Вы находитесь на странице: 1из 16

Burning Mouth Syndrome

Burning mouth syndrome (BMS) atau sindroma mulut terbakar adalah suatu kompleks gejala pada pasien dengan keluhan nyeri mulut tetapi secara klinis pada pemeriksaan oral dan selaput lendir tidak ditemukan kelainan. BMS adalah diagnosa eksklusi. Banyak penyakit mulut dan selaput lendir yang menunjukkan gejala nyeri mulut seperti liken planus, infeksi herpes simpleks berulang, dan stomatitis berulang. Sebuah pemeriksaan oral menyeluruh harus dikerjakan untuk mengeksklusi ini dan penyakit oral yang lain sebelum mendiagnosa BMS. Sinonim dari BMS termasuk glossodynia, glossopyrosis, lossalgia, stomatodynia,

stomatopyrosis, nyeri lidah dan ulut, lidah terbakar, paresthesia mulut dan lidah dan dysesthesia oral. BMS biasanya disamakan dengan kelainan psikosomatik muri yang muncul pada wanita pascamenopause, yang resisten terhadap terapi. Meskipun BMS dapat menjadi diagnosa dan kesmpatan terapi. Beberapa penelitian menghubungkan BMS dengan gangguan organik dan psikiatrik dan menunjukkan perbaikan gejala pada 70% pasien dengan terapi langsung. Berhadapan dengan pasien BMS, dermatosis dan klinisi lainnya harus mengenal komponennya, manajemen dan optimis terhadap perbaikan yang potensial. Pasien biasanya merasakan sensasi terbakar, gatal, nyeri, panas, tajam, dan mati rasa pada rongga mulut. Nyeri pada BMS kira-kia sama dengan sakit gigi. Sensasi ini paling banyak muncul pada 2/3 depan dan ujung lidah. Terkadang bisa terjadi pada tempat yang berbeda-beda termasuk derah atas alveolar, palatum, bibir dan daerah bawah alveolar. Paling sedikit terjadi di mukosa mulut, dasar mulut dan kerongkongan. Dengan prevalensi sekitar 3,7% populasi. BMS mengenai lebih sering wanita 7 kali daripada pria. Biasanya mengenai usia pertengahan dan usia lanjut (rata-rata 60 tahun dan tidak pernah dilaporkan pada anak-anak). Durasi BMS kira-kira 2-3 tahun. Banyak pasien BMS telah berkonsultasi dengan banyak dokter gigi, dokter dan layanan kesehatan lain dan telah banyak mencoba membeli obat tanpa resep dan dengan resep. Lebih dari setengah pasien menerima informasi yang tidak lengkap tentang BMS dari pemberi layanan kesehatan. BMS dibagi dalam 3 jenis berdasarkan variasi gejala. BMS tipe I (35%) memiliki gejala nyeri setiap hari yang tidak muncul pada pagi hari, meningkat sepanjang hari, memuncak pada sore hari. Tipe II (55%) ditandai dengan nyeri yang konstan disepanjang hari. Tipe III (10%) nyeri hilang timbul dengan adanya interval bebas nyeri, dan nyeri timbul pada tempat yang tidak

lazim seperti mukosa mulut, dasar mulut dan tenggorokan. Faktor nonpsikiatrik dihubungkan dengan BMS tipe I, ansietas kronik dengan tipe II, pengawet makanan atau alergi makanan dengan BMS tipe III. Pasien dengan tipe II BMS lebih resisten terhadap terapi. Tabel 1 Klasifikasi Lamey : subtipe BMS Clinical course Tipe 1 Nyeri sehari-hari, Association tidak Nonpsikiatri

muncul pada pagi hari, dan meningkat sepanjang hari Tipe 2 Nyeri sepanjang hari, konstan Psikiatri khususnya ansietas kronik Tipe 3 Nyeri intermiten, lokasi yang Stomatitis kontak alergi

