Вы находитесь на странице: 1из 28

PENDAHULUAN

Infeksi luka operasi atau surgical site infection (SSI) merupakan hal yang paling mungkin terjadi, karena pembedahan merupakan tindakan yang dengan sengaja membuat luka pada jaringan dan merupakan suatu tempat jalan masuk dari bakteri, sehingga membutuhkan tingkat sterilitas yang maksimal dan juga orang-orang yang ikut dalam operasi harus dibatasi jumlahnya. Infeksi luka operasi terdiri dari superfisial, dalam dan organ sehingga penangannya pun berbeda. Infeksi luka operasi disebabkan oleh beberapa bekteri, yaitu bakteri gram negatif, gram positif, dan bakteri anaerob. Gejala yang muncul seperti tanda-tanda inflamasi, yaitu terasa panas, nyeri, kemerahan, bengkak, dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya cairna atau nanah dari tempat luka. Berkembangnya infeksi tergantung dari beberapa faktor diantaranya yaitu jumlah bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri, pertahanan tubuh hostdan faktor eksternal lainnya. Juga terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mencetuskan terjadinya infeksi luka operasi, yaitu faktor pasien, faktor operasi, dan faktor mikrobiologi. Penanganan dan pencegahan terjadinya infeksi luka operasi pada dasarnya adalah dengan menjaga sterilitas, dengan melakukan teknik operasi yang baik.

A. Definisi Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh. Menurut sistem CDCs terdapat kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu :

1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi.

2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi. 3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena manipulasi yang terjadi.

B. Etiologi Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif ( E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak adalah Staphylococcus. Aerob gram-positif cocci : Viridans, streptococci Group B, Enterococcus, Strept faecalis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis. Aerob gram-negatif bacilli : Escherichia coli, Klebsiella species, Proteus mirabilis, Gardnerella vaginalis Anaerob : Peptostreptococcus species, Bacteroides fragilis group, Prevotella bivia, Prevotella disiens, Fusobacterium species Mycoplasmas : Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum

C. Patogenesis Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah : Faktor pasien : Status nutrisi yang buruk Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol Merokok Kegemukan : Meningkatkan resiko pada lapisan lemak abdomen subkutan yang lebih dari 3 cm (1,5 inch). Resiko meningkat dikarenakan dibutuhkan insisi yang lebih luas, sirkulasi yang berkurang pada jaringan lemak atau kesulitan teknik operasi saat melewati lapisan lemak. Infeksi koeksisten pada tempat lain di tubuh dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi melalui aliran darah Kolonisasi dengan mikroorganisme Perubahan respon imun ( HIV / AIDS dan pengguna kortikosteroid jangka panjang) Lamanya perawatan sebelum operasi

Faktor Operasi 1. Pencukuran sebelum operasi 2. Persiapan kulit sebelum operasi 3. Lamanya operasi 4. Profilaksis antimikroba 5. Ventilasi ruang operasi 6. Pembersihan atatu sterilisasi instrumen 7. Material asing pada tempat pembedahan 8. Teknik pembedahan 9. Hemostasis yang buruk 10. Kegagalan untuk menutupi dead space 11. Trauma jaringan 4

D. Gejala dan Tanda Pasien merasakan beberapa gejala yang dirasakan saat terjadi infeksi pada luka operasi : 1. Nyeri 2. Hipotermi atau hipertermi 3. Tekanan darah rendah 4. Palpitasi 5. Keluar cairan dari luka operasi, bisa berupa darah ataupun nanah (bisa berwarna dan berbau) 6. Bengkak (pasien merasa nyeri, sekitar daerah yang membengkak terasa hangat dan berwarna merah) E. Diagnosa Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara : 1. Anamnesa : pasien mengeluhkan nyeri luka operasi yang semakin bertambah, demam atau dingin. 2. Pemeriksaan fisik : Satu atau lebih tanda kardinal luka infeksi yaitu pembengkakan lokal, merah, teraba hangat. Pembengkakan lokal bisa terlihat dari benang yang semakin kencang. Inspeksi lebih dalam dilakukan setelah beberapa benang di lepaskan. 3. Pemeriksaan penunjang: Kultur dari sekret luka untuk mengidentifikasikan bakteri apa yang terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang tepat. Selain itu pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, imunoserologi, radiologis sekiranya luka tersebut kronis dan dalam termasuk rontgen,MRI, scan tulang. Klasifikasi luka operasi Clean (class I) luka operasi yang tidak terinfeksi yang mana tidak ada peradangan yang ditemukan pada saluran pernafasan, saluran pencernaan, genital, atau traktus urinarius tidak terkena. Luka biasanya 5

