Вы находитесь на странице: 1из 3

ANTARA PANDAWA, KARNA DAN KURAWA: INTRIK REVOLUSI 1966 SEBAGAI KELANJUTAN DARI SKENARIO G30S Berbicara tentang

gerakan revolusi 1966, tentu tak lepas dari peranan pihak terkait, apakah itu kaum elite penguasa (Orde Lama, PKI), Soeharto CS, maupun mahasiswa (KAMI, CGMI). Tiga pihak tersebut kalau kita terus telusuri, tentu akan bertemu dengan sebuah titik, dimana peranan dari tiga aktor sejarah tersebut akan saling bersinggungan, terlebih kalau kita awali dengan sebuah peristiwa yang paling diingat sekaligus kontroversial dari sejarah kelam bangsa Indonesia, yaitu G30S. Ada beberapa pernyataan tentang titik temu dari tiga pihak itu yang mengawali alur dari penelusuran titik tersebut, Pertama, Menurut John Roosa dalam bukunya Dalih Pembunuhan Massal, pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa G30S adalah Soeharto, dengan segala data dan fakta dia memaparkan bahwa Soeharto lah semestinya bertanggung jawab. Kedua, kita sama-sama mengetahui bahwa PKI merupakan tameng dari rezim Soekarno, yang mana PKI beraliansi dengan PNI, pada awal pengukuhan Aidit sebagai Sekretaris Jendral PKI tahun 1954, hal ini memberikan kesan bahwa PKI merupakan pendukung revolusi Bung Karno. Ketiga pergerakan organisasi mahasiswa pada era demokrasi liberal yang dibawahi oleh partai-partai politik pada saat itu, katakan saja seperti CGMI (PKI), GEMSOS (Nahdlatul Ulama), dan HMI (Masyumi), organisasi mahasiswa tersebut mempunyai peran tersendiri dalam revolusi Indonesia, terlebih tokoh-tokoh Islam bekas anggota HMI, PII, dan lain-lain yang dikenal sebagai anti komunis (sebagai alur balik, perseteruan antara CGMI anak emas PKI dengan HMI, akibat CGMI berhasil mempengaruhi dan mendominasi jabatan pada PMII khususnya setelah kongres ke V tahun 1961). PKI sebagai empat besar dalam pemilu 1955, mempunyai andil besar dalam tinta sejarah Indonesia, yang mana eksistensinya menanjak naik setelah Aidit menyingkirkan golongan tua, seperti Alimin dan Tang Lie Djie, dan dideklarasi sebagai Sekretaris Jendral PKI, dan beraliansi dengan PNI, otomatis hubungan antara PKI dan Soekarno menjadi dekat dan membawa dampak positif bagi PKI, yaitu dapat mengatasi tekanan lawan-lawan politiknya berkat figur Bung Karno. Dengan hadirnya PKI sebagai pendukung revolusi Soekarno otomatis Indonesia lambat laun akan menjadi sebuah negara komunis seutuhnya (perlu diketahui bahwa Indonesia adalah negara terbesar komunis ketiga didunia), tentu kondisi ini dikhawatirkan oleh Amerika Serikat sebagai blok yang sangat menentang komunis (ingat pada perang dingin Amerika berhadapan dengan
1