tidak biasa (mukosa bukal, terhadap zat penyedap rasa dasar mulut) atau adiktif

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Banyak kondisi yang berhubungan dengan kejadian BMS. Bukan suatu hal yang mengejutkan bahwa nyeri mulut dapat disebabkan lebih dari satu penyebab. Empat kategoriutama adalah (1) Sistemik, (2)Lokal, (3) Psikiatri atau psikologis, (4) Faktor idiopatik. Faktor yang paling berhubungan adalah kelainan psikiatri atau psikologis, xerostomia, defisiensi nutrisi, stomatitis kontak alergi, faktor yang berhubungan dengan gigi, perilaku nonfungsional, kandidiasis, diabetes mellitus, dan menopause atau peningkatan hormon. Multifaktor Lebih dari 1/3 pasien memiliki lebih dari 1 faktor. Penyebab BMS harus diidentifikaikan dan diperbaiki secara berkesinambungan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Tabel 2 Etiologi BMS Sistemik Defisiensi Besi Vitamin b12 lokal Faktor dental Dental work Mekanik Psikologis dan psikiatri Psikiatri Depresi Ansietas Idiopatik

Folat Zink Vitamin B kompleks Endokrin DM Hipotiroid Menopause atau hormonal Xerostomia Kelainan jaringan ikat Sindrom sjogrens Sindrom sicca Berkaitan dengan obat-obatan Ansietas atau stress Medikasi ACE inhibitor Esofageal refluks Anemia

Perilaku oral dan parafungsional Clenching Bruxism Tounge thrusting Myofascial pain Stomatitis kontak alergi Dental restorasi atau material dental Zat pewarna, pengawet Neurologis Referred from tonsil atau gigi Lingual free neuropathy Glossopharingeal neuropathy Acoustic neuroma Infeksi Kandidiasis Berkaitan denga antibiotik Berkaitan dengan gigi Trauma lokal Kortikosteroid DM Fusosirochetal Xerostomia Irradiation Penyakit lokal

Obsessive compulsive Kelainan somatoform Cancerphobia Stressor psikososial

Kelainan psikiatri dan psikologis Penyakit kejiwaan adalah faktor penyebab BMS yang paling banyak. Penyakit kejiwaan dilaporkan terjadi sekitar 19-85%. Paling sedikit 1/3 pasien mempunyai faktor penyebab kejiwaan, paling banyak depresi dan kelainan cemas. Pasien dengan sindroma mulut terbakar mungkin berfikir bahwa gejala ini disebabkan oleh kanker mulut atau sist, walaupun pasien jarang mengungkapkan hal ini secara spontan pada dokter. Pemeriksaan diri berulang merupakan tanda untuk kanker-fobia. Walaupun BMS dapat merupakan gejala somatik dari beberapa kasus depresi, hubungannya tidak selalu sma dengan hubungan penyebabnya. Depresi dan gangguan psikologis umum dijumpai pada penderita penyakit kronik dan mungkin sekunder dari penyajkit kronik daripada penyebab sindrom mulut terbakar. Studi melaporkan persamaan diantara karakteristik personalitas dari pasien dengan nyeri mulut kronik dan populasi nyeri kronik lainnya. Gangguan tidur yang sama juga telah didokumentasi dari populasi ini. Sebagai tambahan, banyak medikasi yang iasa digunakan sebagai terapi pada pasien psikiatri dapat menyebabkan xerostomia dan eksaserbasi sindroma mulut terbakar. Walaupun gangguan psikiatri jelas signifikan untuk beberapa pasien dengan sindrom mulut terbakar, penting untuk tidak langsung berkesimpulan bahwa semua gejala mulut terbakar disebabkan oleh gangguan psikiatri. Malangnya, penyebab psikiatri seringnya dinyatakan ketika tidak ada jawaban mudah yang jelas kelihatan. Setiap pasien dengan BMS harus menerima evaluasi secara hati-hati untuk psikiatri dan penyebab organik dari rasa nyeri. Pemeriksaan secara cermat akan mengungkapkan penyebab lokal atau sistemik dari simptom tersebut dan juga terapinya, menenteramkan hati pasien mengenai kepercayaannya mengenai kanker mulut. Selama evaluasi, pertanyaan langsung tentang depresi, kecemasan, dan ketakutan dari kanker dan riwayat keluarga dari gangguan psikiatrik atau kanker mulut harus dicatat. Ketika diperlukan, evaluasi lanjutan dan dokumentasi penyakit psikiatri sebaiknya dilakukan. Pendekatan sebuah tim penting; staf psikiatri mungkin tidak merasa nyaman mengkonfirmasi diagnosis BMS karena mereka kurang familiar dengan penyakit mulut. Xerostomia Mulut kering merupakan keluhan yang sering yang dijumpai pada pasien dengan BMS dan dapat dijumpai hingga 25% pasien dengan keluhan ini. Penurunan lubrikasi mulut dapat menghasilkan peningkatan pergesekan dan ketidaknyamanan yang mengarah pada BMS.

