Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Istilah fatigue atau kelelahan dipakai untuk menggambarkan berbagai kondisi yang sangat bervariasi yang semuanya berakibat penurunan kapasitas dan ketahanan kerja. Konsep kelelahan yang sudah dikenal saat ini membedakan atas dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum atau general fatigue. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktifitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktifitas, kehilangan keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk dan letih. Kelelahan umum dapat diakibatkan oleh efek dari berbagai stress berupa monotony, intensitas atau durasi dari beban kerja mental atau mental dan fisik, iklim lingkungan termasuk penerangan dan kebisingan, penyebab mental berupa tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik, penyakit dan perasaan sakit dan faktor nutrisi yang dialami sepanjang hari kerja berakumulasi pada organisme dan secara bertahap meningkatkan perasaan lelah dimana perasaan lelah ini merupakan keadaan yang dapat dihilangkan dengan berbaring dan istirahat. Dengan demikian kelelahan akibat kerja memiliki arti yaitu suatu pertahanan atau perlindungan dari tubuh seseorang yang dirasakan secara objektif yang terjadi akibat kerja fisik atau mental yang secara terus menerus sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pada individu, hilangnya efisiensi dan penurunan produktivitas. Tipe-tipe Kelelahan Akibat Kerja ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan akibat kerja, menyatakan ada empat tipe kelelahan yakni: a. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan

perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru yang melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih efisien. b. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan. c. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat. d. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif. Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup. Menurut Schultz & Schultz (2001, h. 312) ahli-ahli di bidang psikologi membagi kelelahan akibat kerja dalam dua tipe yakni kelelahan fisiologis yang disebabkan oleh kerja otot yang berlebihan dan kelelahan secara psikis, yang mirip dengan kebosanan. 2.2 Tujuan

1. Mengetahui gambaran umum fatigue pada pekerja 2. Mengetahui proses tejadinya fatigue pada pekerja 3. Hal apa saja yang bisa menyebabkan fatigue pada pekerja 4. mengetahui dampak fatigue pada pekerja

2.3 Manfaat Di harapkan makalah ini dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mahasiswa peminatan k3 khususnya dan bagi mahasiswa pada umumnya.

BAB II ISI

1.1.

PENGERTIAN KELELAHAN (FATIGUE) Kelelahan (fatigue) adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susuna syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi an penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum, seperti dililustrasikan pada Gambar 8.1 tentang toxonomi kelelahan. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau persaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,seba-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean,1993).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yangn sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal. (Astrand & Rodahl, 1997 dan Pulat, 1992).

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai peneyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaska bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjai mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melaui syaraf sensoris ke otak yang didasari sebagai kelelahan otot. Rangsangan eferen ini menghambat pusat-[usat otak dalm mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.

Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukan semakin lelah kondisi otot seseorang.

1.2.

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KELELAHAN KERJA Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

Kelelahan yangn disebabkan oleh karena kerja stastis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenagan <20% keja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot stastis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebananan berlangsungn sepanjang hari. Astrand dan Rodahl (1977) berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Lebih lanjut Sumamur (1982), Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja otot stastis merupakan kerja berat (strenous), kemudian mereka membandingkan antara kerja otot stastis dan dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat, dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.

Waters dan Bhattacharya (1996), berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot baik stastis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat.

Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melamoaui kaopasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka konsentrasi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan. Sedangkan Aanis dan McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yangn dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak melebihi 50% dari tenaga aerobik maksimum untuk kerja 1 jam, 40% untuk kerja 2 jam dan 33% untuk kerja 8 jam terus-menerus. Nilai tersebut di desain untuk mencegah kelelahan yang dipercaya dapat meningkatkan resiko cidera otot skeletal pada tenaga kerja.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebig bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjaln normal ke seluru anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tinnglkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif. 1.3 Proses Terjadinya Fatigue Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan

pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan. Sehingga menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lemah kondisi otot seseorang. Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan disebabkan menjadi kelelahan otot secara umum. Kelelahan otot secara umum ditandai dengan : 1. Kemampuan otot kurang (kurang otot menjadi pendek). 2. Waktu kontraksi dan relaksasi semakin bertambah (waktu meregang dan mengendur semakin lama). 3. Memanjangkan tegangan waktu antara datangnya rangsangan dengan diawalinya peregangan.

Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa berkurangnya kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan lelah sebenarnya bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan lapar. Hadirnya perasaan lelah berarti menyuruh kita untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan lebih lanjut untuk segera kembali.

1.4 Dampak Fatigue Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis, kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terusmenerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis atau kelelahan psikologi yang menyebabkan perasaan lelah.

Kelelahan yang dialami terus-menerus setiap hari berakibat kepada kelelahan kronis. Perasaan kelelahan tidak saja terjadi pada sore hari sesudah bekerja, tetapi selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja. Gejala kelelahan berikut ini merupakan gejala yang jelas terlihat dan dirasakan yaitu menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi, pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja turun, ketelitian menurun, dan kesalahan meningkat. Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana istirahat, memberi waktu libur, dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja fisik yang sehat dan nyaman.

1.5 Pengukuran Fatigue Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan. Untuk mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan yaitu : 1. Pengukuran waktu reaksi.
2. Uji hilangnya kelipatan (Flicker Fusion Test).

3. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik.

4. Kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2). 5. Kuesioner kelelahan 30 item.

Untuk

penelitian

ini

dilakukan

pengukuran

tingkat

kelelahan

dengan

menggunakan alat yaitu, waktu reaksi (Reaction Timer). Waktu reaksi yang diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi, waktu yang terjadi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbul respon terhadap rangsang tersebut, pengukuran dilakukan pada waktu istirahat. Waktu reaksi merupakan interval selama impuls syaraf dialirkan ke otak kemudian diteruskan ke otot, pemeriksaan waktu reaksi penting tidak hanya sekedar mengetahui perbedaan kecepatan individu tetapi juga untuk mendapat informasi tentang kegunaan fungsi yaitu atensi, kemampuan presepsi dan kecepatan persepsi.

1.6 Faktor yang Mempengaruhi Fatigue Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain : a. Faktor dari dalam individu 1. Usia Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun pada usia 40 tahun. Berkurangnya kebutuhan zat tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik sehingga kegiatan yang bisa dilakukan biasanya juga berkurang dan lebih lamban. Usia atau umur merupakan waktu atau masa hidup seseorang selama masih hidup di dunia yang dihitung mulai dari manusia dilahirkan. Para ahli psikologi membagi umur menjadi beberapa kelompok-kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan fisik dan pertumbuhan mental antara lain :

a. Masa dewasa dini : 18 tahun 40 tahun b. Masa dewasa madya : 41 tahun 60 tahun Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan.

b. Jenis Kelamin Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria.

c. Status Gizi Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat akan menganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan kelelahan. Dalam laporan FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indikator status gizi orang dewasa. Nilai IMT dihitung menurut ilmu berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter). Status gizi umum spesifik zat gizi, melainkan lebih erat kaitannya dengan energi dan protein dapat diukur dengan antropometri. Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat memberi gambaran status energi dan protein seseorang, karenanya antropometri sering digunakan sebagai indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi protein.

Standar IMT untuk orang Indonesia batas ambangnya telah dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis sebagai berikut :

d. Status Kesehatan Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain : 1. Penyakit Jantung Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan. 2. Penyakit Gangguan Ginjal Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran sisa metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah (uremi). Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan kelelahan. 3. Penyakit Asma Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara bronkus kecil (bronkiolus). Proses transportasi oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida

dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang. 4. Tekanan Darah Rendah Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme yang menjadi penyebab kelelahan.

5.

Tekanan Darah Tinggi

Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennya akibatnya pertukaran darah terhambat. Pada tungkai terjadi penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan kelelahan.

b. Faktor dari luar 1. Beban Kerja dan Masa Kerja Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan masing-masing tenaga kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk menangani beban kerjanya

sebagai tambahan dari beban kerja langsung ini. Pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti faktor lingkungan fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi. Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat pula kelelahan kerja seseorang. Nadi kerja merupakan petunjuk besar kecilnya beban kerja. Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada suatu instansi atau tempat kerja. Pada masa kerja ini dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis, semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.

2. Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara lain penerangan, kebisingan dan iklim kerja : a) Penerangan atau Pencahayaan Penerangan yang kurang baik di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja, karena menganggu pelaksanaan pekerjaan, tetapi menimbulkan kesan yang kotor. Untuk mengurangi kelelahan fisik akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan faktor obyek dan umur pekerja dapat dilakukan antara lain perbaikan kontras, meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang sesuai dengan umur tenaga kerja. b) Iklim Kerja / Tekanan Panas

Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti temperatur, kelembaban udara, kecepatan gerak angin dan suhu radiasi, iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. Pengukuran tekanan panas pada suatu tempat salah satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks suhu basah dan bola, anatara lain : 1. Untuk pekerja di luar gedung : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering. 2. Untuk pekerja di dalam gedung : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi. c) Kebisingan Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran berdenging. Keadaan ini akan menimbulkan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex celebri yang dipengaruhi oleh sistem yang antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem (aktivasi). d) Faktor Ergonomi Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan kerja. Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan kenyamanan, keamanan dan efisiensi pekerja. 1.7 Akibat Kelelahan Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain : 1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih penuh semangat 2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain

3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang. Menurut Sumamur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu : 1) Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring. 2) Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan. 3) Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum. Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat. 1.8 Akibat Kelelahan terhadap keselamatan kerja Berdasarkan akibat kelelahan secara umum dapat kita dapatkan bahwa seorang pekerja bila mengalami kelelahan dalam menjalankan pekerjaannya tentunya akan mempengaruhi keselamatannya dalam bekerja seperti berkurangnya konsentarsi dalam bekerja dapat menjadi factor risiko untuk terjadinya sebuah kecelakaan kerja. Sebab bila konsentrasi berkurang tentunya tingkat kewaspadaan pekerja akan terganggu dan sering membuat kesalahan pada pekerjaannya. Hal tersebut akan membahayakan pekerja bila pekerjaannya tergolong pekerjaan yang memiliki tingkat resiko yang tinggi. Selain itu kelelahan juga dapat menyebabkan salah persepsi atau

miss communication dalam bekerja, sering kali kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi tersebut. Kondisi fisik yang lelah dapat melemahkan respon para pekerja, sehingga bila terjadi keadaan darurat di tempat kerja seperti kebakaran, maupun gempa bumi pekerja tersebut akan lamban dalam menghadapinya, sehingga dimungkinkan pekerja dapat mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh factor alam tersebut. 1.9 Cara Mengatasi Kelelahan Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja. Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per jamnya. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.

Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja lebihlebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan penting.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Konsep dasar kelelahan terdiri dari 2 jenis yaitu kelelahan secara otot ataupun kelelahan secara umum. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktifitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktifitas, kehilangan keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk dan letih. Kelelahan jika terus-terusan di biarkan dapat mengganggu produktifitas kerja yaitu menurunkan konsentrasi dalam bekerja. B. Saran Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2013 2013 http://jurtek.akprind.ac.id/bib/prevalensi-keluhan-subyektif-atau-

kelelahan-karena-sikap-kerja-yang-tidak-ergonomis-pada-pengraj Diakses 26 Maret

Anonim 2013 http://eprints.undip.ac.id/10507/1/Skripsi_V3.pdf Diakses 26 Maret 2013

Chapter II. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/25191/4/Chapter%20II.pdf, tanggal 26 Maret 2013.

Sumamur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung.

Sritomo Wignjosoebroto, 2000, Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja Dalam Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu, institute Teknologi Sepuluh November Surabaya. Diakses dari http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2850m_sritomo-ie-Makalah%20Rancangan%20Vulkanisir%20Ban%20%20A.Pawennari.pdf tanggal 27 Maret 2012. Tarwaka.(2010).ERGONOMI INDUSTRI Dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasinya di tempat kerja .Surakarta: Harapan Press Untari, Siti. 2006. Pengaruh Pemberian Minuman Isotonis Terhadap Perubahan Tingkat Kelelahan Pekerja Pabrik Tahu di Kelurahan Jomblang, Kecamatan

Candisari,

Kota

Semarang.

(online).

(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-sitiuntari-5652-2babii_.pdf, diakses pada tanggal 26 Maret 2013)

Tugas Ergonomi Kelelahan Dalam Bekerja

Oleh : 1. Sylvia Erin Hersanti 2. Yulhaimi Febriantoro 3. Wanda Qurniasari 4. Nanang Dwi N 5. Pandu 25010110120041 2501011012 25010110141034 25010110141 25010110141

Вам также может понравиться