tertutup dan jika perlu drainase dengan closed drainage. Luka operasi diikuti dengan trauma tumpul seharusnya dimasukkan pada kategori ini jika masuk dalam kriteria. Contoh : Hernia repair, biopsi mammae 1-5,4% Clean-contaminated (Class II) Luka operasi yang mana saluran pencernaan, saluran pernafasan, traktus urinarius dan genital terkena dengan kondisi terkontrol dan tanpa kontaminasi yang tidak biasanya. Contoh : Cholecystectomy, operasi saluran pencernaan elektif Contaminated (Class III) terbuka, baru, luka tiba-tiba. Sebagai tambahannya, pembedahan dengan potongan besar dengan teknik yang steril atau kebocoran besar pada saluran pencernaan, dan sayatan yang akut, inflamasi yang nonpurulen termasuk dalam kategori ini. Contoh : Trauma, luka jaringan yang luas, enterotomy saat obstrusi usus Dirty (Class IV) Luka traumatik yang lama yang tertahan pada jaringan yang dilemahkan yang termasuk infeksi klinis yang ada atau visera yang perforasi. Definisi ini menunjukkan bahwa organisme penyebab infeksi post operasi Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi nekrotik jaringan lunak 3,1-12,8%

PENCEGAHAN I. Preoperatif Persiapan pasien 1. Kapanpun jika memungkinkan, identifikasi dan obati semua infeksi yang terlokalisir di daerah operasi sebelum operasi elektif dan operasi elektif yang tertunda pada pasien dengan dearah infeksi pada luka sampai infeksi terobati. 2. Jangan mencukur rambut sebelum operasi kecuali jika rambut tersebut atau sekitar daerah insisi akan mengganggu operai. 3. Jika rambut dicukur, cukur secepatnya sebelum operasi, lebih baik dengan pemotong elektrik. 4. Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien diabetes dan selalu hindari hiperglikemi sebelum operasi. 5. Sarankan penghentian merokok. Minimal instruksikan pasien untuk tidak merokok kretek, tembakau, atau bentuk konsumsi tembakau lain selama paling tidak 30 hari sebelum operasi elektif. 6 . Jangan menahan darah pasien yang di operasi untuk mencegah infeksi luka operasi. 7 . Minta pasien untuk mandi dengan cairan atiseptik pada paling tidak malam sebelum operasi dilaksanakan. 8 . Cuci dan bersihkan dengan benar sekitar daerah insisi untuk membuang kontaminasi sebelum menyiapkan antiseptik kulit. 9 . Gunakan antiseptik yang tepat. 10 . Oleskan antiseptik secara lingkaran yang dimulai dari tengah bergerak menuju pinggir. Daerah yang dipersiapkan harus cukup besar untuk memperpanjang sayatan atau membuat sayatan baru jika diperlukan. 11. Usahakan pre operasi pasien di rumah sakit sesingkat mungkin. 7