Xerostomia sendiri dapat merupakanmultifaktor. Xerostomia yang berhubungan dengan obat umum terjadi dan dapat terjadi dengan banyak medikasi termasuk trisiklik antidepresan, benzodiazepin, monoamine oxidase inhibitor, antihipertensi, dan antihistamin. Penyakit jaringan ikat, seperti sindrom Sjrgen atau sindrom sicca, dapat menyebabkan xerostomia, juga pada riwayat radiasi lokal atau diabetes mellitus. Bahkan stres dan kecemasan dapat menyebabkan mulut kering. Walaupun dihipotesiskan, xerostomia yang berhubungan dengan umur dan menopausal belum didokumentasi.

Defisiensi Nutrisi Karena pergantian sel yang cepat dan trauma, rongga mulut khususnya sensitif terhadap defisiensi nutrisi dan mungkin indikator utama untuk gangguan ini. Anemia defisiensi besi, anemia pernisiosa (autoimun B12 defisiensi), defisiensi zinc, dan defisiensi vitamin B kompleks semua dilaporkan dapat menyebabkan BMS. Defisiensi nutrisi diklaim menyebabkan BMS sebanyak 2% dan sebanyak 33% pasien. Perubahan pada mukosa yang dihubungkan dengan status defisiensi ini, seperti eritema, glossitis, kehilangan papila, atau atropi, dapat tidak dijumpai pada pasien BMS. Terapi pengganti dapat menolong pada pasien BMS dengan defisiensi.

Stomatitis Kontak Alergi Peran alergen pada BMS agak kontroversial. Walaupun beberapa studi menuntut adanya prevalensi yang tinggi dari alergi pada gigi palsu atau meterial-material gigi, seperti akrilat, nikel, merkuri, emas, dan kobalt, studi belakangan ini tidak dapat memberi bukti bahwa gigi palsu atau materialnya sebagai penyebab dari BMS yang sering. Karena alergi pada material gigi palsu jarang, pasien pasien tidak dipertimbangkan alergi terhada gigi palsu atau material giigi hingga test patch kontrol berhubungan dengan simptom klinis. Pasien dengan BMS tipe 3 (nyeri intermitten) biasanya memiliki tes patch yang positif. Perasa atau bahan tambahan makanan telah diimplikasikan. Subtipe ini secara jelas telah dilakukan dengan test tempel. Lamey et al mencatat 65% dari Tipe 3 BMS chort memiliki tes tempel yang positif dan 80% membaik dengan menghindari alergen yang diimplikasikan (dimaksud). Cinnamone Aldehyde (cinnamon), asam sorbit, tartrazine, asam benzoat, propylene glycol, menthol, dan peppermint telah diidentifikasi sebagai penyebab potensial dari rasa nyeri di mulut . Mencatat kontribusi dari LeSueur dan Yiannis pada stomatitis kontas pada tempat lain pada bahasan ini.

