Вы находитесь на странице: 1из 3

Penatalaksanaan 1.

Terapi Topikal Terapi yang direkomendasikan untuk infeksi lokal karena jamur adalah berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai formulasi. Dan sebagian besar memberikan keberhasilan terapi (70%-100%). Terapi topical yang digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu terdiri dari : a) Topical azol : 1. Econazol 1% 2. Ketoconazol 2% 3. Clotrinazol 1% 4. Miconazol 2%, dll Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada pembetukan ergosterol membrane jamur. b) Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membrane sel jamur, yaitu aftifine 1%, butenafin 1%, terbinafin 1% yang mampu bertahan 7 hari setelah pemakaian selama 7 hari berturut-turut (Kuswandji, 2004). c) Sikloklopirosolamin 2% berkerja menghambat masuknya bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur merupakan agen topical yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi dan antibakteri serta berspektrum luas. d) Kortikosteroid topical yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada regimen anti jamur topical untuk menurunkan gejala. Terapi steroid hanya diberian pada beberapa hari pertama dari terapi. 2. Terapi sistemik Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyataan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunaan pada kasus hyperkeratosis terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien imunokompremais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap obat jamur sistemik topical.

a) Griseofulfin Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap baku emas pada pengobatan infeksi dermatofit Trichopyton, Microsporum, Epidermopyton. Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium metaphase. b) Ketokonazol Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk golongan imidazol. Absorbs optimal gila suasana asam. c) Flukonazol Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imindazol, namun absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan dan kadar keasaman lambung. d) Intrakonazol Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spectrum luas, bersifat fungistatik dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik maupun jamur dematiacea. Absorbs maksimum bila obat diminum bersama dengan makanan. e) Amfosterin B Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi Streptomyces nodosus. Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah aan menghambat pertumbuhan jamur, protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada pasien dengan infeksi jamur yang membahayaan jiwa dan tidak sembuh dengan preparat azol (Kuswandji, 2004). Prognosis Pada tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan tingkat kesembuhan (70%-100%) setelah pengobatan dengan azol topical atau allilamin dengan menggunakan anti jamur sistemik.

Kuswadji, Widaty KS. Obat anti jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K,Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis.Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.108-16.

Вам также может понравиться