12 . Tidak direkomendasikan untuk menurunkan atau menghentikan penggunaan steroid sistemik sebelum operasi selektif. 13 . Tidak direkomendasikan untuk hanya meningkatkan support nutrisi untuk pasien operasi yang dimaksudkan untuk mencegah infeksi luka operasi. 14. Tidak direkomendasikan untuk menggunakan mupicorin ke hidung untuk mencegah infeksi luka operasi. Persiapan anggota tim bedah. 1. Potong pendek kuku dan jangan memakai kuku palsu. 2. Lakukan pencucian tangan sebelum operasi paling tidak 2 sampai 5 menit menggunakan antiseptik yang tepat. Cuci tangan dan lengan bawah sampai ke siku. 3. Setelah mencuci tangan, jaga tangan di atas dan tidak bersentuhan dengan tubuh (siku pada posisi fleksi) sehingga air bergerak dari ujung jari menuju siku. Keringkan tangan dengn handuk steril dan pakai baju operasi steril dan sarung tangan steril. 4. Bersihkan bawah tiap kuku sebelum mencuci tangan pertamakali. 5. Jangan menggunakan perhiasan. 6. Tidak direkomendasikan menggunakan cat kuku. Penanganan personel bedah yang terinfeksi 1. Edukasi dan sarankan personel bedah yang memiliki gejala dan pasien penyakit infeksi yang menular agar melaporkan keadaan mereka dengan segera kepada supervisor dan personel kesehatan kerja. 2. Membuat kebijakan yang baik mengenai tanggungjawab perawatan pasien ketika personal potensial berada pada kondisi infeksius yang menular. Kebijakan-kebijakan ini seharusnya mengatur : (a) Tanggungjawab personel dalam menggunakan pelayanan kesehatan dan melaporkan penyakit, (b) pembatasan kerja, dan (c) ijin untuk kembali bekerja setelah menderita penyakit yang membutuhkan pembatasan kerja. Kebijakan-kebijakan tersebut 8

seharusnya mengidentifikasi individu yang memiliki kekuasaan untuk mengistirahatkan personel dari kerja mereka. 3 . Menghentikan dari tugas operasi personel yang mempunyai lesi kulit yang telah mengering sampai infeksi hilang atau personel tersebut telah menerima terapi adekuat dan infeksi telah sembuh. 4 . Jangan secara rutin mengeluarkan personel operasi yang terkolonisasi dengan organisasi seperti S. aureus (hidung, tangan atau bagian tubuh lain) atau grup A Streptococcus, kecuali personel tersebut telah dihubungkan secara epidemiologi kepada penyebaran organisme di wilayah pusat kesehatan. Profilaksis antimikroba 1. Berikan antimikroba profilaksis hanya ketika diindikasikan, dan dipilih berdasarkan patogen yang paling umum menyebabkan infeksi luka operasi untuk operasi spesifik dan rekomendasi yang dipublikasikan. 2. Berikan dosis inisial antimikroba profilaktik secara intravena, dihitung seperti konsentrasi bakterisidal obat yang ada dalam serum dan jaringan ketika insisi dilakukan. Pertahankan tingkat terapeutik agen dalam serum dan jaringan selama operasi dan sampai, kebanyakan, beberapa jam setelah insisi ditutup di kamar operasi.

Pemilihan antibiotik profilaksis untuk operasi major pelvis (section caesarean, histerektomi abdominal dan vaginal, emergency cerclage dan terminasi kehamilan) haruslah mempunyai ciri spektrum luas yang bisa mencakupi patogen pelvis dan tidak toksik.. Cefazolin dengan dosis 1g diberikan secara intravena atau intramuskular merupakan salah satu sefalosporin generasi pertama ideal sebagai profilaksis untuk operasi major pelvis. Pilihan lain adalah doksisiklin 100 mg diberikan intravena dengan catatan bahwa pasien tidak sensitive terhadap beta lactam dan tidak hamil, sekiranya pasien hamil, alternatif lain adalah klindamisin 900 mg dosis tunggal intravena ditambah gentamisin (1.5mg/kg berat badan).

