Вы находитесь на странице: 1из 8

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA SEDERHANA ALARM GEMPA BUMI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SUB MATERI APLIKASI GETARAN DAN

GELOMBANG UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII DI SMA NEGERI 1 PANGGUL, TRENGGALEK A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan hal yang penting dalam menentukan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemahaman konsep ini dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman siswa selama melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat diperoleh dari pendidikan formal yang ada di sekolah, salah satu jenjang pendidikan formal ini adalah sekolah menengah atas (SMA). Pembelajaran di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003). Salah satu mata pelajaran di SMA adalah fisika, setiap materi pelajaran fisika berisi sejumlah konsep yang harus dipahami oleh siswa. Konsep fisika dapat berupa konsep yang abstrak maupun nyata, namun konsep-konsep dalam fisika lebih banyak mempelajari konsep yang abstrak. Hal ini menimbulkan kesulitan siswa dalam memahaminya. Untuk itu diperlukan adanya alat peraga untuk mengoptimalkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa ini dapat pula menjadi indikator dari pemahaman konsep. Alat peraga dapat menjadikan konsep yang abstrak menjadi kongkret dan realistik serta menjadi bagian dari pengalaman siswa yang tidak mudah dilupakan sehingga penanaman konsep pada siswa lebih bermakna. Proses pembelajaran fisika juga dapat dilihat dari berbagai komponenkomponen yang membentuk suatu sistem proses pembelajaran yang saling berinteraksi. Salah satu hal yang menjadi komponen dari proses pembelajaran ini adalah media pembelajaran (Wina 2008:204). Dari sini, alat peraga dapat berperan sebagai media pembelajaran untuk meyampaikan pesan berupa konsep yang harus dipelajari. Keberfungsian alat peraga ini dapat diterapkan pada kegiatan praktikum selama proses belajar mengajar berlangsung dan tentunya didukung dengan faktor lainnya seperti guru, ruangan, alat dan

bahan. Namun, hambatan yang seringkali ditemui di sekolah adalah adanya peralatan laboratorium yang kurang tepat dalam membelajarkan konsep kepada siswa sehingga diperlukan adanya pengembangan alat peraga untuk menjadi media pembelajaran yang bisa digunakan untuk menyampaikan konsep materi dengan tepat. Fisika merupakan sains atau ilmu tentang alam yang mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu (http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika), salah satu gejala alam disini meliputi kejadian-kejadian di alam termasuk di dalamnya bencana alam, termasuk gempa. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Dari sini, dapat dikatakan bahwa salah satu aplikasi dari materi getaran dan gelombang adalah getaran dan gelombang yang terjadi pada gempa bumi, sedangkan kita tahu materi getaran dan gelombang selama ini merupakan materi yang abstrak, untuk itu diperlukan pengembangan alat peraga yang bisa mengajarkan konsep materi getaran dan gelombang yang terjadi pada gempa bumi. Salah satunya adalah pengembangan alat peraga sederhana alarm gempa bumi, tetapi benda atau alat tersebut perlu diuji apakah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang diinginkan kurikulum serta perlu diuji kevalidannya. Dengan pengembangan alat peraga sederhana alarm gempa ini siswa dapat mengamati getaran dan gelombang yang terjadi saat alarm gempa berbunyi dengan intensitas getaran tertentu. Siswa diberi kesempatan menyelidiki sendiri konsep getaran dan gelombang yang terjadi pada gempa sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka. Berpikir kritis dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam memahami, menganalisis permasalahan dan mengaplikasikannya dalam eksperimen. Dengan melakukan eksperimen, siswa dituntut untuk bekerja dan bersikap ilmiah hingga menemukan konsep sendiri. Pembelajaran langsung merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pada pembelajaran langsung siswa akan dituntut untuk melakukan apa yang telah diajarkan dan dilakukan guru dengan bimbingan guru. Dengan