Gangguan yang Berhubungan Dengan Gigi Palsu Rasa sakit yang hanya mempengaruhi jaringan-bantalan gigi saja, temporal yang dihubungkan dengan penggunaan gigi palsu, atau perbaikan yang berhubungan dengan penghentian gigi palsu, merupakan petunjuk pada BMS yang berhubungn dengan pemakaian gigi palsu. Dibandingkan respon alergi terhadap bahan gigi palsu, nyeri yang disebabkan oleh berhubungan dengan pemakaian gigi palsu biasanya disebabkan oleh iritasi dari rancangan yang salah atau perilaku parafunctional. Kandidiasis juga dapat berperan pada nyeri yang berhubungan dengan penggunaan gigi palsu. Main dan Basker menemukan BMS sehubungan dengan kesalahan rancangan pada 50% pasien; dengan penggantian gigi palsu pasien membaik. Lamey dan Lamb mencatat 60% dari pasien BMS memiliki kesalahan rancangan gigi palsu, tetapi hanya separuh dari pasien ini membaik setelah penggantian gigi palsu. Kesalahan rancangan gigi palsu yang menjadi perhatian utama meliputi: (1) terbatasnya ruang lidah, (2) berkurangnya ruang bebas hambatan, (3) dan basis gigi tiruan yang sempit. Kesalahan rancangan gigi tiruan ini dpat meningkakan stres pada jaringan sekitar atau mengubah fungsi normal dari lidah. Kebanyakan pasien BMS dengan gigi palsu atau manfaat perawatan gigi yang signifikan dari rujukan konsultasi gigi formal untuk membantu perawatan gigi, gigi palsu, oklusi, dan keutuhan untuk modifikasi atau penggantian. Topik ini ditujukan olehn Kupp dan Sheridan pada tempat lain dalam bahasan ini.

Perilaku Parafungsional BMS yang dihubungkan dengan perilaku parafungsional mungkin lebih umum daripada yang disadari dan biasanya tidakterlalu dipertimbangkan oleh dokter. Lamey dan Lamb menemukan aktivitas parafunctional yang perlu perhatian pada 13% dari kelompok pasien dengan BMS. Pasien yan mengkertakkan atau menggertakkan gigi mereka, mendorong lidah mereka secara berulang-ulang, (membuat lidah mereka melawan gigi, atau mencoba untuk mendudukkan ke tempat lain sebuah gigi tiruan yang tidak pas dengan lidah mereka dapat menyebabkan rasa sakit di mulut. Perilaku ini mungkin tidak disadari atau mungkin hanya terjadi ketika stres. Pemeriksaan permukaan gigi atau gigi palsu terkadang dapat memberikan tanda adanya perilaku parafungsional. Konsultasi gigi dapat menolong untuk mengidentifikasi dan mengatasi perilaku ini.

Kandidiasis Dilaporkan bahwa kandidiasis merupakan faktor kausatif pada 6-30% pasien dengan BMS, tetapi perubahan mukosa yang khas untuk kandidiasis minimal atau tidak dijumpai pada pasien BMS. Osaki,dkk melaporkan bahwa kandidiasis subklinis sebagai penyebab BMS pada 25% pasien dalam studi Cohort. Nyeri glossal menurun dengan pemberian larutan pencuci mulut yang mengandung Amphotericin. Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi oportunistik, suatu unsur normal dalam mulut pada 40% pasien, pertumbuhan Candida yang berlebihan dapat terjadi pada pasien Xerostomia, pengguna kortikosteroid, pengobatan antibiotik, pengguna gigi palsu dan diabetes melitus.

Diabetes Mellitus Perubahan metabolik pada mukosa oral, neuropati diabetik, dan angiopati merupakan mekanisme terjadinya BMS. Xerostomia dan kandidiasis oral juga berkontribusidalam masalah ini. Sekitar 5% pasien BMS menderita diabetes melitus. BMS merupakan nyeri mulut terbanyak kedua setelah xerostomia pada studi pasien diabetes. Dengan mnegontrol diabetes melitus dapat memperbaiki atau mengobati BMS.

Menopause atau Perubahan Hormonal Sebagian besar pasien BMS adalah wanita. Semua literatur menyatakan bahwa BMS lebih umum terjadi pada wanita daripada pria dengan rasio 7:1. Sindroma nyeri mulut yang lain juga lebih terlihat pada wanita. Jelasnya prevalensi BMS pada wanita pasca menopause, diduga bahwa pengaruh hormonal berperan dalam BMS.Akan tetapi, pada studi controlled clinical trial dengan terapi estrogen lokal atau sistemik tidak lebih efektif daripada plasebo. Tidak ada perbedaan bermakna yang ditemukan pada wanita dengan nyeri mulut dan kelompok kontrol dalam jumlah tahun setelah menopause, penggunaan terapi pengganti estrogen, dan lamanya menggunakan terapi pengganti estrogen. Walaupun secara jelas terdapat hubungan bermakna antara BMS dan wanita kelompok usia ini dan kemungkinan terkait dengan menopause, sekarang ini tidak bukti menunjukkan keuntungan menggunakan terapi pengganti estrogen.