II. Intra operatif Ventilasi 1. Pertahankan ventilasi tekanan positif di kamar operasi dengan memperhatikan koridor dan area yang berdekatan. 2. Pertahankan minimal pergantian udara 15 kali perjam, yang mana paling tidak 3 sebaiknya udara segar. 3. Saring semua udara, disirkulasi ulang dan segar, melalui filter yang baik sesuai rekomendasi institut arsitek Amerika. 4. Memasukkan semua udara di langit-langit, dan alat pembuangan uap dekat lantai. 5. Jangan menggunakan radiasi UV di kamar operasi untuk mencegah infeksi luka operasi. 6. Tetap tutup pintu ruang operasi kecuali dibutuhkan untuk jalan peralatan, personel dan pasien. 7. Pertimbangkan melakukan operasi implan ortopedik dimana tesedia udara sangat bersih. 8. Batasi jumlah personel yang memasuki ruang operasi sesuai yang dibutuhkan. Membersihkan dan diinfeksi permukaan lingkungan 1. Ketika kotoran yang terlihat atau kontaminasi dengan darah atau cairan tubuh permukaan atau peralatan terjadi selama operasi, gunakan disinfektan untuk membersihkan area yang terkena sebelum operasi berikutnya. 2. Jangan melakukan pembersihan khusus atau menutup kamar operasi setelah terkontaminasi atau operasi yang kotor. 3. Jangan menggunakan keset kaki yang lengket di jalan masuk kamar operasi atau kamar operasi individu untuk mengontrol infeksi. 4. Vakum basah lantai kamar operasi setelah operasi terakhir dengan disinfektan. 5. Tidak ada rekomendasi untuk disinfeksi permukaan lingkungan atau peralatan yang digunakan di kamar operasi dalam beberapa operasi jika tidak terlihat kotoran Sterilisasi peralatan bedah 1. Sterilisasi instrumen operasi sesuai dengan panduan yang dipublikasikan.

10

2. Lakukan sterilisasi cepat hanya pada item peralatan perawatan penyakit yang akan digunakan segera. Jangan gunakan sterilisasi cepat untuk alasan kenyamanan, seperti sebuah alternatif membeli peralatan tambahan, atau untuk menghemat waktu. Pakaian operasi 1. Pakai masker operasi yang menutup keseluruhan mulut dan hidung ketika memasuki ruang operasi jika operasi akan dimulai atau sedang berjalan atau jika instrument steril sedang terekspos. Pakai masker selama operasi. 2. Gunakan topi atau tudung untuk menutupi rambut secara keseluruhan di kepala dan wajah ketika memasuki ruang operasi. 3. Jangan menggunakan penutup sepatu untuk mencegah infeksi luka operasi. 4. Pakai sarung tangan steril jika menjadi tim operasi. Pakai sarung tangan setelah memakai baju steril. 5. Gunakan jubah operasi dan penutup yang merupakan barier efektif ketika basah. 6. Ganti baju operasi yang terlihar sudah kotor, terkontaminasi danatau dipenetrasi oleh darah atau material lain yang potensial infeksius. Asepsi dan teknik operasi 1. Mengikuti prinsip asepsis ketika menempatkan peralatan intravascular, kateter anesthesia spinal atau epidural, atau ketika memberikan obat secara intravena. 2. Susun peralatan steril dan obat cair sebelum digunakan. 3. Perlakukan jaringan dengan lembut, pertahankan hemotasis efektif, minimalkan jaringan lemah dan benda asing dan eradikasi ruang mati di tepat operasi. 4. Lakukan penutupan tunda kulit primer atau biarkan sebuah sayatan terbuka agar sembuh kemudian jika ahli bedah memperkirakan daerah operasi terkontaminasi berat. Perawatan insisi setelah operasi 1. Lindungi dengan penutup steril untuk 24 sampai 48 jam setelah operasi, sebuah sayatan yang telah tertutup secara primer. 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti penutup dan setelah kontak dengan tempat operasi. 11

3. Ketika penutup sayatan harus diganti, gunakan teknik yang steril. 4. Edukasi pasien dan keluarga menyangkut perawatan sayatan yang baik, gejala infeksi luka operasi, dan perlunya melapor segera. 5. Tidak ada rekomendasi untuk menutupi sayatan yang tertutup secara primer melebihi 48 jam. F. Penatalaksanaan Tujuan penanganan luka operasi : Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan Mempercepat penyembuhan Membersihkan luka dari benda asing atau febris Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat Mencegah perdarahan Prinsip dalam menatalaksana infeksi luka operasi adalah source control atau kontrol sumber yaitu melakukan drainase, koreksi faktor predisposisi dan penyebab. Beberapa macam source control termasuk drainase abses, reseksi dan debridement jaringan yang sudah nekrosis, menghilangkan obstruksi dan menutup perforasi. 1. Debridemen luka Eksplorasi luka dimulai dengan membuka jahitan, lalu pembersihan dilakukan dengan mencuci luka pertama kali dengan cairan disinfektan misalnya hidrogen peroksida selanjutnya dengan cairan saline steril menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat penyemprot yang besar. Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang benda asing, bekuan darah, kulit dan jaringan mati dari daerah luka. Kadang sharp debridement menggunakan scalpel atau gunting jaringan dibutuhkan untuk melepaskan sisa yang sulit dengan metode irigasi cairan dan tujuan lain untuk memastikan pinggir luka rata dan anastomosis jaringan terjadi baik.

