk sambungan acromioclavicular(AC). Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur. Klasifikasi patah tulang secara umum adalah : - Fraktur lengkap : Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain. - Fraktur tidak lengkap : Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh). Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi: - Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit. - Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun

1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok. 1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian 7580%) pada daerah ini tulang lemah dan tipis, umumnya terjadi pada pasien yang muda. 2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni, conoid dan trapezoid). - Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular. - Tipe 2A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen. - Tipe 2B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya. - Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint. - Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal berpindah keatas. - Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen. 3. Pada Kelompok kejadian 3: ini patah tulang klavikula berhubungan pada sepertiga cidera proksimal (5%) biasanya dengan neurovaskuler.

GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihatdisertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : - Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur. - Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak. PENANGANAN Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan

tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal. Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut : - Fraktur terbuka. - Terdapat cedera neurovaskuler. - Fraktur comminuted. - Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih. - Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion). - Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).

PROGNOSIS Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative. KOMPLIKASI Komplikasi akut: - Cedera pembuluh darah - Pneumouthorax - Haemothorax Komplikasi lambat : - Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. - Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan A. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN CLOSED FRAKTUR CRURIS DEXTRA Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.(Brunner & Suddart, 2001. Keperawatan medical bedah 3. Jakarta : EGC) JENIS FRAKTUR 1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.

2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang 3. Fraktur tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit 4. Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. 5. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak. 6. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang 7. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen 8. Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam 9. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) 10.Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya. C. ETIOLOGI Trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstem Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

PATHOFISIOLOGI Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit MANIFESTASI KLINIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya Pemeriksaan jumlah darah lengkap Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

PENATALAKSANAAN Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula. Prpsedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortoped dan indikasinya yang lazim dilakukan : Reduksi terbuka patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang Fiksasi interna plat, paku dan pin logam Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit. Amputasi Artroplasti tanpa terbuka Menisektomi Penggantian sendi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak : penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis : penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi dengan logam atau sintetis Transfer tendo Fasiotomi : pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki fungsi : pemotongan fasia otot untuk menghilangkan konstriksi otot atau : penghilangan bagian tubuh : memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi yang patah : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang

Penggantian sendi total

mengurangi kontraktur fasia. Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll) Imobilisasi fraktur: fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah KOMPLIKASI Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN HOLISTIK Tn. C dengan usia 29 tahun adalah penderita vulnus apertum skull parietal, closed fraktur clavikula sinistra dan closed fraktur cruris dextra, yang mempunyai riwayat TB sebelumnya yang tinggal dalam Extended Family. Hubungan Tn. C dengan keluarganya harmonis, dalam kehidupan sosial, Tn. C adalah seorang guru privat dalam kehidupan kemasyarakatan. 4. Diagnosis dari segi bioligis : d. Vulnus Apertum skull parietal e. closed fraktur clavikula sinistra f. closed fraktur cruris dextra 5. Diagnosis dari segi psikologis Hubungan Tn. C dengan ibu dan saudaranya harmonis, saling mendukung, saling perhatian, dan saling pengertian. Hubungan dengan bibinya pun akrab. 6. Diagnosis dari segi social Penderita sebagai anggota masyarakat biasa dalam kehidupan masyarakat dilingkungannya.

B. SARAN KOMPREHENSIF 1. Promotif : Edukasi untuk menjaga pola makan, dan gaya hidup serta pentingnya menjaga lingkungan rumah. 2. Preventif : Diet tinggi serat serta banyak mengkonsumsi air putih.

3. Kuratif Terapi medikamentosa diteruskan Analgesik dan antibiotik 4. Rehabilitatif Edukasi dan motivasi terhadap pasien bahwa setelah operasi fraktur pasien dapat beraktivitas normal setelah keadaan pasien mulai pulih.

Вам также может понравиться