Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ILMU BENIH DAN TEHNIK PERSEMAIAN TANAMAN HUTAN

PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH TREMBESI (Samanea Saman) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meyelesaikan Mata Kuliah Ilmu benih dan tehnik persemaian Tanaman hutan

Disusun Oleh : AHMAD ARIFIN RAHMIYATI SP.ANDI ATJO L 131 10 030 L 131 10 034

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS TADULAKO 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Ilmu Benih Dan Teknik Persemaian Tanaman Hutan mengenai Pengaruh Kelembaban Terhadap Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea saman). laporan ini kami susun

berdasarkan hasil praktikum dan dari referensi yang kami dapat dari berbagai sumber dan juga dari bimbingan dosen mata kuliah Ilmu Benih dan Tehnik Persemaian Tanaman Hutan serta teman-teman. Kami selaku penyusun laporan ini sangat berharap agar kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan tentunya untuk diri kami pribadi. Dan tentunya kami selaku penyusun menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Olehnya kritik dan saran sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan selanjutnya.

Palu, Januari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................

i ii iii

I.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1.2 Tujuan dan Kegunaan .................................................................. 1 1 2

II.

TEKNIK DAN SISTEM SILVIKULTUR 2.1 Sistem Silvikultur ........................................................................ 2.2 Teknik Silvikultur ........................................................................ 2 2

III.

TEKNIK SILVIKULTUR JENIS TANAMAN MERANTI RAWA (Shorea pauciflora King) 3.1 Klasifikasi Tanaman Meranti Rawa ............................................. 3.2 Habitat, Penyebaraan dan kegunaan Tanaman ............................. 3.3 Habitus dan Ciri Morfologi ......................................................... 3.4 Teknik Silvikultur ........................................................................ 3.5 4 4 4 4

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 5.2 Saran ........................................................................................... 13 13

DAFTARA PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Daftar Gambar 1. Pengamatan struktur bagian luar benih trembesi sebelum dan sesudah perendaman 2. Pengamatan struktur bagian dalam benih trembesi sebelum dan sesudah perendaman 3. Pengamatan tipe pertumbuhan kecambah trembesi 8 9 8

Daftar Tabel 1. Pengamatan pertumbuhan tinggi kecambah trembesi 10

I.
1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiring. Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat dibalik) karena adanya pembelahan mitosis dan pembesaran sel. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan. Pertumbuhan pada kecambah tergantung pada kelembaban udara, media dan benih. Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Pengaruh kelembaban berbeda beda pada setiap tumbuhan. Tanah, udara dan benih yang lembab berpengaruh baik bagi pertumbuhan kecambah. Kondisi lembab menyebabkan banyak air yang diserap kecambah dan lebih sedikit diuapkan . Kondisi tersebut mendukung aktifitas pemanjangan sel-sel dan kecepatan pertumbuhan pada kecambah. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah untuk : a. Mengetahui ukuran benih sebelum dan sesudah perendaman. b. Mengetahui struktur benih bagian dalam sebelum dan sesudah perendaman dengan cara memotong benih. c. Mengetahui pengaruh kelembaban terhadap perkecambahan benih trembesi. d. Mengetahui tipe perkecambahan tanaman trembesi.

1.3 Manfaat Praktikum a. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang perlakuan pedahuluan sebelum benih dikecambahkan dan pengaruh kelembaban terhadap perkecambahan benih trembesi. b. Memberikan pedoman bagi masyarakat dalam persemaian benih tanaman hutan khususnya tanaman trembesi.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pohon Trembesi (Samanea saman) Pohon trembesi (Samanea saman) disebut juga sebagai pohon hujan atau ki hujan lantaran air yang sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Di beberapa daerah di Indonesia, jenis ini sering disebut sebagai Kayu Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), dan Ki Hujan. Biji trembesi berukuran 0,8 cm dan biji trembesi mempunyai kulit yang keras, sehingga untuk mempercepat daya kecambah memerlukan perlakuan pendahuluan seperti perendaman (James A. Duke.1983). 2.2 Perkecambahan Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Kecambah dibagi menjadi 3 bagian utama, radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Proses pertumbuhan kecambah dapat dilakukan sepanjang tahun, tidak memerlukan sinar matahari dan dapat dilakukan pada musim apapun. Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembaban, dan cahaya. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan dikotil terdiriatas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun pertama (Sutopo, 1993). 2.3 Perlakuan Sebelum Perkecambahan Biji trembesi tanpa perlakuan perkecambahan akan tumbuh dengan baik sekitar 36-50%. Perkecambahan biji yang tidak diperlakuan akan tumbuh di tahun pertama penyimpanan biji (Seed Storage).

Pembibitan biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan tertentu pada biji Rain Tree untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat. Perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan cara perendaman. Biji direndam dalam air hangat dengan suhu 30-400 C selama 24 jam. Perlakuan ini akan membnatu perkecambahan biji sekitar 90-100%. (Khaeruddin, 1994) 2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Kecambah Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembaban (Loekito dan Hardjono, 1966).