BMS Terkait Obat-obatan Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACE-i) seperti captopril, enalapril, dan lisinopril dapat menyebabkan scalded mouth atau BMS. Dijumpai adanya perbaikan dengan mengurangi atau menghentikan medikasi ini.

Gambaran mukosa yang normal Sering dianggap sebagai varian normal yang asimptomatik, banyak studi telah menunjukkan gambaran geographic, fissured, atau scalloped tounge lebih sering pada pasien nyeri lidah. Walaupun pasien dengan nyeri oral dan temuan ini secara teknis tidak bagian dari rubrik BMS, hubungan antara temuan oral ini dan nyeri oral telah didokumentasikan dan harus dikenali. Temuan ini juga dapat meningkatkan ketakutan pasien akan kanker. Artikel glossitis oleh Byrd,dkk menjelaskan topik ini lebih detail.

EVALUASI DAN WORK-UP PASIEN DENGAN BMS Banyaknya penyebab dan sifat multifaktorial BMS menyebabkan pendekatan yang terorganisir untuk evaluasi menjadi penting. Diagnosis dan terapi dapat dicapai, yang terbaik dengan pendekatan multidisiplin melibatkan dermatologis, pelyan kesehatan primer, dokter gigi, psikiater, dan otorhinolaringologis. Pengobatan sederhana pada psien dengan rasa simpati dapat memperbaiki interaksi dan barangkali outcome pasien. Riwayat langsung terkonsentrasi pada riwayat medis, dental, psikologis dan psikiatri dan meninjau simptom-simptom harus dilakukan. Deskripsi nyeri mulut harus meliputi durasi, karakter, tingkat nyeri, tempat ynag terlibat, dan subtipe atau pola. Frank Question tentang depresi, ansietas dan ketakutan akan kanker harus ditanyakan. Faktor-faktor yang memperberat seperti makanan dan preparasi mulut (larutan pencuci mulut, gum, mint, pasta gigi, lipstik, kosmetik dan rokok) harus diperoleh. Hubungan nyeri dengan penggunaan gigi palsu, dental work dan perilaku parafungsi oral (tounge thrusting, bruxism, jaw clenching) harus didokumentasikan. Semua medikasi yang potensial menyebabkan xerostomia harus diperiksa. Pemeriksaan fisik dengan empati pada pemeriksaan oral harus lengkap, disamping mengidentifikasi penyakit lain yang dapat menyebabkan nyeri mulut hal ini memastikan pasien bahwa kanker tidak ada. Evaluasi harus meliputi pemeriksaan eritema, glossitis, atropi, kandidiasis, geographic tounge, lichen planus dan xerostomia. Klinis dengan pengetahuan dan

pengalaman yang luas dan presentasi penyakit oral adalah sarana terbaik unutk menjamin hasil pemeriksaan mukosa oral betul-betul normal. Pemeriksaan prosedur dental, gigi palsu, fungsi gigi palsu, dan tanda perilaku parafungsi terbaik diperiksa oleh konsultan gigi. Pemeriksaan laboratorium harus meliputi test pertinent. Spesimen biopsi tidak menguntungkan jika pemeriksaan klinis normal dikonfirmasi. Patch testing khusunya penting dan berhasil pada pasien BMS tipe 3 dan harus meliputi seri standar, seri metal serta rasa dan bahan pengawet. Daftar alergen didiskusikan dalam kontribusi LeSueur dan Yiannis dalam topik ini.