Uni Soviet), Soeharto yang merupakan kepanjangan tangan dari CIA, menggembar-gemborkan isu Dewan Jendral yang akan merongrong kekuasaan presiden Soekarno, dan akhirnya muncul peristiwa G30S. Omar Dhani, mantan pucuk pimpinan Angkatan Udara tahun 1962 menyatakan dalam wawancara oleh Tempo yaitu: Saya pribadi berpendapat, kalau orang hendak melakukan pemberontakan, pantasnya targetnya adalah jenderal yang memegang komando, misalnya, Yani (Menpangad), Soeharto (Pangkostrad), Sarwo Edie (Komandan RPKAD), Umar Wirahadikusumah (Pangdam Jaya). Lha Nasution kan nggak pegang komando. Saya pribadi tambah merasa aneh karena Nasution dan A. Yani dalam satu paket sasaran, padahal keduanya bertentangan terus. Hal tersebut menurut saya merupakan sebuah indikasi, bahwa ada hal aneh yang sedang terjadi. Peristiwa tersebut tentu membawa efek yang tidak kecil, tenggelamnya Putra Sang Fajar, menandakan akan bergantinya dari siang ke malam (akan menjadi siang kembali pada tahun 1998) serta dampak lain adalah merosotnya perekonomian yang membuat kesengsaraan rakyat, dalam hal ini muncul lah KAMI sebagai salah satu kesatuan mahasiswa dibantu oleh TNI AD, sekali lagi saya ulang, dibantu oleh TNI AD, ada apa ini? Bukankah Soeharto adalah penggerak TNI AD pasca peristiwa skenario G30S?, untuk kedua kalinya ada hal aneh berkaitan dengan Soeharto kembali muncul, ini merupakan indikasi bahwa ada sebuah skenario yang tersusun rapi, terlebih indikasi ini semakin dikuatkan oleh naiknya Soeharto sebagai pertanda tenggelamnya fajar, dan bermulanya malam (rezim orde baru) yang tampil memberikan solusi sekaligus anti klimaks untuk perekonomian serta stabilitas politik pasca peristiwa skenario G30S. Hal tersebut terkesan bahwa pergerakan mahasiswa 1966 secara tidak langsung terpengaruh provokasi dari skenario G30S dan juga seakan-akan KAMI, dalam hal ini tokoh bekas anggota HMI yang dikenal sebagai anti komunis menyimpan dendam pribadi dengan PKI beserta antek-anteknya (sebelumnya juga ada gerakan KAP-Gestapu), kemudian sebagai tindak lanjut kedua hal tersebut diaplikasikan menjadi Tritura, yang dua poinnya menyangkut pemusnahan unsur PKI beserta ormasnya. Sebagai bagian akhir dari opini ini, saya menyimpulkan bahwa mahasiswa pada revolusi 1966 walau bagaimanapun tetaplah ideologis, mereka memperjuangkan hak-hak rakyat yang mana pada waktu itu mengalami tekanan ekonomi pasca Soekarno digoyang dari tampuk
2

kekuasaannya, meskipun terkesan seperti dimanfaatkan oknum dari TNI AD, dalam hal ini Soeharto sebagai kepanjangan tangan dari CIA (sebagai tambahan, pada era orde baru Indonesia lebih cenderung ke Amerikasentris, hal ini menunjukkan bahwa rezim orde baru sebelumnya memang berhubungan sejak lama dengan Amerika), hingga pada akhirnya tahun 1998 ketika fajar kembali menyongsong, setelah malam selama 3 dekade lebih, rezim orde baru seakan termakan oleh senjatanya sendiri, mahasiswa 1998 tampil sebagai pioner dan reinkarnasi angkatan 1966 untuk menggulingkan rezim yang ada. Apakah ini merupakan sebuah hubungan sebab akibat dari kejadian 1966 silam?, tergantung persepsi anda sekalian.

Daftar Referensi
Majalah Tempo. Kitab Merah: Kumpulan Kisah-Kisah Tokoh G30S/PKI Roosa, John. 2008. Dalih Pembunuhan Massal. Terjemahan Hersri Setiawan. Jakarta: Hasta Mitra Rum Aly. _____. Tritura 10 Januari 1966: Tiga Tuntutan yang Tak Pernah Tuntas Terselesaikan. Diambil pada 20 Februari 2013 dari http://socio-

politica.com/2010/01/10/tritura-10-januari-1966-tiga-tuntutan-yang-tak-pernah-tuntasterselesaikan/ http://www.tempo.co.id/harian/wawancara/waw-oemardhani.html

Вам также может понравиться