Вы находитесь на странице: 1из 3

BUPATI TAPUT TIDAK PAHAMI PERATURAN PERUNDANG_UNDANGAN : PECAT PNS DENGAN AROGAN

Tarutung () Tidak tanggung-tanggung, Bupati Taput dengan Surat Keputusan No. 862/05/BKD/II/2012, No. 862/07/BKD/II/2012, No. 862/09/BKD/II/2012, No. 862/15/BKD/II/2012, No. 862/16/BKD/II/2012, memecat atau dengan kata lain memberhentikan dengan hormat bukan atas permintaan sendiri 5 (lima) orang PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, masing-masing atas nama Drs. Joksen Sijabat (Mantan Sekretaris BAPPEDA), Drs. Sofian Simanjuntak (Mantan Camat Pahae Jae), Junielda Pakpahan, S.E., Ir. Longgam Panggabean (Mantan Kadis Perikanan dan Peternakan), dan Drs. Alpa Simanjuntak (Mantan Kepala Sekolah SMA Neg. 1 Siborong-borong). Dasar hukuman pemecatan adalah PP No. 53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin PNS pada Pasal 3 angka 3, Pasal 3 angka 6, dan Pasal 4 angka 6. Selain pemecatan kelima mantan pejabat tersebut, Bupati Tapanuli Utara juga menurunkan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun untuk 8 (delapan) orang PNS untuk kasus yang sama. Dimana satu diantaranya adalah seorang guru sertifikasi yang ditetapkan menjadi staf dinas dan terpaksa harus kehilangan masa kerja selama 4 (empat) tahun dan kehilangan hak sertifikasinya. Hal ini dikarenakan pada guru berlaku masa kerja hingga umur 60 (enam puluh) tahun sedangkan pada staf biasa berlaku masa kerja hingga 56 tahun. Bermula dari pemutasian beberapa pejabat oleh Bupati Tapanuli Utara dengan alasan tertentu dan tidak sesuai dengan prinsip dalam manajemen Sumber Daya Manusia yang mengatakan The Right Man On The Right Place (Orang yang tepat pada posisi yang tepat). Hal ini dapat kita lihat didalam Tata Pemerintahan Pemkab Tapanuli Utara, dimana guru SD diangkat menjadi Camat, Kepala Sekolah berprestasi di mutasikan menjadi guru piket, dan lain sebagainya. Alasan pemutasian yang tidak masuk akal ini akhirnya membuat para PNS di lingkungan Pemkab Tapanuli Utara kesal, dan membuat pengaduan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Nasib baik memihak para PNS tersebut, Mahkamah Agung memerintahkan Bupati Tapanuli Utara segera mencabut SK pemutasian tersebut dan mengembalikan mereka pada posisi semula. Namun, lagi-lagi Bupati Tapanuli Utara tidak mengindahkan Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang mengakibatkan para PNS yang terkena mutasi tersebut menyampaikan aspirasinya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Utara dan diterima langsung oleh Ketua DPRD, Fernando Silaban, S. H., M.Hum bersama para anggota dewan dan mereka berjanji akan melakukan fasilitas mediasi antara mereka dengan Pemkab Tapanuli Utara. Adapun tuntutan yang mereka ajukan adalah : (1) Hentikan pemutasian dan intimidasi yang sewenang-wenang terhadap PNS di lingkungan Kabupaten Tapanuli Utara yang tidak sesuai dengan Manajemen Sumber Daya Manusia, (2) Laksanakan Putusan Mahkamah Agung RI yang memenangkan para PNS dari keputusan mutasi yang sewenang-wenang, dan (3) Hentikan kecurangan terstruktur pada pelaksanaan UN siswa karena ini merupakan pembodohan massal. Namun janji tinggal janji, waktu tetap berjalan. Mediasi yang dijanjikan oleh DPRD Taput tinggal kenangan. Bupati Tapanuli Utara sudah terlebih dahulu mengeluarkan Surat Keputusan memecat atau dengan kata lain memberhentikan dengan hormat bukan atas permintaan sendiri 5 (lima) orang PNS yang menyampaikan aspirasinya kepada DPRD dengan melanggar PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS Pasal 4 angka 6 yang berbunyi melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara. Menurut mereka, hukuman ini lebih pantas dijatuhkan kepada adik ipar Bupati yang jelas-jelas telah dijatuhkan vonis hukuman 1,8 tahun kurungan oleh Pengadilan Negeri Tarutung, namun beberapa bulan setelah masa hukumannya habis, ia diangkat menjadi Inspektur Pemeriksa pada Inspektorat Tapanuli Utara dan baru-baru ini diangkat menjadi Sekretaris Dinas Kebersihan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sofian Simanjuntak salah seorang PNS

yang dipecat. Ketika ditanyakan reaksi DPRD akan terbitnya SK Bupati ini, mereka mengatakan bahwa sampai sejauh ini tidak ada tindakan apapun yang diambil oleh DPRD sesuai dengan hakhaknya sebagai wakil rakyat.
Drs Alpha Simanjuntak MPd yang pernah menjadi Calon Wakil Bupati Taput periode 2009-2014 berpasangan dengan Drs Edward Sihombing MM. Alpha Simanjuntak yang dipecat sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Tapanuli Utara No 862/16/BKD/II/2012, Tanggal 15 Maret 2012, tentang penjatuhan hukuman disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dasar pemecatan dalam SK disebutkan, Alpha telah melanggar ketentuan Pasal 4 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil yang berbunyi setiap PNS dilarang melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara. Alpa sendiri terakhir berpangkat Pembina VI/a dan bekerja sebagai guru di SMP Negeri I Simangumban, Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara. Saat dihubungi , Alpha membenarkan dirinya menerima SK pemecatan itu. Ia mengaku kesal dan marah. Menurutnya, Pasal 4 angka (6) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang dijatuhkan terhadap dirinya dalam SK pemecatan tersebut tidak memiliki dasar pembuktian hukum. Saya tidak mengerti apa hubungan pasal penjatuhan hukuman disiplin ini dengan tuduhan perbuatan yang saya lakukan, ujarnya. Menurutnya, pengertian bunyi pasal 4 angka 6 PP 53 Tahun 2010 itu merupakan perbuatan tindak pidana korupsi. Saya tidak habis pikir dan merasa sangat aneh, mengapa Bupati memiliki penalaran hukum yang sangat dangkal? Anggaran apa yang saya korupsi dengan status sebagai guru dan berapa nilai nominal yang saya korupsi yang telah merugikan Negara?", ucapnya dengan sedikit nada kecewa