MANAJEMEN BMS merupakan masalah yang dapat diatasi dengan sebagain besar pasien berespon terhadap terapi yang disesuaikan. Manajemen harus fokus pada mengontrol dan menghilangkan penyebab potensial BMS, ingat bahwa pada kebanyakan pasien memiliki lebih dari satu faktor yang berperan. Karena adanya sejumlah kondisi menyebabkan nyeri mulut, protokol terapi tuggal tidak tepat. Terapi yang sesuai ditujukan untuk penyebab. Rencana manajemen untuk kondisi yang berbeda ditinjau berikut ini Tabel 3 Work-up of BMS Riwayat sepenuhnya dan tinjauan simptom Medikasi yang menyebabkan xerostomia Pemeriksaan dental atau denture Perawatan mulut Perilaku parafungsional Riwayat depresi, ansietas, dan kanker-fobia Riwayat keluarga adanya kanker oral, diagnosa psikiatri dan penyakit jaringan ikat Pemeriksaan mulut Eritema, kandidiasis, xerostomia, atau kelainan mukosa yang lain Kelainan lidah seperti geographic, fissured, atrophic Pemeriksaan dental dan denture Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan zat besi, kapasitas total iron binding, saturasi iron, feritin Vitamin B12, folat, zinc Glukosa, hemoglobin glikosilat Kultur kandida Test patch Meliputi seri standart, seri metal, zat rasa dan pengawet Konsultasi selanjutnya jika ada indikasi berdasarkan tinjauan riwayat dan sistem Psikometri test dan konsultasi psikiatri Dentis Neurologi Otorhinolaringologi

Box 1. Patch test pada BMS 1. Seri standard (seri Mayo Clinic meliputi 68 alergen yang berbeda) 2. Bumbu dan bahan pengawet oral 3. Seri metal Alergen alergen yang ditest mencakup berikut ini: Methyl methacrylate Ethyl acrylate Ethyleneglycol dimethacrylate BIS GMA Benzoyl peroxide Propylene glycol Sorbic acid Benzoic acid Tartrazine yellow Peppermint Spearmint Cinnamic aldehyde Menthol Fragrance mix

Balsam of Peru Cobalt chloride Nickel sulfate Gold sodium thiosulfate Amalgam Mercuric chloride Cadmium chloride Potassium dichromate Formaldehyde p- Phenylenediamine

Gangguan psikiatrik Lingkungan yang mendukung perlu dalam melanjutkan penanganan pasien dan dapat menambah resolusi gejala-gejala yang sedang ditangani dengan terapi lain. Evaluasi psikiatrik, medikasi, dan psikoterapi berperan dalam mengatasi gejala. Meskipun secara optimal ditangani psikiatris atau psikologis, beberapa pasien resisten pada evaluasi psikiatrik. Antidepresan dan antiolytic dengan pengaruh antikolinergik direkomendasikan. Serotonin reuptake inhibitors typically menyebabkan sedikit xerostomia dan dapat menjadi pilihan yang baik. Menenangkan pasien dengan cara menjelaskan bahwa tidak ada dijumpai kanker harus dilakukan secara lengkap dan berulang.

Nyeri yang berhubungan dengan gigi dan gigi palsu Evaluasi pemeliharan gigi, geligi palsu, kesalahan-kesalahan pembuatan gigi, dan parafunctional behavior oleh spesialis seharusnya dicari. Adaptasi atau penggantian dapat mengurangi BMS. Pencabutan gigi palsu pada malam hari dapat membantu. Menghindari iritan, penanganan dengan anti candida, dan memelihara higiene gigi seharusnya dilakukan. Sindrom defisiensi Pemberian besi, B12, folat, atau zinc dilakukan pada pasien defisiensi. Perbaikan akan terjadi secara bertahap. Evaluasi penyebab defisiensi harus diketahui sebelum pemberian suplemen. Suplementasi pada pasien yang tidak ada defiensi sulit membenarkan pemberian

vitamin B. Lamey merekomendasikan pemberian empiris vitamin B1 (300 mg, sekali sehari) dan vitamin B6 (50 mg, 3 kali sehari) selama 4 minggu.