III.
3.1 Waktu dan Tempat

METODE PRAKTEK

Praktikum mata kuliah Ilmu Benih Dan Teknik Persemaian Tanaman Hutan mengenai Pengaruh Kelembaban Terhadap Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea saman) dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Januari 2013 sampai dengan hari Kamis, 17 Januari 2013. Praktikum dilaksanakan Laboratorium Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : a. Pisau carter b. Paku c. Ember d. Mistar e. Panci f. Kompor g. Toples h. Wadah persemaian (6 buah) i. Alat tulis menulis j. Kamera digital Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : a. Media tanah dan pasir (1:1) b. Air c. Benih Trembesi (100 butir benih) 3.3 Kombinasi Perlakuan Perkecambahan Sebelum menentukan berapa kombinasi perlakuan perkecambahan terlebih dahulu menentukan beberapa bentuk-bentuk perlakuan, yaitu sebagai berikut : a. Benih direndam air panas :A

b. Benih tidak direndam c. Wadah dilubang dan disiram d. Wadah tidak dilubang dan disiram e. Wadah tidak dilubang dan tidak disiram

:B : A1 : A2 : A3

Dari bentuk-bentuk perlakuan di atas selanjutnya menghasilkan 6 kombinasi perlakuan sebagi berikut : a. AA1 b. BA1 c. AA2 d. BA2 e. AA3 f. BA3 3.4 Langkah Kerja Langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : a. Panaskan air 500 ml dalam panci sampai suhu air sekitar 400 C. b. Rendam benih (biji) Trenbesi yang telah di bersikan ke dalam toples yang berisi air hangat selama 24 jam. c. Setelah perendaman, benih (biji) ditiriskan dan selanjutnya benih tersebut diamati struktur benih bagian luar sebelum dan sesudah perendaman. Benih di cubit dengan kuku untuk mengetahui keras dan lunak biji trembesi sebelum dan sesudah perendaman. d. Kemudian, mengamati struktur bagian dalam benih sesudah dan sebelum perendaman dengan cara membelah benih melalui tiga bentuk pembelahan seperti dalam gambar berikut :

e. Setelah pengamatan struktur benih bagian luar dan bagian dalam sebelum dan sesudah perendaman, maka selanjutnya benih di semaikan. f. Wadah persemaian disiapkan 6 buah, dan 2 buah di lubangi bagian bawahnya dan selanjutnya isi wadah dengan media tanah dan pasir (1:1). g. Setelah wadah perkecambahan diisi media, selanjutnya benih Trembesi disemai sesuai kombinasi perlakuan. h. Setelah penyemaian (penaburan benih) selesai, selanjutnya yang harus dilakukan adalah perawatan dan pengamatan masing masing kombinasi peralakuan perkecambahan benih terembesi. i. Pada pengamatan terakhir yaitu pada hari keenam, mencabut satu kecambah untuk diamati tipe perkecambahannya dan menggambar kecambah tersebut.

IV.
4.1 Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum dan pengamatan perkecambahan selama 6 hari diperoleh data dan gambar sebagai berikut :
Gambar 1. Pengamatan struktur bagian luar benih trembesi sebelum dan sesudah perendaman

b.

Benih sebelum direndam

a.

Benih sesudah direndam

Gambar 2. Pengamatan struktur bagian dalam benih trembesi sebelum dan sesudah perendaman

a. Benih sebelum direndam

b. Benih sesudah direndam

Gambar 3. Pengamatan tipe pertumbuhan kecambah trembesi

Tabel 1. Pengamatan pertumbuhan tinggi kecambah trembesi

Hari/tanggal Perlakuan AA1 BA1 AA2 BA2 AA3 BA3 AA1 BA1 AA2 BA2 AA3 BA3 AA1 BA1 AA2 BA2 AA3 BA3 AA1 BA1 AA2 BA2 AA3 BA3 AA1 BA1 AA2 BA2 AA3 BA3 AA1 BA1 AA2 BA2 AA3 BA3

I (12-01-13)

II (13-01-13)

III (14-01-13)

IV (15-01-13)

V (16-01-13)

VI (17-01-13)