12

Untuk infeksi luka operasi yang lebih dalam, drainase perkutan harus dipertimbangkan karena luka operasi mencakup area yang difus atau satu kavitas misalnya pada operasi laparotomi karena peritonitis difus. Drainase ini secara tidak langsung meminimalkan terjadinya perlengketan di antara organ-organ. 2. Penutupan luka Setelah yakin luka bersih, dijahit kembali sesuai lapisan jaringan yang terinfeksi. Penutupan luka bertujuan untuk melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dengan cara pembalut mengabsorpsi eksudat dan mencegah infeksi melalui obat salep antibiotik seperti sulfadiazin, kloramfenikol, gentamisin dan lain-lain. Penutupan dengan pembalut menolong menyediakan tekanan untuk mengurangi pembengkakan. 3. Obat-obatan Pemberian antibiotik untuk SSI bukanlah terapi yang standar dilakukan. Ia direkomendasikan hanya sebagai terapi adjuvant bila terjadi selulitis disekitar daerah luka atau SSI yang dalam yaitu yang berhubungan dengan organ-organ dalam. Target pemberian antibiotik adalah melebihi konsentrasi inhibisi minimal terhadap patogen. Pada SSI yang ringan, misalnya pada pasien yang berobat jalan, konsentrasi inhibisi ini bisa dicapai dengan pemberian antibiotik oral yang cocok sedangkan pada SSI yang berat, respon sistemik terhadap infeksi menyebabkan malfungsi system-sistem antaranya gastrointestinal. Absorpsi obat di gastrointestinal akan terganggu menyebabkan kadar obat di dalam darah yang diharapkan tidak dapat dicapai. Solusinya adalah dengan memberikan antibiotika secara intravena dan dievaluasi setiap hari efektifitas dari obat. Jika tidak terlihat perbaikan setelah pemberian antibiotika selama 2 hari, dipertimbangkan untuk di tambah atau di ganti. Antibiotika yang sering di gunakan dalam menangani SSI : MECHANIS M OF ACTION ANTIBACTER IAL SPECTRUM

DRUG CLASS AND NAME Penicillins

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY

13

DRUG CLASS AND NAME Penicillin G

MECHANIS M OF ACTION -Lactam mechanism: inhibits bacterial cell wall by binding to penicillinbinding proteins (PBPs). It inhibits the final transpeptidatio n step of peptidoglycan synthesis in the bacterial cell wall -Lactam mechanism. Also penicillinase resistant and acid stable

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY Low, but rarely an allergic reaction may be life threatening

ANTIBACTER IAL SPECTRUM Streptococcal species except enterococci and penicillinresistant pneumococci, Neisseria species except lactamaseproducing gonococci

Prototype. Short Hydrolyzed by all lactamases

Antistaphylococcal Methicillin First Short antistaphyloco ccal drug Interstitial nephritis Staphylococcal species (methicillin sensitive) and streptococcal species except enterococcus Narrow spectrum; generally used for staphylococcal infections only

Oxacillin

Short

Interstitial nephritis

Nafcillin Easy gram-negative Ampicillin Amoxicillin -Lactam mechanism

Short

Interstitial nephritis Streptococcal species, including many enterococci, Neisseria species (non

Hydrolyzed by Short Low; diarrhea all and rash Mediu lactamases m

14

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM lactamase producing), Haemophilus influenzae (non lactamase producing), some Escherichia coli and Proteus mirabilis

Expanded spectrum Carbenicillin -Lactam mechanism Hydrolyzed by Short all lactamases High sodium load. Inhibition of platelet aggregation Greatly expanded gramnegative spectrum while still active against streptococcal species, including enterococci. Moderate antianaerobe activity. May not be reliable as the sole agent for established gram-negative rod infections Same, but less activity against enterococci Low Low Same as expandedspectrum penicillins but with more activity against Pseudomonas,