Stomatitis kontak alergi Patch test pada komponen gigi, metal, zat adiktif, bahan pengawet, bumbu, dan seri standard seharusnya dilakukan di bawah naungan supervisi dermatologist yang telah berpengalaman menggunakan bahan bahan tersebut dan menginterpretasikannya. Korelasi klinis antara hasil patch test dan riwayat pajanan pasien merupakan komponen yang penting dalam pemeriksaan. Edukasi terhadap pasien dan latihan menghindari bahan bahan allergen tersebut adalah keharusan.

Candidiasis Karena candida adalah flora normal orofaringeal, kultur positif tidak menunjukkan proses patologis. Test menghitung infeksi candida secara rutin tidak perlu dilakukan. Secara khas, terapi empiris untuk candidiasis oral diberikan pada pasien BMS dan dapat berguna pada pasien. Terapi meliputi penggunaan nistatin atau clotrimazole, yang tersedia dalam berbagai bentuk, meliputi krim, kumur, dan troche. Satu contoh dari regimen terapi yang efektif, meliputi penggunaan flukonazol oral, 100 mg Nomor 15: hari 1, 2 pil; hari 2-7, 1 pil; hari 8-21, 1 pil setiap hari hari lainnya. Gigi palsu harus ditangani untuk kandidiasis dan kebersihan gigi dijaga. Gigi palsu seharusnya selalu dicabut pada malam hari. Banyak pasien tidur dengan gigi palsunya. Ini merupakan predisposisi kebiasaan parafungsi dan kandidiasis berulang (stomatitis gigi palsu).

Box 2. Strategi Penanganan untuk BMS Prinsip penanganan: 1. Focus mengontrol atau mengeliminasi semua hal yang berpotensi menyebabkan BMS 2. Penanganan tailor pada pasien berdasarkan penyebab yang dicurigai 3. Terapi empiris hanya jika tidak ditemukan penyebab BMS atau gagal terapi

Rencana manajemen dapat meliputi: Gangguan psikiatrik dan psikologi Menjaga lingkungan yang mendukung

Evaluasi dan manajemen psikiatrik Memastikan bahwa tidak dijumpai kanker

Perawatan gigi dan gigi palsu Evaluasi oleh dokter gigi Adaptasi atau penggantian jika dibutuhkan

Sindrom defisiensi Dokumentasi defisiensi Evaluasi penyebab defisiensi Terapi penggantian

Stomatits kontak alergi Rujuk ke dokter kulit yang berpengalaman dalam menggunakan dan interpretasi patch test Patch test untuk standard, metal, bahan pengawet, bumbu Korelasi klinis Edukasi pasien untuk menghindari allergen yang telah teridentifikasi Kandidiasis Kultur Terapi dengan anti kandidiasis Diabetes mellitus Rujuk untuk menangani manajemen dan edukasi Perilaku parafungsional Evaluasi gigi Terapi tingkah laku Sugar-free chewing gum Xerostomia Menghentikan obat obatan yang menyebabkan xerostomia Penilaian general Substitusi saliva Sialogogues

Idiopatik (terapi empiris) Menghindari iritan Terapi trial dengan anti kandida Vitamin B Doxepin trial Antidepresan trisiklik dosis rendah Clonazepam lokal Rujuk ke spesialis obat obatan oral

Diabetes mellitus Semua pasien dengan BMS, diabetes mellitus harus dieksklusikan dengan menghitung kadar gula darah puasa. Pasien dengan hasil abnormal harus dilakukan manajemen dan edukasi. Control diabetes mellitus dapat mengurangi BMS. Penggantian medikasi diabetes terkadang dapat membantu. Beberapa pasien membutuhkan obat obatan oral atau beberapa membutuhkan terapi insulin.

Perilaku parafungsional Sekali teridentifikasi, manajemen dapat meliputi modifikasi design gigi palsu, terapi tingkah laku yang terdiri dari monitoring kebiasaan, biofeedback, dan teknik relaksasi; dan penggunaan sugar-free chewing gum, mouth guards, dan bahkan hipnoterapi.