No. Urut Benih 3 3&6 3&6 3&6 3&6

P. Benih (cm) 1,3 2,4 & 1,5 4,6 & 3,2 6,1 & 5,3 7,1 & 5,9

Benih Tumbuh/Perlakuan 1 2 2 2 2

Keterangan

Pada hari ke VI pengamatan, benih no. 3 telah muncul daun pertama

4.2

Pembahasan

4.2.1 Struktu Benih Bagian Luar Sebelum dan Sesudah Perendaman Pada gambar pengamatan struktur benih bagian luar sebelum dan sesudah perendaman memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut seperti ukuran, keras dan lunak kedua biji trembesi. Ukuran benih sebelum perendaman mempunyai panjang 0,8 cm, setelah dilakukan perendaman panjang benih bertambah menjadi 0,9 cm. Benih trembesi sebelum perendaman sangat keras, tetapi setelah dilakukan perendaman benih menjadi sedikit lunak. 4.2.2 Struktur Benih Bagian Dalam Sebelum dan Sesudah Perendaman Pada gambar pengamatan struktur benih bagian dalam sebelum dan sesudah perendaman, dapat dilihat bahwa benih kering (sebelum perendaman), struktur benih bagian dalamnya belum muncul calon akar. Sedangkan calon akar sudah muncul pada benih basah. Perendaman sangat mempengaruhi benih untuk cepat berkecambah karena calon akar sudah muncul sebelum persemaian. 4.2.3 Tipe Perkecambahn Trembesi Pada gambar tipe perkecambagahan, trembesi merupakan tanaman yang mempunyai perkecambahan tipe epigel. Tipe perkecambahan ini mempunyai ciri yaitu bagiam hipokotil biji mengalami pertumbuhan sehingga kotiledon terangkat keatas permukaan tanah yang selanjutnya disusul dengan pertumbuhan plumula (daun pertama). 4.2.4 Pengaruh Kelembaban Terhadap Perkecambahan Benih Trembesi Data hasil pengamatan yang disajikan pada tabel pengamatan pertumbuhan
tinggi kecambah trembesi, dapat dilihat bahwa benih yang berkecambah hanya terdapa dalam kombinasi perlakuan AA2. Pengamatan pertama,

belum ada benih yang

berkecambah. Pada hari kedua pengamatan, benih sudah mulai berkecambah dengan tinggi kecambah 1,3 cm dpt (dari permukaan tanah) terdapat pada nomor benih 3 dan tinggi kecambah 2,4 cm dpt pada nomor urut benih 3 dan 1.5 cm dpt pada benih nomor urut 6, pada hari ketiga pengamatan sudah dua kecambah yang tumbuh, begitupun selanjutnya pada akhir pengamatan.

Pertumbuhan kecambah semakin tinggi setiap hari pengamatan. Pada akhir pengamatan yaitu hari keenam pengamatan kecambah nomor 3 mempunyai tinggi 7,1 cm dpt dan kecambah sudah muncul daun pertama. Sedangkan pertumbuhan kecambah nomor 6 mencapai tinggi 5,9 cm dpt. Pertumbuhan kecambah trembesi dalam praktikum ini dpengaruhi oleh kelembaban. Kelembaban dalam perkecambahan di lakukan dengan penyiraman setiap hari pengamatan. Pada kombinasi perlakuan AA2 benih dapat berkecambah karena penyiraman dilakukan setiap hari pengamatan dengan perlakuan benih direndam serta wadah perkecambahan tidak dilubang. Oleh karena itu, dalam wadah yang tidak dilubang airnya tidak dapat keluar sehingga keadaan media perkecambahan menjadi lembab. Perlakuan tersebutlah yang membuat benih trembesi dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain.

V.
5.1 Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil Praktikum mata kuliah Ilmu Benih Dan Teknik Persemaian Tanaman Hutan mengenai Pengaruh Kelembaban Terhadap Perkecambahan Benih Trembesi (Samanea samapen), dapat disimpulkan bahwa kelembaban sangat berpengaruh terhadap proses perkecambahan. Kombinasi perlakuan AA2 lebih cepat berkecambah dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang laalin. Kelembaban disebabkan oleh penyiraman semai setiap hari pengamatan. 5.2 Saran Berdasarkan praktikum ini saya memberikan saran agar untuk praktikum selanjutnya khususnya untuk mengetahui pengaruh kelembaban harus disediakan alat pengukur kelembaban yang disebut hygrometer.

DAFTAR PUSTAKA
James A. Duke.1983. Handbook of Energy Crops. Unpublished. Samanea saman (jacq.) Merr. Mimosaceae Rain tree Khaeruddin, 1994. Pembibitan Tanaman Hutan. Penebar Swadaya, Jakarta Manan S. 1979. Silvimkultur. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor Sutopo, S. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar biji trembesi

Gambar wadah persemaian

Gambar media persemaian (tanah dan pasir)

Gambar 6 wadah persemaian yang telah ditaburi benih

Gambar pertumbuhan kecambah tanaman trembesi

a. Benih no. benih 3, kombinasi perlakuan AA2 pada hari ke II pengamatan.

b. Benih no. benih 3 & 6, kombinasi perlakuan AA2 pada hari ke III pengamatan.

c. Benih no. benih 3 & 6, kombinasi perlakuan AA2 pada hari ke IV pengamatan.

d. Benih no. benih 3 & 6, kombinasi perlakuan AA2 pada hari ke V pengamatan.

Вам также может понравиться