Вы находитесь на странице: 1из 3

Demokrasi di Indonesia Terkait dengan Politik Dinasti

Oleh NPM Judul Penulis Data Publikasi

: Budiono : 1006760380 : Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi : DR. Drs. H. Zakky Mubarak, MA, dkk : MPKT Buku Ajar III

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos artinya rakyat dan kratos atau kratein artinya pemerintahan. Jadi pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, yang artinya, pemerintahan di mana rakyat memegang peranan penting. Itulah pengertian demokrasi dilihat dari asal katanya. Ide tentang demokrasi bersifat universal tetapi juga kontekstual. Bersifat universal karena demokrasi memendam dalam dirinya ide, nilai, perilaku, dan prosedur yang di terima dan dipraktekkan mayoritas negara bangsa di atas dunia ini. Bersifat kontekstual karena setiap negara memiliki ciri khas yang unik dalam mengejahwantahkan demokrasi sebagai cara mengelola kekuasaan politik di negara mereka Singkat kata, demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan bagaimana suatu pemerintah berfungsi. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah satu unsur yang hidup berdampingan dalam suatu struktur sosial dari lembaga-lembaga yang banyak dan bervariasi. Inilah yang disebut dengan pluralisme. Pluralisme tidak bergantung kepada pemerintah bagi kehidupan, legitimasi, atau kekuasaan mereka. Demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan masa-masa sebelumnya. Pemilihan umum dengan diikuti banyak partai adalah

sebuah kemajuan yang harus dicatat. Disamping itu pemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala daerah secara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia. Kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi di masyarakat juga semakin meningkat. Para rakyat kecil mampu menyuarakan keluhan mereka di depan publik sehingga masalah-masalah yang selama ini terpendam dapat diketahui oleh publik. Pemerintah pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukan penyimpangan dan bisa diajukan ke pengadilan bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik. Demokrasi sudah lama terwujud sebagai tradisi masyarakat pedesaan, yaitumasyarakat yang terbatas jumlahnya di seluruh kepulauan Indonesia. Demokrasi pada masyarakat pedesaan terlihat dari cara mereka memusyawarahkan kepentingan-kepentingan bersama dan bagaimana kepentingan itu diupayakan.Para anggota masyarakat senantiasa dapat menyaksikan sendiri keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemimpin-pemimpin mereka dan bilamana perlu menggugat keputusan tersebut bila dianggap ada yang tidak sesuai dengan pikiran masyarakat. Contoh pelaksanaan demokrasi di masyarakat desa adalah pemilihan kepala desa dan rembug d Demokrasi desa mempunyai 5 ciri, yaitu musyawarah, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes dan hak menyingkir dari kekuasaan raja yang absolut. Pemilu kepala daerah dan masa depan partai politik mencemaskan. Pasalnya, fenomena politik keluarga (politik dinasti) dan politik uang ternyata masih mendominasi panggung politik di daerah. Gejala politik dinasti terlihat dari bermunculannya calon kepala daerah dari kalangan keluarga pejabat yang sedang berkuasa di beberapa pemilu kepala daerah (pilkada). Sementara fenomena politik uang juga masih mendominasi proses politik di pilkada dan rekrutmen calon kepala daerah (cakada) di internal partai. Politik dinasti dan politik uang yang tak sejalan dengan prinsip meritokrasi dalam sistem rekrutmen partai di negara demokrasi, ternyata justru menjadi karakter utama partai-partai dewasa ini. Pada titik inilah telah terjadi penyimpangan (malfungsi) partai politik, terutama dalam proses pilkada. Padahal posisi partai merupakan institusi paling esensial dan instrumen inti dalam demokrasi modern. Menyebarnya korupsi ke daerah dan banyaknya kepala daerah yang terjerat korupsi jelas mengindikasikan bahwa ada yang keliru dengan sistem dan proses pilkada selama ini. Terutama

dalam proses penjaringan dan nominasi kandidat di partai politik sangat dipengaruhi kekuatan uang dan politik keluarga. Sistem penjaringan kepala daerah yang bertumpu pada kekuatan uang dan oligarki keluarga inilah akan menjadi pintu masuk bagi perilaku koruptif-nepotisme para kepala daerah. Karena kepala daerah yang membeli tiket politik mahal, sudah hampir pasti berpikir bahwa biaya politik yang dikeluarkannya harus kembali. Di titik inilah, korupsi akan menjadi jalan pintas untuk mengembalikan kapital yang telah dikeluarkan. Sementara politik keluarga akan menyuburkan kultur nepotisme di birokrasi. Karena wajah legislatif dan pemerintahan, baik di pusat maupun daerah, sejatinya adalah potret partai, sebab semua anggota legislatif berasal dari partai dan sirkulasi kepemimpinan eksekutif (gubernur, bupati, dam walikota) juga melalui partai. Dengan situasi maraknya korupsi di daerah dan berbagai institusi saat ini, maka tak berlebihan jika menyematkan posisi partai sebagai biang utama (episentrum) korupsi. Situasi di mana, tradisi politik keluarga di tubuh partai secara sistematis akan mengarah pada dinastitokrasi partai yaitu kondisi dimana partai seolah menjadi kerajaan keluarga yang dikuasai secara turun-temurun. Pada situasi seperti ini, yang paling berpeluang menjadi ketua umum hanyalah pewaris dinasti atau yang mendapatkan restu dari figur sentral partai (oligarki dinasti). Kondisi ini tentu akan membahayakan masa depan demokrasi dan desentralisasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari sepuluh tahun. Karena itu, membereskan persoalan bangsa ini, harus dimulai dengan mereformasi kelembagaan dan perilaku partai, dan mereformasi partai merupakan agenda mendesak bangsa Indonesia.

Вам также может понравиться