Ticarcillin

-Lactam mechanism

Same

Short

Very advanced spectrum Mezlocillin Piperacillin -Lactam mechanism Hydrolyzed by Short all Short lactamases Same

15

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM Acinetobacter, and Serratia species

-Lactamase inhibitor combination Clavulanic acid plus

-Lactam mechanism, plus Clavulanic acid mechanism: lactamase inhibitor that increases the antibacterial activity of lactam antibiotics Short Oral only Mediu m

Low; same as constituent lactam

Ticarcillin Amoxicillin

Same as ticarcillin or amoxicillin plus staphylococci (methicillin sensitive), lactamasepositive H. influenzae and some lactamaseproducing gramnegative rods, and anaerobes

Sulbactam plus

-Lactam mechanism, plus Sulbactam mechanism: forms enzymesulbactam complex that inhibits lactamases -Lactam mechanism,

IV only

Short

Ampicillin

Similar to cefoxitin with activity against enterococci

Tazobactam plus

Short

16

DRUG CLASS AND NAME Piperacillin

MECHANIS M OF ACTION plus Tazobactam mechanism: inhibits lactamases. More potent than sulbactam or clavulanic acid

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM Similar to piperacillin plus staphylococci (methicillin sensitive), some lactamaseproducing gramnegative rods, and anaerobes Streptococcal species except enterococci, staphylococcal species (methicillin sensitive), and easy gramnegative rods

Cephalosporins First generation Short half-life Cephalothin Cephapirin Longer half-life Cefazolin Second generation Poor anaerobic activity Shorter half-life -Lactam mechanism Mediu Low m Same as firstgeneration cephalosporins with expanded gram-negative activity not including Pseudomonas, Acinetobacter, or Serratia Short Low Mediu Low m Reduced Long antistaphyloco Long 17 Prototype of class Short Short Low Low -Lactam mechanism

Cefamandole Cefuroxime Longer half-life Ceforanide Cefonicid

DRUG CLASS AND NAME Good anaerobic activity Short half-life Cefoxitin Longer half-life Cefmetazole Cefotetan

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT ccal activity

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM Same as above, plus many anaerobes

Short

Low

Mediu Low m Long Prolonged prothrombin times Very active against most gram-negative rods except Pseudomonas, Acinetobacter, and Serratia. Poor against anaerobes. Less activity against streptococcal and staphylococcal species than first-and secondgeneration cephalosporins.

Third generation Poor Pseudomonas activity Short half-life Cefotaxime Ceftizoxime Long half-life Ceftriaxone

-Lactam mechanism

Short

Low

Mediu Low m Long Low

Good Pseudomonas activity Cefoperazone Ceftazidime Mediu Low m Mediu Low m Same as above plus activity against many Pseudomonas, Acinetobacter, and Serratia species Same as above

Cefepime 18

Mediu Low

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY m

ANTIBACTER IAL SPECTRUM with increased activity against gram-positive cocci

Monobactams Aztreonam -Lactam mechanism: preference to PBP-3 of gram-negative bacteria. Very stable against -lactamases Safe for most patients with penicillin allergy Short Low Excellent activity against most gramnegatives, including Pseudomonas and Serratia. Inactive against gram-positive cocci, anaerobes, and most Acinetobacter strains

Carbapenems

-Lactam mechanism, plus Provided in Short combination with cilastatin to prevent renal breakdown and renal toxicity Low. Seizures Extremely broad in certain high- gram-positive risk patients and gramnegative aerobic and anaerobic. Modest activity against enterococci. Inactive against Stenotrophomon as (formerly Xanthomonas) maltophilia Reduced potential for seizures Low Same activity as imipenem Better activity against

Imipenem/cilastatin Cilastatin mechanism: inactivates dehydropeptida ses, which would normally break the -lactam ring of imipenem in the proximal tubule Meropenem

Provided alone Short without cilastatin Provided alone Long without 19

Ertapenem

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT cilastatin

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM Enterobacteriace ae, less activity against grampositive cocci, Pseudomonas, Acinetobacter, and anaerobes

