Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEFINISI Ketuban pecah sebelum waktunya adalah robeknya selaput khorioamnion dalam kehamilan atau sebelum onset kelahiran.3 Pecahnya ketuban ini biasanya terjadi pada kehamilan matur atau premature , tapi umumnya ketuban akan pecah spontan dalam kehamilan matur pada fase aktif. Walaupun sulit untuk ditentukan saat sebenarnya ruptur membrane , untuk kepentingan praktis kpsw dinyatakan dengan terjadinya rupture membrane sebelum kontraksi eterus. Ketuban pecah sebelum waktunya dapat dibedakan menjadi : 1. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane ) Terjadi pada usia kehamilan < 37 Minggu 2. PROM ( Premature Rupture of membrane ) Terjadi pada usia kehamilan labih atau sama dengan 37 Minggu INSIDENSI Ketuban pecah sebelum waktunya terjadi pada 10 % kehamilan dengan 3 % terjadi terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu (PPROM). Ketuban pecah sebelum waktunya lebih sering terjadi pada golongan sosial ekonomi yang rendah 2 . Thomas J Garrie, MD melaporkan insidensi kpsw yaitu antara 3 % - 18,5 % dan Pprom terjadi sekitar 25 % dari semua kasus pprom dan berkaitan dengan kelahiran premature sekitar 30 %.1 ETIOLOGI Mekanisme terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya secara pasti belum diketahui namun dipengaruhi oleh banyak factor seperti lemahnya selaput, stress mekanik, dan infeksi asenderen. Lemahnya selaput memiliki memiliki factor disposisi asupan Nutrisi yang buruk, merokok, dam sindrom defisiensi kolagen. Sedangkan Faktor predisposisi untuk stress mekanik adalah Polihidramnion, kehamilan kembar dan inkompentensia serviks.2 Beberapa factor predisposisi pecahnya ketuban sebelum waktunya yaitu : 1. Infeksi saluran genital Ibu Infeksi yang menyebabkan Chorioamnionitis dapat berasal dari bakteri pathogen maupun komensial dengan cara menghidrolisa phospolipid sehingga terbentuk asam Arachidonat yang merupakan precursor untuk sintesa prostaglandin, mikroorganismenya antara lain streptokkokus grup B, neissera gonorrhoea, Chlamydia, Trichomonas vaginalis, E.coli, baccterriodes, Fusobacterium, mycoplasma dan ureaplasma. 2. Serviiks inkompenten Tahanan mekanisme yang berkurang dari serviks dan pembukaan dari ostium uteri dapat mengurangi dukungan secara mekanik pada membrane dan menyebabkan Chorioamnionitis yang kemudian diikuti oleh pecahnya membrane. 3. Peningkatan tekanan intrauterine Peningkata tekanan intrauterine seperti yang di sebabkan oleh polihidramnion atau kehamilan ganda serta adanya kontraksi Braxton hicks yang intermitten dapat menyebabkan pecahnya membrane. 4. Prosedur diagnostik prenatal Prosedur yang invasiv seperti amniosintesis atau kordosintesis berhubungan dengan kejadian pecahnya membrane 5. Pola makan dan pola hidup
6.
7. 8.
9.
Defisiensi asam askorbat, Zinc, dan Cu telah di duga sebagai penyebab dari pecahnya membrane, selain itu merokok juga merupakan suatu factor resiko terjadinya KPSW Hubungan seksual Koitus atau kegiatan seksual dapat merupakan suatu factor penyebab naiknya bakteri melalui sperma, terutama jika ada chorioamnionitis selain itu enzim pada semen atau prostaglandin dapat membantu proses pelemahan membrane dan memulai kontraksi uterus Kelainan plasenta Walaupun tak ada hubungan yang kuat tetapi di duga plasenta previa derajat ringan atau plasenta letak rendah dapat menyebabkan kpsw Kelainan genetik Salah satu kelainan genetic yang dapat menyebabkan melemahnya membrane adalah sindroma Ehlers Danlos yang merupakan kelainan dari jaringan ikat bawaan. Faktor yang belum diketahui Kebanyakan kasus termasuk dalam kategori ini, dimana KPSW atau persalinan preterm berhubungan dengan kejadiannya yang berulang.