Belum lagi yang dialami oleh Erty Panent, PNS di Pemkab Taput yang melayangkan gugatan
terhadap Bupati Torang Lumbantobing (Toluto) ke PN Tarutung, mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari atasan dan rekan-rekannya sesama staf di Kantor Camat Pangaribuan. Erty mengaku, saat berada di kantor dirinya merasa dikucilkan. Erty Panent menggugat Toluto lantaran putusan MA yang memenangkan gugatannya (untuk kasus penurunan pangkat dari III/d ke III/c) dan memutuskan agar Toluto mengembalikannya ke posisi semula sebelum dimutasikan tidak dijalankan Harusnya, tegas Anggota Komisi A DPRD Sumut, Sopar Siburian, ada mekanisme yang dilakukan sebelum menjatuhkan sanksi itu, yakni ada tim yang dibentuk untuk menyelidiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan para PNS."Apabila ditemukan kesalahan atau pelanggaran disiplin, maka terlebih dahulu ada teguranteguran yan dilakukan," kata Sopar Siburian menjawab Starberita di Medan. Namun yang terjadi, ungkap politisi Partai Demokrat Sumut ini, pemberian sanksi tersebut dilakukan tanpa melalui tim penyelidikan, tanpa melalui teguran, langsung dijatuhkan sanksi."Sebenarnya dalam hal ini bupati sudah menjatuhkan sanksi kepada para PNS tanpa melalui prosedur yang berlaku," kata Sopar Siburian Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Azwar Abubakar menganulir tindakan sewenang-wenang yang dilakukan Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumban Tobing (Toluto) pemecatan terhadap sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) di daerah tersebut. Hal itu diungkapkannya, saat menerima sejumlah anggota Komisi A, DPRD Sumut yang dipimpin H Isma Fadly Ardya Pulungan bersama Koordinator Komisi, H Kamaluddin Harahap, danKadis Kesbang Linmas, Bukit Tambunan beserta PNS yang dipecat itu di Kementrian PAN-RB beberapa waktu yang lalu. Setelah menerima penjelasan dan kronologis pemecatan dari Bupati Taput tersebut dari para pegawai itu, Azwar Abubakar menegaskan akan mengambil alih masalah tersebut. Untuk menangani masalah pemecatan saya akan menghandle langsung. Sedangkan terhadap penurunan pangkat dan masalah pegawai Honorer, akan ditangani sekretaris kementrian, ujarnya tegas. Bahkan, lanjut menteri yang berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut, bahwa pegawai tidak perlu mengambil pusing sikap bupati yang sewenang-wenang dan tidak bijaksana itu. Mengenai masalah jabatan yang diturunkan dan pangkat yang diturunkan, itu akan diurus sekretaris Kemenpan RB.

Karena pegawai yang tidak bersalah tidak boleh dijatuhi hukuman pelanggaran displin berat tanpa prosedur kepegawaian, tambahnya lagi. Sementara itu ditempat yang sama, anggota Komisi A lainnya, Raudin Purba dan Rinawati mengatakan, hal ini menjadi contoh bagi kepala daerah yang arogan. Sebab, tak sedikit kepala daerah yang arogan dan semena-mena mencopot jabatan pegawai atau menurunkan pangkatnya tanpa prosedur yang benar. "Banyak kepala daerah yang suka-sukanya memindahkan jabatan orang. Ini jadi pelajaran," ujar Raudin.

Sementara itu ditempat terpisah, Alain Delon, seorang pemerhati Tapanuli ketika dimintai tanggapannya terkait Surat Keputusan Bupati tersebut menilai bahwa Bupati tidak mengindahkan UUD RI terutama pasal 28 yang mengatur tentang kebebasan mengeluarkan pendapat, UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah Pasal 28 yang melarang Bupati : (a) membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, merugikan kepentingan umum, dan meresahkan sekelompok masyarakat, atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan masyarakat lain; (b) turut serta dalam suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik negara daerah, atau dalam yayasan bidang apapun; (c) melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara langsung. maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan daerah yang bersangkutan, (d) melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; dan huruf (f) menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya. Juga mereka menilai Bupati Tapanuli Utara melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Utara telah melanggar PP No. 53 tentang Disiplin PNS Pasal 4 angka 9 yang mengatakan bahwa setiap PNS dilarang bertindak sewenang-wenang kepada bawahannya. Hal ini dipertajam lagi dengan kekosongan beberapa jabatan setingkat eselon yang posisinya sangat strategis di Tapanuli Utara. Masyarakat banyak mengeluh, seperti yang dituturkan Delon "bagaimana PNS sebagai pelayan masyarakat bisa ahli dalam satu bidang, sementara baru menjabat sudah dipindah tugaskan dan bahkan beberapa diantaranya di nonjobkan, seperti Hutauruk yang adalah Mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara Golongan IV/b yang saat ini menjabat staf di salah satu Instansi Pemerintahan di Tapanuli Utara?". (Chompey)

Вам также может понравиться