Quinolones Poor anaerobic activity Inhibit bacterial enzyme DNAgyrase, thus inhibiting DNA replication Oral only; urine levels only Long Low Very broad Gram-negative Interaction activity. Gramleads to positive and accumulation very broad of theophylline gram-negative activity, including Pseudomonas, Acinetobacter, and Serratia. Poor activity against anaerobes

Norfloxacin

Ciprofloxacin

Oral and intravenous (applies to all below)

Long

Ofloxacin

Racemic Long mixture of levofloxacin (active) and dextrofloxacin (inactive) Long Very long 20 As above plus better gram-

Levofloxacin Better anaerobic activity Gatifloxacin

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM positive and anaerobe coverage

Moxifloxacin

Very long

Broad spectrum against grampositive, gramnegative, and anaerobes Extremely broad coverage of gram-negative rods. Poor activity against streptococci. Some synergism with penicillin or vancomycin against enterococci. No activity against anaerobes

Aminoglycosides

Bind to a specific protein in the 30S subunit of the bacterial ribosome, which leads to faulty alignment or recognition by RNA during initiation of microbial peptide chain formation

All have a low Mediu Nephrotoxicity ratio of m and nerve VIII therapeutic-totoxicity, both toxic levels. auditory and All are vestibular frequently underdosed. All exhibit a significant postantibiotic effect[*]

Gentamicin

See above

Mediu See above m

Most active against enterococci and Serratia spp. More active against Pseudomonas spp.

Tobramycin

See above

Mediu Statistically m but questionably clinically significant decrease in nephrotoxicity

Amikacin

See above

Mediu See above Active against a m (aminoglycosi significant des) number of gentamicin- and tobramycinresistant

21

DRUG CLASS AND NAME Netilmicin

MECHANIS M OF ACTION

COMMENT See above

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM organisms

Mediu See above See above m (aminoglycosi (aminoglycoside des) s) Long[ Dose] dependent, reversible bone marrow suppression Rare (1/2500040000) irreversible bone marrow aplasia Long[ Linked to ] Clostridium difficile diarrhea Many grampositive and easy gramnegative rods, H. influenzae, most anaerobes

Other Antianaerobes Chloramphenicol Inhibits Oral or IV bacterial protein synthesis by reversibly attaching to the 50S subunit of the 70S bacterial ribosome Inhibits Oral or IV bacterial protein synthesis by attaching to the 50S subunit of the bacterial ribosome Not fully Oral or IV elucidated Seems to produce cytotoxic effects on anaerobes by a reduction reaction (nitro group of metronidazole) Inhibits cell wall synthesis by binding to carboxyl

Clindamycin

Streptococcal species except enterococci, staphylococci, most anaerobes. Inactive against gram-negative rods

Metronidazole

Very Disulfiramlong[] type (Antabuse) reaction.

Very active against most anaerobes. Inactive against facultative and Peripheral aerobic bacteria. neuropathy Active against with prolonged protozoa use (amoebae and Giardia)

Glycopeptides Vancomycin Only IV. No Very oral absorption long Hypotension and histamine release phenomena Streptococcal species, including many enterococci,

22

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION subunits on peptide subunits containing free D-alanyl-Dalanine (different site from lactamsno cross resistance), plus may affect permeability of membrane, plus may inhibit RNA synthesis

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY (redman syndrome) during infusion.

ANTIBACTER IAL SPECTRUM

staphylococci (including methicillinresistant strains), Clostridium Nephrotoxicity species. No and ototoxicity activity against gram-negative rods

Streptogramins Quinupristin/dalfop Binds to Significant ristin different sites postantibiotic on the 50S effect[*] subunit of bacterial ribosomes A 5to 10-fold decrease in the dissociation constant of quinupristin is seen in the presence of dalfopristin Mediu Reversible m transaminase elevations Most grampositive pathogens, including vancomycinresistant Enterococcus faecium, methicillinresistant Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis, and penicillinresistant Streptococcus pneumoniae but not Enterococcus faecalis Most gram-

Oxazolidinones Linezolid Attaches to the Oral or IV 23 Long Reversible

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION 50S subunit of the bacterial ribosome and inhibits protein synthesis

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY monoamine oxidase inhibition with the potential to interact with adrenergic or serotoninergic drugs and cause hypertension Reversible myelosuppress ion with thrombocytope nia, anemia, and leukopenia