DIAGNOSA Diagnosa dari kpsw didasarkan adanya riwayat keluar cairan dari vagina yang jernih atau sedikit keruh. A. Gejala-gejala klinis Gejala klinis adalah kunci dari diagnosis ketuban pecah dini, pasien biasanya mengeluh keluar cairan banyak secara tiba-tiba atau terus menerus. Gejala-gejala lainnya yang diantaranya warna dan konsistensi dari cairan dan adanya flek pada vernik atau mekonium ,berkurangnya ukuran uterus dan bertambahnya bagian janin yang teraba pada saat palpasi. 4 B. Pemeriksaan Inspekulo Pemeriksaan ini merupakan langkah terpenting untuk mendiagnosa ketuban pecah dini secara akurat. pemeriksaan ini adalah kunci untuk membedakan KPSW dari Vaginitis, peningkatan sekresi vagina, dan inkontinensia urine. Tiga tanda penting yang berkaitan dengan KPSW adalah : 1. Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior. 2. Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru 3. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan didiamkan, dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun pakis. C. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tanda-tanda lain dan infeksi D. Pemeriksaan labolatorium Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, hal ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda infeksi. 4 pemeriksaan USG dilakukan untuk memperkirakan basarnya janin, menilai jumlah cairan ketuban, menentukan umur kehamilan, letak janin dan letak plasenta. 3 KOMPLIKASI 1. Amnionitis Organisme penyebab amnionitis biasanya organisme yang berasal dari vagina yang vagina yang menyebabkan infeksi ascenden ( Streptococcus B/D dan bakteri anaerob ). Tanda-tanda terjadinya infeksi antara lain :
2.
Demam Lekositosis maternal Perlunakan uterus Takikardi : Nadi Ibu > 100 x / menit atau DDJ :160 x / menit Cairan amnion yang berbau busuk.4
3. 4. 5.
Persalinan prematur Onset persalinan biasanya terjadi dalam waktu yang tidak lama dari terjadinya ruptur selaput membrane. Pada kehamilan aterm 90 % kelahiran pada KPSW terjadi dalam 24 jam. Ketika KPSW muncul pada kehamilan 28-34 Minggu 50 % kelahiran dalam 24 jam, dan 80-90 % dalam satu minggu. Sebelum 26 minggu hampir 50 % penderita memasuki proses persalinan dalam satu minggu. Hipoxia / Asphixia fetal Deformation Syndrome Increased rates of cesarean section.1
PENGELOLAAN Pengelolaan dari KPSW terutama dedasarkan pada keadaan ada atau tidaknya infeksi intrauterine dan usia kehamilan saat KPSW terjadi. A Konservatif Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit ( baik ibu maupun Janin ), pada umur kehamilan 28-36 Minggu dirawat selama 2 hari. Selama perawatan di lakukan : 1. Observasi kemungkinan adanya amnionitis atau tanda-tanda infeksi : a. Ibu : suhu > 380 c , takikardi, lekositosis, tanda-tanda infeksi intrauterine, rasa nyeri pada rahim ,secret vagina purulen. b. Janin : takikardi janin 2. Pengawasan timbulnya tanda persalinan 3. pemberian antibiotika ( ampiccilin 4 x 500 mg atau eritromisin 4 x 500 mg dan metronidazole 2 x 500 mg ) selama 3-5 hari. 4. USG untuk menilai kesejahteraan janin. 5. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin, dilakukan pematangan paru janin.3 6. Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada KSPW pada usia kehamilan 32 minggu tanpa adanya infeksi intraamnion. kortikosteroid menurunkan angka kejadian respirasi distress syndrome, necrotizing enterocolitis dan intraventikuler hemorrhage. kortikosteroid yang dianjurkan betamethason 12 mg IM 4 x 1 hari selama 2 hari. B. Aktif Induksi persalinan segera dilakukan guna mencegah terjadinya peningkatan resiko sepsis dan morbiditas perinatal. Pengelolaan aktif pada ketuban pecah sebelum waktunya dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan > 37 Minggu, serta adanya tanda-tanda infeksi, jika sudah inpartu, dan terdapat tanda-tanda gawat janin.
Kesimpulan Ketuban pecah sebelum waktunya adalah robeknya selaput khorioamnion dalam kehamilan atau sebelum onset kelahiran. Faktor resiko yang mendasari terjadinya KPSW seperti infeksi saluran genital ibu, serviks inkompeten, peningkatan tekanan intrauterine, prosedur diagnostic prenatal, pola makan dan pola hidup, hubungan seksual, kelainan plasenta, kelainan genetika, dll.
Diagnosis pada KPSW di dasarkan pada adanya riwayat keluar cairan banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir, umur kehamilan > 20 minggu. Pemeriksaan inspekulo: terlihat cairan keluar dari dari ostium uteri eksternum, kertas nitrazin merah akan menjadi biru. Mikroskoopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa. Komplikasi yang dapat terjadi pada KPSW antara lain : Amnionitis, persalinan premature, hipoksia dan asphiksia, fetal deformation syndrome, peningkatan angka section cesarean. Pengelolaan pada kpsw ini didasarkan pada usia kehamilan dan ada atau tidaknya infeksi intrauterine. pengelolaannya terdiri dari 2 cara antara lain: a. konservatif : Dilakukan pada usia kehamilan 28-36 Minggu dan tidak disertai penyulit. b. Aktif : dilakukan pada usia kehamilan 20-28 Minggu dan > 37 minggu, adanya tanda-tanda infeksi, inpartu dan gawat janin.