memperhatikan uraian di atas termasuk tujuan KTSP antara lain siswa diharapkan dapat berbuat dan bersikap. Selain itu siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung dalam belajar. Maka pembelajaran langsung cocok untuk memenuhi hal tersebut. Dengan fase-fase yang diberikan pada pembelajaran langsung, guru dapat memberikan contoh penggunaan alat untuk memecahkan masalah untuk mendapatkan konsepkonsep fisika secara benar. Selanjutnya siswa menirukan sesuai dengan yang dilakukan oleh guru sebagai suatu pengetahuan prosedural. (Hariyono, Eko: 2012) Berdasarkan instrumen hasil wawancara dengan anggota masyarakat di daerah pesisir Trenggalek diperoleh bahwa bencana yang terjadi di kecamatan Panggul dengan sampel desa Nglebeng, Panggul dan Wonocoyo adalah salah satunya bencana gempa. Kejadian gempa yang terjadi adalah gempa kecil dan tidak terdapat korban, hasil observasi juga menyatakan di kecamatan Panggul ini terutama di daerah Panggul pernah terdengar suara gemuruh (gler) yang mengakibatkan sebagian besar masyarakat takut, hal ini mengakibatkan warga desa Wonocoyo yang dekat dengan pantai Pelang pernah berkumpul untuk mengungsi, hal ini diwaspadai masyarakat sejak adanya tsunami di daerah Aceh dan gempa di Jogjakarta. Studi lapangan dilakukan di SMA Negeri 1 Panggul yang terletak di Jalan Panglima Sudirman no 87 kecamatan Panggul. Berdasarkan penyebaran angket diperoleh bahwa bencana alam yang sering terjadi berdasarkan prosentasenya adalah gempa bumi sebesar 86.11 %, banjir 61.11%, tanah longsor sebesar 41.67 % dan lain-lain menyebutkan angin badai, puting beliung dan kebakaran hutan. Dari sini tampak bahwa bencana gempa merupakan bencana yang perlu diwaspadai. Untuk itu, perlu adanya pemahaman pencegahan bencana yang dikenal dengan istilah mitigasi bencana, pemahaman mitigasi bencana pada siswa di SMA Negeri 1 Panggul tergolong rendah, hal ini terbukti dari penyebaran angket didapatkan pengetahuan mereka tentang mitigasi sangat minim, hanya 22.22% siswa yang bisa menjelaskan istilah mitigasi bencana, tetapi mereka mengatakan pernah mendapatkan materi tentang bencana gempa yang didapatkan dari guru PLH mereka waktu SMP, namun pengetahuan mereka hanya sebatas materi bukan pelatihan mitigasi bencana, hal ini tampak saat mereka diberi pertanyaan tentang hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa, sebagian besar menjawab

lari dan mengungsi, ada juga yang menjawab dengan ragu yaitu lari keluar rumah atau bersembunyi di bawah meja, padahal keduanya merupakan jawaban yang bertentangan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan saat terjadi gempa. Berdasarkan pra penelitian yang telah dilakukan, semua siswa dan guru sepakat bahwa materi yang tepat untuk membelajarkan gempa di SMA pada materi fisika adalah materi getaran dan gelombang, namun sebanyak 41.67% menjawab materi getaran dan gelombang lumayan sulit untuk dipelajari, hal ini juga terbukti sebesar 44.44% siswa saja yang dapat menjelaskan pengertian amplitudo, frekuensi dan periode dengan benar, nah disini perlu adanya inovasi dalam pembelajaran agar materi getaran dan gelombang menjadi mudah untuk dipelajari, salah satunya dengan pengembangan media alarm gempa yang dapat digunakan sebagai aplikasi dari materi getaran dan gelombang pada gempa bumi. Dengan melakukan percobaan menggunakan alat peraga siswa akan lebih mudah paham dan konsep yang mereka dapatkan akan lebih matang. Hal ini terbukti, berdasarkan observasi didapatkan prosentase sebesar 99% siswa yang mengatakan lebih suka melakukan percobaan di laboratorium dengan melakukan eksperimen daripada belajar di kelas. Alasannya pun bermacammacam, kebanyakan mereka mengatakan, jika dipraktikkan secara langsung maka akan lebih mudah dimengerti, alasan lain mengatakan bahwa pelajaran fisika akan lebih menyenangkan, tidak membosankan, lebih menantang dan lebih semangat serta gampang diingat materinya karena membuktikan teori secara langsung. Merujuk pada hasil angket yang mengacu pada pendapat siswa tentang bagaimana cara mengidentifikasi adanya gempa dengan alat peraga, diperoleh 55.56% siswa menjawab dengan menggunakan benda-benda seperti kaca atau air dalam mangkok dengan indikator bergerak pertanda adanya gempa, sedangkan siswa lain sebesar 44.44% tidak menjawab cara mengidentifikasi adanya gempa dengan menggunakan media/alat peraga. Sebagian besar jawaban mereka memang bisa dinalar, namun disini diperlukan suatu media yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi adanya gempa baik secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif di sini menunjukkan keberfungsian alat/media dalam menyampaikan adanya gempa, sedangkan secara kuantitatif

dapat digunakan untuk mengukur besarnya getaran dan gelombang saat gempa. Maka, pengembangan alarm gempa sederhana disini sangat diperlukan untuk mengaplikasikan konsep getaran dan gelombang, apalagi untuk siswa yang daerahnya rawan terhadap gempa bumi seperti daerah Panggul. Hal ini didukung oleh hasil angket yang diisi oleh guru fisika di SMA N 1 Panggul yang menyebutkan bahwa belum adanya alat peraga/media untuk mengajarkan aplikasi getaran dan gelombang pada gempa bumi. Dengan hal ini, melalui media sederhana diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa serta mampu mengimplementasikan konsep getaran dan gelombang pada gempa bumi secara lebih konkret sehingga memberi kesempatan lebih luas pada siswa dalam mengamati, menafsirkan, menerapkan dan mengkomunikasikan isi pembelajaran yang dapat diambil dari media sederhana tersebut. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengambil judul Pengembangan Alat Peraga Sederhana Alarm Gempa Bumi Sebagai Media Pembelajaran Sub Materi Aplikasi Getaran dan Gelombang Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XII Di SMA Negeri 1 Panggul, Trenggalek B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan alat peraga alarm gempa sederhana yang

dikembangkan

sebagai

media

pembelajaran

dalam

melatihkan

keterampilan berpikir kritis siswa?