ANTIBACTER IAL SPECTRUM positive bacteria, including methicillinresistant S. aureus and vancomycinresistant enterococci

Macrolides Erythromycin Attaches to the Oral or IV 50S subunit of the bacterial ribosome and may interfere with translocation reactions of the peptide chains Inhibit protein Oral or IV synthesis by attaching to the Oral or IV 30S subunit of the bacterial ribosome Mediu Cholestasis m with estolate (IV) form Most grampositive, Neisseria, Campylobacter, Mycoplasma, Chlamydia, Rickettsia, Legionella

Tetracyclines Tetracycline Doxycycline Long Very long Stain teeth of children Same Many grampositive, easy gram-negative rods, some anaerobes, Rickettsia, Chlamydia, Mycoplasma Good against multidrugresistant

Glycylcyclines Tigecycline Inhibit protein IV synthesis by attaching to the 24 Long No major toxicities described yet

DRUG CLASS AND NAME

MECHANIS M OF ACTION 30S subunit of the bacterial ribosome

COMMENT

HALF -LIFE TOXICITY

ANTIBACTER IAL SPECTRUM staphylococci and streptococci (including enterococci). No Pseudomonas coverage

Antifungal Triazoles Fluconazole Inhibition of Oral or IV cytochrome P450dependent ergosterol synthesis Very long Elevation of liver function test result Visual disturbances, fever Most fungi except Candida krusei, Candida glabrata Most fungi

Voriconazole

Long

Polyenes Amphotericin B Binds to sterols IV of cell wall and interferes with permeability Inhibits IV glucan synthase, disrupts integrity of the cell wall, and causes cell lysis Very long Nephrotoxicity Most fungi , fevers and chills

Echinocandins Caspofungin Very long Fever. Infusionrelated complications Most fungi

4. Terapi oksigen hyperbarik 25

Juga disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke dalam tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya sampai ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk seperti tabung yang disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa melihat dokter dan berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien mungkin mebutuhkan terapi ini lebih dari sekali. 5. Terapi tekanan negatif Juga sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial dengan melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup dengan ketat. Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong menyedot keluar cairan berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin menolong untuk meningkatkan aliran darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka. 6. Pengobatan lain Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan luka yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu minum obat untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Dokter mungkin memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial terutama tinggi protein untuk meningkatkan nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan untuk meningkatkan aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh darah.

KESIMPULAN

26

Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Menurut sistem CDCs terdapat standarisasi pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu : 1. Insisi Superfisial; 2. Insisi Dalam; 3. Organ atau ruang. Terdapat beberapa klasifikasi luka operasi, yaitu : clean, clean-contaminated, contaminated, dirty. Patogenesis terjadinya infeksi luka pada operasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu : faktor pasien, faktor terjadinya infeksi, faktor operasi, faktor mikrobiologi. Luka yang di buat pada saat operasi merupakan tempat jalan masuk dari bakteri, karena itu diperlukan penatalaksanaan dalam pencegahan terjadinya infeksi luka operasi. Pencegahan agar tidak terjadi infeksi luka operasi adalah pada saat preoperatif dan intraoperatif.

DAFTAR PUSTAKA 27

1. Townsend C M, Beauchamp R D, Evers B M, Mattox K L. 2004. Sabiston

Textbookof Surgery.The Biological Basis of Modern Surgical Practice17th edition. Elsevier Saunders; Philadelphia. P 258-263
2. Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E.

2006. Schwartzs manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96 3. Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for prevention of Surgical Site of Infection. Columbia University School of Nursing;New York 4. Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site

Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 8 Nov 2012. 5. Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 8 Nov 2012. 6. Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-Site-Infections/, 12 Nov 2012. 7. Management of surgical wounds, Nursing Times VOL 99, NO 13, April 2003, Helena Baxter, MSc, BSc, Hinchingbrooke Health Care NHS Trust, Cambridgeshire. 8. Diagnosis and Management of Postoperative Infection. Global Library of Womens Medicine 2011

http://www.glowm.com/index.html?p=glowm.cml/section_view&articleid=32, 13 Nov 2012.

28

Вам также может понравиться