Xerostomia Penilaian menyeluruh harus dilakukan untuk mengatasi xerostomia. Menghentikan atau mengganti obat-obat yang berpotensi menyebabkan xerostomia sebaiknya dicoba. Karena xerostomia merupakan efek samping pengobatan yang paling sering terjadi, terkadang pengurangan jumlah obat-obat yang dikonsumsi dapat mengurangi terjadinya xerostomia. Penggunaan sialogogues, seperti pilocarpine, untuk merangsang kelenjar ludah memproduksi ludah lebih banyak juga cukup membantu. Box 3 Tata laksana xerostomia 1. Penilaian menyeluruh meliputi: - ganti obat-obat yang diketahui berpotensi menyebabkan xerostomia

- perbanyak minum air putih - gunakan pelembab ruangan (humidifier) - hindari penggunaan alkohol ataupun larutan pencuci mulut yang mengandung alkohol - hindari konsumsi kafein - gunakan pelembab bibir (jelly petroleum) sebelum tidur dan sepanjang hari - konsumsi produk makanan dan minuman bebas gula - periksakan gigi secara teratur. Pasien xerostomia mempunyai risiko penyakit gigi dan gusi yang lebih tinggi. 2. Commercial saliva substitutes; merupakan obat bebas yang dapat digunakan sesering mungkin jika diperlukan ataupun sebelum tidur 3. Sialogogue seperti pilocarpine 5mg, civemeline 30 mg

4. Produk lain seperti Mouth Kote (spray), Optimoist (spray)

Idiopatik Jika tidak ada penyebab mendasar BMS yang ditemukan, terapi pilihan untuk ini adalah terapi empiris. Terapi yang dimaksudkan seperti menghentikan penggunaan substans yang bersifat iritatif (larutan pencuci mulut yang mengandung alkohol, cengkeh, produk mint, dan rokok), terapi antikandida, dan vitamin B kompleks. Jika tidak ada respon yang terlihat, tricyclic antidepressants (TCA) dapat digunakan. TCA yang biasa digunakan adalah amitriptyline dengan dosis 10-75 mg. Penggunaan benzodiazepine seperti clonazepam juga telah dilaporkan efektif sebagai terapi BMS. Walaupun mekanisme kerjanya bukanlah semata-mata...Woda melaporkan pada 52% pasien yang diterapi dengan clonazepam (0.5-1 mg) dua sampai tiga kali perhari mempe rlihatkan hasil yang bermakna. Berdasarkan teori mereka, pemakaian clonazepam lokal dapat mengganggu mekanisme neuropatologis yang mendasari terjadinya BMS. Terapi lainnya yang dilaporkan namun lebih jarang digunakan adalah capsaicin dan laser inframerah. BMS adalah sindroma yang dapat diobati. Terapi dengan pendekatan langsung menunjukkan hasil yang memuaskan pada sekitar 70% pasien. Jika gagal, terapi empiris adalah pilihan selanjutnya. Selain itu, remisi spontan juga dilaporkan dapat terjadi.

Kesimpulan BMS adalah adanya nyeri pada mulut pada mukosa mulut yang tetap normal. Ini dapat disebabkan faktor organik maupun psikologis. Kondisi-kondisi yang paling berhubungan

dengan kejadian BMS ini antara lain masalah psikiatri seperti depsresi, kecemasan, cancerphobia; xerostomia; defisiensi nutrien; dermatitis kontak alergi; kandidiasis; sakit gigi, dan perilaku parafungsi. Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi, pengevaluasian secara sistematis sangat diperlukan. Identifikasi penyebab-penyebab BMS yang dapat dikoreksi harus diutamakan. Anamnese menyangkut riwayat penyakit terdahulu maupun pemeriksaan langsung rongga mulut harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit rongga mulut lain. Riwayat pengobatan, latar belakang, dan status psikiatri serta pemeriksaan lab dan alergi juga membantu mengidentifikasi etiologi dari sindroma ini. Penatalaksanaan BMS seharusnya disesuaikan untuk tiap pasien dan dengan pendekatan multidisiplin meliputi dokter gigi, psikiater, dokter ahli penyakit kulit, dokter ahli THT, dan dokter umum. Evaluasi pasien BMS yang terstruktur dan terencana memberikan perbaikan klinis pada 70% pasien. Sementara sisanya menunjukkan hasil dari terapi empiris dengan protokol dan interaksi suportif yang berkesinambungan.

Вам также может понравиться