2. Bagaimana respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga alarm gempa sederhana yang telah dikembangkan pada materi getaran dan gelombang? 3. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa setelah menggunakan alat perag alarm gempa sederhana yang telah dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kelayakan alarm gempa sederhana sebagai media pembelajaran dalam melatihkan keterampilan teknik mitigasi bencana gempa.
2. Mendeskripsikan respon siswa setelah menggunakan alat peraga alarm

gempa sederhana yang telah dikembangkan pada materi getaran dan gelombang pada pembelajaran. 3. Mendeskripsikan menggunakan dikembangkan
D. Manfaat Penelitian

keterampilan perag alarm

berpikir gempa

kritis

siswa yang

setelah telah

alat

sederhana

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Terwujudnya alat peraga alarm gempa sederhana sebagai media

pembelajaran untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi getaran dan gelombang di kelas XII di SMA Negeri 1 Panggul, Trenggalek
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai media pembelajaran

untuk

mengajarkan aplikasi materi getaran dan gelombang, yaitu salah satunya pada gempa di SMA Negeri 1 Panggul, Trenggalek
3. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai sumber belajar sehingga dapat

memotivasi siswa, melatih keterampilan berpikir kritis siswa dalam memahami materi getaran dan gelombang pada gempa.
E. Definisi Operasional, Asumsi, dan Pembatasan

1.

Definisi Operasional
a.

Alat peraga alarm gempa sederhana Alarm gempa sederhana berfungsi sebagai penanda adanya gempa. Prinsip kerjanya sama dengan saat menekan bel pintu, hanya saja saklar bel dimodifikasi untuk berbunyi saat goyangan unting menyentuh cincin, intensitas gerakan gempa bumi berpengaruh terhadap bunyi alarm, lampu dan bentuk gelombang yang muncul.

b.

Kelayakan Media Kelayakan media adalah ukuran bahwa alarm gempa sederhana layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan dari hasil penilaian oleh dosen ahli media dan guru Fisika. Media dikatakan layak apabila persentase keseluruhan aspek dari aspek format media, aspek kualitas media, aspek kualitas bahan yang digunakan pada media, aspek kesesuaian media dengan materi pelajaran, dan kesesuaian media dengan tujuan pelajaran mencapai respon yang kuat yaitu sebesar 61% (Army dalam Riduwan, 2012:7).

c.

Aktivitas siswa Kegiatan siswa selama menggunakan media alarm gempa sederhana ini adalah aktivitas yang terjadi saat alarm gempa berbunyi sebagai upaya untuk melatihkan hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi. Aktivitas siswa diamati dengan instrumen observasi aktivitas siswa.

d.

Keterampilan berpikir kritis Keterampilan berpikir kritis siswa berhubungan dengan penguasaan konsep siswa tentang materi getaran dan gelombang yang terjadi saat alat peraga alarm gempa yang dikembangkan digunakan dalam pembelajaran Siswa dapat mengamati getaran dan gelombang yang terjadi saat alarm gempa berbunyi. Pemahaman siswa diukur dengan mengerjakan tes pada akhir pembelajaran (postest). Ketuntasan belajar adalah keberhasilan siswa menguasai konsep. Siswa dikatakan tuntas apabila mendapat nilai 70.

e.

Respon siswa Tanggapan siswa terhadap penerapan pengembangan media alarm gempa sederhana yang mereka ikuti pada materi bencana alam. Respon siswa diukur dengan menggunakan instrument angket respon siswa. Data respon yang diperoleh dari setiap siswa diamati dengan menggunakan prosentase. Respon siswa dianggap positif jika siswa memberikan respon sebanyak 61%.

2.

Asumsi Mengingat terdapat lembar isian yang memerlukan jawaban dan informasi yang sukar dibuktikan maka asumsi penelitian ini sebagai berikut: a. Siswa menyatakan jawaban yang sebenarnya dan tidak dipengaruhi oleh orang lain dalam mengisi angket respon siswa terhadap proses pembalajaran. b. Pengamat memberikan penilaian yang objektif kepada guru dalam mengelola pembelajaran.

3. Batasan masalah a.

Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah pada materi getaran dan gelombang kelas XII SMA semester ganjil.

Вам также может понравиться