Вы находитесь на странице: 1из 3

1

LEADERSHIP STYLES AND TEAM COHESIVESS ACROSS CULTURES By Hein Wendt, Martin C. Euwema,Olena Zhytnyk

Tujuan studi yang dilakukan oleh Hein Wendt, Martin C. Euwema dan Olena Zhytnyk adalah untuk menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dalam kepemimpinan suportif dan direktif dan keterpaduan atau kekompakan tim. Selain itu akan mengevaluasi efek dari budaya nasional terhadap hubungan tersebut. Fokus studi ini adalah pada dimensi budaya yang sangat relevan untuk praktek organisasi, kepemimpinan, dan kerja tim sehingga struktur masyarakat dapat digambarkanmenjadi dua level yaitu individualistik dan kolektifistik (Hofstede, 2001). Individualistik kolektifistik merupakan dimensi yang paling di

dokumentasikan dan diakui dari

empat dimensi asli yang dikembangkan oleh

Hoftstede. Sebagai contoh, Matsumoto menganggap individualistik-kolektifistik sebagai dimensi yang sangat penting dalam hubungannya terhadap bekerjanya organisasi. Nilai-nilai budaya koletif lebih mendorong komformitas dalam tidakan kelompok, bagian atau suatu unit. Keharmonisan dalam kelompok bernilai lebih dalam budaya kolektif, anggota lebih cenderung terlibat dalam prilaku yang menjamin keharmonisan dan menahan diri dari tindakan yang mengancam

keharmonisan (Matsumoto, 2000:455). Menurut Hofstede (2001) pemimpin dalam budaya kolektif lebih memiliki tujuan untuk keserasian dan ketertiban serta tidak mendukung inisiatif karyawan. Menghormati dan ketaatan kepada pimpinan menjadi suatu hal yang penting dalam

banyak budaya kolektif dimana kepemimpinan patnernallistik secara tradisional sering terlihat (Dickson, dkk, 2003;Dorfman, dkk, 1997). Gaya paternalistik kepemimpinan diretif dan suportif, tinggi

merupakan kombinasi yang khas dari

dalam status orientasi, dukungan dan keterlibatan dalam kehidupan karyawan, juga bagian non-kerja tersebut. Dalam gaya kepemimpinan paternalistik supervisi dan control karyawan adalah dikombinasikan dengan kepedulian yang tinggi untuk kesejahteraan orang banyak. Kepemimpinan direktif pada umumnya kurang dipraktekan secara umum dan kurang dipandang sebagai prilaku pemimpin yang tepat dan baik dalam negara barat dibandingkan dengan masyarakat kolektif. Prilaku

individualistik

kepemimpinan suportif tampak lebih diapresiasi dalam budaya kolektif dibandingkan dengan budaya individualistik. Keterpaduan atau kekompakan berhubungan dengan prilaku pemimpin (Druskat &Wheeler, 2003). Kepemimpinan direktif pada umumnya diartikan sebagai prilaku atau tindakan yang berorientasi pada kerja atau tugas, dengan tedensi yang kuat untuk mengontrol diskusi, mendominasi interaksi dan secara pribadi langsung menyelesaikan tugas (Cruz, Henningson, & Smith, 1999). Kepemimpinan direktif tampak secara negative berhubungan pada kekompakan tim, peradaban kelompok organisasi dan komunikasi terbuka (Cruz, dkk, 1999; Paine & Organ, 2000;Podsakoff, dkk, 2000). Kepemimpinan suportif merupakan sebuah gaya yang pertama kali dinyatakan oleh House (1971). Pada umumnya meliputi kepekaan terhadap kebutuhan anggota tim. Dalam studi kepemimpinan suportif ini meliputi kepekaan

terhadap kebutuhan individu dan kebutuhan

kelompok, peduli pada ketegangan

kelompok dan focus pada hubungan kerja yang harmonis. Data yang dikumpulkan dalam studi ini adalah dari 20945 manajer dan 96550 anggota tim koresponden dari 34 negara. Studi ini mengunakan analisis

multilevel untuk untuk menguji hipotesis-hipotesis berdasarkan pada dimensi individualistic- kolektivistik Hofstede. Hasil dari studi ini menunjukan bahwa pertama, prilaku suportif di seluruh dunia lebih digunakan daripada prilaku direktif dan dua gaya tersebut berkorelasi sedikit negative. Kedua, Negara-negara yang menjadi objek studi ini mewakili

keduanya secara kuat sebagai negara individualistic dan negara kolektif. Ketiga kekompakan sebagai yang diharapkan secara positif berhubungan dengan prilaku manajerial suportif dan secara negative dengan kepemimpinan direktif. Demikian pula hubungan antara keduanya dengan idividualisme adalah negative seperti yang diharapkan. Tidak ada hubungan antara individualism dengan kekompakan tim.

Selanjutnya kepemimpinan suportif dari nilai korelasi yang ada maka menunjukan bahwa menejer negara-negara kolektif sangat lebih sering mengunakan gaya kepemimpinan direktif..

Вам также может понравиться